PTK Ips 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA PADA POKOK BAHASAN MOBILITAS SOSIAL DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 LAROMPONG SELATAN MELALUI TEKNIK TEBAK KATA (PREDICTION GUIDE) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di buat dan diajukan pada penilaian angka kredit unsur pengembangan profesi guru sebagai salah satu syarat pengusulan kenaikan pangkat dari golongan III/c ke III/d



Disusun oleh



HASBIAH, S.Sos. MM NIP. 19651231.200701.2.108 LUWU 2013 LEMBAR PENGESAHAN



1. Judul Penelitian :



Upaya



meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa pada pokok bahasan mobilitas sosial di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan



melalui



(prediction guide) 2. Bidang Ilmu/Kajian



teknik



tebak



kata



:



Sosiologi/Metode pembelajaran tebak kata 3. Kategori : Pengembangan metode



-



Nama NIP Pangkat/Golongan Jabatan Mata Pelajaran Instansi



4. : : : : : : 5.



pembelajaran melalui PTK Peneliti : HASBIAH, S.Sos,MM 19651231.200701.2.108 Penata , III/c Guru Dewasa Sosiologi SMA Negeri 1 Larompong Selatan Lokasi Penelitian : SMA Negeri 1 Larompong Selatan Kab. Luwu (Kelas XI IPS



1) 6. Waktu Penelitian



:



Semester



1



tahun pelajaran 2013-2014 dari tanggal 19 September s/d 26 September 2013



Larompong Selatan, 28 September 2013 Mengesahkan Kepala SMA Negeri 1 Larompong Selatan



Drs. A H M A D Pangkat: Pembina NIP. 19641231.199403.1.139



Guru Peneliti,



HASBIAH, S.Sos, MM NIP. 19651231.200701.2.108



SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PTK



Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama



:



Drs. A H M A D



NIP



:



19641231.199403.1.139



Pangkat/Golongan



:



Pembina , IV/a



Jabatan



:



Kepala SMA Negeri 1 Larompong Selatan



Nama



:



HASBIAH, S.Sos, MM



NIP



:



19651231.200701.2.108



Pangkat/Golongan



:



Penata , III/c



Unit Kerja



:



SMA Negeri 1 Larompong Selatan



:



SOSIOLOGI



Menerangkan bahwa :



Mata Pelajaran Yang Diampu



Telah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Kelas XI IPS 1 pada pokok bahasan mobilitas sosial dari tanggal 19 September s/d 26 September 2013. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Larompong Selatan, 28 September 2013 Kepala Sekolah, Drs. A H M A D NIP. 19641231.199403.1.139 Pangkat : Pembina



SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS



Yang bertanda tangan di bawah ini, peneliti : 7. Nama 8. NIP 9. Pangkat/Golongan 10. Jabatan 11. Mata Pelajaran 12. Instansi 13. Alamat



: : : : : : :



HASBIAH, S.Sos, MM 19651231.200701.2.108 Penata , III/c Guru Dewasa SOSIOLOGI SMA Negeri 1 Larompong Selatan Jl. Pantai Ponnori Desa Temboe Kec. Larompong Selatan Kab. Luwu



Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis laporan Penelitia Tindakan Kelas (PTK) ini adalah asli, hasil karya peneliti sendiri, bukan jiplakan dari manapun dan tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang peneliti ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis yang lazim. Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti.



Larompong Selatan, 28 September 2013 Mengesahkan Kepala SMA Negeri 1 Larompong Selatan



Drs. A H M A D Pangkat: Pembina NIP. 19641231.199403.1.139



Guru Peneliti,



HASBIAH, S.Sos, MM NIP. 19651231.200701.2.108



SURAT PERNYATAAN KOLABORATOR Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama



: HASBIAH, S.Sos, MM



NIP



: 19651231.200701.2.108



Pangkat/Golongan



: Penata , III/c



Instansi Tempat Mengajar



: SMA Negeri 1 Larompong Selatan



Mata Pelajaran Yang Diampu : SOSIOLOGI Menerangkan bahwa: Nama



: HASDARWATI, S.Pd



NIP



: 19790909.200903.2.002



Pangkat/Golongan



: Penata Muda TK.I, III/b



Instansi Tempat Mengajar



: SMA Negeri 1 Larompong Selatan



Adalah teman sejawat bertugas sebagai kolaborator/observer yang membantu dalam pengambilan data Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Upaya meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa pada pokok bahasan mobilitas sosial di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan melalui teknik tebak kata (prediction guide). Dernikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Larompong Selatan, 28 September 2013 Yang Membuat Pernyataan: Guru Kolaborator/Observer



Guru Peneliti



HASDARWATI, S.Pd NIP. 19790909.200903.2.002



HASBIAH, S.Sos, MM NIP. 19651231.200701.2.108



SURAT KETERANGAN DOKUMENTASI Yang bertanda tangan di bawah ini : a. Nama b. Jabatan



: :



ST. MAHARNI TAHIR, S.Pd, MM Kepala Perpustakaan SMA Negeri 1 Larompong Selatan Kab. Luwu



c. Instansi d. Alamat



: :



SMA Negeri 1 Larompong Selatan Larompong Kel. Larompong Kab. Luwu



: : : : : : :



HASBIAH, S.Sos, MM 19651231.200701.2.108 Penata , III/c Guru Dewasa SOSIOLOGI SMA Negeri 1 Larompong Selatan Jl. Pantai Ponnori Desa. Temboe Kec. Larompong Selatan Kab. Luwu



Menerangkan bahwa : a. b. c. d. e. f. g.



Nama NIP Pangkat/Golongan Jabatan Mata Pelajaran Instansi Alamat



Telah menyerahkan karya tulis laporan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa pada pokok bahasan mobilitas sosial di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan melalui teknik tebak kata (prediction guide)” untuk disimpan di Perpustakaan Sekolah. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Larompong Selatan, 2 Oktober 2013 Kepala Perpustakaan,



ST. MARHANI TAHIR, S.Pd, M.M NIP. 19731015.200604.2.005 ABSTRAK HASBIAH, S.Sos, MM (2013). Upaya meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa pada pokok bahasan mobilitas sosial pada di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan melalui teknik tebak kata (prediction guide). Penelitian Tindakan Kelas ini berawal dari masalah (a) Bagaiamana upaya meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran sosiologi dalam pokok bahasan mobilitas sosial pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan tahun pelajaran 2013/2014?, (b) Adakah pengaruh penerapan teknik tebak kata (prediction guide) pada pokok materi mobilitas sosial terhadap peningkatan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan tahun pelajaran 2013/2014?



Berpijak pada penjelasan sebelumnya, yaitu mengenai penerapan teknik tebak kata (prediction guide) untuk meningkatkan prestasi belajar sosiologi dalam materi mobilitas sosial pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan tahun pelajaran 2013/2014, akhirnya penulis mengambil kesimpulan : Penggunaan teknik pembelajaran tebak kata pada pelajaran sosiologi dalam materi mobilitas sosial, siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan tahun pelajaran 2013/2014, adalah baik. Hal ini dapat diketahui bahwa atas dasar hasil penelitian yang telah dilaksanakan, akhirnya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Penerapan teknik tebak kata (prediction guide) pada mobilitas sosial ternyata berhasil meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada tiap-tiap siklus. Pada Siklus I dalam tahap kegiatan tebak kata (prediction guide) yang semula siswa menjawab benar berjumlah 5 pasangan (55,55%) kemudian meningkat menjadi 6 pasangan (66,67%) pada tahap penguatan. Demikian juga pada Siklus II, pada tahap kegiatan tebak kata (prediction guide) yang semula siswa menjawab benar berjumlah 7 pasangan (77,78%) kemudian meningkat menjadi 8 pasangan (88,89%) pada tahap penguatan. Keberhasilan penerapan teknik tebak kata (prediction guide) dalam pokok bhasan mobilitas sosial dalam rangka meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan semakin diperkuat dengan pelaksanaan tes hasil belajar. Terbukti : (a) nilai rata-rata siswa yang semula 75,28 pada Siklus I meningkat menjadi 78,89 pada siklus II; (b) siswa yang menguasai bahan ajar di atas dasar KKM patokan sekolah yang ditentukan 75, yang semula 12 siswa (66,67%) pada Siklus I meningkat 17% yaitu menjadi 15 siswa (83,67%) pada Siklus II. Keberhasilan penerapan teknik tebak kata dalam pokok bahasan mobilitas sosial dalam rangka meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan lebih diperkuat lagi dengan penyebaran hasil angket pertanyaan 1 pada siswa. Terbukti dari 18 siswa siswa, 14 (78%) siswa diantaranya menganggap pelaksanaan teknik tebak kata (prediction guide) sangat menyenangkan. Selain penyebaran angket pertannyaan 2 pada siswa itu terdapat 12 siswa siswa (67%) dari 18 siswa siswa, menganggap sangat mudah mempelajari materi mobilitas sosial melalui teknik tebak kata (prediction guide). KATA PENGANTAR



Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul



UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI



BELAJAR SOSIOLOGI SISWA PADA MATERI MOBILITAS SOSIAL DI KELAS KELAS XI IPS 1



SMA NEGERI 1 LAROMPONG SELATAN



MELALUI STRATEGI TEBAK KATA (PREDICTION GUIDE) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi mobilitas sosial dengan menggunakan strategi tebak kata. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini juga merupakan penilaian angka kredit unsur pengembangan profesi guru sebagai salah satu sarat pengusulan kenaikan pangkat dari golongan III/c ke III/d Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini, tentunya penulis tak dapat menyelesaikan tanpa bantuan pihak lain. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Ahmad, selaku kepala SMA Negeri 1 Larompong Selatan yang telah memberikan dukungan dan membimbing dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. 2. Hasdarwati, S.Pd, selaku teman sejawat yang telah bersedia dan membantu menjadi kolaborator (Observer) selama pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. 3. Teman-teman guru yang telah membantu memberikan masukan dan saran dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini. 4. Semua pegawai/karyawan SMA Negeri 1 Larompong Selatan yang telah membantu memfasilitasi sarana dan dokumen yang dibutuhkan. 5. Siswa-siswi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan yang telah terlibat langsung menjadi subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi



materi maupun dari teknik penulisan. Olehnya itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Terima kasih.



Makassar, 28 September 2013



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan di antaranya rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya siswa Sekolah



Menengah



Atas. Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia yang juga banyak diperbincangkan yaitu pendekatan dalam pembelajaran yang masih terlalu didominasi oleh guru ( teacher centered ). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan sebagai subyek didik.



Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir holistic ( menyeluruh ), kreatif, obyektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual ( Depdiknas, 2005a : 1 ). Dengan demikian guru yang profesional dituntut untuk menampilkan keahliannya sebagai guru didepan kelas. Salah satu komponen keahlian yang harus dikuasai adalah kemampuan mengelola proses pembelajaran. Guru tidak hanya cukup memberikan ceramah di depan kelas, hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri yang berbicara ( aktif ), sedangkan muridnya duduk diam mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru tentu dapat mematikan semangat belajar siswa. Temuan peneliti yang terjadi di lapangan selama ini di SMA Negeri 1 Larompong Selatan, menunjukkan bahwa kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran terutama mata pelajaran sosiologi, mengakibatkan siswa menjadi pasif, kurang kreatif dan kurang memiliki kompetensi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti akan berusaha menggunakan teknik baru dalam proses pembelajaran yaitu teknik tebak kata. Penerapan teknik ini akan kami teliti lebih lanjut dengan judul penelitian : “Upaya meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa pada pokok bahasan mobilitas sosial di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan melalui teknik tebak kata (prediction guide)”. B. Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan-permasalahan yang timbul dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penerapan teknik tebak kata pada pokok bahasan mobiltas sosial dalam rangka meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan? 2. Adakah pengaruh penerapan teknik tebak kata pada pokok bahasan mobiltas sosial terhadap peningkatan prestasi belajar sosiologi siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan?



C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui proses penerapan teknik tebak kata pada pokok bahasan mobiltas sosial dalam rangka meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan. 2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik tebak kata pada pokok bahasan mobilitas sosial terhadap peningkatan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan. 3. Ikut menyumbangkan pikiran dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya di SMA Negeri 1 Larompong Selatan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah baik secara langsung atau tidak langsung dalam upaya peningkatan mutu proses dan prestasi belajar siswa, serta peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. 1. Mamfaat Bagi Siswa: Diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran sosiologi.



2. Mamfaat Bagi Guru: Sebagai masukan dan



sumbangan



pikiran



untuk



bersama-sama



mengoptimalkan peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi di sekolahnya masing-masing pada khususnya dan di Kabupaten Luwu pada umumnya 3. Bagi Sekolah  Sebagai masukan terhadap Kepala Sekolah untuk mengambil kebijakan-kebijakan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar 



siswa di SMA Negeri 1 Larompong Selatan. Sebagai sumbangan pikiran kepada guru-guru SMA Negeri 1 Larompong Selatan untuk bekerja dan berjuang bersama secara optimal dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA



Negeri 1 Larompong Selatan. 4. Bagi Pengembang Kurikulum Dapat dijadikan masukan guna menyempurnakan kurikulum yang lebih berorietasi pada siswa sebagai subyek didik dalam proses pembelajaran



BAB II KAJIAN TEORI/TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS



A. Kajian Teori 1. Kajian Teori Tentang Belajar dan Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Moeslichatoen mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses yang membuat terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses belajar. Belajar adalah modifikasi



atau



memperteguh



kelakuan



melalui



pengalaman



(learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar menurut pandangan B. F. Skinner adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Piaget mendefinisikan belajar learning as personal knowledge construction, particularly in relation to science and mathematics. Yaitu belajar adalah proses kontruksi pengetahuan secara individual. Ada beberapa tentang teori belajar, diantaranya sebagai berikut. 1) Teori belajar behaviorisme Menurut teori behaviorisme bahwa belajar terjadi bila perubahan dalam bentuk tingkah laku dapat diamati, bila kebiasaan berperilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau



karena pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. 2) Teori psikologi kognitif Brunner sebagai



ahli



belajar



psikologi



kognitif



memandang proses itu sebagai tiga proses yang berlangsung secara serempak, yaitu proses perolehan informasi baru, proses transformasi pengetahuan, proses pengecekan ketepatan dan memadainya pengetahuan tersebut. 3) Teori belajar humanisme Ahli humanisme yang diwakili oleh Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang



sebagai



fungsi



keseluruhan



pribadi.



Mereka



berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik. 4) Teori belajar sosial Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Banduraq yang merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori belajar sosial ini menekankan bahwa lingkunganlingkungan yang dihadapkan kepada seseorang tidak random, lingkunganlingkungan itu kerapkali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya. b. Aktivitas Belajar Aktivitas artinya keaktifan atau kegiatan. Aktivitas belajar adalah keaktifan atau kegiatan yang dilaksanakan dalam proses



belajar mengajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Inilah yang menjadikan aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam



melakukan



aktivitas



belajar,



seseorang



akan



berinteraksi dengan sumber-sumber belajar baik yang sengaja dirancang maupun yang dimanfaatkan. Dalam proses pembelajaran yang aktif, aktivitas peserta didik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Dalam proses pembelajaran juga terdapat dua aktivitas, yaitu: aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Contoh aktivitas fisik peserta didik dalam proses pembelajaran antara lain peserta didik giat aktif dalam menggerakkan anggota badan, membuat alat peraga, bermain maupun bekerja. Sedangkan contoh aktivitas psikis yang dilakukan oleh peserta didik antara lain peserta didik jiwanya bekerja sebanyakbanyaknya dalam rangka pengajaran, mendengarkan, memahami pelajaran. c. Prestasi Belajar Prestasi belajar



adalah



“penguasaan



pengetahuan



atau



keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” ( Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994 : 787 ). Prestasi belajar pada dasarnya mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada



setiap mata pelajaran. Gambaran prestasi belajar siswa biasanya dinyatakan dengan angka 0 sampai dengan 10 ( Suharsini Arikunto, 1988 : 32 ). Dalam hubungannya dengan Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi, penetapan prestasi belajar siswa harus ditetapkan dengan penilaian acuan kreteria pada setiap Kompetensi Dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma. Hasil belajar tiap-tiap mata pelajaran dimanivestasikan dalam bentuk lulus dan tidak lulus, sedangkan batas kelulusan adalah 75 % ( = nilai 75 ) menguasai bahan ajar. Nilai 75 merupakan patokan yang paling ideal, namun nilai ini tidak boleh dijadikan patokan secara nasional. Kondisi sosial sekolah harus dijadikan dasar untuk menentukan batas ketuntasan belajar minimal, sebab antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya memiliki kondisi sosial yang berbeda-beda. Oleh karena itu batas ketuntasan belajar minimal harus ditentukan oleh gurunya sendiri, misalnya apakah siswa harus mencapai nilai 65, 70, 75 dan seterusnya (Depdiknas 2005 a : 21 ). Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah penting dengan tujuan untuk : (1) menentukan target kompetensi yang harus dicapai siswa dan (2) patokan/acuan/dasar menentukan kompeten atau tidak komopetennya siswa ( Depdiknas, 2005 b : 1). Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran sosiologi sudah ditetapkan secara bersama-sama oleh guru-guru sosiologi dalam



KTSP SMA Negeri 1 Larompong Selatan, yakni rata-rata 75 (KTSP SMAN 1 Larompong Selatan, 2009) 2. Kajian Teori Tentang Teknik Tebak Kata Sesuai dengan prinsip-prinsip Kurikulum 2004 bahwa oreientasi pembelajaran lebih terfokus pada siswa. Siswa bertindak sebagai subyek pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai instruktur dan fasilitator ( Dinas Dikbud Jatim, 2004 : 7). Oleh karena itu peneliti mencoba untuk menerapkan prinsip tersebut dengan menggunakan teknik tebak kata dalam proses pembelajaran. Teknik tebak kata berasal dari kata “tebak” dan “kata”. Tebak artinya menerka atau menduga, sedangkan kata artinya unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa” (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994 : 451 dan 1017). Jadi Teknik Tebak Kata adalah teknik pembelajaran dimana siswa berusaha menebak atau menerka jawaban dari soal-soal yang diajukan pada dirinya baik secara lisan maupun tertulis. Pelaksanaan Teknik Tebak Kata dapat diuraikan sebagai berikut : a. Media yang digunakan : 1) Buatlah kartu ukuran 10 × 10 cm dari kertas Manila. Isilah dengan cirri-ciri atau kata-kata yang mengarah pada jawaban atau istilah pada kartu lain yang akan ditebak. 2) Buatlah kartu ukuran 5 × 2 cm dari kertas HVS. Isilah kata-kata atau istilah yang merupakan jawaban dari kartu sebelumnya. b. Langkah-langkah : 1) Guru menyuruh siswa mempelajari materi pelajaran selama 45 menit.



2) Suruhlah siswa berdiri di depan kerlas dan berpasang-pasangan (2 orang) 3) Seorang siswa diberi kartu berukuran 10 × 10 cm, kartu tersebut tidak perlu dilipat dan boleh dibaca oleh siswa tersebut. Sedangkan pasangannya diberi kartu berukuran 5 × 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca dan harus dilipat serta diselipkan pada telinga siswa tersebut. 4) Siswa yang membawa kartu berukuran 10 × 10 cm membacakan isinya, sedangkan pasangannya menebak jawaban dari kartu tersebut. 5) Apabila jawabannya sesuai dengan kartu yang berukuran 5 × 2 cm, maka kedua siswa tersebut diperbolehkan duduk. Jika jawaban salah, maka siswa yang membawa kartu berukuran 10 × 10 cm boleh memberi pertanyaan lain yang jawabannya tetap mengarah pada jawaban yang tertera dalam kartu berukuran 5 × 2 cm. 6) Dan seterusnya ( Endang Ekowati, 2003 : 24 ). 3. Kajian Teori Tentang Mobilitas Sosial a. Pengertian mobilitas sosial Di dalam bahasa Indonesia, mobilitas berarti gerak (KBBI : 2001). Oleh karena itu, mobilitas sosial (social mobility) adalah suatu gerak dalam struktur sosial (social structure). Dengan kata lain, mobilitas sosial dapat diartikan sebagai gerak perpindahan dari suatu status sosial ke status sosial yang lain. Oleh karena itu, mobilitas sosial disebut juga sebagai proses perpindahan sosial atau gerak sosial.



Setiap gerak cenderung menimbulkan perubahan, baik itu perubahan posisi maupun peralihan fungsi. Contoh seorang guru yang naik jabatan menjadi kepala sekolah. Maka terjadi perubahan jenjang kepegawaian sekaligus perubahan tugas. Demikian pula, seorang karyawan yang semula mendapat gaji bulanan Rp500.000,00 kemudian pindah pekerjaan karena tawaran gaji yang lebih tinggi. Proses tadi tidak saja terbatas pada individu-individu saja, akan tetapi juga pada kelompok-kelompok sosial. Dengan kata lain, perubahan dalam mobilitas sosial ini meliputi hubungan antarindividu dalam kelompok atau antara individu dan kelompok. b. Jenis-jenis mobilitas sosial 1. Mobilitas sosial horizontal Mobilitas sosial horizontal diartikan sebagai suatu peralihan individu atau objek-objek sosial lain dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lain yang masih sederajat. Adanya gerak sosial horizontal, tidak menyebabkan terjadinya perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek sosial. Misalnya, seseorang yang beralih kewarganegaraan, beralih pekerjaan yang sifatnya sederajat (dari tukang kayu menjadi tukang batu atau dari pengusaha tekstil menjadi pengusaha batik), melakukan transmigrasi, dan lain-lain. Dengan gejala sosial seperti itu, meskipun berpindah tempat atau beralih pekerjaan, kedudukan seseorang tetap setara dengan kedudukan sebelumnya. 2. Mobilitas sosial vertikal Berbeda dengan mobilitas sosial horizontal, mobilitas sosial vertikal merupakan perpindahan individu atau objek sosial



dari satu kedudukan ke kedudukan lain yang sifatnya tidak sederajat. Dalam sosiologi dikenal dua bentuk mobilitas sosial berdasarkan arahnya, yaitu social climbing dan social sinking. a) Social Climbing (Mobilitas Sosial Vertikal Naik): Mobilitas ini berlangsung manakala terjadi peningkatan kedudukan sosial seseorang dalam masyarakat. Contoh hampir dua puluh tahun Pak Joko bekerja di sebuah perusahaan sepatu. Oleh karena prestasi dan hasil kerja yang bagus, Pak Joko diangkat menjadi kepala bagian. Mobilitas vertikal naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu: 1) Masuknya orang-orang berstatus sosial rendah ke dalam lapisan sosial yang lebih tinggi. Misalnya, seorang pegawai biasa dinaikkan kedudukannya untuk mengisi jabatan manajer yang kosong. 2) Terbentuknya suatu lapisan sosial baru yang lebih tinggi. Misalnya, sejumlah



tukang



becak



sepakat



membentuk



suatu



perkumpulan dan mereka menunjuk salah satu rekan mereka untuk menjadi ketua. b) Social Sinking (Mobilitas Sosial Vertikal Menurun): Berbeda dengan gerak sosial vertikal naik, gerak sosial vertikal menurun ini berlangsung manakala terjadi perpindahan kedudukan sosial seseorang atau kelompok masyarakat dari lapisan sosial tinggi ke lapisan sosial yang lebih rendah. Contoh, Pak Heru adalah seorang kepala sekolah di salah satu sekolah menengah umum di daerahnya. Oleh karena



melakukan kesalahan, maka jabatan Pak Heru diturunkan menjadi guru biasa. Mobilitas vertikal menurun mempunyai dua bentuk utama, yaitu: 1) Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah, misalnya seorang juragan tekstil mendadak menjadi pengangguran karena pabrik tekstil yang telah dimilikinya bertahun-tahun hangus terbakar. 2) Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial atas. Misalnya, perkembangan yang semakin maju



menjadikan



gelar



bangsawan



seseorang



tidak



dipergunakan sebagai salah satu kriteria dalam strata sosial. 3. Mobilitas Sosial Antargenerasi Mobilitas sosial antargenerasi ditandai oleh perkembangan atau peningkatan taraf hidup dalam suatu garis keturunan. Mobilitas seperti ini bukan menunjuk pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan kenaikan kedudukan (status sosial) dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata lain, mobilitas sosial antargenerasi yaitu perpindahan kedudukan seseorang/anggota masyarakat yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Contoh: generasi orang tua (ayah ibu) dengan generasi anak. Mobilitas antargenerasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu 1) mobilitas sosial intergenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang terjadi di antara beberapa generasi dalam satu garis keturunan. Mobilitas ini dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas



sosial



intergenerasi



naik



dan



mobilitas



sosial



intergenerasi turun. 2) mobilitas sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial seseorang atau anggota masyarakat yang terjadi dalam satu generasi yang sama. Mobilitas intragenerasi terbagi menjadi dua bentuk umum, yaitu mobilitas intragenerasi naik dan intragenerasi turun. Mobilitas intragenerasi naik terjadi manakala dalam satu generasi yang sama terjadi kenaikan status sosial. Misalnya, seorang petani memiliki tiga orang anak yang memiliki pekerjaan sebagai berikut. Anak ke-1 bekerja sebagai petani, anak ke-2 bekerja sebagai pedagang, sedangkan anak ke-3 bekerja sebagai wirausahawan yang sukses. Karena tingkat ekonominya lebih baik, maka anak ke-3 tersebut mampu memberi modal kepada kedua kakaknya untuk membuka usaha tertentu. Mereka berdua akhirnya mampu meningkatkan taraf kehidupan masing-masing. c. Proses mobilitas sosial 1) Kekayaan : Barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, maka orang tersebut akan termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan dapat dilihat dari bentuk rumah, kendaraan pribadi, cara berpakaian, dan lain-lain. 2) Kehormatan : Ukuran kehormatan, mungkin terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati akan mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Pada umumnya, mereka terdiri atas golongan tua atau pernah berjasa besar kepada masyarakat.



3) Kekuasaan : Barang siapa memiliki kekuasaan dan wewenang terbesar, maka ia akan menempati lapisan yang tertinggi. 4) Ilmu Pengetahuan : Ilmu pengetahuan dipakai sebagai ukuran dalam pelapisan sosial oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang kemudian dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaanlah yang dijadikan ukuran. Hal ini mengakibatkan muncul usaha-usaha untuk mendapatkan gelar meskipun dengan cara yang tidak halal. d. Dampak mobilitas sosial Secara umum konflik yang muncul berupa konflik antarkelas sosial, konflik antarkelompok sosial, dan konflik antargenerasi. 1) Konflik Antarkelas : Dalam setiap kelas sosial memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda. Semakin tinggi kelas sosial seseorang maka semakin mudah seseorang mengakses sesuatu. Sebaliknya, semakin rendah status sosialnya maka semakin sulit seseorang



mendapatkan



sesuatu.



Situasi



ini



mendorong



munculnya kecemburuan sosial yang akhirnya timbul rasa iri, tidak puas, dan lain-lain. 2) Konflik Antarkelompok Sosial : Perpindahan status atau kedudukan bukan hanya terjadi pada kelas-kelas sosial dalam masyarakat, melainkan terjadi pula pada kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Mobilitas sosial yang terjadi pada kelompok-kelompok sosial dapat kita amati dari adanya persaingan antarkelompok sosial untuk berebut kekuasaan,



misalnya untuk memenangkan pemilihan umum, suatu partai politik tertentu tidak segan-segan menekan, menyingkirkan, dan menghantam partai politik. Konflik antarkelompok dapat juga terjadi akibat perlakuan dari penguasa terhadap rakyatnya. Selain itu, konflik antarkelompok sosial dapat dilakukan sekelompok orang akibat fanatisme. 3) Konflik Antargenerasi : Adanya pergeseran nilai yang disepakati dalam hubungan antara generasi yang satu dengan generasi yang lain juga dapat menyebabkan konflik antargenerasi. Konflik ini terjadi manakala tata hubungan yang selama ini berlaku, tidak diakui lagi atau bahkan tidak dipersoalkan lagi oleh generasi yang lebih muda. Generasi muda menghendaki adanya perubahan dalam hal pola hidup dan budaya. Akan tetapi, generasi tua tetap menganggap bahwa pola hidup dan budaya mereka selama ini adalah pola hidup dan budaya yang terbaik. Misalnya, seorang pemuda yang enggan membungkukkan badan apabila bertemu dengan orang yang lebih tua, karena menganggap hal tersebut tidak perlu. Sementara itu generasi tua menganggap bahwa sikap membungkukkan



badan



sangat



perlu,



sebagai



tanda



penghormatan terhadap orang lain yang lebih tua. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan metode pembelajaran dengan menggunakan media tebak kata, menunjukkan hasil yang tidak banyak berbeda dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa antara lain:



1. Penelitian Rif’an Ulil Huda, 2008 yang melakukan penelitian tindakan kelas “Upaya Meningkatkan Semangat Belajar Peserta Didik dalam pembelajaran Fiqih Melalui Pendekatan tebak kata (Studi tindakan di kelas VII MTs Fatahillah Semarang)”. Setelah dilaksanakan tindakan melalui pembelajaran dengan pendekatan tebak kata maka suasana kelas menjadi hidup, peserta didik menjadi semangat belajar dan hasil belajar menjadi maksimal. 2. Selain hal tersebut juga didasarkan pada makalah “Pemilihan Modelmodel Pembelajaran Biologi dan Penerapannya di SMP” yang ditulis oleh Drs. Amin Suyitno, M.Pd. Berisi tentang model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi, di dalamnya membahas tentang macam-macam model pembelajaran seperti model pembelajaran Cooperative Learning serta bagian-bagiannya, model pembelajaran Quantum Teaching, termasuk pendekatan kontekstual. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Warjono (2010) dengan judul “ Hubungan antara Penggunaan Media Pembelajaran dan Motivasi Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Standar Kompetensi Menggunakan Peralatan Kantor Siswa Kelas X Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK N 1 Tempel” yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara penggunaan media



pembelajaran



dengan prestasi



belajar



kompetensi menggunakan peralatan kantor siswa kelas X kompetensi keahlian administrasi perkantoran SMK N 1 Tempel tahun ajaran 2009/2010 yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi rx1y sebesar 0,709. C. Hipotesis Tindakan



Berdasarkan rumusan masalah di atas, dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Melalui pembelajaran sosiologi dengan pendekatan teknik tebak kata , maka hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan pada pokok bahsan mobilitas sosial dapat ditingkatkan.



BAB III METODE PENELITIAN



D. Setting dan Objek Penelitian (Fokus) Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti memfokuskan penelitian pada upaya peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan dengan menggunakan teknik tebak kata. Tujuannya adalah untuk mengetahui efektifitas atau kemanjuran teknik tebak kata dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, serta mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan penggunaan teknik tebak kata pada materi mobilitas sosial.



Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Larompong Selatan pada semester 1 tahun pelajaran 2013-2014 yaitu dari tanggal 19 September s/d 26 September 2013 sesuai dengan kalender pendidikan atau kalender akademik sekolah serta Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang telah guru/peneliti buat. E. Subjek Penelitian Pada penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan di SMA Negeri 1 Larompong Selatan pada mata pelajaran sosiologi pokok bahasan mobilitas sosial. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 1 tahun pelajaran 20132014 yang berjumlah 18 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Dalam penelitian ini, guru yang juga mengajar di kelas XI IPS 1 bertindak sekaligus peneliti, dalam pelaksanaannya dibantu oleh seorang teman sejawat yaitu ibu Hasdarwati, S.Pd yang bertindak sebagai kolaborator atau observer yang bertugas mengamati dan mencatat : a) Aktivitas atau gaya mengajar guru/peneliti selama proses pembelajaran berlangsung pada mata pelajaran sosiologi materi mobilitas sosial dengan menggunakan teknik tebak kata. b) Aktivitas atau tingkah laku siswa selama proses pembelajaran sosiologi berlangsung pada materi mobilitas sosial dengan menggunakan teknik tebak kata. F. Metode Penelitian Pada penelitian ini, digunakan metode Penelitian Tindakan kelas (Classroom Action Research). Metode PTK ini digunakan karena metode ini memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran



apabila



diimplementasikan



dengan



baik



dan



benar.



Diimplementasikan dengan benar artinya pihak terlibat dalam PTK yang dalam hal ini adalah guru mencoba dengan sadar mengembagkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atu memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Menurut John Elliot (1991), penelitian tindakan kelas sebagi kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan penyelesaian bagi masalah yang terjadi di kelasnya sendiri, dan bukan di kelas guru yang lain. Tentu saja dengan menerapkan barbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu, peneliti praktis, PTK dilaksanakan bersamaan guru melaksanakan tugas utama yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. G. Prosedur (Langkah-langkah) Penelitian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini direncanakan dalam 2 siklus sebagai berikut : a. Siklus I (4 × 45 menit ) dengan rincian sebagai berikut : i. Penyajian Materi (1 × 45 menit) ii. Pelaksanaan Teknik Tebak Kata (1 × 45 menit) iii. Penguatan Pelaksanaan Teknik Tebak Kata (1 × 45 menit) iv. Pelaksanaan Evaluasi (1 × 45 menit) b. Siklus II (menunggu refleksi dari hasil siklus I) Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang digunakan pada penelitian ini adalah model John Elliot. Menurut John Elliot (1991), penelitian tindakan kelas sebagi kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan



untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut. Pada model ini tahapan penelitian dibagi menjadi empat tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi, kemudian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Secara visual hubungan keempat komponen dalam sistem siklus dapat di gambarkan sebagai berikut :



Pelaksanaan Perencanaan



SIKLUS I



Pengamatan



Refleksi Pelaksanaan Perencanaan



SIKLUS II



Pengamatan



Refleksi SIKLUS Selanjutnya



Kegiatan



Gambar 3.1 PTK Model John Elliot penelitian tindakan kelas ini dirancang



dan



akan



dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I dan siklus II terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan tiap siklus akan diambil satu kelas yang sama. Hal ini ditempuh untuk membandingkan dan menggambarkan proses pembelajaran pada tiaptiap siklus. Sebagai langkah-langkah besar yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Materi Mobilitas sosial merupakan salah satu materi pokok dalam sosiologi yang harus diberikan kepada siswa kelas XI program Ilmu Sosial. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :



a. Standar Kompetensi : Kemampuan membiasakan diri untuk berperilaku yang tepat dalam menghadapi pengaruh atau tantangan perubahan sosial. b. Kompetensi Dasar : Kemampuan menganalisis mobilitas sosial dalam kehidupan sosial budaya c. Materi Pokok : Mobilitas Sosial d. Indikator Pencapaian :  Membedakan jenis-jenis mobilitas sosial  Mendeskripsikan proses terjadinya mobilitas sosial  Mengidentifikasi dampak mobilitas sosial 2. Persiapan Media Yang Digunakan a. Siklus I Pada siklus I media yang digunakan adalah berupa kartu dari kertas manila yang berukuran 10 × 10 cm yang berisi soal-soal dan kartu dari kertas HVS yang berukuran 5 × 2 cm yang berisi jawaban. Sesuai dengan jumlah siswa kelas XI IPS 1 yakni 18 siswa maka terdapat 9 kartu berukuran 10 × 10 cm dan 9 kartu yang berukuran 5 × 2 cm. b. Siklus II Pada siklus II media yang digunakan adalah sama dengan siklus 1 yaitu berupa kartu dari kertas manila yang berukuran 10 × 10 cm yang berisi soal-soal, dan kartu dari kertas HVS yang berukuran 5 × 2 cm yang berisi jawaban. Masing-masing kartu berjumlah 9 kartu, sedangkan soal-soal dan jawabannya berbeda dengan soal-soal dan jawaban dari kartu pada siklus I dan lebih cenderung bersifat pengembangan dan penyempurnaan. H. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah upaya untuk menghimpun secara terencana dan sistematis berbagai macam data yang dianggap relevan dengan pokok



permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah : 1. Studi Pustaka Studi pusataka bertujuan untuk mengumpulkan data dari sumbersumber tertulis yang dianggap relevan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti (Kartini Kartono, 1996 : 33). Sedangkan sumber-sumber tertulis yang akan digunakan bisa berbentuk, dokumen, karya ilmiah atau sumber-sumber



tertulis



lainnya



yang



dianggap



dengan



pokok



permasalahan penelitian. 2. Teknik Observasi Observasi adalah “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial atau gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan” ( Kartini Kartono, 1996 : 157). Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi eksperimental, yaitu “ observasi yang dilakukan dimana observer mengadakan pengendalian unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi dapat diatur sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat dikendalikan untuk menghindari atau mengurangi timbulnya faktor-faktor yang secara tak diharapkan mempengaruhi situasi itu” (Cholid dan Abu Ahmadi, 2003:72). Dalam penelitian ini, guru yang juga bertindak sebagai peneliti akan berada di tengah-tengah siswa untuk untuk mengelola proses pembelajaran yang akan berlangsung dan diatur sedemikian rupa agar penelitian ini dapat berhasil seperti yang diharapkan. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan alat Bantu chek lists, yaitu suatu daftar yang berisi nama-nama subjek atau pasangan dan faktor-faktor



yang hendak diteliti. Dengan alat itu memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan kegiatan teknik tebak kata yang akan digunakan dalam penelitian ini. 3. Teknik Kuesioner (Angket) Teknik kuesioner (angket) adalah “suatu daftar yang berisikan pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti “ (Cholid dan Abu Ahmadi, 2003:76). Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk tes untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pelaksanaan penelitian. Sedangkan ditinjau dari isinya, angket yang digunakan berbetuk angket tertutup dengan item pilihan ganda dan angket terbuka dengan item isian. 4. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan



menghimpun



dan



menganalisis



dokumen-dokumen,



baik



dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang berkaitan dengan catatan sekolah setempat seperti keadaan guru, siswa, karyawan atau personalia administrasi, sejarah berdirinya, sarana dan prasarana sekolah. I. Analisis dan Refleksi Analisis data adalah penelaahan dan penguraian atas data hingga menghasilkan simpulan-simpulan. Dalam kegiatan analis data tersebut, nantinya akan diperoleh dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari teknik angket dalam bentuk tes hasil belajar. Namun



kedua data tersebut nantinya juga digabungkan dengan pelaksanaan teknik studi pustaka. Dalam hubungan dengan pelaksanaan analisis data, Cholid dan Abu Ahmadi ( 2003 : 82 ) mengatakan bahwa : “Bila data yang masuk sudah komplit dan persiapan analisis ( tabulasi ) telah cukup baik dan benar, maka analisis segera dilaksanakan. Dalam hal ini untuk lebih mendalam dan konkret, maka digunakan analisis kuantitatif ( statistik ); ataupun bila dipandang permasalahan cukup simpel, dicukupkan dengan analisis kualitatif (pernyataan-pernyataan / statemen-statemen) saja”. Atas dasar pernyataan Cholid dan Abu Ahmad di atas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik analisis kualitatif dengan alasan permasalahan yang diteliti cukup simple dan tidak perlu mendalam, sehingga yang diperlukan hanya pernyataan-pernyataan/statemen-statemen saja. Dalam hubungan dengan analisis kualitatif, ada tiga komponen penting yang harus diperhatikan, yaitu : reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi ( Sutopo, 1988 ; 26 ). Sedangkan model analisis yang akan digunakan peneliti



adalah model analisis



interaktif, artinya



analisis dilakukan dalam bentuk interaktif dan ketiga komponen tersebut.



BAB IV



HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian 1. Identitas Sekolah a) Nama Sekolah b) NSS c) NPSN d) Status Sekolah e) Status Kepemilikan f) Alamat Sekolah



: : : : : :



Kecamatan Kabupaten Propinsi g) Tahun Pendirian Sekolah h) SK/Izin Pendirian Sekolah



: : : : :



SMAN 1 Larompong Selatan 301191711001 40309308 Negeri Pemerintah Daerah Bonepute, Jln. Poros Belopa-Siwa Km. 86 kodepos 91998 Larompong Selatan Luwu Sulawesi Selatan 2004 No. 04 tahun 2007 tanggal 29-1-



2007 i) Akreditasi Sekolah SK Terakhir Akreditasi j) Nama Kepala Sekolah Pendidikan terakhir Jurusan



: : : : :



B No. 913 Tanggal 19-12-2008 Drs. A H M A D Sarjana (S.1) Pendidikan Bahasa Indonesia



2. Visi dan Misi Sekolah Visi : Menjadikan tamatan SMA Negeri 1 larompong Selatan cerdas, mandiri, jujur dan bertanggung jawab serta dapat bersaing secara nasional dan global yang dilandasi IMTAQ Misi : a. Melaksanakan Pendidikan Dan Latihan Yang Bermutu Dan Berbudaya Sesuai Dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi b. Membentuk Peserta Didik Yang berprestasi, berbudaya, beriman dan bertaqwa



untuk



menjadi



lulusan



yang



mampu



melanjutkan



pendidikan ke Perguruan Tinggi c. Melaksanakan pembinaan profesionalisme Guru secara kontinu d. Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar



e. Menanamkan rasa kasih sayang melalui salam, senyum dan santun f. Melaksanakan pembinaan keagamaan secara kontinu g. Menggalang peran serta masyarakat 3. Pelaksanaan Pendidikan a) Kurikulum Nasional Digunakan : KTSP b) Kurikulum Lokal (Hasil Penyesuaian) : c) Kegiatan Kesiswaan : 1.



Pramu ka



2. 3.



PMR KIR



Ilmiah Remaja) 4. Paskibr a



(Karya



5.



Sepak Bola



4. Siswa a) Jumlah Rombongan Belajar (Rombel) 3 tahun terakhir i. Tahun pelajaran 2011-2012 ii.



iv. iii.



xv. xx. xxv. xxx. xxxv.



xl. xli.



Tahun pelajaran 2012-2013 xlii.



xliv. xliii.



lv. lx. lxv. lxx. lxxv.



lxxx. lxxxi. lxxxii. lxxxiii.



Tahun pelajaran 2013-2014 lxxxiv.



xcii. xcvii. cii. cvii. cxii. cxvii.



cxxii. 5. Ketenagaan a) Tenaga Pendidik (Guru)



lxxxvi. lxxxv.



 Kepala Sekola  Guru Tetap / PNS  Guru Tidak Tetap/GTT b) Tenaga Kependidikan (Staf)  Kepala Tata Usaha (KTU)  Bendahara Gaji  Tenaga TU/Administrasi  Tenaga Pustakawan  Keamanan / Satpam  Tenaga kebersihan/Bujang



: : : :



1 orang 16 orang 12 orang



1 orang : 1 orang : 12 orang ; 2 orang : 1 orang : 1 orang



cxxiii. c) Kualifikasi Pendidikan cxxiv. cxxvi.



cxxv.



cxxvii. cxxviii.



cxxix.



cxxx. cxxxi. cxxxiii. cxxxvi. cxxxix. cxlii. cxlv.



cxlviii.



cxxxiv. cxxxvii.



cxxxii. cxxxv. cxxxviii.



cxliii.



cxliv.



cxlvi.



cxlvii.



cxlix.



cli. cliv. B. Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Perencanaan : clv. Pada Siklus I ini rencana tindakan selama 4 × 45 menit (1 × pertemuan) dengan rincian sebagai berikut : Pertemuan Siklus I ( 4 × 45 menit ) dengan tindakan :  Penyajian materi ( 1 × 45 menit )  Pelaksanaan teknik tebak kata ( 1 × 45 menit )  Penguatan pelaksanaan teknik tebak kata (1 × 45 menit)  Pelaksanaan evaluasi hasil belajar ( 2 × 45 menit ) b. Pelaksanaan clvii. Pada Siklus I Kompetensi Dasar yang ingin dicapai adalah



clvi.



kemampuan menganalisis mobilitas sosial dalam kehidupan sosial budaya dengan indikator sebagai berikut : 1) Membedakan jenis-jenis mobilitas sosial 2) Mendeskripsikan proses terjadinya mobilitas sosial 3) Mengidentifikasi dampak mobilitas sosial clviii. Untuk mencapai ke-3 indikator tersebut di atas maka dilaksanakanlah scenario pembelajaran selama 1 kali pertemuan (4 × 45 menit) sebagai berikut : clix.



Pertemuan Siklus I ( 4 × 45 menit ) dengan tindakan : 1) Penyajian Materi (1 × 45 menit) clx. Dalam penyajian materi ini seluruh siswa disuruh mempelajari sendiri materi yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, yaitu materi mobilitas sosial selama 45 menit, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, koordinator dan dirigen dalam proses belajar. 2) Pelaksanaan Teknik Tebak Kata (1 × 45 menit)



clxi.



Dalam tahap pelasksanaan teknik tebak kata ini,



seluruh siswa disuruh berdiri di depan kelas dan berpasangan (2 siswa). Terdapat 9 pasangan dalam kegiatan ini sesuai dengan jumlah siswa kelas XI IPS 1 yakni 18 siswa. clxii. Dalam tahap ini tiap-tiap pasangan yakni siswa yang pertama



diberi kartu berukuran 10 × 10 Cm yang berisi



soal-soal dan boleh dibuka serta dibacakan pada siswa pasangannya, sedangkan siswa yang kedua mendapat kartu berukuran 5 × 2 cm yang berisi jawaban yang tidak boleh dibuka dan harus diselipkan ditelinganya. Pasangan yang menjawab benar dipersilahkan duduk, sedangkan pasangan yang belum bisa boleh membuat pertanyaan lain yang intinya tetap mengarah pada jawaban. 3) Penguatan Pelaksanaan Teknik Tebak Kata (1 × 45 menit) clxiii. Pada tahap penguatan pelaksaan teknik tebak kata ini, pelaksanaannya sama seperti pada tahap kegiatan tebak kata yaitu :  Jumlah pasangan tetap berjumlah 9 pasang, hanya pada setiap 



pasangan harus bertukar pasangan secara acak Jumlah kartu yang berisi soal-soal adalah sama berjumlah 9







pasang, hanya saja kartu pada tiap-tiap ditukar secara acak. Pelaksanaannya sama seperti sebelumnya, siswa yang pertama membacakan kartu soal, sedangkan siswa yang kedua harus menjawab dan seterusnya seperti yang dilakukan pada tahap kegiatan tebak kata. clxiv. clxv. clxvi.



c. Pengamatan clxvii. Dalam penelitian ini, guru yang juga bertindak sebagai peneliti berada di tengah-tengah siswa untuk mengelola proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan diatur sedemikian rupa agar penelitian ini dapat berhasil seperti yang diharapkan. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti dibantu seorang kolaborator/observer menggunakan alat bantu chek lists, yaitu suatu daftar yang berisi nama-nama subjek atau pasangan dan faktor-faktor yang hendak diteliti. Dengan alat bantu tersebut, peneliti mendapatkan data tentang pelaksanaan kegiatan teknik tebak kata dan tahap kegiatan penguatan tebak kata. clxviii. Dari hasil kegiatan siklus I teknik tebak kata dapat diketahui bahwa terdapat 5 pasangan dengan nilai 50 yang menjawab benar (55,55%), sedangkan 4 pasangan



lainnya menjawab salah



dengan nilai 0 (44,45%). Artinya pada tahap awal ini proses pembelajaran



dapat



dikatakan



belum



berjalan



seperti



yang



diharapkan. Mungkin siswa masih kebingungan belum sepenuhnya terbiasa aktif di depan kelas atau mungkin juga siswa belum menguasai sepenuhnya materi yang diberikan. clxix. Selanjutnya dari hasil tahap penguatan pelaksanaan teknik tebak kata pada siklus I ini, dapat diketahui bahwa terdapat 6 pasangan dengan niali 60 yang menjawab benar sedangkan 3 pasangan



lainnya



(66,67%),



dengan nilai 0 menjawab salah



(33,33%). Artinya pada tahap penguatan pelaksanaan tebak kata ini sudah terjadi peningkatan 11,12% dari sebelumnya. Meskipun proses



pembelajaran belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, namun siswa mulai antusias dan mulai menyukai teknik tebak kata yang diterapkan peneliti. d. Refleksi/Pelaksnaan Evaluasi (1 × 45 menit) clxx. Untuk mengetahui tahap refleksi maka diperlukan pelaksanaan evaluasi. Evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu program. Pelaksanaan evaluasi sangat penting untuk mengetahui beberapa hal, diantaranya : 1) mengetahui proses pembelajaran yang dikenal dengan evaluiasi proses. 2) untuk mengetahui produk atau efek yang dihasilkan oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirancang, yang dikenal dengan evaluasi produk (Dyah Wilujeng, 2003 : 3). clxxi.



Evaluasi dalam bentuk evaluasi proses telah dilaksanakan



oleh peneliti sejak berlangsungnya



kegiatan siklus I, khususnya



dalam tahap tebak kata dan tahap penguatan-penguatan pelaksanaan tebak kata yang hasilnya telah dipaparkan pada halaman depan. Selanjutnya peneliti akan melaksanakan evaluasi proses dalam bentuk pemberian tes (ulangan) selama 2 jam (2 × 45 menit). Soal-soal yang diberikan berbentuk pilihan ganda dan isian yang telah dipersiapkan sebelumnya. clxxii.



Dari hasil evaluasi siklus I dapat diketahui bahwa rata-rata



siswa mencapai 75,28, sedangkan nilai terendah adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 90. Selanjutnya ditinjau dari penguasaan bahan ajar atas dasar (KKM) pada siklus I yang ditetapkan 75 dapat dapat



diketahui bahwa siswa yang berhasil mencapai nilai KKM : 75 (Tuntas) adalah sebanyak 12 siswa (66,67% ), sedangkan siswa yang belum mencapai nilai KKM : 75 (TidaK Tuntas) adalah sebanyak 6 sswa (33,33%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan siklus I belum berhasil seperti yang diharapkan sehingga diperlukan pelaksanaan siklus II. clxxiii. 1. Siklus II a. Perencanaan clxxiv. Pada Siklus II ini rencana tindakan adalah sama seperti pada siklus I, yakni dilaksanakan 1 × pertemuan dengan rincian sebagai berikut : clxxv. Pertemuan Siklus II (4 × 45 menit) dengan tindakan :  Penyajian Materi (1 × 45 menit)  Pelaksanaan Teknik Tebak Kata (1 × 45 menit)  Penguatan Pelaksanaan Teknik Tebak Kata (1 × 45 menit)  Pelaksanaan Evaluasi hasil belajar (1 × 45 menit) b. Pelaksanaan clxxvi. Pada Siklus II ini, Kompetensi Dasar yang ingin dicapai adalah sama seperti pada siklus I yakni kemampuan menganalisis mobilitas sosial dalam kehidupan sosial budaya dengan indicator sebagai berikut : 1) Membedakan jenis-jenis mobilitas sosial 2) Mendeskripsikan proses terjadinya mobilitas sosial 3) Mengidentifikasi dampak mobilitas sosial clxxvii. Untuk mencapai ke-3 indikator tersebut di atas maka dilaksanakanlah scenario pembelajaran selama 1 × pertemuan (4 × 45 menit) sebagai berikut : clxxviii.



Pertemuan Siklus II (4 × 45 menit) dengan tindakan : 1) Penyajian Materi (1 × 45 menit)



clxxix.



Dalam penyajian materi ini seluruh siswa disuruh



mempelajari sendiri materi yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, yaitu materi mobilitas sosial selama 45 menit, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, koordinator dan dirigen dalam proses belajar 1) Pelaksanaan Teknik Tebak Kata (1 × 45 menit) clxxx. Dalam tahap pelasksanaan teknik tebak kata ini, seluruh siswa



disuruh berdiri di depan kelas dan berpasangan



(2 siswa). Terdapat 9 pasangan dalam kegiatan ini sesuai dengan jumlah siswa kelas XI IPS 1, yakni 18 siswa. clxxxi. Dalam tahap ini tiap-tiap pasangan yakni siswa yang pertama diberi kartu berukuran 10 × 10 cm yang berisi soal-soal dan boleh dibuka serta dibacakan pada siswa pasangannya, sedangkan siswa yang kedua mendapat kartu berukuran 5 × 2 cm yang berisi jawaban yang tidak boleh dibuka dan harus diselipkan ditelinganya. Pasangan yang menjawab benar dipersilahkan duduk, sedangkan pasangan yang belum bisa boleh membuat pertanyaan lain yang intinya tetap mengarah pada jawaban. clxxxii.



Ada beberapa hal yang penting dalam tahap



kegiatan tebak kata pada siklus II yaitu sebagai berikut : a) Soal-soal dan jawaban yang diberikan dalam bentuk kartu, secara keseluuruhan berbeda dengan soal-soal dan jawaban yang diberikan pada siklus I, namun materi masih tetap masalah mobilitas sosial.



b) Pasangan siswa diroling secara acak, pasangan siswa pada tahap tebak kata siklus II tidak sama seperti pada siklus I. c) Peneliti menekankan pada siswa bahwa selain soal-soal yang dikhususkan untuk tiap-tiap pasangan, seluruh siswa harus memperhatikan secara seksama soal-soal dari pasangan lainnya, sebab dalam tahap penguatan yang kedua akan diroling secara acak. 1) Penguatan Pelaksanaan Teknik Tebak Kata (1 × 45 menit) clxxxiii. Pada tahap penguatan pelaksaan teknik tebak pada siklus II ini, pelaksanaannya sama seperti pada tahap kegiatan tebak kata sebelumnya, yaitu : a) Jumlah pasangan tetap berjumlah 9 pasang, hanya pada setiap pasangan harus bertukar pangan secara acak. b) Jumlah kartu yang berisi soal-soal adalah sama berjumlah 9 pasang, hanya saja kartu pada tiap-tiap ditukar secara acak. c) Pelaksanaannya sama seperti sebelumnya, siswa yang pertama membacakan kartu soal, sedangkan siswa yang kedua harus menjawab dan seterusnya seperti yang dilakukan pada tahap kegiatan tebak kata. clxxxiv. Sebagaimana pada siklus 1 maka tiap-tiap pasangan yakni siswa yang pertama diberi kartu berukuran 10 × 10 cm yang berisi soal-soal dan boleh dibuka serta dibacakan pada siswa pasangannya, sedangkan siswa yang kedua mendapat kartu berukuran 5 × 2 cm yang berisi jawaban yang tidak boleh dibuka dan harus diselipkan ditelinganya. Pasangan yang menjawab benar dipersilahkan duduk, sedangkan pasangan yang belum bisa



boleh membuat pertanyaan lain yang intinya tetap mengarah pada jawaban. c. Pengamatan clxxxv. Dalam tahap pengamatan pada siklus II, seperti halnya pada siklus I maka kolaborator/observer berada di tengah-tengah siswa untuk mengelola proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan diatur sedemikian rupa agar penelitian ini dapat berhasil seperti yang diharapkan. Selain itu, dalam penelitian ini observer menggunakan alat bantu chek lists, yaitu suatu daftar yang berisi nama-nama subjek atau pasangan dan faktor-faktor yang hendak diteliti. Dengan alat bantu tersebut, observer mendapatkan data tentang pelaksanaan kegiatan teknik tebak kata dan tahap kegiatan penguatan tebak kata clxxxvi. Dari hasil pelaksanaan tebak kata pada siklus II dapat diketahui bahwa terdapat 7 pasangan dengan nilai 70 yang menjawab benar (77,78%), sedangkan 2 pasangan lainnya



dengan nilai 0



menjawab salah (22, 22%). Artinya pada tahap tebak kata pada siklus II ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran mulai berjalan seperti yang diharapkan. Siswa mulai antusias, aktif dan mulai percaya diri pada kemampuannya. clxxxvii. Selanjutnya dari hasil



pengamatan



kegiatan



tahap



penguatan tebak kata pada siklus II ini, diketahui bahwa terdapat 8 pasangan yang menjawab benar dengan nilai 80 (88,89%), sedangkan 1 pasangan lainnya dengan nilai 0 menjawab salah (11,11%). Artinya pada tahap penguatan siklus II ini proses pembelajaran dapat dikatakan sudah berjalan sesuai yang diharapkan. Melalui teknik



tebak kata siswa menjadi aktif, kreatif, dan antusias untuk meningkatkan prestasi belajar mereka. d. Refleksi/Pelaksnaan Evaluasi (1 × 45 menit) clxxxviii. Untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan siklus II, maka perlu dilaksanakan evaluasi tahap kedua. Bentuk soal adalah sama seperti pada siklus I, yakni pilihan ganda dan isian namun soalsoal berbeda dengan soal-soal yang diberikan pada siklus I. clxxxix. Dari hasil evaluasi pada siklus II, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 78,89 artinya meningkat 3,61 poin dari nilai evaluasi siklus I yang rata-ratanya mencapai 75,28. Sedangkan nilai terendah pada evaluasi siklus I masih mencapai 55 akhirnya meningkat menjadi 63. Demikian juga nilai tertinggi yang sebelumnya pada siklus I mencapai 90 masih tetap dipertahankan 90 pada siklsu II. cxc. Atas dasar pengolahan nilai siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang berhasil mencapai nilai KKM : 75 (Tuntas) adalah sebanyak 15 siswa (83,67%), artinya meningkat dari hasil evaluasi pada siklus I yang hanya mencapai 12 siswa (66,67%). Sedangkan siswa yang belum mencapai nilai KKM : 75 (Tidak Tuntas) adalah sebanyak 3 siswa (16,33%), artinya menurun dari hasil evaluasi belajar pada siklus I yang mencapai 6 siswa (33,33%). Dengan demikian pelaksanaan siklus II dalam penelitian ini dapat dikatakan telah berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan seperti yang diharapkan peneliti. cxci. Keberhasilan penggunaan teknik tebak kata dalam penelitian ini dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa kelas



XI IPS 1 SMA Negeri 1 Larompong Selatan diperkuat dengan pemberian angket terhadap siswa dan hasilnya sebagai berikut : 1. Angket Pertanyaan 1 : Apakah menyenangkan atau membosankan proses pembelajaran yang menerapkan teknik cxcii.



tebak kata ? Jawaban siswa adalah sebagai berikut : a. Sangat menyenangkan : menjawab ya 27 siswa b. Agak menyenangkan : menjawab ya 6 siswa c. Agak membosankan : menjawab ya 3 siswa d. Membosankan : menjawab ya 0 siswa cxciii.



Atas dasar hasil angket Pertanyaan 1 pada siklus I



tentang menyenangkan atau membosankan proses pembelajaran yang



menerapkan teknik tebak kata, dapat diketahui bahwa



siswa yang menjawab jawaban kelompok a sangat menyenangkan berjumlah 14 siswa (78%), siswa yang menjawab kelompok b agak menyenangkan sebanyak 3 siswa (17% ),



siswa yang



menjawab kelompok c agak membosankan berjumlah



siswa



(6%), dan tidak ada satupun siswa yang menjawab kelompok d membosankan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan teknik tebak kata dalam materi mobilitas sosial termasuk termasuk teknik atau metode yang sangat disenangi siswa. 2. Angket Pertanyaan 2 : Apakah sulit atau mudah mempelajari materi mobilitas sosial yang menggunakan teknik tebak kata ? cxciv. Jawaban siswa adalah sebagai berikut : a. Sangat mudah : menjawab ya 12 siswa b. Agak mudah : menjawab ya 5 siswa c. Agak sulit : menjawab ya 1 siswa d. Sulit : menjawab ya 0 siswa



cxcv.



Atas dasar hasil angket pertanyaan 2 tentang sulit



atau mudah mempelajari materi mobilitas sosial dengan menggunakan penerapan teknik tebak kata,



dapat diketahui



bahwa siswa yang menjawab jawaban kelompok a sangat mudah berjumlah 12 siswa ( 67% ), siswa yang menjawab kelompok b agak mudah sebanyak



siswa (28%),



siswa yang menjawab



kelompok c agak sulit berjumlah 1 siswa (6%), dan tidak ada siswa yang menjawab kelompok d sulit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mempelajari materi mobilitas sosial



dengan



menggunakan teknik tebak kata termasuk agak mudah dipahami siswa. cxcvi.



cxcvii. cxcviii. cxcix. cc. cci. ccii. cciii. cciv. ccv. ccvi. ccvii. ccviii. ccix. ccx. ccxi. ccxii. ccxiii. ccxiv. ccxv.



ccxvi. BAB V ccxvii. KESIMPULAN DAN SARAN ccxviii. J. Kesimpulan ccxix. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, akhirnya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Penerapan teknik tebak kata pada mobilitas sosial



ternyata berhasil



meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada tiaptiap siklus. Pada Siklus I dalam tahap kegiatan tebak kata yang semula siswa menjawab benar berjumlah 5 pasangan (55,55%) kemudian meningkat menjadi 6 pasangan (66,67%) pada tahap penguatan. Demikian juga pada Siklus II, pada tahap kegiatan tebak kata yang semula siswa menjawab benar berjumlah 7 pasangan (77,78%) kemudian meningkat menjadi 8 pasangan (88,89%) pada tahap penguatan. b. Keberhasilan penerapan Teknik Tebak Kata dalam materi mobilitas sosial dalam rangka meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS 1 semakin diperkuat dengan pelaksanaan tes hasil belajar. Terbukti : (a) nilai rata-rata siswa yang semula 75,28 pada Siklus I meningkat menjadi 78,89 pada Siklus II; (b) siswa yang menguasai bahan ajar atas dasar KKM patokan sekolah yang ditentukan 75, yang semula 12 siswa (66,67%) pada Siklus I meningkat 17% yaitu menjadi 15 siswa (83,67%) pada Siklus II. c. Keberhasilan penerapan teknik tebak kata dalam materi mobilitas sosial dalam rangka meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS



1 lebih diperkuat lagi dengan penyebaran hasil angket pertanyaan 1 pada siswa. Terbukti dari 18 siswa, 14 (78%) siswa diantaranya menganggap pelaksanaan teknik tebak kata sangat menyenangkan. Selain penyebaran angket pertannyaan 2 pada siswa itu terdapat 12 siswa (67%) dari 18 siswa, mengaggap sangat mudah mempelajari materi mobilitas sosial melalui teknik tebak kata. ccxx. K. Saran-saran ccxxi. Untuk lebih menyempurnakan penerapan Teknik Tebak Kata dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, alangkah baiknya jika ada penelitian lebih lanjut, bukan hanya untuk mata pelajaran sosiologi saja tetapi bisa juga mata pelajaran lainnya terutama mata pelajaran ilmu sosial. ccxxii. Sebagai pendidik kita harus mampu mengelola pembelajaran dengan



proses



inovasi-inovasi baru terutama dalam teknik



pembelajaran



ccxxiii. ccxxiv. ccxxv. ccxxvi. ccxxvii. ccxxviii. ccxxix. ccxxx. ccxxxi. BAB VI ccxxxii. DAFTAR PUSTAKA ccxxxiii. ccxxxiv. ccxxxv.



Departemen Pendidikan Nasional, (2002), Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)), (Jakarta: Depdiknas)



ccxxxvi. ccxxxvii. ccxxxviii. ccxxxix. ccxl. ccxli. ccxlii. ccxliii. ccxliv. ccxlv. ccxlvi. ccxlvii. ccxlviii. ccxlix. ccl. ccli. cclii. ccliii. ccliv.



Nana Sudjana, (2008), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo) Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Slameto, (1995), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta) Sugiyono, (2002), Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & B, (Bandung: Alfabeta) Syaiful Sagala, (2003), Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta) Suprihatiningrum, J, (2013). Strategi Pembelajaran : Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media) Vina Dwi Laning, (2009). Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional) Wina sanjaya, (2006), Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta: Kencana) Wiriaatmadja, R, (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) Yudhistira, D, (2013). Menulis Penelitian Tindakan Kelas Yang Apik (Asli Perlu Ilmiah Konsisten), (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia) cclv.



cclvi. cclvii. cclviii. cclix. cclx. cclxi. Lampiran 1. cclxii. MEDIA YANG DIGUNAKAN DALAM SIKLUS I cclxiii.



A. Kartu dari kertas manila yang berukuran 10 x 10 cm berisi soal – soal sebagi berikut: 1 Siswa yang pandai dan selalu mendapat ranking di kelasnya, ternyata setelah ia keluar SMA ia tidak bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi karena orang tuanya tidak mampu. Dalam mobilitas sosial, faktor apa yang menghambat pelaksanaan mobilitas sosialku? 2 1) Memberi



kesempatan kepada seseorang atau kelompok untuk



mencapai tujuan hidupnya. 2) Mendorong seseorang atau kelompok untuk berprestasi yang lebih tinggi / lebih maju. cclxiv. Dalam mobilitas social termasuk apakah aku? 3 1) Berdisiplin murni 2) Berorientasi ke masa depan 3) Menghargai hasil karya orang lain. cclxv. Dalam mobilitas social termasuk apakah aku? 1. Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan social 2.



atas.Dalam mobilitas social termasuk bentuk apakah aku? Perubahan status social seseorang / kelompok mengakibatkan terjadinya peningkatan atau penurunan status social seseorang dalam



masyarakat.Dalam mobilitas social termasuk cirri apakah aku? 3. Mobilitas social adalah gerak dari satu posisi social ke posisi social 4.



lainnya.Pengertian tersebut merupakan pendapat siapakah aku? Gerak perpimdahan individu atau kelompok dari status social yang satu ke status social lainnya yang bersifat sederajat , dalam mobilitas



5.



social disebut apakah aku? Gerak perpindahan individu atau kelompok dari status sosial yang satu ke status social lainnya yang tidak sederajat , dalam mobilitas social disebut apakah aku?



6.



Gerak perpindahan individu / kelompok dari daerah yang satu ke



7.



daerah yang lain, dalm mobilitas social disebut apakah aku? Gerak perpindahan individu / kelompok dari status social yang lebih tinggi ke status social yang lebih rendah , dalam mobilitas social



8.



disebut apakah aku? Gerak perpindahan individu / kelompok dari status social yang lebih rendah ke status social yang lebih tinggi, dalam mobilitas social



disebut apakah aku? 9. Angkatan bersenjata dan lembaga pendidikan. Dalam mobilitas social apa perananku? 10. Perbedaan status sosial yang terjadi antar dua generasi dalam satu 11.



garis keturunan, dalam mobilitas sosial disebut apakah aku? Perbedaan status sosial yang terjadi dalam satu generasi yang sama yang masih dalam satu garis keturunan, dalam mobilitas sosial disebut



12.



apakah aku? Perubahan status sosial seseorang atau kelompok yang ditandai dengan



tidak



terjadinya



peningkatan



atau



penurunan



tingkat



kesejahteraan. Dalam mobilitas sosial termasuk ciri –ciri apakah aku? 13. Perpindahan seseorang atau kelompok dalam rangka mengungsi untuk menghindari bahaya meletusnya gunung merapi ,dalam mobilitas 14.



geografis disebut apakah aku? Individu atau kelompok yang menjadi anggota kelas sosial baru diterima secara baik oleh anggota kelas sosial yang baru dimasukinya.



15.



Dalam pelaksanaan mobilitas sosial apa yang terjadi padaku? Terbentuknya kedudukan ( lapisan sosial )baru yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang sudah ada. Dalam mobilitas sosial termasuk bentuk apakah aku?



16. 1) Adanya status sosial yang beraneka ragam dalam masyarakat.



2) Adanya situasi politik yang tidak menentu. cclxvi. 17.



Dalam mobilitas sosial, apa perananku? Mobilitas sosial adalah perpindahan status sosial dalam stratifikasi



sosial. Pengertian tersebut merupakan pendapat siapakah aku? cclxvii. cclxviii. B. Kartu dari kertas HVS yang berukuran 5x 2 cm berisi jawaban sebagai berikut : 1. Kondisi Keluarga 2. Dampak positif mobilitas sosial 3. Mentalitas positif 4. Mobilitas Vertikal naik 5. Ciri dari mobilitas vertikal 6. Soerjono Soekanto 7. Mobilitas Horizontal 8. Mobilitas Verikal 9. Mobilitas Geografis 10. Social sinking ( mobilitas vertikal turun ) 11. Social climbing ( Mobilitas vertical naik ) 12. Saluran mobilitas social 13. Mobilitas intergenerasi 14. Mobilitas intra generasi 15. Mobilitas horizontal 16. Evakuasi 17. Penyesuaian diri 18. Mobilitas vertikal naik 19. Faktor pendorong mobilitas social 20. Kamanto Sunarto cclxix. cclxx. Lampiran 2. cclxxi. MEDIA YANG DIGUNAKAN DALAM SIKLUS II cclxxii.



C. Kartu dari kertas manila yang berukuran 10 x 10 cm berisi soal – soal sebagi berikut: 4 Tono Karyawan Pabrik Tekstil pindah menjadi karyawan Pabrik Rokok 5



Gudang Garam. Mobilitas sosial apa yang terjadi pada Tono? Rini yang semula karyawan biasa, karena prestasinya ia diangkat sebagai



6



kepala bagian pemasaran. Mobilitas sosial apa yang terjadi pada Rini? Pak Rudi orang terkaya di desanya, namun setelah rumahnya kebakaran



7



ia menjadi orang miskin. Mobilitas sosial apa yang terjadi pada Pak Rudi? Sodik yang semula buruh bangunan pindah sebagai buruh pabrik.



8



Mobilitas sosial apa yang terjadi pada Sodik? Ibrahim warga Malaysia yang bekerja di Indonesia pindah menjadi warga



9



negara RI. Mobilitas sosial apa yang terjadi pada Ibrahim? Bapaknya bekerja sebagai guru SMA sedangkan anaknya bekerja sebagai



guru SD. Mobilitas sosial apa yang terjadi pada keluarga tersebut? 10 Ibunya sebagai bidan desa sedangkan anak sebagai Dokter gigi. Mobilitas sosial apa yang terjadi pada keluarga tersebut? 11 Kakaknya sebagai kepala desa sedangkan adiknya sebagai camat. . Mobilitas sosial apa yang terjadi pada keluarga tersebut? 12 Kakaknya sebagai tukang las sedangkan adiknya sebagai pengusaha. . Mobilitas sosial apa yang terjadi dalam keluarga tersebut? 13 Kakaknya lulusan SMA sedangkan adiknya lulusan MA. Mobilitas sosial apa yang terjadi dalam keluarga tersebut? 14 Bapaknya sebagai tukang las, sedangkan anaknya juga menjadi tukang las. Mobilitas sosial apa yang terjadi dalam keluarga tersebut? 15 Berorientasi ke masa depan dan menghargai hasil karya orang lain. Dalam mobilitas sosial, apa perananku? 16 Berorientasi ke masa kini dan suka menerabas. Dalam mobilitas sosial apa perananku? 17 Perubahan kemampuan dan perubahan sikap. Dalam mobilitas sosial apa perananku?



18 Mempercepat gerak perubahan sosial dalam masyarakat. Dalam mobilitas sosial apa perananku? 19 Organisasi ekonomi dan organisasi politik. Dalam mobilitas sosial apa perananku? 20 Adanya faktor-faktor ekonomi dan adanya situasi politik yang tidak menentu. Dalam mobilitas sosial apa perananku? 21 Timbul kegelisahan karena takut turun ke lapisan bawah atau Post power syndrome (frustasi,minder, dan mengiselasi diri). Dalam mobilitas sosial apa perananku? 22 Aku yang semula siswa SMP sekarang menjadi siswa SMAN 1 Larompong Sealatan. Mobilitas sosial apa yang terjadi padaku? 23 Aku yang semula ketua Karang Taruna, akhirnya menjadi anggota biasa setelah aku kalah dalam pemilihan. Mobilitas sosial apa yang terjadi padaku? cclxxiii. cclxxiv. D. Kartu dari kertas HVS yang berukuran 5x 2 cm berisi jawaban sebagai berikut : 21. Mobilitas Horizontal 22. Mobilitas vertikal naik 23. Mobilitas vertikal turun 24. Mobilitas horizontal 25. Mobilitas geografis 26. Mobilitas intergenerasi turun 27. Mobilitas intergenerasi naik 28. Mobilitas intragenerasi naik 29. Mobilitas intragenerasi turun 30. Tidak terjadi mobilitas intragenerasi 31. Tidak terjadi mobilitas intergenerasi 32. Mentalitas positif pendorong mobilitas sosial 33. Mentalitas negatif penghambat mobilitas sosial 34. Diterminan mobilitas sosial 35. Dampak positif mobilitas sosial 36. Saluran mobilitas sosial



37. 38. 39. 40.



Faktor pendorong mobilitas sosial Dampak negatif mobilitas sosial Mobilitas vertikal naik Mobilitas vertikal turun cclxxv.



cclxxvi. cclxxvii. cclxxviii. cclxxix. cclxxx. cclxxxi. cclxxxii. cclxxxiii. cclxxxiv. cclxxxv. cclxxxvi. cclxxxvii. cclxxxviii. cclxxxix. ccxc. ccxci. ccxcii. ccxciii. ccxciv. ccxcv. ccxcvi. ccxcvii. Lampiran 3. ccxcviii. EVALUASI BELAJAR SISWA ccxcix. SIKLUS I A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar ! 1. Gejala di bawah ini yang secara langsung dapat memacu mobilitas social adalah … a. arus perpindahan petani dari desa ke kawasan industri b. penyaluran sumbangan ke daerah yang dilanda bencana banjir c. pembukaan pendaftaran siswa baru di suatu sekolah menengah umum d. bantuan militer ke suatu Negara yang kacau dilanda perang saudara



e. seorang ketua koperasi terpilih kembali untuk masa jabatan berikutnya 2. Mobilitas social kelompok atas lebih dinamis dibandingkan mobilitas social kelompok bawah karena…. a. mendapatkan prioritas dan penghargaan b. mementingkan kelompok dan pribadi c. bersifat kekeluargaan dan informal d. berpendidikan dan modern e. memiliki banyak kesempatan dan fisilitas 3. Faktor yang mendorong golongan rakyat jelata untuk melakukan mobilitas social vertical adalah … a. status social b. kemiskinan c. mencari pekerjaan d. kepadatan penduduk e. keadaan politik 4. Mobilitas social vertical ke atas berbeda dengan mobilitas social vertical ke bawah, sebab untuk mendapatkan tempat ke dalam kelas social yang lebih tinggi harus melalui … a. kerja sama yang kuat b. konflik yang keras c. persaingan yang ketat d. penyesuaian yang tepat e. bantuan dana yang besar 5. Dalam masyarakat berkasta, wanita dari kasta rendah dapat melakukan mobilitas social melalui …. a. Perkawinan b. Kekayaan c. Pendidikan d. Keagamaan e. upacara adapt 6. Yang termasuk contoh mobilitas vertical ke atas adalah …. a. Atik dahulu bidan kampong, sekarang bidan kota b. Adi dulu sopir taksi, sekarang menadi manajer c. Rudi dahulu pegawai negeri, sekarang pegawai swasta d. Budi dahulu petani padi, sekarang petani cengkeh e. Ahmad dahulu pedagang, sekarang karyawan swasta 7. Ciri utama yang menandai mobilitas vertical adalah …. a. berpindahnya lapisan social akibat peralihan status social b. berlangsungnya mobilitas vertical sesuai dengan norma yang berlaku



c. terjadinya kerja sama antara pelaku mobilitas sosialnya dengan kelompoknya d. peralihan status social sama sekali tidak mempengaruhi perubahan lapisan social e. perpindahan lapisan social diikuti dengan perubahan struktur social 8. Urbanisasi yang mengakibatkan terjadinya peralihan status social dari petani menjadi buruh pabrik merupakan contoh …. a. mobilitas vertical b. social climbing c. social simking d. mobiltas horizontal e. mobilitas lateral 9. Seorang manager baru mengalami kesulitan untuk menerapkan strategi kerja baru karena ditolak oleh rekan manager lama. Kesulitan itu mendorongnya untuk mendekati para manager lama sehingga terbuka menerima usulannya gejala ini menggambarkan …. a. konflik social yang berkepanjangan b. konflik social yang mendorong terjadinya penyesuaian c. mobiltas social yang berpengaruh terhadap penataan cara kerja d. penyesuaian yang dilakuka secara individual e. konflik yang dimunculkan uantuk meningkatkan mobiltas social 10. Faktor utama yang mendorong masyarakat Minangkabau banyak melakukan mobilitas geografis adalah …. a. pertambahan penduduk b. kondisi ekonomi c. situasi politik d. motif-motif agama e. keinginan untuk merantau ccc. B. Jawablah : a. Jika jawaban 1, 2, 3 benar b. Jika jawaban 1 dan 3 benar c. Jika jawaban 2 dan 4 benar d. Jika Jawaban 4 Saja Benar e. Jika Semua jawaban benar 1. Dibawah ini yang termasuk factor pendorong terjadinya mobilitas sosial adalah … 1. adanya keinginan untuk melihat daerah lain



2. adanya situasi politik yang tidak menentu 3. adanya factor kependudukan 4. adanya keinginan untuk menyebarkan agama ke daerah lain 2. Ruri dan Rini sama-sama menjadi karyawati di perusahaan tekstil. Karena Ruri lebih tekun, pandai dan rajin maka ia diangkat sebagai kepala bagian personalia, sedangkan Rini tetap menjadi karyawan biasa. Dalam kasus ini … 1. Ruri mengalami social climbing 2. Rani mengalami social sinking 3. Ruri mengalami mobilitas vertikal naik 4. Rini menagalami mobilitas vertikal turun 3. Dampak negataif yang bersidat psikologis dari mobilitas social adalah 1. frustasi dan putus asa 2. rasa kecewa dan mudah marah 3. selalu dalam perasaan bersaing dan tidak tenang 4. selalu dalam keadaan gelisah dan ingin maju 4. Yang termasuk ciri dari moblitas horizontal adalah … 1. lapisan social yang baru akan menuntut peranan yang lebih besar 2. tidak menimbulkan pengaruh terhadap status social seseorang 3. status yang diperoleh akan memberikan peningkatan prestise 4. lapisan social yang ditempati tidak mengalami perubahan karena perpindahan status social dialami dalam lapisan social yang sama 5. Mobilitas social akan lebih mudah terjadi pada masyarakat yang … 1. modern dan maju 2. agraris dan kapitalis 3. sistem stratifikasi terbuka 4. konservatif dan liberal 6. Konsekuensi mobilitas social dalam masyarakat dapat menimbulkan kemungkinan dalam bentuk … 1. Asimilasi 2. Konflik 3. Akulturasi 4. Penyesuaian 7. Mentalitas positif yang dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk melakukan mobilitas social adalah … 1. pantang menyerah 2. berdisiplin murni meskipun tanpa diatasi oleh atasannya 3. menghargai hasil karya orang lain 4. berorientasi ke masa kini dan masa akan datang 8. Di bawah ini yang termasuk gerak social sinking adalah ….



1. 2. 3. 4.



pedagang asongan beralih profesi menjadi penjaga took buruh tani beralih profesi menjadi pengrajin tradisional pendapatan petani turun karena harga gabah turun seratus karyawan sebuah perusahaan di tangerang menganggur



karena PHK 9. Yang teramsuk saluran-saluran dalam pelaksanaan mobilitas social adalah … 1. angkatan bersenjata 2. lembaga pendidikan 3. organisasi ekonomi 4. organisasi politik 10. Menurut Kaare Svalastoga perubahan social dapat mempengaruhi mobilitas social seseorang. Perubahan social yang dimaksud adalah …. 1. perubahan teknologi 2. perubahan sikap 3. perubahan kemampuan 4. perubahan alam ccci. C. Isilah titik-titik di bawah ini ! 1. …………………… berpendapat bahwa mobiitas social merupakan gerak 2.



dari satu posisi social ke posisi social lainnya. ….……………….. merupakan perpindahan status social yang terjadi



3.



pada kelompok atau masyarakat tertentu. ………………... merupakan perpindahan gerak seseorang atau kelompok



4.



dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya . ………………… dalam pelaksanaannya tidak terjadi penurunan atau



5.



peningkatan tingkat kesejahteraan. …………………. Merupakan perpindahan seseorang atau kelompok



6.



dalam rangka mengungsi untuk menghindari bahaya yang mengancam. ………………... selain mempercepat terjadinya mobilitas social kadang



7.



menjadi musuh manusia dalam pelaksanaan mobiltas sosial. ………………… merupakan tingkat disiplin yang sunguh-sungguh



8.



artinya diawasi atau tidak selalu berdisiplin. ………………... dalam pelaksnaannya terjadi penurunan tingkat kesejahteraan.



peningkatan



atau



9.



Orang yang menerapkan ………………….. lebih cenderung melakukan



10.



tindak korupsi dalam hidupnya. Seseorang yang status sosialnya



naik



akan



melakukan



……………………… dalam gaya hidup dan tindakannya sesuai dengan 11.



nilai dan norma yang berlaku. Masyarakat yang mengandalkan kehidupan ekonomi pada ……………



12.



cenderung memperluas lapangan kerja di tingkat bawah. Masyarakat yang mengandalakan kehidupan ekonomi pada …………..



13.



senderung memperluas lapangan kerja di tingkat menengah dan atas. Masyarakat yang menganut ………………….. biasanya mobilitas



14.



sosialnya hanya terjadi dalam kelas sosialnya sendiri. Apabila pelaksanaan mobilitas social berl;angsung secara …..………….



15.



Biasanya prosespenyesuaian diri akan berjalan secara baik . Mobilitas horizontal merupakan gerak perpindahan status social yang



16.



bersifat …………. Mobiltas vertical merupakan gerak perpindahan status social yang bersifat



17.



………………. Pelaksanaan mobilitas social vertical dapat terwujud secara baik apabila



18.



pola kehidupan masyarakat bersifat …………………………. Pelaksanaan mobilitas intergenerasi tidak pernah ada yang bersifat



19.



……………… Masyarakat yang bersifat tertutup biasanya mobilitas sosialnya hanya



20.



terjadi di dalam ……………………………………………………….. Meskipun suatu keluarga bertempat tinggal di pedesaan, namun keluarga tersebut akan berusaha



menyekolahkan anggota keluarga setinggi



mungkin sesuai dengan kemampuan apabila keluarga tersebut memiliki sikap menatal …………………..



cccii. ccciii. ccciv.



cccv. cccvi. cccvii. cccviii. cccix. cccx. cccxi. cccxii. cccxiii. cccxiv. cccxv. cccxvi. cccxvii. cccxviii. cccxix. cccxx. cccxxi. cccxxii. Lampiran 4. cccxxiii. EVALUASI BELAJAR SISWA cccxxiv. SIKLUS II D. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar ! 1. Pada Masyarakat primitive terjadi pula mobilitas geografis, misalnya adalah…. a. anak laki-laki mempunyai kedudukan tertinggi dalam keluarga b. hidup selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain c. anak laki-laki menggantikan jabatan ayahnya sebagai kepala suku d. pembagian warisan didasarkan pada jenis kelamin e. seorang pemimpin adapt harus mempunyai kelebihan dari masyarakat lainnya 2. Banyaknya masyarakat aceh yang pindah kedaerah lain karena daerah aslinya terjadi pergolakan senjata. Mobilitas social masyarakat Aceh lebih banyak didorong oleh factor… a. kondisi ekonomi b. motif-motif keagamaan c. situasi politik yang tidak menentu d. faktor kependudukam



e. keinginan untuk merantau 3. Seorang ketua partai menjadi



Presiden. Saluran mobilisasi social yang



dilalui adalah… a. lembaga pendidikan b. organisasi politik c. organisasi profesi d. lembaga pemilu e. organisasi sosial 4. Untuk meningkatkan taraf hidupnya, seorang pembantu rumah tangga merantau keluar negeri menjadi TKW menjadi pramuwisma. Individu tersebut dapat dikatakan mengalami mobilitas horizontal karena… a. perpindahan status social yang dilakukakan atas usaha sendiri b. perpindahan status social belangsung pada status social yang berbeda c. pepindahan status sosialnya hanya didorong oleh persamaan profesi d. perpindahan status sosialnya berlangsung untuk kepentingan pribadi e. perpindahan status social tidak mengakibatkan perpindahan lapisan social 5. Seseorang yang berkuasa, kemudian turun menjadi orang biasa, mungkin dapat mengalami gejala negative yang disebut… a. sosial elevator b. konflik social c. achived status d. post power syndrome e. sosial psikologi 6. Salah satu dampak sampingan pembangunan adalah terjadinya urbanisasi besar-besaran. Peristiwa tersebut dinamakan… a. mobilitas vertical b. mobilitas horizontal c. mobilitas lateral d. sosial sinking e. sosial climbing 7. Seorang yang mengalami mobilitas social apabila ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan linkungan sosialnya yang baru akan mengalami… a. proses social sosiatif b. proses social disosiatif c. proses social diskriptif d. proses social integrative



e. proses social koordinasi 8. Bagi seorang gadis India yang kawin dengan pemuda yang berkasta lebih rendah dari padnya, maka si gadis akan mengalami… a. mobilitas vertical b. mobilitas vertical naik c. mobilitas vertical turun d. mobilitas lateral e. mobilitas horizontal 9. Pada masyarakat yang sudah maju, untuk menentukan mobilitas social sangatnmengutamakan pendidikan dan ketrampilan pribadi. Hal ini dipengaruhi oleh… a. faktor Individu b. faktor structural c. faktor kekuasaan d. faktor ekonomi e. faktor jabatan 10. Meskipun tidak memiliki pengalaman, tetapi karena Rudianto lulusan S-3 akhirnya ia langsung diangkat sebagai Kepala Penerangan. Mobilitas Rudianto tersebut dipengaruhi oleh factor… a. faktor kepandaian b. faktor jabatan c. faktor ijasah d. faktor ketrampilan e. faktor pendidikan cccxxv. E. Jawablah : f. Jika jawaban 1, 2, 3 benar g. Jika jawaban 1 dan 3 benar h. Jika jawaban 2 dan 4 benar i. Jika Jawaban 4 Saja Benar j. Jika Semua jawaban benar 1. Dampak social dari pelaksanaan mobilitas social adalah… 5. terjadinya konflik social 6. menimbulkan frustasi bagi yang kalah dalam bersaing 7. berkurangnya solidaritas kelompok 8. terjadinya benturan antar berbagai kepentingan 11. Bentuk utama dari mobilitas social vertical adalah meliputi… 1. social sinking 2. mobilitas social vertical naik 3. social climbing 4. mobilitas social vertical turun



12. Dampak positif dari pelaksanaan mobilitas social adalah… 1. memberikan dorongan untuk bercita-cita setinggi mungkin 2. mempercepat gerak perubahan social kearah yang lebih baik 3. memunculkan penyesuaian diri terhadap lingkungannya yang baru 4. memberikan kesempatan untuk mencapai tujuan hidupnya 13. Seorang individu yang mengalami mobilitas vertical kadang menimbulkan terjadinya konflik social. Hal ini dikarenakan individu yang menjadi anggota lapisan social yang baru jika… 1. selalu dapat bekerja sama dengan anggota lapisan social yang baru 2. selalu berkompetisi dengan anggota lapisan social yang baru 3. selalu mengalah dengan anggota lapisan social yang baru 4. tidak diterima oleh anggota lapisan social yang baru 14. Salah satu konsekuensi dari mobilitas social adalah dapat memunculkan penyesuaian diri. Penyesuaian diri ini bisa berjalan baik jika… 1. mobilitas social berlangsung secara rasional dan obyektif 2. masing-masing pihak memiliki mentalitas yang positif 3. berlangsung sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku 4. masing-masing pihak selalu pasrah dengan nasibnya sendiri-sendiri 15. Dari kasus dibawah ini yang termasuk mobilitas vertical adalah… 1. Pak Harun mengalihkan usahanya dari beternak itik ke ternak ayam 2. selepas SMA Robby melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi 3. arus urbanisasi setiap tahun terus meningkat 4. berkat ketekunannya, Rudi berhasil menjadi sarjana 16. Apabila suatu masyarakat menganut system pelapisan social yang bersifat tertutup, maka mobilitas social yang terjadi adalah… 1. perpindahan status social lebih cenderung bersifat naik 2. perpindahan status social lebih cenderung bersifat turun 3. perpindahan status social lebih cenderung bersifat naik dan turun 4. perpindahan status social lebih cenderung dalam lapisan social yang sama 17. Sedangkan apabila suatu masyarakat menganuo sistim pelapisan social yang bersifat terbuka, maka mobilitas social yang terjadi adalah… 1. perpindahan status social lebih cenderung bersifat baik 2. perpindahan status social lebih cenderung bersifat menurun 3. perpindahan status social lebih cenderung bersifat naik dan menurun 4. perpindahan status social lebih cenderung dalam lapisan social yang sama



18. Apabila beberapa orang sopir taksi sepakat menunjuk seorang rekannya menjadi ketua koperasi sopir taksi berarti… 1. terbentuknya kedudukan baru yang lebih tinggi 2. terjadinya mobilitas social yang bersifat horizontal 3. terbentuknya stratifikasi social yang lebih tinggi 4. terjadinya mobilitas social yang bersifat social sinking 19. Mobilitas vertical dalam suatu masyarakat tidak mungkin sama dengan mobilitas vertical yang berlangsung dalam masyarakat lain, karena… 1. setiap masyarakat selalu berhubungan dengan masyarakat lainnya 2. setiap masyarakat berdiri sendiri tanpa berhubungan dengan masyarakat lain 3. setiap masyarakat pasti memiliki pemimpin sendiri 4. setiap masyarakat memiliki system nilai dan norma yang berbeda cccxxvi. F. Isilah titik-titik di bawah ini ! 1. ………………………...…… Naiknya status social Pak Amin yang 2.



semula sebagai kepala desa menjadi wakil Bupati Ponorogo. …………………………….. Setelah lulus Sarjana Teknik Listrik, Rudi



3.



yang semula tinggal didesa pindah kekota untuk mencari pekerjaan. …………………………….. Sigit yang semula siswa kelas XI SMA Negeri 1 Larompong Selatan pindah menjadi siswa kelas XI SMA Negeri



4.



1 Larompong. ……………………………. Gerak Perpindahan status social yang dialami



5.



Pak Suprapto. …………………………….. Untuk mengantisipasi meletusnya ginung merapi, perintah kabupaten Magelang membujuk warganya yang tinggal



6.



di lereng Merapi untuk mengungsi ke tempat aman. …………………………….. Turunnya status sossial Pak Habibie yang



7.



semula menjadi Presiden RI menjadi rakyat biasa. …………………………….. Pak Suhadi yang semula anggota Kodim Kabupaten Bangkalan Madura, pindah menjadi anggota Kodim Kabupaten Madiun.



8.



…………………………….. Gerak perpindahan status social yang



9.



dialami Kesebelasan Persebaya Surabaya. …………………………….. Sewaktu musim panen padi tiba, warga desa krebet Jambon berbondong-bondong mencari pekerjaan sebagai buruh



10.



tani di Kauman selama musim panen. …………………………….. Tenaga



Kerja



Indonesia



yang



sudah



bertahun-tahun bekerja di Arab Saudi pulang kembali kedaerahnya 11.



masing-masing di Indonesia. ………………………………Pak Basuni yang semula menjadi buruh tani pindah menjadi kuli batu dengan penghasilan yang sama seperti



12.



sebelumnya. ………………………………. Perubahan atau perbedaan status social



13.



antar dua generasi atau lebih. ………………………………. Karena daerahnya sering dilanda bencana gunung meletus, Pak Ramlan dan keluarganya pindah ke Kalimantan



14.



Tengah untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya. ……………………………….. Perubahan atau perbedaan status social



15.



yang terjadi dalam satu generasi yang sama. ………………………………… Beberapa orang nelayan Aceh terdampar di Srilangka. Kemudian mereka bekerja disana dan setelah sukses mereka



16.



memutuskan untuk menjadi warga Negara Srilangka. …………………………………. Saiful Bahri warga Negara Malaysia yang setelah kawin dengan wanita dari Ponorogo, akhirnya menetap dan



17.



menjadi warga Negara Indonesia. ………………………………….. Rini yang semula karyawan biasa,



18.



karena prestasinya ia diangkat sebagai kepala bagian pemasaran. …………………………………… Pak Rudi orang terkaya di desanya menjadi miskin setelah rumahnya kebakaran.



19.



……………………………………. Sodik yang semula buruh bangunan



20.



pindah sebagai buruh pabrik ……………………………………… Timbul kegelisahan karena takut turun kelapisan bawah Post Power Syndrome (frustasi, minder, dan mengisolasi)



cccxxvii. cccxxviii. cccxxix. cccxxx. cccxxxi. cccxxxii. cccxxxiii. cccxxxiv. cccxxxv. cccxxxvi. Lampiran 5. cccxxxvii. FORMAT ANGKET RESPON SISWA cccxxxviii. SIKLUS I DAN SIKLUS II cccxxxix. cccxl. Nama



: ............................................



cccxli. Kelas



: ……………………………



cccxlii. NIS



:



……………………………



cccxliii. Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ( x ) pada tempat yang telah disediakan : 1. Apakah menyenangkan atau membosankan proses pembelajaran materi mobilitas sosial yang menerapkan teknik tebak kata ?



cccxliv.



Jawab : a. sangat menyenangkan b. cukup menyenangkan c. cukup membosankan d. membosankan 2. Apakah sulit atau mudah mempelajari materi mobilitas sosial



yang



menggunakan penerapan teknik tebak kata ? cccxlv. Jawab : a. sangat mudah b. cukup mudah c. cukup sulit d. sulit cccxlvi. Lampiran 6. cccxlvii. HASIL ANGKET RESPON SISWA cccxlviii. SIKLUS I 3. Apakah menyenangkan atau membosankan proses pembelajaran materi mobilitas sosial yang menerapkan teknik tebak kata ? cccxlix. cccli.



ccclii.



cccliii.



ccclv.



ccclvi.



ccclvii.



ccclix.



ccclx.



ccclxi.



ccclxiii.



ccclxiv.



ccclxv.



ccclxvii.



ccclxviii.



ccclxix.



ccclxxi. ccclxxii.



ccclxxiii.



ccclxxiv. 4. Apakah menyenangkan atau membosankan proses pembelajaran materi mobilitas sosial yang menerapkan teknik tebak kata ? ccclxxv. ccclxxvi.



ccclxxvii.



ccclxxviii.



ccclxxix.



ccclxxxi.



ccclxxxv.



ccclxxxii.



ccclxxxvi.



ccclxxxiii.



ccclxxxvii.



ccclxxxiv.



ccclxxxix.



cccxc.



cccxciii.



cccxciv.



cccxci.



ccclxxxviii.



cccxcvii.



cccxcviii.



cccxcv.



cccxcix.



cd. cdi. Lampiran 7. cdii. HASIL ANGKET RESPON SISWA cdiii. SIKLUS II 5. Apakah menyenangkan atau membosankan proses pembelajaran materi mobilitas sosial yang menerapkan teknik tebak kata ? cdiv. cdvi.



cdvii.



cdx.



cdxi.



cdviii.



cdxii.



cdxiv.



cdxv.



cdxviii.



cdxix.



cdxvi.



cdxx.



cdxxii.



cdxxiii.



cdxxiv.



cdxxvi. cdxxvii.



cdxxviii.



cdxxix. 6. Apakah menyenangkan atau membosankan proses pembelajaran materi mobilitas sosial yang menerapkan teknik tebak kata ? cdxxx. cdxxxii.



cdxxxiii.



cdxxxiv.



cdxxxvi.



cdxxxvii.



cdxxxviii.



cdxl.



cdxli.



cdxlii.



cdxliv.



cdxlv.



cdxlvi.



cdxlviii.



cdxlix.



cdlii. cdliii.



cdlv. cdlvi. Lampiran 8.



cdliv.



cdlvii. CHECK LIST HASIL TEBAK KATA SIKLUS I cdlxi.



cdlix. Nama



cdlx.



cdlxvii. cdlxviii.



cdlxix. DAHRI



cdlxxiv.



cdlxxv. ERWIN



cdlxxx.



cdlxxxi. ASILAW



cdlxxxvi.



cdlxxxvii. RAHMAN



cdxcii.



cdxciii. RATNA



cdlxxiii.



cdlxxxii.



cdxciv.



cdlxxxv.



cdxcviii.



cdxcix. HASRI



div.



dv. RIS



dx.



dxi. MU



dxvi.



dxvii. JUSRI



dxxii.



dxxiii. ANDI



dxxviii.



dxxix. A.



dxxxiv.



dxxxv. MUH.



dxl.



dxli. AMI



dxlvi.



dxlvii. SARW



dlii.



dliii. RITA



dlviii.



dlix. M.



dlxiv.



dlxv. INTA



dlxx.



dlxxi. PUTRI



dlxxvi.



dlxxvii. dlxxviii. Jumlah



dlxxxii. dlxxxiii.



dlxxxiv. Lampiran 9. dlxxxv. CHECK LIST HASIL PENGUATAN TEBAK KATA SIKLUS I dlxxxix. Ja w ab an



dlxxxvii.



Te dlxxxviii.



ba k K at a dxciii.



dxcvi.



dxcvii.



dcii.



dciii.



dcviii.



dcix.



dcxiv.



dcxv.



dcxx.



dcxxi.



dxciv. dc.



dxcviii.



dcxxiii.



dcxxiv.



dcxxvi.



dcxxvii.



dcxxxii.



dcxxxiii.



dcxxxviii.



dcxxxix.



dcxxxvi.



dcxxxiv.



dcxliv.



dcxlv.



dcl.



dcli.



dcxxxv.



dcxlvii.



dclvi.



dclvii.



dclxii.



dclxiii.



dclxviii.



dclxix.



dclxxiv.



dclxxv.



dcxxxvii.



dcxlviii.



dclix.



dclxxii.



dclxxx.



dclxxxi.



dclxxxii. dclxxxvi.



dclxxxvii.



dcxcii.



dcxciii.



dcxcviii.



dcxcix.



dcciv.



dccv.



dclxxxiii.



dclxxxiv.



dclxxxv.



dcxcvi.



dccviii.



dccx. dccxi. dccxii. Lampiran 10 : dccxiii. HASIL EVALUASI BELAJAR SISWA SIKLUS I dccxiv. dccxvi. NAM A dccxx. DAH RIAN I



dccxviii. dccxvii. dccxxii.



dccxxiv. ERWI N ODDI NG dccxxviii. ASIL AWAT I dccxxxii. RAH MAN ISMA IL dccxxxvi. RATN A SARI dccxl. HASR IANTI dccxliv. RISN AWAT I dccxlviii. MUH. RAHI M ISMA IL dcclii. JUSRI ADI dcclvi. ANDI KUR NIAW AN TAUF IK dcclx. A. MUL KI dcclxiv. MUH. RISA LDI dcclxviii. AMIR UDDI N dcclxxii. SAR WAN A dcclxxvi. RITA



dccxxv.



dccxxvi.



dccxxix.



dccxxx.



dccxxxiii.



dccxxxvii.



dccxxxiv.



dccxxxviii.



dccxlii. dccxlvi.



dccxlix.



dccl.



dccliv.



dcclviii.



dcclxii.



dcclxvi.



dcclxix.



dcclxxiii. dcclxxvii.



dcclxx. dcclxxiv. dcclxxviii.



dcclxxx.



dcclxxxiv. dcclxxxiii. dcclxxxviii. dcclxxxvii.



dccxcii.



SUDI ARTA M. JULI CAH YADI INTA N JUWI TA PUTR I RATN A SARI RataRata



dcclxxxi.



dcclxxxv.



dcclxxxix.



dccxciii.



dcclxxxii.



dcclxxxvi.



dccxc.



dccxciv.



Nilai dccxcvi. Persen tase Ketunt



dccxcvii.



dccxcviii.



asan (%)



dccxcix. dccc. Lampiran 11. dccci. CHECK LIST HASIL TEBAK KATA SIKLUS II dccciii.



dccciv.



dcccv. Ja wa ba n Te ba k



Ka ta dcccix. dcccxii.



dcccxiii.



dcccxviii.



dcccxix.



dcccxxiv.



dcccxxv.



dcccxxxi.



dcccxxxvi.



dcccxxxvii.



dcccxlii.



dcccxliii.



dcccxiv.



dcccxv.



dcccxl.



dccclii. dccclv.



dccclx.



dccclxi.



dccclxvi.



dccclxvii.



dcccxxix.



dcccxxxix.



dcccxlix.



dcccliv.



dcccxvii.



dcccxxvii. dcccxxviii.



dcccxxxviii.



dcccxlviii.



dcccxi.



dcccxvi.



dcccxxvi. dcccxxx.



dcccx.



dccclxii.



dccclxiii. dccclxiv.



dccclxxii.



dccclxxiii.



dccclxxiv. dccclxxviii.



dccclxxix.



dccclxxxiv.



dccclxxxv.



dcccxc.



dcccxci.



dcccxcvi.



dcccxcvii.



cmii.



cmiii.



cmviii.



cmix.



cmxiv.



cmxv.



cmxx.



cmxxi.



dccclxxv.



dccclxxvi. dccclxxvii.



dccclxxxvi. dccclxxxvii.



dccclxxxviii. dccclxxxix.



dcccxcviii.



dcccxcix.



cmxxiii.



cmxxvi. cmxxvii.



cmxxiv.



cmxxviii. Lampiran 12. cmxxix. CHECK LIST HASIL PENGUATAN TEBAK KATA SIKLUS II cmxxxiii. Ja wa ba cmxxxi.



n Te



cmxxxii.



ba k Ka cmxxxvii. cmxl.



cmxli.



cmxlvi.



cmxlvii.



cmxxxviii. cmxliv.



cmxliii.



cmlii.



cmliii.



cmlviii.



cmlix.



cmlvi.



ta cmxxxix.



cmlxiv.



cmlxv.



cmlxvi. cmlxx.



cmlxxi.



cmlxxvi.



cmlxxvii.



cmlxxxii.



cmlxxxiii.



cmlxxxviii.



cmlxxxix.



cmxciv.



cmxcv.



cmlxxviii.



cmlxvii.



cmlxviii.



cmlxxix.cmlxxx.



cmxcii.



m.



mi.



mvi.



mvii.



mxii.



mxiii.



mxviii.



mxix.



mxxiv.



mxxv.



mxxx.



mxxxi.



miv.



mxxvii.



mxxviii.



cmlxxxi.



mxxxvi.



mxxxvii.



mxlii.



mxliii.



mxlviii.



mxlix.



mxxxviii.



mxxxix.



mliv. mlv. Lampiran 13 : mlvi. HASIL EVALUASI BELAJAR SISWA SIKLUS II mlvii. mlix. NAM



mlxi.



A mlxiii. DAH RIAN I mlxvii. ERWI N ODDI NG mlxxi. ASIL AWAT I mlxxv. RAH MAN ISMA IL mlxxix. RATN A SARI mlxxxiii. HASR



mlxv.



mlxviii.



mlxix.



mlxxii.



mlxxiii.



mlxxvi.



mlxxvii.



mlxxx.



mlxxxi.



mlxxxiv.



mlxxxv.



IANTI mlxxxvii. RISN AWAT I mxci. MUH. RAHI M ISMA IL mxcv. JUSRI ADI mxcix. ANDI KUR NIAW AN TAUF IK mciii. A. MUL KI mcvii. MUH. RISA LDI mcxi. AMIR UDDI N mcxv. SAR WAN A mcxix. RITA SUDI ARTA mcxxiii. M. JULI CAH YADI mcxxvii. INTA N JUWI TA mcxxxi. PUTR I RATN A SARI



mlxxxviii.



mlxxxix.



mxciii.



mxcvi.



mxcvii.



mci.



mcv. mcviii.



mcix. mcxiii.



mcxvi.



mcxvii.



mcxxi.



mcxxiv.



mcxxv.



mcxxviii.



mcxxix.



mcxxxii.



mcxxxiii.



mcxxxv. RataRata



mcxxxvi.



mcxxxvii.



Nilai mcxxxix. Persen tase Ketunt



mcxl.



mcxli.



asan (%)



mcxlii. Lampiran 14. mcxliii. DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN mcxliv. TEKNIK TEBAK KATA (PREDICTION GUIDE) mcxlv. mcxlvi. mcxlvii. mcxlviii. mcxlix. mcl. mcli. mclii. mcliii. mcliv. mclv. Gambar 1: Guru menjelaskan pembelajaran dengan teknik tebak kata (prediction guide). mclvi. mclvii. mclviii.



mclix. mclx. mclxi. mclxii. mclxiii. mclxiv. mclxv. Gambar 2: Siswa menyimak penjelasan guru. mclxvi. mclxvii. mclxviii. mclxix. mclxx. mclxxi. mclxxii. mclxxiii. mclxxiv. mclxxv. mclxxvi. Gambar 3: Siswa berpasangan melaksanakan tebak kata. mclxxvii. mclxxviii. mclxxix. mclxxx. mclxxxi. mclxxxii.



mclxxxiii. mclxxxiv. mclxxxv. mclxxxvi. mclxxxvii. Gambar 4: Siswa mengerjakan soal test evaluasi. mclxxxviii.



mclxxxix. mcxc. mcxci. mcxcii. mcxciii. mcxciv.