Proposal TAK Kelompok A [PDF]

  • Author / Uploaded
  • aulia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Gerontik



Disusun oleh: Angita permata (12171005) Annisa puspa (12171007) Aulia karunia (12171009) Ilham satriawan (12171018) Lina karlina (1217100) Nadya azzahra (1217100) Nindya ayu (1217100) Novita (1217100)



STIKES PERTAMEDIKA Jl. Bintaro Raya No.10, RT.4/RW.10, Tanah Kusir, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas diguanakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif.Wisma yang terdapat di Panti social tresna werdha budi mulia 3 pada umumnya adalah menderita penyakit pada asam urat, hipertensi, osteoarthritis, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, integument, muskoleskletal dan demensia. Dalam kesehariannya, sebagian besar waktu lansia dihabiskan dengan melakukan kegiatan yang tesedia Panti social tresna werdha budi mulia 3 ada sebagian yang hanya didalam kama saja. Di Panti social tresna werdha budi mulia 3 hiburannya terbatas tetapi setiap hari selalu ada kegiatan yang diadakan oleh Panti social tresna werdha budi mulia 3 sehingga lansia bisa melakukan kegiatan yang ingin dilakukan lansia. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami penurunan kemampuan fisik, mental dan sosial secara bertahap sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Bagi kebayakan orang masa tua itu masa yang kurang menyenangkan. Anggapan terhadap lansia adalah bingung dan tidak peduli terhadap lingkungan, kesepian dan tidak bahagia, pikun, tidak berminat seksual dan tidak berguna bagi masyarakat. Namun kenyataannya tidak semua usia lanjut yang mencapai kematangan dan produktifitas mental dan materi pada usia lanjut. Oleh karna itu perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawat tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dan proses penyembuhan dan ketenangan para klien lanjut usia. Banyak Jenis terapi yang dapat diberikan untuk lansia seperti terapi okupasi. Terapi okupasi dapat dilakukan dengan menjahit, merajut, merangkai bunga, membuat kalung, dan lain sebagainya yang mampu meningkatkan kemampuan fisik lansia. Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik lansia adalah terapi okupasi membuat kalung atau gelang. Terapi ini mampu membuat lansia lebih aktif dan berkreasi sesuai keinginannya sendiri.



B. Tujuan 1. Tujuan umum a. Lansia dapat berespon terhadap stimulus yang diberikan oleh perawatyaitu musik. b. Lansia dapat mengekspresikan perasaannya berupa pengalaman yang menyenangkan 2. Tujuan khusus a. Mampu membangkitkan diri untuk melakukan aktivitas b. Mampu meningkatkan kemampuan fisik lansia c. Lansia mampu memberi respons terhadap musik yang didengar.



BAB II TINJAUAN TEORI A. Terapi Stimulasi Sensori Pengertian TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku. (Lilik Ma’rifatul, 2011 : 239). 1. Bentuk Stimulus a. Stimulus suara : musik b. Stimulus visual : gambar c. Stimulus gabungan visual dan suara : melihat televisi, video. (Lilik Ma’rifatul, 2011 : 239). 2.



Tujuan TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami : a. Peningkatan kepekaan terhadap stimulus. b. Peningkatan kemampuan merasakan keindahan. c. Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan. (Lilik Ma’rifatul, 2011 : 239). 3. Jenis TAK stimulasi sensori terdapat tiga jenis, diantaranya : a. TAK stimulus suara. b. TAK stimulus gambar. c. TAK stimulus suara dan gambar. (Lilik Ma’rifatul, 2011 : 239) B. Terapi Aktivitas Kelompok 1. Pengertian TAK a. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2007). b. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2008). 2. Manfaat TAK Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat: a. Umum 1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain. 2) Membentuk sosialisasi 3) Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi. 4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.



b. Khusus 1) Meningkatkan identitas diri. 2) Menyalurkan emosi secara konstruktif. 3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan seharihari. 4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya (Yosep, 2007). 3. Tahapan Dalam TAK Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok. a. Fase Prakelompok Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 78 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). b. Fase Awal Kelompok Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Fase ini terbagi menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. 1) Tahap orientasi Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masingmasing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota. 2) Tahap konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009). 3) Tahap kohesif Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2006).



c. Fase Kerja Kelompok Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. d. Fase Terminasi Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2006). C. Terapi Aktivitas Kelompok 1. Persiapan Lingkungan a. Ventilasi baik b. Penerangan cukup c. Suasana tenang d. Pengaturan posisi tempat (Melingkar) 2. Aktivitas Dan Indikasi Aktivitas TAK dilakukan untuk melatih kemampuan pengenalan diri lansia. Lansia yang mempunyai indikasi TAK adalah klien dengan gangguan sebagai berikut : a. Lansia yang cukup kooperatif b. Lansia yang telah dapat berinteraksi dengan orang lain. c. Lansia dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid, dan lain-lain) 3. Setting a. Lansia dan konselor bersama dalam satu lingkaran. b. Ruangan yang nyaman dan tenang. L          : Leader Co       : Co Leader F          : Fasilitator O         : Observer K         : Klien



4. Peran dan Fungsi Terapis a. Leader  Tugas : 1) Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok. 2) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi. 3) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK. 4) Menyampaikan Tata tertib TAK 5) Memimpin diskusi kelompok. 6) Menutup acara diskusi. b. Co Leader  Tugas :  1) Membuka acara 2) Mendampingi Leader 3) Mengambil alih posisi Leader jika Leader blocking 4) Menyerahkan kembali posisi kepada leader c.  Fasilitator Tugas :  1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok 2) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi. d.  Observer Tugas : 1) Mencatat serta mengamati respon lansia 2) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan. 5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada : Hari, Tanggal         : Senin, 16 Maret 2020 Waktu                     : 09.00 – 10.00 WIB Tempat                    : Panti Sosial Werdha Bakti Mulia 3 6. Media dan Alat a. Musik b. Speaker c. Bola kecil d. Alat tulis



7. Susunan Pelaksana Susunan TAK sebagai berikut : a. Leader : Anggita b. Co. Leader : Lina c. Fasilitator : Nindya, Novita dan Nadya d. Observer : Aulia dan Aulia e. Dokumentasi : Ilham 8. Langka kerja a. Persiapan 1) Memilih lansia sesuai dengan indikasi 2) Membuat kontrak dengan lansia 3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan b. Orientasi Pada tahap ini terapis melakukan : 1) Memberikan salam terapeutik: salam dari terapis 2) Evaluasi / validasi: menanyakan perasaan lansia saat ini 3) Kontrak: a) Menjelaskan tujuan kegiatan b) Menjelaskan aturan main sebagai berikut :  Terapis mengajak lansia untuk saling memperkenalkan diri (nama, dan nama panggilan) dimulai secara berurutan searah jarum jam.  Setiap lansia selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua lansia untuk bertepuk tangan.  Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, lalu lansia mengoper bola ke teman nya yang disamping bila lagunya sudah berenti, pemegang bola yang terakhir maju dan dapat hukuman berupa joget dan lanjutkan permainan hingga kirakira 5 menit.  Terapis memberikan pujian, setiap lansia selesai menceritakan perasaannya, dan mengajak lansia bertepuk tangan.  Terapis dan lansia bernyanyi bersama. c. Tahap kerja 1) Konselor memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan 2) Konselor membagikan benang senar dan manik manik 3) Konselor menjelaskan cara membuat dan memberi contoh pada lansia



4) Lansia mulai membuat sambil diiringi musik 5) Konselor memberi pujian pada setiap peran serta Lansia d. Tahap terminasi. 1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti TAK. 2) Memberi pujian atas keberhasilan lansia e. Evaluasi Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut; 1. Lansia yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai. 2. Lansia dapat meningkatkan kemampuan diri untuk membuat sesuatu dan kreasi yang berharga



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Tujuannya TAK stimulasi persepsi ialah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Dan tujuan khususnya Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.  Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuk membuka diri dan tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. B. Saran Diharapkan para peserta dapat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan dan lebih dapat menumbuhkan kreasi kreasi yang berharga untuk diri klien sehingga rasa kemampuan diri dapat meningkat dan merasa diri lebih berharga



DAFTAR PUSTAKA Keliat, dkk. (2004). Modul IC Manajemen Kasus Gangguan Jiwa dalam Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. . Jakarta: World Health Organization Indonesia. Ma'rifatul L. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purwaningsih W & Karlina I. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa Terapi Modalitas dan Standard Operating Procedure (SOP). Yogyakarta: Nuha Medika. Prabowo E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.