Proses Produksi Beton Pracetak [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rian
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proses Produksi Beton Pracetak Selanjutnya akan dibahas mengenai beton pracetak, proses-proses pembuatan beton pracetak serta jenis ikatan yang ada pada beton pracetak. Selengkapnya adalah sebagai berikut: I.            SISTEM PRACETAK BETON



Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga) metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu sistem konvensional, sistem formwork dan sistem pracetak. Sistem konvensional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari sistem konversional dengan digunakannya sistem formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain Sistem Outinord dan Mivan. Sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan Sistem Mivan menggunakan bahan alumunium. Pada sistem pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontol kualitas yang baik. II.         PENGERTIAN BETON PRACETAK/PRECAST CONCRETE



Precast Concrete/Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Beton pracetak dibuat di dalam pabrik sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan atau disesuaikan dengan aplikasi kerja sehingga bisa menghemat biaya dan efisien waktu. Setelah pembuatan beton tersebut selesai, beton selanjutnya akan diangkut ke lokasi proyek pembangunan untuk dilakukan pemasangan. Precast Concrete atau Beton  pracetak menunjukkan bahwa komponen struktur beton tersebut tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pracetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi. Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentukbentuk yang repetitif, dalam jumlah besar. Berdasarkan surat keputusan SNI T-15-1991-03, pengertian beton pracetak ialah komponen beton yang dicor di tempat yang bukan merupakan posisi akhir dalam suatu struktur. Pada umumnya, beton pracetak mempunyai kekuatan yang berkisar antara 4.0006.000 psi atau bahkan lebih. Keunggulan Menggunakan beton pracetak di antaranya adalah memudahkan pekerjaan struktur maupun finishing, menghemat biaya/anggaran pekerjaan bangunan sampai dengan 30% dibanding dengan cara konvensional / manual karena tidak ada pekerjaan ulang, beton pracetak sebelum bangunan didirikan sudah bisa dilihat bentuk atau desainnya, kualitas terkontrol dengan baik karena bentuk dan ukuran sudah pasti, lebih ringan dan rapi, menghemat penggunaan bekisting karena dengan beton pracetak tidak perlu memakai bekisting lagi, bisa dibentuk sesuai desain yang diinginkan serta tercapainya efisiensi waktu.



III.      PEMBUATAN/PRODUKSI BETON PRACETAK



Proses produksi/pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu: 1.   Tahap Design 2.   Tahap Produksi 3.   Tahap Pascaproduksi



Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tahap produksi beton pracetak. 1.   Tahap Design



Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya. 2.   Tahap Produksi



Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi adalah kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk, mutu dari bahan baku, mutu dari cetakan, mutu atau kekuatan beton, penempatan dan pemadatan beton, ukuran produk, posisi pemasangan, perawatan beton, pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk, serta pencatatan (record keeping). Tahap produksi terdiri dari proses-proses berikut: a. Pembuatan rangka tulangan b. Pabrikasi tulangan dan cetakan c. Penakaran dan pencampuran beton d. Penuangan dan pengecoran beton e. Transportasi beton segar f. Pemadatan beton g. Finishing / repairing beton h. Curing beton Di bawah ini penjelasan singkat langkah – langkah dalam pembuatan beton pracetak pada tahap produksi:



Langkah 1 : Pembuatan Cetakan Cetakan berfungsi untuk membentuk beton dengan spesifikasi yang sesuai perencanaan. Bahan baku untuk membuat cetakan beton yaitu papan kayu. Papan-papan kayu tersebut lantas dibentuk kotak dan ditahan menggunakan paku secukupnya. Penentuan ukuran dari cetakan harus benar-benar diperhatikan karena akan memengaruhi hasil jadi beton pracetak. Beton yang baik seyogyanya bisa dipakai lagi hingga sebanyak 50 kali. Langkah 2 : Pembuatan Adukan Beton



Secara prinsip, pembuatan adukan beton dilakukan dengan mencampurkan bahan pengisi dan bahan pengikat menjadi satu. Bahan-bahan yang dimaksud antara lain pasir, kerikil, semen, dan air dengan perbandingan komposisi sesuai kualitas yang diharapkan. Untuk mengubah sifat alami dari beton, Anda bisa menambahkan zat aditif tertentu ke dalam adukan tersebut. Langkah 3 : Penuangan Adukan Beton Adukan beton yang sudah terbentuk kemudian dituangkan ke dalam cetakan. Pastikan dalam penuangannya, adukan ini disebarkan secara merata dan memenuhi setiap bagian cetakan. Penuangan adukan yang salah akan menyebabkan mutu beton menurun. Bahkan kekuatan beton pun dapat berkurang drastis apabila penampangnya tidak tercetak sempurna. Adukan beton sebaiknya dituangkan setengahnya dahulu, kemudian dilakukan pemasangan tulangan baja di tengah cetakan, dan diteruskan lagi dengan penuangan adukan sampai penuh. Langkah 4 : Pemasangan Tulangan Baja Kebanyakan beton pracetak dipakai untuk menahan beban dari bangunan. Tidak hanya pelat lantai, beton ini juga kerap digunakan sebagai pembentuk struktur balok dan kolom bangunan. Oleh karena itu, beton harus mampu menahan gaya beban dan gaya tarik dengan baik. Solusinya Anda bisa memasang beberapa tulangan baja ke dalam adukan beton di dalam cetakan tadi sehingga nantinya akan terbentuk beton bertulang. Pemasangan tulangan dilakukan ketika kondisi adukan masih basah. Langkah 5 : Pengeringan Beton (curing) Adukan beton sebaiknya dikeringkan secara alami dengan cara mengangin-anginkannya. Penjemuran adukan beton di bawah terik sinar matahari langsung justru dapat mengakibatkan beton mengalami keretakan sehingga tak layak pakai. Selama proses pengeringan berlangsung, beton juga perlu disiram dengan air secara berkala untuk menghindari beton mengering secara mendadak. Perawatan terhadap beton dilakukan sampai berumur 7 hari, sedangkan beton akan mengering sempurna dan boleh digunakan setelah usianya mencapai 30 hari. Pada elemen-elemen beton yang besar steam curing diberikan kedalam beton dengan cara diselubungi Suhu 60-700C selama 2-3 jam. 3.   Tahap Pascaproduksi



Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan ( storage ), penumpukan ( stacking ), pengiriman ( transport ) dan tahap pemasangan di lapangan ( site erection ) Handling→Pasca umur beton memenuhi, unit beton pracetak dipindahkan ke storage/gudang, disusun secara vertikal dan diberi bantalan antar unit pracetak Transportasi dan alat angkut (pengiriman ke lapangan) → Transportasi unit pracetak. Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transport. Install  /erection  (pelaksanaan konstruksi) → memasang unit pracetak pada struktur, memasang joint (cast-in-site)   Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah sebagai berikut: a) Dirakit per elemen b) Lift – Slab system → adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis. c) Slip – Form System → pada sistem ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.



d) Push – Up / Jack – Block System → pada sistem ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas dengan hidranlic – jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertikal. e) Box System → konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.