Proses Tahap Tujuan Menyimak Dan Hal - Hal Yang Perlu Disimak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proses, Tahap, Tujuan Menyimak dan Hal-Hal yang Perlu Disimak



Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. Ia berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.”Kegiatan



menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan



disertai usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur perhatian. A. Proses Menyimak Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Di dalam proses menyimak itu sendiri terdapat tahap-tahap yang dilakukan, yaitu tahap mendengar, tahap memahami, tahap menginterpretasi, tahap mengevaluasi, dan tahap menanggapi. Tahap mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraanya, sehingga dalam tahap ini, si pendengar masih berada dalam tahap hearing. Tahap memahami. Tahap ini merupakan tahap lanjutan. Setelah kita mendengar, ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara. Tahap ini disebut juga tahap understanding.



1



Tahap menginterpretasi. Penyimak yang baik, cermat, dan juga teliti, belum puas jika hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara. Dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran tersebut. Dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap interpretting. Tahap mengevaluasi. Setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasi isi pembicaraan, sang penyimak pun mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara, di mana keunggulan dan kelemahan, di mana kebaikan serta kekurangan sang pembicara dievaluasi. Pada tahap ini sang penyimak sampai pada tahapm evaluating. Tahap menanggapi. Tahap menanggapi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraanya. Pada tahap ini sang penyimak sampai pada tahap menanggapi atau responding, Logan et al (dalam Tarigan 1986: 58-59). Sejalan dengan pendapat di atas, Syarifah (2009: 91-92) menuturkan ada empat tahap dalam proses menyimak. Keempat tahap tersebut adalah: (1) tahap mendengarkan, (2) tahap memahami, (3) tahap interpretasi, dan (4) tahap evaluasi. Penyimak yang baik akan melakukan proses penyimakan secara sistematis. Proses yang sistematis ini akan menghasilkan hasil simakan yang baik dan berkualitas. B. Tahap-Tahap Menyimak 1. Menurut Ruth G. Strickland Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak pada para siswa sekolah dasar, Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai berikut: a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya; b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraan;



2



c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak; d. Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi halhal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya; e. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian secara seksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja; f. Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara; g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan; h. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara; i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran pendapat, dan gagasan sang pembicara (Strickland, 1957: (Dawson {et all}, 1963:154). 2. Tahap-tahap menyimak ditinjau dari segi perbedaan maksud dan tujuan a. Mendengar bunyi kata-kata tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide-ide yang diekspresikan, misalnya seorang ibu tahu bahwa putrinya nonberbicara, namun sang ibu tidak memperhatikannya. b. Menyimak sebentar-sebentar; memperhatikan sang pembicara sebentar-sebentar; misalnya mendengar suatu ide pada suatu khotbah atau ceramah, tetapi ide-ide lainnya tidak didengar apalagi didengarkan. c. Setengah menyimak; mengikuti diskusi atau pembicaraan hanya dengan maksud suatu kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri; misalnya seseorang yang mendengarkan suatu percakapan hanya untuk mencari kesempatan untuk mengemukakan kepada hadirin bagaimana cara beternak ulat sutera. d. Menyimak secara pasif dengan sedikit response yang kelihatan, misalnya sang anak mengetahui bahwa sang guru mengatakan kepada seluruh kelas untuk yang kedua kalinya bagaimana cara berjalan di dalam ruangan agar tidak mengganggu orang lain. Karena sang anak sudah mengetahui hal itu, penyimakannya bersifat pasif saja, dan responsinya tidak begitu besar. 3



e. Menyimak secara sempit; dalam hal ini makna atau penekanan yang penting pudar dan lenyap karena sang penyimak menyeleksi butir-butir yang biasa, yang berkenan, ataupun yang sesuai padanya, dan yang dapat disetujuinya, misalnya seorang anggota Partai Republik menyimak pembicaraan seorang tokoh dari partai lain. Karena kesibukannya memilih ide yang diingininya, dia kehilangan ide utama sang pembicara. Inilah akibat penyimakan yang sempit. Ketertutupan hati seseorang. f. Menyimak



serta



membentuk



asosiasi-asosiasi



dengan



butir-butir



yang



berhubungan dengan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang, misalnya seorang siswa sekolah dasar mendengar bunyi awal kata-kata Karim, kurang, kaya, karena, kita, dan menghubungkannya dengan huruf k. g. Menyimak suatu laporan untuk menangkap ide-ide pokok dan unsur-unsur penunjang, atau mengikuti petunjuk-petunjuk; menyimak peraturan-peraturan serta uraian-uraian suatu permainan baru. h. Menyimak secara kritis; seorang penyimak memperhatikan nilai-nilai kata emosional dalam suatu iklan advertensi yang disiarkan melalui radio. i. Menyimak secara apresiatif dan kreatif dengan responsi mental dan emosional sejati yang matang, misalnya seorang siswa menyimak gurunya membacakan riwayat perjuangan seorang pahlawan menentang penjajahan, dan memperoleh kegembiraan karena dapat mengetahui sifat-sifat pahlawan sejati. (Anderson, 1972:69). C. Tujuan Menyimak Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Tarigan (1994:56) menyimpulkan bahwa ada delapan tujuan menyimak,yaitu: a. Menyimak untuk belajar b. Menyimak untuk menikmati c. Menyimak untuk mengevaluasi d. Menyimak untuk mengapresiasi e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide, gagasan maupun perasaannya sendiri kepada orang lain dengan lancar dan tepat f. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dengan tepat g. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis 4



h. Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini meragukan.



D. Hal-Hal Yang Perlu Disimak Agar lebih mengenal bahasa kita harus memahami hal-hal yang perlu disimak, karena mengandung makna tersendiri. Adapun hal-halnya, yaitu : a. Bunyi-bunyi fenomis atau bunyi-bunyi distingtif bahasa yang bersangkutan, dan pada akhirnya variasi-variasi fonem yang bersifat personal seperti dipakai atau diucapkan oleh beberapa pembicara asli, penduduk pribumi. b. Urutan-urutan bunyi beserta pengelompokkan-pengelompokkannya, seperti; panjangnya jeda dan pola-pola intonasi. c. Kata-kata tugas beserta perubahan-perubahan bunyi sesuai dengan posisinya didepan kata lain. d. Infeksi-infeksi untuk menunjukkan jamak, waktu, milik, dan sebagainya. e. Perubahan-perubahan



bunyi



dan



pertukaran-pertukaran



fungsi



yang



ditimbulkan oleh derivasi. Misalnya :adil, keadilan, pengadilan, mengadili, dan diadili. f. Pengelompok-pengelompokkan struktural, misalnya yang berhubungan dengan frasa-frasa verbal, preposisional. g. Petunjuk-petunjuk urutan kata yang menyangkut fungsi dan makna. h. Makna kata-kata yang bergantung pada konteks atau situasi pembicaraan, misalnya :kaki meja, kaki gunung, kaki tangan musuh, tingginya seribu kaki, dan sop kaki. i. Kata-kata salam, kata-kata sapaan, kata-kata pendahuluan, dan kata-kata keraguan yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan. j.



Makna budaya yang terkandung atau tersirat dalam suatu pesan atau ujaran.



5



Sumber: Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa ______. 2014. Pengertian Menyimak, Jenis-Jenis Menyimak, Tahapan Menyimak. laman:



http://www.planetxperia.tk/2014/04/pengertian-menyimak-jenis-jenis-



meyimak.html, diakses tanggal 14 September 2018 Soedjiatno. 1992. Keterampilan Menyimak dan Pengajarannya II. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas Tarigan, Djago, dkk. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa



6