5 0 197 KB
PROPOSAL TERAPI BERMAIN “TERAPI BERMAIN PADA ANAK DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK”
Di Susun Oleh : Kelompok 8 Eneng Fitri Anggreani
(11151040000102)
Ismia Ningrum
(11151040000103)
Cynthia Alya Tanti
(11151040000104)
Cindy Kamila
(11151040000105)
Aulia Noor Azizah
(11151040000106)
Lutfi Dwi Anggreani
(11151040000107)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017/1438 H 0
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4 A.
Latar Belakang..............................................................................................................4
B.
Tujuan..........................................................................................................................5
C. Sasaran...............................................................................................................................6 BAB II DESKRIPSI KASUS.....................................................................................................6 A. Karakteristik Sasaran......................................................................................................7 B. Prinsip Bermain...............................................................................................................7 BAB III Metodologi Bermain....................................................................................................7 A. Deskripsi Bermain.........................................................................................................10 B. Tujuan Permainan.........................................................................................................10 C. Ketrampilan yang diperlukan........................................................................................11 D. Jenis Permainan.............................................................................................................11 E. Alat Bermain.................................................................................................................12 F.
Proses Bermain..............................................................................................................12
G. Waktu Pelaksanaan........................................................................................................13 H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai.....................................................................................13 I.
Antisipasi Meminimalkan Hambatan:...........................................................................14
J.
Perorganisasian..............................................................................................................14
System evaluasi....................................................................................................................15 BAB IV PENUTUP.................................................................................................................15 1
A. Kesimpulan...................................................................................................................16 Daftar Pustaka..........................................................................................................................17
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini denga tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pelita kehidupan untuk umat muslim, atas izinnyalah kami dapat menyelesaikan proposal terapi bermain ini tepat pada waktunya. Penulis sangat berharap Proposal ini dapat bermanfaat untuk kita semua khususnya Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan sebagai tahap pembelajaran awal. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, Penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan proposal yang penulis buat masa mendatang, mengingat bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran. Semoga proposal sederhana yang penulis buat ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekian dari kami apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tangerang, 08 September 2017
Penulis
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang 3
Bermain
merupakan
makanan,perawatan, dan
kebutuhan
anak
lain-lainnya,
seperti
karena
halnya
kasih
dapat memberi
sayang,
kesenangan
dan pengalamanhidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anakbaik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermainmerupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008). Terapi
bermain
untukmembantu kecemasan
anak
bentuk
mengungkapkan
permainan perasaannya
yang
direncanakan
dalam
menghadapi
danketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya.
Bermain pada masapra bagian
adalah suatu
penting
sekolah
adalah
kegiatan
serius,
yang
merupakan
dalamperkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak.
Hampir sebagian besar dariwaktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermaindi rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah
sakit membangkitkan
ketakutan yang tidak dapat dihindarkan(Sacharin, 2003). Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehinggatimbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anakmengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah
4
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009). Media playdough merupakan salah satu alat permainan edukatif karena dapat mendorong imajinasi anak (Dwirosanty, 2008). Media playdough akan membuat anak lebih suka berkreasi untuk membuat atau menciptakan benda sesuai dengan imajinasinya sehingga dapat mengembangkan kreativitasnya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, diharapkan anak dapat, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain, dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak akibat hospitalisasi. 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu: a) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya. b) Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan. 5
c) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan. d) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi. e) Mempererat hubungan antara perawat dan anak
C. Sasaran Anak-anak yang berada di instalasi keperawatan anak usia pra sekolah.
6
BAB II DESKRIPSI KASUS A. Karakteristik Sasaran Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia 4 tahun (preschool) yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Mereka dengan sakit fraktur pada ekstremitas bawah dengan kesadaran compos mentis, kooperatif dan keadaan umum baik. B. Prinsip Bermain 1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana 2. Mempertimbangkan keamanan 3. Kelompok umur yang sama 4. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak 5. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak 6. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak menjadi terampil 7. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain 8. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit C. Karekteristik Permainan 1. Solitary play Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lainyang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler. 2. Paralel play Permainan
sejenis
dilakukan
oleh
suatu
kelompok
anak
masing-
masingmempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya
7
tidak adainteraksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preschool. Contoh : bermain balok 3. Asosiatif play Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapibelum terorganisasi dengan
baik, belum
ada
pembagian tugas,
anak bermainsesukanya. 4. Kooperatif play Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi danterencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen. Masa Prasekolah Akhir ( 4-5 Tahun ) Pada masa ini, anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal-hal disekitarnya. Anak mulai berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dan lain-lain. Dengan demikian, isi bermain anak lebih banyak menggunakan simbol-simbol dalam permainan atau yang sering disebut dengan permainan peran (dramatic role play). Permainan yang meningkatkan ketrampilan (skill play ) juga masih berkembang pada masa ini. 16 Berdasarkan karakteristik sosial, anak mulai bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan kelompok ( associative play ). Dalam hal ini anak berinteraksi dengan saling meminjam alat permainan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai bermain bersama dengan tujuan yang ditetapkan, misalnya tujuan kompetisi. Karakteristik permainan seperti ini disebut dengan permainan dengan kerja sama (cooperative play ). Alat permainan yang dianjurkan, misalnya, buku, majalah, alat tulis, / krayon, balok, dan aktivitas berenang. Dalam bermain, anak hendaknya memiliki teman. Dan pada masa ini, bermain mempunyai tujuan sebagai berikut : 1) Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung, serta menyamakan dan membedakan 2) Merangsang daya imajinasi 3) Menumbuhkan sportivitas, kreativitas, dan kepercayaan diri 4) Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong royong, dan 8
kompetisi. 5) Mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan kemampuan untuk mengendalikan emosi.
Jenis permainan yang sesuai 1. Kegiatan seni dan kerajinan Ketrampilan motorik halus anak yang semakin berkembang dan butuh stimulasi membuat anak usia prasekolah cocok dengan permainan yang membuatnya aktif melibatkan ketrampilan motorik halus. Misalnya saja memegang krayon, membuat gambar keluarga, menggunakan gunting untuk memotong dan memperkuat koordinasi motorik, melatih kreativitas, serta mengangkat rasa percaya dirinya. 2. Balok dan lego Kegiatan seperti membangun menara dan memahami bagaimana cara menggadapi bangunannya ketika jatuh, dapat mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan koordinasi tangan dan mata. Selain itu, anak prasekolah akan menggunakan imajinasi mereka untuk membuat bangunan, kendaraan, binatang, dan bentuk sederhana lainnya. 3. Puzzle Puzzle akan membantunya mengembangkan koordinasi dan ketangkasan, serta mengajarinya mengenai hubungan spasial (di mana satu hal berkaitan dengan lainnya) dan berpikir logis. 4. Bermain peran Anak usia prasekolah mulai mengidentifikasi peran gender tertentu. Anak perempuan mungkin akan bermain rumah-rumahan menggunakan boneka, sementara anak laki-laki mulai berperan sebagai mekanik dengan menggunakan mainan seperti obeng plastik. Anak laki-laki mungkin akan berpura-pura memperbaiki peralatan yang rusak, sementara anak perempuan berpura-pura memasak.
9
D. Fungsi Bermain Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris dan motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 2015). 1. Perkembangan Sensoris-motorik Pada
saat
melakukan
permainan
aktivitas
komponen terbesar yang digunakan anak
sensoris-motoris
sehingga
merupakan
kemampuan pengindera
ananak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) danstimulasi kinetik. 2. Perkembangan Intelektual (Kognitif) Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. 3. Perkembangan Sosial Ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi
danmenerima. Bermain dengan
orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. 4. Perkembangan Kreativitas Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya. 5. Perkembangan Kesadaran diri Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuan dan membandingkan dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dariorang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima dilingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yangada dalam lingkungannya. 10
7. Bermain sebagai Terapi Pada saat anak dirawat dirumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi). E. Kategori berrmain 1. Bermain aktif Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukandengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). 2. Bermain pasif Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif (Hurlock, 1998)
11
BAB III
Metodologi Bermain A. Deskripsi Bermain Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009). Johnson (1999, dalam Tedjasaputra, 2001) mengungkapkan bahwa istilah bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan. Banyak pendapat berbeda tentang pengertian bermain. Santrock (2007) mengatakan bahwa bermain adalah aktivitas yang mennyenangkan yang dilakukan untuk bersenang-senang. Sedangkan menurut KBBI, bermain adalah melakukan kegiatan untuk menyenangkan hati, dengan menggunakan alat-alat tertentu maupun tidak. Bermain konstruktif adalah kegiatan dimana anak mencoba untuk membangun sesuatu, seperti benteng yang dibuat dari balok atau gambar rumah yang dibuat dengan kertas dan pensil warna (Forman & Hill, 1980; Forman, 1998; Scarlet, dkk, 2005). Terapi bermain yang akan diberikan ialah Plastisin yaitu media bermain berupa adonan lunak yang mempunyai berbagai warna yang dapat dibuat menjadi berbagai bentuk sesuai dengan keinginan kita. Permainan yang akan dilakukan hanya membuat karakter dari plastisin dan menempelkan plastisin pada gambar buah yang telah disediakan. Bermain plastisin adalah aktivitas yang mudah dan menyenangkan. Bermain plastisin dapat memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak-anak. Setelah itu dilanjut dengan mengajarkan anak gerakan memcuci tangan 6 langkah dengan di iringi nyanyian. B. Tujuan Permainan ( usia 32 -72 bulan ) Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit. Karena Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Mengembangkan kemampuan berbahasa. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara). Membedakan benda dengan permukaan. 12
Menumbuhkan sportivitas. Mengembangkan kepercayaan diri Mengembangkan kreativitas. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya. Permainanadalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikan
berbagai perasaan yangtidak menyenangkan. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
C. Ketrampilan yang diperlukan Menempel, menyusun dan melakukan gerakan pada saat bernyanyi D. Jenis Permainan Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain. 1. Bermain aktif Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play) Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocokngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar. Bermain konstruksi (construction play). Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. Dll. 2. Bermain drama (dramatik play) Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudarasaudaranya atau dengan teman-temannya, Bermain bola, tali, dan sebagainya 3. Bermain pasif Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contohnya: a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah b) Mendengarkan cerita atau music 13
c) Menonton televise tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen. E. Alat Bermain Alat permainan yang dianjurkan : Lilin yang dapat dibentuk Kertas bergambar : buah – buahan Handscrub 2 Meja lipat F. Proses Bermain No. Uraian Pembukaan ( 5 menit )
Kegiatan perawat a) Salam pembukaan b) Perkenalan c) Mengkomunikasik
Kegiatan klien a) Memperhatikan b) Memperhatikan c) Menjawab salam
an tujuan
Kegiatan bermain ( 20 menit )
a) Menyiapkan mainan b) Bermain menebak warna
a) Mengikuti b) Menanggapi c) Mengikuti
dan
membentuk benda c) Meminta anak mencocokkan warna yang sesuai d) Meminta anak mengekspresikan perasaannya e) Memberikan Evaluasi ( 10 menit )
reward jika anak berhasil a) Mengakhiri permainan b) Melakukan evaluasi
14
a) Memperhatikan b) Menanggapi
G. Waktu Pelaksanaan Pokok Bahasa
: Terapi Bermain Pada anak di Instalasi Keperawatan
anak Sub Pokok Bahasan
: Terapi Bermain anak usia sekolah
Tempat
: Laboratorium keperawatan anak
Hari, tanggal
: Jum’at, 08 September 2017
Waktu
: 30 menit pkl. 10.00 - selesai
H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai
Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu Jenis kelamin Lingkungan, lokasi, negara, kultur Alat permainan senang dapat menggunakan Intelegensia dan status sosial ekonomi
I. Antisipasi Meminimalkan Hambatan:
Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
J. Perorganisasian Jumlah leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 2 orang observer dengan susunan sebagai berikut: Leader Observer
: Aulia noor azizah : Lutfi dwi anggreani : Ismia ningrum : Cynthia alya tantiani : Cindy karmila
Fasilitator
: Eneng anggraeni 15
a. Peran Leader Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan b. Peran Fasilitator Mempertahankan kehadiran peserta Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok. c. Peran Observer Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi K. System Evaluasi a) Evaluasi struktur yang diharapkan Alat-alat yang digunakan lengkap Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana b) Evaluasi proses yang diharapkan Terapi dapat berjalan dengan lancer Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya c) Evaluasi hasil yang diharapkan Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang diwarnai, kemudian digantung. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik Anak merasa senang Anak tidak takut lagi dengan perawat Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain.
16
BAB IV
PENUTUP A. Kesimpulan Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saatanak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009). Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan sensorismotorik,
sebagai
terapi,
meningkatkan
perkembangan
sosial,perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral,dan perkembangan intelektual (kognitif). Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel, membuat karakter dan bernyanyi sambil bergerak merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermaindokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan di ajak bermain untuk menempel gambar yang akhirnyaakan seperti frame pemandangan atau benda. Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.
17
Daftar Pustaka
Hurlock. 2012. Perkembangan Anak, jilid 2. Jakarta: Erlangga Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supartini, Yupi. (2014). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Wong, D, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Penerbit.Buku Kedokteran EGC : Jakarta Hidayat, Alimul Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.Salemba medika: Jakarta
18