Pulau Nusakambangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN MATA KULIAH TOPONIMI



“PULAU NUSAKAMBANGAN”



Oleh:



Muharrama Putra Prayoga 3513100067



Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014



Nama Nusa Kambangan dipercaya berasal dari kata “Nusa Kembangan”, dimana “Nusa” berarti Pulau dan “Kembangan” berasal dari kata kembang yang berarti bunga-bungaan. Disebut bunga karena di pulau tersebut tumbuh sejenis bunga khas yang diberi nama bunga Wijaya Kusuma. Nusakambangan terletak di sebelah Selatan Pulau Jawa dan merupakan pulau kecil terluar yang berbatasan dengan Australia. Di sebelah Utara pulau ini terdapat selat yang terkenal dengan sebutan Segara Anakan. Selat ini memisahkan Pulau Nusakambangan dengan daratan Pulau Jawa, khususnya dengan Kota Cilacap. Kota Cilacap merupakan daerah terdekat dan berbatasan langsung dengan kawasan Pulau Nusakambangan. Sebelah Selatan Pulau Nusakambangan adalah Samudera Hindia yang terkenal dengan ombaknya yang besar. Luas Pulau Nusakambangan adalah sekitar 210 km2 atau 21.000 ha, memanjang dari Barat ke Timur. Pulau ini memiliki titik referensi (TR) 143.



1. Sejarah Pulau ini mulai dibuat menjadi sebuah pulau penjara pada masa periode penjajahan Belanda. Pemerintah kolonial membangun sebuah penjara keamanan tinggi di pulau terisolasi untuk pengasingan para penjahat dan pembangkang politik. Penjara di Nusakambangan dibuka pada pertengahan tahun 1920 oleh mantan penguasa kolonial Belanda di Indonesia dan pernah dianggap sebagai lembaga pidana paling keras di Asia Tenggara. Pulau ini dinyatakan terlarang pada tahun 1905 oleh Belanda.



Penggunaannya sebagai



pulau penjara dilanjutkan setelah kemerdekaan. Selama



pemerintahan mantan Presiden Soeharto, ratusan pembangkang politik ditahan di pulau ini. Sebagian besar tahanan politik, anggota Partai Komunis yang dilarang di Indonesia atau para simpatisan. Para tahanan politik tidak pernah dibawa ke pengadilan, dan banyak dari mereka meninggal karena kelaparan atau sakit.



Pada tahun 1996 terjadi kesepakatan antara Departemen Kehakiman dengan Departemen Pariwisata untuk membuka Pulau Nusa Kambangan untuk keperluan pariwisata. Pulau itu akhirnya resmi dibuka untuk umum sebagai tujuan wisata pada tahun 1996.



Pulau ini juga berperan dalam penanganan pengungsi. Sekitar 140 pengungsi Afghanistan ditahan di pulau ini setelah kapal mereka, yang sedang dalam perjalanan ke Christmas



Island, Australia, tenggelam di laut kasar pada tanggal 17 Agustus 2001. Namun, lebih dari 90 pengungsi ini kemudian melarikan diri pada 19 September 2001 berlayar jauh dengan kapal nelayan kecil dan diyakini akan menuju Australia.



Pulau ini juga terkena dampak gempa bumi dan tsunami Pangandaran pada 2006, ketika itu gempa bumi bawah laut 7,7 skala Richter terjadi di lepas pantai barat Jawa. Setidaknya 11 warga hilang dan 8 orang tewas dalam tsunami berikutnya, dua di antaranya adalah tahanan di salah satu penjara Permisan. Dan setidaknya lima belas narapidana di penjara Nusakambangan dekat Pangandaran juga hilang.



2. Administrasi Wilayah dan Kondisi Geografis Secara administratif Pulau Nusakambangan termasuk dalam wilayah Desa Tambakreja Kecamatan Cilacap Selatan Kotif Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan letak geografis kawasan Pulau Nusakambangan yaitu pada 70 30’ – 70 35’ LS dan 1080 53 – 1090 03’BT. Topografi Pantai sebelah Selatan pulau ini relatif terjal dengan bukit berbatu, karena posisinya yang langsung berhadapan dengan laut lepas. Perairan sebelah Utara adalah Selat Segara Anakan yang merupakan daerah yang landai dan dangkal. Sebelah utara pulau ini sebagian berupa batuan breksi vulkanis tertutup oleh batuan gamping yang juga merupakan pegunungan gamping dengan topografi berbukit-bukit. Secara umum Pulau Nusakambangan terdiri dari dua macam batuan, yaitu batuan breksi vulkanis di lapisan bagian bawah dan batuan gamping bagian atasnya. Karena perkembangan erosi sebagian besar batuan berwarna putih, seperti di Permisan dan Pasir Putih. Oseanografi Perairan sebelah Utara Pulau Nusakambangan merupakan daerah yang landai dan dangkal serta tertutup oleh formasi terumbu karang dengan ombak yang relatif tenang dengan kedalaman 10 – 30 meter. Pulau ini memiliki pasang surut dengan tipe campuran yang



didominasi tipe ganda (semi diurnal). Salinitas perairan di sekitar pulau tersebut berkisar sekitar 32o/oo, sedangkan kecerahan perairan sekitar kurang lebih 25 meter. Klimatologi Iklim di wilayah pulau ini tergolong tropis kering dan termasuk iklim kering tipe D/E berdasarkan zona agroklimat. Musim kemarau berlangsung selama + 3 bulan (Juni – Agustus) dengan curah hujan kurang dari 200 mm/bulan dan musim penghujan selama 5 bulan (November – Maret) dengan curah hujan lebih dari 200 mm/bulan. Kecerahan pada musim hujan sekitar 30 – 60% setiap hari sedangkan pada musim kemarau tingkat kecerahan berkisar antara 70 – 80% dengan tingkat kelembaban nisbi sekitar 70 – 85%. Suhu udara terdingin di Pulau Nusakambangan adalah 220 C dan terpanas sekitar 330 C sedangkan suhu rata-rata adalah sekitar 280 C. Bulan-bulan terdingin terjadi pada saat pergantian musim kemarau ke musim penghujan, yaitu sekitar bulan Agustus hingga Oktober. Bulan-bulan terpanas terjadi pada musim kemarau sekitar Juni hingga Juli.



3. Kependudukan dan Sosial Budaya Penduduk Pulau Nusakambangan lebih dikenal sebagai lembaga pemasyarakatan (LP) berkeamanan tinggi di Indonesia. Pulau ini tidak berpenghuni selain dari para narapidana dan petugas Lembaga Pemasayarakatan Nusakambangan.



Pengelolaan pulau ini sepenuhnya



dilaksanakan oleh Departemen Kehakiman dan HAM. Sedangkan Pemkab Cilacap hanya mengelola beberapa gua di Nusakambangan sebagai obyek wisata. Ekonomi dan sosial Berbagai obyek wisata di Pulau Nusakambangan seperti wisata religius maupun wisata ilmiah hutan tropis telah memberi sumbangan devisa bagi Pemkab Cilacap. Pengelolaan pariwisata di pulau ini diserahkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Cilacap, walaupun status kepemilikan Pulau Nusakambangan masih diklaim sebagai milik Departemen Hukum dan HAM.



Penjualan suvenir berupa batu-batu akik di tempat-tempat wisata di Pulau Nusakambangan dilakukan oleh para napi. Beberapa pemandu wisata di pulau ini juga merupakan napi di Nusakambangan. Letaknya yang berdekatan dengan Kabupaten Cilacap, yaitu Kecamatan Cilacap Selatan menyebabkan banyak nelayan dari Cilacap Selatan melakukan kegiatan penangkapan ikan di sekitar perairan Pulau Nusakambangan. Mata pencaharian sebagai nelayan digeluti sebagian besar penduduk yang tinggal di pesisir pantai Selatan Kabupaten Cilacap. Terdapat Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) yang merupakan pelabuhan terbesar di pantai Selatan Pulau Jawa, dan 13 tempat Pelelangan Ikan di Cilacap, selain PPSC tersebut. Pelabuhan Tanjung Intan merupakan pelabuhan ekspor-impor terutama komoditas pertanian. Beberapa perusahaan besar memiliki pelabuhan khusus tersendiri di pantai Selatan Cilacap, seperti Pelabuhan Minyak Pertamina UP IV, pelabuhan Semen milik Holcim yang melakukan penambangan kapur di Pulau Nusakambangan.



4. Ekosistem dan Sumberdaya Hayati Flora Flora di kawasan Pulau Nusakambangan mencakup hutan mangrove (mangrove forest) di Segara Anakan dan hutan tropika (tropical rain florest) di daratan Pulau Nusakambangan. Hutan hujan tropis di Pulau Nusakambangan merupakan hutan alam tropika basah daratan rendah, yang pada kondisi sekarang dapat dikatakan tinggi sebagai relict (sisa akhir) dari yang pernah ada karena di Pulau Jawa, khususnya di Provinsi Jawa Tengah, tipe hutan seperti ini sudah hampir tidak dijumpai lagi. Dengan demikian hutan-hutan di kawasan Nusakambangan layak jika disebut sebagai “The Last Real Rain forest of Java”. Tebaran flora di hutan ini sudah hampir tidak merata di kawasan Pulau Nusakambangan. Pada saat ini, keadaan flora di hutan-hutan tersebut, terutama di bagian Barat mulai mengalami kerusakan. Untuk itu diperlukan suatu usaha pelestarian alam yang memadai di kawasan hutan ini. Berbagai jenis flora yang banyak dijumpai di Pulau Nusakambangan antara lain adalah : bayur (Pterosperum javanicumJungh), bambu (Bambusa spp), benda (Artocarpus elastica Reinw), beringin (Ficus Benjamin L), cacaratan (NeonauclecalycinsMerr), jengkol



(Zygia jiriga Jack kostern), kedawung (Parkia roxburghli g.Don), kelapa (Cocos nucifera L), kelumpang (Sterculla foetida L), kenanga (Canangan odorata Hook flct), kedondong (Spondia pennata Kurz), kemiri (Aleurites moluccana Wild), kalimanga (Kleinhovia



hospita L),



kramina



(Dysoxyium masrocarpum BI),



kendal



(Cardia



dichotama Forst), laban (Vitex pubesceas Vahl), matoro lokal (Leucaenae glaucal), lankep (Arenga



abstuxfolia Mart),



mundu



(Garcinia



balica Miq),



nangka



(Articarpus



heterophyllus Lam), nyamplung (Colophyllum inophyllum L), pelalar/kruing pantai (Dipterocarpus terali BI), randu alas (Gossampinus malabararica Alst), rengas (Gluta renghas L), rotan (Calamus sp), segon (Albizia chinensis Merr), sinduk (Pentace polyantha Sm), talok (Microcos tomentosa Sm), wayu (Knena laurina Warb), walikukun (Schoutenia kunsleri King), dan wungu/bungur (Lagestroemia speciosa Pers). Para ahli botani menyebutkan bahwa jenis Diptercartpus literalis (pelalar/kruing pantai) yang dijumpai di kawasan Pulau Nusakambangan merupakan jenis tanaman endemik yang harus dilindungi, karena hanya tumbuh di daerah ini dan tidak dijumpai di negara manapun di dunia. Fauna Beberapa satwa yang terdapat di Pulau Nusakambangan adalah satwa-satwa yang memiliki habitat hutan hujan tropis. Akan tetapi beberapa satwa lain merupakan binatang langka yang sekarang amat jarang dijumpai di Pulau Jawa seperti macan tutul, harimau kumbang, landak dan burung elang. Beberapa jenis mamalia yang mendiami



Pulau Nusakambangan adalah kera



(Macaca spp), lutung (Prebystis cristanus), harimau tutul (Panthera pardus), harimau kumbang (Panthera pardus), kalong (Pteropus spp), babi hutan (Sus spp), kijang (Munticus muncak), kancil (Herpetes javanicus), musang (Tragalnus spp), lingsang (Paradoxurus ermaproditus), tupai (Lariscus spp), landak (Hystrix grachyura), dan kelelawar (Hypposlderos commertonl). Disamping jenis mamalia, beberapa jenis reptil dan amphibia juga ada di pulau ini, yaitu : buaya (Crocodytus acutus), biawak (Varanus salvator), bengkarung (Mabunya spp), ular cobra (Bangarus spp), ular hijau (Drophis spp), ular pohon (Raana spp), katak air (Rana spp), penyu (Chelonia mydas), dan ular sanca (Phyton spp).



Jenis burung atau aves yang terdapat di Pulau Nusakambangan adalah : kuntul (Bubucus ibis), blekok (Ardeola Ardeola rallaoides), bangau putih (Egretta garzetta), bangau tongtong (Leptotillis lavanicus Host), burung raja udang (Hylcyon cloris), burung cucuk urang (Hylcyon cyanoventris Vicili), elang elanus (Cacrulus), alap-alap (Accipiter spp), tengkek (Pelaugopsis sp), betet (Peltacula alexandri), katik (Treron griseicapilla), emprit (Lonchura spp), burung sesap madu (Anthereptes malacensir), prenjak (Prinia mouruata), kutilang (Pycnonotus spp), trotokan (Pycnonotus spp), sikatan (Rhipichira spp), camar (Sterna albifron), tekukur (Streptopella spp), perkutut (Geopillia spp), ayam hutan merah (Gallus sp), gemak (Arborophilia spp), ayam-ayaman (Ixobrichus cinnamomous), gagak (Corus sp), bubut (Centropus bunlensisi), rangkok (Buceros rhinocerus Vicilli), merak (Paromucicus), milwis (Dendrocygna avanicus), srigunting (Dcirurus macrocertus Klass), kepodang (Oridus Chinensis), walet/lawet (Callocalla spp). Perikanan Sekitar pulau ini ditemukan beberapa spesies ikan karang yang berasosiasi terhadap ekosistem terumbu karang seperti ikan hias, ikan demersal dan ikan pelagis serta udang lobster. Pulau ini dijadikan sebagai tempat penangkapan ikan dan udang bagi nelayan Cilacap. Hasil tangkapan yang dominan terdiri dari ikan pelagis dan demersal. Jenis ikan pelagis ekonomis penting yang tertangkap di perairan ini antara lain : tembang, kembung, cakalang, tenggiri, dan tongkol. Jenis ikan demersal yang dominan adalah jenis kerapu, kakap, baronang, bawal, ekor kuning, kurisi dan berbagai jenis udang lobster serta jenis ikan lainnya. Selain berbagai jenis ikan (ikan hias maupun ikan karang), perairan pulau ini juga sangat kaya



akan



terumbu



karang.



Terumbu



karang



yang



dominan



adalah Acropoda sp, Echinopora sp, Turbinaria sp, Porites sp, Montipora sp, Pavona sp, Goniopora sp dan Millepora sp.



5. Sumberdaya Non Hayati Bahan galian tambang



Terdapat bukit-bukit batu kapur di Pulau Nusakambangan. Penambangan kapur di pulau ini dikelola oleh PT. Holcim-Cilacap. Kegiatan penambangan tersebut mengepras perbukitan dengan cara meledakkan bukit tersebut. Namun kegiatan penambangan batu kapur ini mendapat protes dari para mahasiswa, lembaga masyarakat dan nelayan yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat dan Mahasiswa Peduli Alam Nusakambangan (Gemmpa Nusa), mereka menuntut supaya penambangan batu kapur dihentikan. Hal ini dikarenakan jika kegiatan penambangan batu kapur terus berlangsung bukit-bukit kapur yang menjulang ke langit akan semakin rata. Kawasan Cilacap tidak memiliki lagi pelindung dari kemungkinan terjadinya tsunami, padahal bukit tersebut cukup ampuh untuk menahan tiupan angin maupun tsunami dari arah Selatan.



6. Kondisi awal dan Potensi Pulau a. Kekayaan Flora



Keanekaragaman tipe ekosistem Pulau Nusakambangan cukup kompleks dengan tutupan vegetasi di sebagian tempat masih berupa hutan alam dalam keadaan cukup baik. Sedikitnya ditemukan 8 tipe vegetasi yang berkembang di daratan Pulau Nusakambangan yaitu hutan mangrove, formasi pes-caprae, formasi baringtonia, hutan pantai terjal, hutan pamah (hutan hujan tropis), hutan perbukitan batu kapur, hutan sekunder dan padang alang-alang. Pada lokasi tertentu terdapat kebun aktif dikelola oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan (LP) yang menetap, berupa kebun karet, kelapa, jeruk dan pisang yang umumnya dikembangkan dekat lingkungan perumahan LP. Di samping itu keanekaragaman floranya pun cukup tinggi. Sedikitnya terdapat 767 jenis tumbuhan berbunga dan beberapa jenis tumbuhan paku. Beberapa jenis di antaranya tercatat sebagai jenis endemik, langka dan catatan baru bagi flora Jawa. Jenis tumbuhan langka dan unik yang dapat dijumpai antara lain Amorphophalus decus-silvae, Lithocarpus platycarpus, Rafflesia patma, Shorea javanica dan Dipterocarpus littoralis. Masih banyak jenis yang kini diduga keberadaaannya hanya tinggal di Pulau Nusakambangan, mengingat hutan alam di Jawa hampir sudah tidak ada lagi. Terdapat sedikitnya 32 jenis tumbuhan berbunga sebagai catatan baru bagi flora Jawa, karena jenis tersebut belum terdaftar dalam buku Flora of Java volume I, II & III.



Dalam kurun waktu tahun 2004, peneliti Herbarium Bogoriense dari Pusat Penelitian Biologi – LIPI telah berhasil mencatat 18 jenis tumbuhan yang dianggap catatan baru untuk Pulau Jawa, khususnya di Pulau Nusakambangan tercatat 34 jenis yang selama ini belum pernah dikumpulkan secara ilmiah dan belum diketahui keberadaannya di Pulau Jawa. Penemuan jenis baru tersebut merupakan kontribusi penting bagi khasanah ilmu pengetahuan dan kontribusi nyata peneliti Indonesia. b. Kekayaan Fauna



Pulau Nusakambangan merupakan kawasan yang menarik dari segi keunikan dan keanekaragaman jenis. Kekayaan dan kekhasan faunanya sepertinya berhubungan erat dengan keanekaragaman tipe ekosistem. Dari hasil survey yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi – LIPI Bogor, sedikitnya telah berhasil dicatat 107 jenis kupu-kupu yang mewakili 28% kupu-kupu Jawa dengan dominasi jenis kupu-kupu yang banyak ditemukan di Jawa Barat. Keberadaan jenis kupu-kupu ini sangat berkaitan dengan jenis flora yang umumnya tersebar sampai Pangandaran dan Ujungkulon. Demikian halnya dengan kelompok lain seperti sedikitnya ada 70 jenis burung, 26 jenis ikan dan 8 jenis reptil. Dari 26 jenis ikan Pulau Nusakambangan, tercatat satu jenis wader (Puntius binotatus) yang potensial sebagai ikan hias dan atau konsumsi. Berdasarkan data dari Nature Conservation in Indonesia yang disponsori oleh Gibbon Foundation tahun 1999, di Pulau Nusakambangan dan kawasan Segara Anakan terdapat 8 jenis mamalia, 115 jenis aves (burung), 2 jenis reptil dan 17 genera pisces (ikan). Jenis-jenis mamalia yang masuk kategori dilindungi adalah : 



Kera ekor panjang (Macaca fascicularis)







Lutung Jawa (Trachypithecus auratus)







Berang-berang bulu licin (Lutrogale perspicillata)







Berang-berang cakar kecil (Aonyx cinerea)







Dugong (Dugong dugong)







Lumba-lumba trawadi (Orcaella brevirostris)



Di antara 115 jenis burung yang termasuk dilindungi adalah :







Bultok Jawa (Megalaima javensis)







Kangkareng (Anthracoceros albirostris)







Julang (Aceros undulatus)







Bubut hitam (Centropus nigorufus)







Elang brontok (Spizaetus cirrhatus)







Elang laut perut putih (Heliaetus leucogaster)







Elang ular (Spilornis cheela)







Alap-alap sapi (Falco moluccensis)







Alap-alap sawah (Falco peregrinus)







Pecuk ular (Anhinga melanogastre)







Bluwok (Mycteria cinerea)







Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus)



Jenis reptil yang ditemukan dan dilindungi adalah biawak (Varanus salvator). Sedangkan penyu jenis langka yang dilindungi Undang-Undang dan bahkan masuk kategori appendix I dalam CITES (yaitu satwa yang haram diperdagangkan karena sudah di ambang kepunahan/endangered) yaitu penyu hijau (Chelonia mydas) ditemukan dan sering bertelur di pantai Pulau Nusakambangan. Dari segi keanekaragaman hayati, peran Pulau Nusakambangan bagi daerah sekitarnya menjadi semakin penting, selain sebagai habitat berbagai kelompok fauna, sisa kawasan hutan pamah (hutan hujan tropis dataran rendah) Jawa Tengah ini juga berfungsi sebagai sumber plasma nutfah bagi daerah sekitar Cilacap. Hilangnya habitat alami berupa tutupan hutan alam di Jawa diduga telah memaksa berbagai kelompok fauna terutama burung dan serangga untuk mencari tempat hidup baru, di antaranya ke Pulau Nusakambangan. c. Potensi Bahan Galian Golongan C



Struktur batuan Pulau Nusakambangan terdiri dari satuan batuan gamping dan breksi. Batu gamping merupakan bahan baku pembuatan semen atau material industri kimia dan pupuk. d. Ekowisata



Pulau Nusakambangan dipisahkan dari Pulau Jawa oleh Segara Anakan yang mengalami pendangkalan akibat endapan lumpur sungai Citanduy. Proses pendangkalan ini dapat



dilihat dari terbentuknya tanah timbul di bagian Utara Nusakambangan. Fenomena alam ini merupakan kondisi yang menarik sebagai obyek ekowisata. Sejumlah ekowisata yang terdapat di Pulau Nusakambangan adalah Pantai Permisan, Pasir Putih, Karangbolong, Cagar Alam Nusakambangan, gua alam (Gua Ratu, Gua Lawa, Gua Pasir, Gua Pantai Panjang, Gua Ketapang, Gua Masigit Selo). e. Wisata Sejarah



Pulau Nusakambangan juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu obyek wisata sejarah, yaitu adanya peninggalan Lembaga Pemasyarakatan baik yang saat ini masih digunakan maupun Lembaga Pemasyarakatan yang sudah tidak digunakan lagi. Obyek ini dapat dijadikan satu rangkaian wisata dengan obyek wisata Benteng Pendem dan Benteng Karangbolong. f. Potensi Air Bersih



Bagi masyarakat Kecamatan Kampung Laut di kawasan Segara Anakan, Pulau Nusakambangan berfungsi memenuhi kebutuhan air minum dan air bersih. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Kampung Laut mengandalkan kebutuhan air bersih dari sumber mata air di Pulau Nusakambangan.



7. Permasalahan 



Kegiatan penambangan batu gamping yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan di Pulau Nusakambangan.







Kerusakan hutan parah yang disebabkan pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan, dll serta penggunaan kayu hutan untuk pembuatan perahu seiring berkembangnya usaha perikanan tangkap.







Banyak potensi wisata yang belum dikelola dengan maksimal oleh pemerintah daerah setempat.







Banyaknya penduduk ilegal yang tanpa izin bermukim dan mencari penghasilan di Pulau Nusakambangan.



8. Solusi Permasalahan •



Pembatasan



kegiatan



penambangan



yang



merusak



lingkungan



Pulau



Nusakambangan. •



Membuat aturan daerah mana saja yang boleh diadakan penambangan.







Membuat aturan untuk perusahaan tambang tentang pelestarian hutan setelah kegiatan penambangan.







Mempersulit izin pembukaan lahan untuk perkebunan.







Menindak tegas pelaku perusakan dan pembukaan hutan secara ilegal.







Mengembangkan dan memaksimalkan pengelolaan potensi wisata.







Bekerjasama dengan pihak terkait untuk mengelola potensi wisata.







Melakukan promosi tentang daerah dan tempat wisata yang ada di Pulau Nusakambangan.







Mengawasi dan melakukan patroli terkait pencegahan adanya penduduk ilegal di Pulau Nusakambangan.