Proses Industri Soda Abu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proses Industri Soda Abu slam anto / 27 Desember 2011



PENDAHULUAN Pembuatan soda abu merupakan salah satu industry terbesar kimia dasar yang paling penting. Dalam nilai dolar penggunaannya, sangat beraneka ragam, sedemikian rupa, sehingga boleh dikatakan tidak ada barang konsumsi yang diperjualbelikan yang tidak bergantung padakhlor dan alkali pada salah satu tahap pembuatannya. Produk soda abu dijual kembali kepada insdustri dimana ia kemudian digunakan untuk pembuatan sabun dan detergen, serat dan plastic, kaca, petrokimia, pulp, dan kertas, pupuk bahan peledak, pelarut, dan berbagai bahan kimia lainnya. SEJARAH Proses sintesis yang sekarang digunakan untuk pembuatan soda abu adalah proses solvay. Sebelum metode ini dikembangkan, proses yang digunakan secara luas adalah proses LeBlanc (1773). Proses ini didasarkan atas pemanggangan kerak garam (salt cake) dengan karbon dan batu gamping di dalam tanur putar dan seudah itu mengeras hasilnya dengan air. Produk kasar dari reaksi itu disebut abu hitam (black ash). Pengerasan dilakukan pada waktu dingin ; pada pengerasan itu berlangsung hidrolisis sebagian sulfide. Ini kemudian diubah lagi menjadi karbonat melalui pengolahan dengan gas yang mengandung karbon dioksidayang berasal dari tanur abu hitam. Larutan natrium karbonat yang dihasilkan, dipekatkan sehingga menghasilkan natrium karbonat, yang kemudian dikeringkan atau dikalsinasi. Di Amerika Serikat tidak pernah ada yang menggunakan proses LeBlanc dan dewasa ini tidak ada lagi pabrik yang beroperasi dengan proses ini di dunia. Pada tahun 1861, Ernest Solvay mulai mengembangkan proses soda ammonia. Pada mulanya proses ini mengalami kesulitan besar dalam bersaing dengan proses LeBlanc yang lebih tua dan lebih mapan, namun dalam beberapa tahun sajproses solvay berhasil menurunkan harga soda abu sebanyak sepertiganya. Setelah suatu persaingan yang sengit dimana para penghasil soda LeBlanc menggunakan taktik banting harga, proses soda amonia akhirnya berhasil menggantikan proses LeBlanc secara keseluruhan pasa tahun 1915. Proses solvay tetap mendapat perhatian di Eropa dan Negara – Negara yang tidak mempunyai endapan natrium karbonat alam, tetapi pada tahun 1982 hanya satu pabrik saja yang masih beroperasi dengan proses solvay di Amerika Serikat. Pabrik itu dapat tetap hidup karena biaya terpasangnya murah sedang ongkos angkut tinggi. Pasaran dalam negeri Amerika Serikat sekarang dikuasai oleh soda “alam” yang berasal dari endapan . di Wyoming juga banyak yang diekspor. Proses solvay membutuhkan 18,4 GJ energy untuk membuat 1 t soda abu, sedang penambangan setiap ton metric soda abu hitam hanya memerlukan 8,4 GJ saja, sehingga penambangan ini lebih menarik dari segi energy. PENGERTIAN Soda abu adalah suatu zat padat ringan yang agak larut di dalam air dan biasanya mengandung 99,3 % Na2CO3. Zat ini dijual atas dasar kandungan natrium oksidanya yang biasanya adalah 58%. Produksi soda abu dari endapan trona alam sekarang sudah melebihi jumlah yang dari ammonia soda. Proses sintetik sudah terdesak karena biaya tinggi dan masalah pencemaran dan sudah mulai berkurang digunakan di Amerika Serikat. Sifat – sifat nitrogen  



Dapat larut dalam air dan bersifat basa Hablur soda melepuh di udara



 BM : 106  Titik lebur : 851 ºC  Titik Didih : Terurai PROSES PEMBUATAN SODA ABU DIAGRAM ALIR PEMBUATAN Na2CO3 SECARA SOLVAY



URAIAN : Pada proses pembuatan Na2CO3 seacara solvay akan terjadi reaksi : 1. CaCO3 Ca + CO2 2. C + O2 CO2 + Q 3. CaO + H2O Ca ( OH )2 + Q 4. NH3 + H2O NH4OH + Q 5. 2NH4OH + CO2 ( NH 4)2CO3 + H2O + Q 6. ( NH 4)2CO3 + NaCl NH4CL + NaHCO3 7. 2NaHCO3 Na2CO3 + CO2 + H2O 8. 2NH4CL + Ca( OH )2 2NH3 + CaCL2 + 2H2O Jadi persamaan dari proses keseluruhan dapat ditulis : CaCO3 + 2NaCl Uraian Proses 



Na2CO3 + CaCl2



NaCl jenuh dialirkan ke absorber bersama dengan CO2 dan NH3 maka akan terjadi reaksi 4,5,6. Reaksi ini berlangsung pada suhu 40°- 50° C.  Hasil larutan dan sisa gas dari reaksi dikeluarkan lewat bawah absorber untuk dialirkan ke menara carbonatasi dari puncak. Akrena reaksi eksoterm,maka perlu pendingin untuk menjaga suhu reaksi.pada menara ini akan terjadi reaksi no.7 pada suhu 25°-60° C dan tekanan 2-3 atm disamping itu juga terbentuk reaksi no.5,6 ( reaksi penyempurnaan).  Hasil reaksi berupa lumpur NaHCO3 dialirkan ke dalam rotary filter untuk memisahkan padatan NaHCO3 dari larutannya.  NaHCO3 dikeringkan dalam kalsinator,disini terjadi reaksi no. 8 karena reaksi bersifat endoterm maka perlu energi yang diberikan dari bahan bakar.  Soda abu yang terbentuk didinginkan dalam pendingin dengan disemprotkan H2O .  Tapisan dari rotary filter dialirkan ke menara pemulihan untuk membebaskan NH3 dan Ca (OH)2  Slury ini bagian terbesar mengandung NH4CL 193 gr/lt.  Larutan buangan CaCL2 dari hasil analisa mengandung : CaCl 2 = 90-95 gr/lt, NH3 = 6-12 ppm.  Sumber Ca ( OH )2 dan CO2 berasal dari pembakaran batu kapur dan C reaksi no.1,2,3 Kemurnian Na2CO3 = 99,8%



Prosess Industri Natrium Karbonat / Soda Ash atau Na2SO4



Natrium karbonat, Na CO 2



3



dalam rumus molekul, juga dikenal sebagai soda



ash (bubuk), soda, dan abu alkali (tepung). Kata "soda" (dari bahasa Latin Tengah) awalnya berasal dari tanaman tertentu yang tumbuh di rawa yang mengandunggaram, ditemukan bahwa abu tanaman ini menghasilkan alkali berguna yaitu "abu



soda.".



Budidaya



mencapai puncaknya,terutama



tanaman



pembangunan



untuk di



produksi



abad



18



di



soda



abu



Spanyol,



tanaman ini diberi nama barrilla, dalam bahasa inggris adalah " Barilla. abu dari rumput laut menghasilkan abu soda,dan pembakaran Kayu menghasilkan garam abu dan bahan aktif kalium karbonat.



Proses untuk memperoleh natrium karbonat (soda ash) telah berubah secara signifikan dari waktu ke waktu, pada awalnya diproduksi oleh pembakaran rumput laut yang kaya natrium. Ketika gulma dibakar, natrium akan tertinggal di abu dalam bentuk natrium karbonat



Walaupun



proses



ini



efektif,



hal



itu



tidak



dapat



digunakan



untuk



menghasilkan jumlah besar. Proses pembuatan Natrium karbonat ada dua macam yaitu



secara sintetik dan alami. Secara sintetik terdiri atas proses Le Blanc dan Solvay sedangkan secara alami disebut sebagai proses Natural. Adapun penjelasan mengenai proses pembuatan Natrium karbonat (soda ash) sebagai berikut : A. Proses Le Blanc Proses pertama yang memungkinkan produksi dalam jumlah signifikan karbonat natrium merupakan proses sintetis yang dikenal sebagai proses LeBlanc, yang dikembangkan oleh ahli kimia Prancis Nicolas LeBlanc (17421806).



Dalam



proses



ini, garam bereaksi



dengan asam



sulfat untuk



menghasilkan natrium sulfatdan asam klorida.



Natrium sulfat dipanaskan di hadapan batu kapur dan batubara dan campuran yang dihasilkan mengandung kalsium sulfat dan natrium karbonat, yang kemudian diekstrak. masalah yang signifikan dengan proses LeBlanc, termasuk biaya tinggi dan polusi yang signifikan, terinspirasi seorang insinyur kimia Belgia bernamaErnest Solvay (1838-1922) untuk mengembangkan proses yang lebih baik untuk membuat karbonat natrium. Proses Le Blanc ini didasarkan atas pemanggangan salt cake (kerak garam) dengan karbon dan gamping di dalam tanur putar dan sesudah itu mengeraskan hasilnya dengan air. Produk kasar dari reaksi ini disebut black ash (abu hitam). Pengerasan dilakukan pada waktu dingin, pada pengerasan ini berlangsung hidrolisis sebagian sulfida. Ini kemudian diubah lagi menjadi karbonat melalui pengolahan dengan gas yang mengandung karbon dioksida yang berasal dari tanur abu hitam. Larutan natrium karbonat yang dihasilkan, dipekatkan sehingga menghasilkan Natrium karbonat yang kemudian dikeringkan atau dikalsinas



Reaksi :



B.



Proses Solvay



Proses Solvay menggunakan brine (NaCl), batu kapur (CaCO3), sebagai bahan baku dan menggunakan ammonia sebagai reagen siklus. Adapun reaktor yang digunakan adalah Packed tower. Natrium karbonat yang dihasilkan berupa light sodium carbonat dan dense sodium carbonat sesuai dengan kebutuhan pabrik yang menggunakannya Reaksi – reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :



Proses Solvay sebagai contoh proses siklus dalam industri kimia (hijau = reaktan, hitam



=



antara,



produk



=



merah).



Jika dibandingkan antara proses Le Blanc dan Solvay, maka proses Solvay lebih menguntungkan dikarenakan proses Solvay berjalan pada suhu rendah, reaksi berjalan pada fase cair-gas, konversi yang dihasilkan besar, dan Natrium yang dihasilkan lebih berkualitas.By-product yang dihasilkan dari proses Solvay dapat dijual kembali.



C.



Proses Natural



Bahan baku yang digunakan pada proses natural ini adalah burkeite crystal(Na2CO3.2Na2SO4) yang telah dipisahkan dari impuritasnya. Crude burkeite crystal yang terdiri atas Li2NaPO4 dan Na 2CO3.2Na2SO4 dipisahkan sedangkan filtratnya dipekatkan menjadi Na2SO4.10H2O ( garam Glauber’s ).Garam Glauber’s disaring meninggalkan mother liquor yang kaya akan Natrium karbonat. Kristal soda murni diperoleh dengan didinginkan dalam tangki pendingin, kemudian disaring (filter) lalu masuk ke pengering (dryer).



Reaksi keseluruhan :



Na2CO3.2Na2SO4 (s) ⎯⎯→ Na2CO3 (s) + 2Na2SO4 (aq)



Dilihat dari ketersediaan bahan baku, proses Natural tidak mungkin dilakukan di Indonesia karena bahan baku yaitu endapan trona tidak terdapat di Indonesia. Jadi



proses



yang



mungkin



dilakukan



di



Indonesia



adalah



proses Le



Blanc dan Solvay.



Berikut ini akan diuraikan keuntungan dan kerugian dari kedua proses di tinjau dari kedua aspek tersebut : Tabel 1.3. Perbandingan aspek teknis dan ekonomis antara proses Solvay dan Le Blanc



Proses leblanc



Proses solvay



Aspek teknis a.



Proses



1.



Bahan baku



NaCl padat



2.



Hasil samping



H2SO4



3.



Kemurnian produk



CaS



4.



Korosifitas bahan



96,8%



b. 1. 2.



Suhu



Aspek dampak lingkungan



jenuh,



batu Kapur CaCO3CaCl2 97%



Operasi Tekanan



NaCl



Tinggi Tinggi



Tinggi



4,5 atm70oC



Sedang



Dengan membandingkan aspek-aspek tersebut maka dipilih proses yang lebih menguntungkan secara komersial yaitu dengan proses Solvay.



Reaksinya adalah sebagai berikut : 1.



Reaksi yang terjadi pada kiln: CaCO3 (s) → CaO (s) + CO2 (g)



ΔHR 298 = 42.596,60 kkal/kmol



CaO (s) + H2O (l) → Ca(OH)2 (aq)



ΔHR 298 = -26.134,46 kkal/kmol



 Reaksi yang terjadi dalam converter: NaCl (s) + H2O(l) + NH3 (g) → NH4OH (aq) + NaCl (aq) ΔHR 298 = 262.513,02 kkal/kmol



 Reaksi yang terjadi dalam reaktor : 2 NH4OH + CO2 ↔ (NH4)2CO3 + H2O kkal/kmol (NH4)2CO3 + CO2 + H2O ↔ 2 NH4HCO3



ΔHR 298 = -2,674,95 ΔHR298 = 34.981,13 kkal/kmol



2 NH4HCO3 + 2 NaCl ↔ 2 NaHCO3 + 2 NH4Cl



ΔHR 298 = -140.959,159



kkal/kmol







Reaktor yang digunakan adalah jenis reactor packed tower. a. Reaksi yang terjadi dalam calciner : 2 NaHCO3 → Na2CO3 + H2O + CO2



ΔHR 298 = -3.501,764 kkal/kmol



 Reaksi yang terjadi dalam ammonia still : 2 NHCl+Ca(OH)2 → CaCl2 + 2NH3 + 2H2O



ΔHR 298 = 135.983,52 kkal/kmol



Pembuatan Soda Ash APRIL 1, 2011 LEAVE A COMMENT



Sodium carbonat (Na2CO3) adalah bahan lunak yang larut dalam air dingin dan kelarutan dalam air kira-kira 30% berat larutan, dalam industri kimia di kenal dengan “soda ash”. Di negara eropa dan beberapa kota distrik di USA istilah soda mengacu pada decahidrat (Na2CO310H2O) dan monohidrat (Na2CO3H2O) yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, tapi komoditi decahidrat (Na2CO310H2O) dan monohidrat (Na2CO3H2O) jumlahnya relatif kecil di bandingkan dengan bentuk anhidrat. SIFAT FISIS DAN KIMIA SODIUM CARBONAT – Berat molekul : 106 g/mol – Bentuk : Kristal dan bersifat higroskopis – Warna : Putih – Titik lebur, 0oC : 7,1 g/100 g H2O – Densitas, 20oC : 2,533 g/ml – Kapasitas panas, 85oC : 26,41 cal/ gmol oC KEGUNAAN SODIUM KARBONAT Sodium karbonat dalam industri kegunaanya sangat luas. Sodium karbonat dalam industri di gunakan sebagai bahan baku industri kimia, industri-industri yang menggunakan sodium karbonat untuk bahan baku antara lain : 1. industri sabun 2. industri gula 3. industri gelas 4. industri obat 5. industri kertas 6. industri tekstil 7. industri metalurgi 8. industri keramik 9. Dll Sodium karbonat (soda abu) dalam perdagangan lebih dikenal dengan istilah alkali. Kandungan soda ash di alam ini jumlahnya terbatas. Pasir dan clay pada tempat tertentu di gurun pasir biasanya menunjukan adanya kandungan sodium karbonat. Kebutuhan akan sodium karbonat baik untuk industri dan rumah tangga semakin meningkat. Untuk memenuhi akan kebutuhan sodium karbonat selain proses alam bisa juga dilakukan dengan proses sintetik di antaranya : 1. Proses Leblanc 2. Proses Soda Ammonia (solvay) 2.1. Proses Leblanc Proses Leblanc adalah proses pembuatan soda Ash sintetik yang pertama di lakukan pada tahun 1775. Perusahaan pertama yang memproduksi soda ash dengan proses Leblanc di bangun di Inggris pada tahun 1823. Proses Leblanc pada umumnya adalah proses pengolahan garam dengan asam sulfat untuk membuat sodium sulfat dan asam hydro chloric : NaCl(l) + H2SO4(l) NaHSO4(l) + HCl(l) NaCl(l) + NaHSO4(l) Na 2SO4(S) + HCl(l)



Sodium sulfat di panaskan dengan batu kapur dan batu bara (kokas) untuk memproduksi “black ash” yang mengandung sodium karbonat, Kalsium sulfida dan beberapa batu bara yang tidak bereaksi. Na2SO4(l) + 2 C(s) Na2S(s) + 2 CO2(g) Na2S(s) + CaCO3(s) Na2CO3(s) + CaS(s) Sodium karbonat dapat di pisahkan dengan air dari black ash dan di Kaustisasi dengan kapur mentah, cara ini digunakan untuk mengembalikan sulfur dari kalsium sulfida. Proses Leblanc masih di gunakan di Inggris dan benua Eropa selama perang dunia pertama, tetapi jumlahnya terus berkurang selama perang dunia kedua. Pada saat ini proses Leblanc sudah tidak dilakukan lagi karena beberapa kelemahan diantaranya : 1. konsumsi energi yang sangat besar pada saat pelelehan. 2. membutuhkan tenaga kerja yang intensif karena prosesnya merupakan proses batch yang memerlukan banyak tahap. 3. menimbulkan dampak lingkungan. Karena alasan-alasan di atas tersebut maka pada tahun 1880 proses ini tergeser oleh proses yang lebih bersih dan lebih efisien yaitu proses soda ammonia (proses solvay). 2.2. Proses Soda Ammonia (Proses Solvay) Ernest solvay pada tahun 1861 mulai mengembangkan proses soda ammonia. Pada mulanya proses ini mengalami kesulitan besar dalam bersaing dengan proses Leblanc yang lebih tua dan lebih mapan, namun dalam beberapa tahun saja proses solvay berhasil menurunkan harga soda ash sebanyak sepertiganya. Pada tahun 1915 proses soda ammonia akhirnya berhasil menggantikan proses Leblanc. Proses solvay pertama kali di perkenalkan di Eropa pada tahun 1866 di Couillt di dekat Charleroi Belgia. Pabrik ini telah memproduksi 1,5 ton per hari pada tahun 1866 dan pada tahun 1872 meningkat jadi 10 ton per hari Penggunaan proses solvay di industri semakin berkembang, di Eropa misalnya dibangun pabrik Dombasle di dekat Nancy Perancis dan di Amerika di bangun pabrik stracause di New York. Bahan baku proses solvay adalah garam, batu gamping, dan kokas atau gas bumi dan menggunakan ammonia sebagai reagen siklus. Keberhasilan proses ini bergantung pada kenyataan bahwa ammonia, karbon dioksida dan air, dalam perbandingan yang tepat bereaksi membentuk natrium bikarbonat. Ammonium bikarbonat bereaksi dengan natrium klorida membentuk natrium bikarbonat yang relativ tidak larut dalam larutan yang digunakan oleh, karena itu dapat di saring keluar dan di panggang menjadi soda abu. Proses yang digunakan adalah proses solvay, yang mana di bandingkan dengan proses yang lain lebih ekonomis dan efisien. Pertimbangan-pertimbangan dibawah ini dapat mendukung akan terlaksananya pendirian pabrik tersebut, di antaranya yaitu : – Bahan baku yang digunakan lebih murah yaitu garam dan batu kapur di bandingkan dengan proses Leblanc, dan Energi yang di gunakan lebih kecil. – Proses yang digunakan lebih efisien karena menggunakan proses kontinue. dan karyawan yang di butuhkan lebih kecil. – Limbah yang dihasilkan tidak membahayakan bagi lingkungan dan sesuai dengan Dan ketentuan peraturan perundangan. Kapasitas produksi lebih besar di bandingkan dengan proses Leblanc sehingga dapat di produksi dalam jumlah yang sangat besar. Deskripsi proses Dasar proses ini adalah pengendapan NaHCO3 bila suatu larutan dari garam ammonia di karbonasi dengan gas CO2. Reaksi totalnya secara stoikiometri adalah : CaCO3(s) + 2 NaCl(l) Na2CO3(s) + CaCl2(s) Reaksi ini tidak dapat terjadi secara langsung, akan tetapi melalui beberapa tahapan proses. 4.2. Proses reaksi kimia Tahap pertama adalah pembakaran batu gamping (lime stone) beserta kokas di dalam tungku. CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g) …………..……..(1) C(g) + O2(g) CO2(g) …………………(2) Kapur hasil pembakaran di keluarkan dari tungku dan di padamkan dengan air sehingga membentuk suspensi kental dari kapur. CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(l) ………………..(3) Garam NaCl dalam bentuk larutan jenuh yang telah di serapkan dengan gas ammonia di kontakkan dengan gas CO2 yang dihasilkan dari pembakaran gamping seperti pada reaksi (2) dan (3) di dalam suatu menara absorber, yang akan menghasilkan endapan bicarbonate yang tak larut dalam ammonium chloride Reaksinya berlangsung sebagai berikut : NH3(l) + CO2(g) + NaCl(l) NaHCO3(l) + NH4Cl(l) ……..(4) Endapan natrium bicarbonate kemudian di filtrasi untuk memisahkan dari larutan NH4Cl dan selanjutnya di kalsinasi pada temperatur 200oC sehingga bicarbonatnya akan terdekomposisi menjadi karbonat. 2NaHCO3(l) Na2CO3(s) + H2O(l) + CO2(g) ……………….(5) Gas CO2 yang di hasilkan dari reaksi (5) di atas di pakai lagi untuk membantu backup umpan reaksi (4) Filtrat dari reaksi (4) masih mengandung ammonium chloride, Natrium chloride yang tidak bereaksi dan kelebihan ammonia ataupun CO2 mungkin terdapat dalam bentuk ion bicarbonate . Ammonia yang berlebih harus di pisahkan dari larutan filtrat yang di laksanakan dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah pemanasan untuk mengeluarkan ammonia yang berikatan dengan ion bicarbonat dan ion hidroksil. Tahap berikutnya di lakukan dengan penambahan kapur untuk mengambil ammonia dari ammonium chloride-nya. Tahap pertama dapat dinyatakan sebagai berikut :



NH4Cl(l) + NH4HCO3(l) + NH4OH(l) NH4Cl(l) + CO2(g) + 2NH3(l) + 2H2O(l) Larutan yang hanya mengandung NH4Cl dan garam yang tak bereaksi kemudian diolah dengan kapur yang di reaksikan dari reaksi (4), Ca(OH)2(l) + 2NH4Cl(l) 2H2O(l) + CaCl2(s) + 2NH3(l) 4.3. Penjelasan uraian proses : a. Pembakaran Lime stone Pada proses pembakaran lime stone yang terjadi di dalam lime kiln, batu kapur terdekomposisi pada temperatur 900-1000˚C menjadi kapur tohor (CaO) dan karbon dioksida (CO2). Reaksi yang terjadi dalam pembakaran tersebut,yaitu : CaCO3(s) CaO(g) + CO2(g) Pada reaksi ini terjadi penyerapan panas, karena untuk menguraikan 1 gram CaCO3 memerlukan panas 42,5 kkal. CaO yang terbentuk dimasukan dalam slaker dengan penambahan air bersama-sama membentuk kapur padam Ca(OH)2. Proses ini terjadi pada temperatur 90-100oC, reaksi yang terjadi : CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(l) Ca(OH)2 yang di hasilkan di alirkan ke dalam kolom kostitasi untuk memisahkan dan mengambil kembali amoniak. Sedangkan gas CO2 yang di hasilkan dari proses kalsinasi lime stone untuk kemudian di alirkan ke kolom karbonatasi. b. Pemurnian larutan Brine Garam yang digunakan sebagai bahan baku diambil dari sekitar pantura, sebelum di gunakan dalam proses, garam ini di murnikan terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengurangi pengotor-pengotor. Garam ini dialirkan ke tangki pelarutan, larutan garam di teruskan ke tangki pemurnian yang di lengkapi dengan pengaduk, dalam tangki ini di tambahkan Ca(OH)2 dan Na2CO3 untuk mengikat kotoran. Endapan yang terbentuk dengan gaya gravitasi akan turun mengendap dan di alirkan ke tangki slurry sedangkan larutan garam di teruskan mengalir ke dalam sand filter. Larutan garam di tampung dalam tangki penyimpanan. Larutan garam siap di gunakan sebagai bahan baku. c. Penyerapan Ammonia Larutan garam hasil pemurnian dari atas menara absorber. Temperatur garam ini kira-kira 30oC, sedangkan kondisi operasi absorber PA temperatur 50oC, amonia masuk dari bawah menara, sedangkan air garam di masukan dari bagian atas kolom sehingga menghasilkan larutan garam amonia jenuh. d. Pembentukan Sodium Karbonat Setelah di dinginkan larutan garam amoniak di pompa ke bagian atas menara karbonatasi yang bertekanan 4 atm, sedangkan CO2 hasil lime stone masuk dari bawah menara, temperatur yang berlangsung di dalam menara 54oC reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis : NH4OH(l) + NaCl(l) + CO2(g) NaHCO3(l) + NH4Cl(l) Produk yang terbentuk di pompa ke vacum filter untuk dipisahkan dari NH4Cl di bantu dengan penambahan air ke dalam kalsinasi untuk di keringkan sehingga menghasilkan produk yang diinginkan, sedangkan NH4Cl di alirkan ke tangki penyimpanan yang kemudian digunakan untuk merecovery ammonia dalam kolom kostitasi.