17 0 773 KB
Ilmu Qira’at Abu Amr Al-Bashri dan Perawinya Makalah Di susun untuk memenuhi tugas Mata kuliah : Ilmu Qira’at Dosen pengampu : Izzah Munisah Farhati
Di susun oleh : 1. Uswatun Chasanah
(1704026085)
2. Adelia Fitri C.
(1704026086)
3. Azka Amalia
(1704026093)
4. Iffatul izzah
(1704026072)
5. Fajar
(1604026102)
ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2019/2020
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Qiraat adalah ilmu tentang tatacara untuk memenuhi kalimat-kalimat Al-Quran dan perbedaannya menurut asal orangnya. Sedangkan Muqri adalah orang yang ahli dalam qiroat-qiroat dengan meriwayatkannya dengan berdialog. Sedangkan maksud dari Al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahsa-bahasa arab, yaitu bahasa Quraisy, Huzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman. Pada masa Nabi, Abu Bakar dan Umar terdapat bacaan tujuh huruf tersebut. Kemudian pada masa Kholifah Usman, dengan ditulisnya Mushab Usmany bacaan Al-Quran hanya satu huruf saja, yaitu bahsa Quraisy. Usman berpendapat bahwa membaca Al-Quran dengan tujuh huruf itu hanyalah untuk menghilangkan kesempitan dan kesulitan dimasa-masa awal, dan kebutuhan tentang hal itu sudah berakhir. Dengan demikian maka Usman telah melakukan kebijaksanaan yang sangat besar, yaitu menghilangkan perselisihan,
mempersatukan
dan
menenteramkan
diterbitkannya Al-Quran Usmany. B. Rumusan Masalah 1. Siapa Abu Amr Al-Bashri dan Perawinya? 2. Bagaimana Metode Qira’at Abu Amr Al-Bashri?
umat,
dengan
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Abu Amr Al-Bashri dan Perawinya Dia adalah Abu Amr Zabban ibn al-‘Ala Ammar al-Bashri. Dia lahir pada tahun 68 H/ 687 M dan meninggal pada tahun 154 H/ 770 M. Dia termasuk paling tahu tentang qira’at, di samping memiliki kejujuran dan keterpercayaan dalam agamanya. Dia meriwayatkan dari Mujahid ibn Jabr, Sa’id ibn Jubair dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab dari Rasulullah saw. Dia membaca di hadapan sejumlah orang, antara lain Abu Ja’far, Zaid ibn al-Qa’qa dan al-Hasan Bashri. Al-Hasan Bashri membaca di hadapan Haththan dan Abu al-‘Aliyah. Sedang Abu al-‘Aliyah membaca di hadapan Umar ibn al-Khathab.1 Murid sekaligus perawi qira’at Imam Abu Amr al-Bashri ialah: 1) Ad-Duri ()الدوري Imam ad-Duri memiliki nama lengkap Abu Umar Hafsh bin Umar adDuri, beliau lahir pada tahun 150 H dan wafat pada tahun 246 H. Imam adDuri dikatakan oleh para ulama sebagai penemu ilmu qira’at. Hal ini dikarenakan dia adalah orang yang menghimpun qira’at dari tujuh imam. Sanad qira’atnya belajar dari Yahya binal-Mubarak al-Yazadi dan Abu Amr al-Bashri. 2) As-Susi ()السوسي Imam as-Susi memiliki nama lengkap Abu Syu’aib Shalih bin Ziyad bin Abdillah bin Ismail as-Susi. Beliau meninggal pada tahun 261 H. Sanad qira’atnya adalah Abi Muhammad Yahya bin al-Mubarak al-Yazadi dan Abu Amr al-Bashri.
1
Syeikh Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani, Manahil al-‘Urfan fi Ulum al-Qur’an, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001), hlm 465-466.
B. Metode Qira’at Abu Amr 1. Basmallah a. Cara pengucapan Basmallah antara dua surah ada 5 macam (3 dengan Basmallah dan 2 tanpa Basmallah), yaitu: 1) Waqaf pada akhir surah dan pada basmallah 2) Waqaf pada akhir surah dan mewashalkan antara bismillah dengan awal surah selanjutnya 3) Washal antara akhir surat dengan basmallah, kemudian washal antara basmallah dan awal surah berikutnya 4) Washal tanpa basmallah 5) Saktah antara dua surah. b. Antara surah al-Anfal dan at-Taubah. 1) Waqaf pada akhir surah al-Anfal 2) Saktah antara dua surah 3) Washal antara dua surah. 2. Mim Jamak a. Sebelum huruf hidup dibaca secara jelas, baik berupa hamzah qata’ ع َليْك ْم َ سك ْم َ أ َ ْنفatau bukan َله ْم عذَاب. b. Sebelum huruf mati. 1) Mendhammah mim jamak tanpa silah ketika sebelum huruf mati. 2) Ha sebelum mim jamak yang berbaris kasrah atau ya sukun seperti سباب َ , Abu Amr membaca kasrah mim jamak ْ َ ِب ِهم األdan علَي ِْهم ا ْل ِقتَال menjadi سبَاب َ ketika washal, dan dibaca sukun ْ َ ِب ِه ِم األdan علَي ِْه ِم ا ْل ِقتَال ketika waqaf. c. Lafaz إِلَي ِْه ْم, علَي ِْه ْم َ dan لَ َدي ِْه ْمmim jamak dibaca sukun.
3. Idgham a. Al-Mitslain Al-Mitslain dalam Satu Kata : Idgham ini hanya huruf kaf-kaf pada سكَك ْم ِ َمنَاyang terdapat di surah Al-Baqarah ayat 200 dan سا ِلكَك ْم َ َو َمpada surah Al-Mudatsir ayat 42. As-Susi membaca سكــ ْم ِ َم َناdan سلَك ْم َ و َما. َ Al-Mitsalain dalam Dua Kata : Apabila huruf pertama diakhir kata bertemu dengan huruf yang sama makhraj dan sifatnya pada awal kata berikutnya, ketika dibaca washal terjadi idgham, seperti : لوبِ ِه ْم َ وطبِ َع, ْ علَى ق َ يَ ْعلَم َما بَ ْينَ قل ْوبِ ِه ْم b. Al-Mitsalain yang memiliki dua wajah (Idgham atau Idzhar) Huruf pertama pada al-Mitsalain bisa dibaca dengan Idzhar atau Idgham ketika bertemu dengan huruf kedua apabila terjadi pembuangan pada huruf terakhir pada kata pertama. Kasus ini hanya terdapat pada 3 tempat dalam Al-Qur’an yaitu: َ َو َم ْن يَ ْبت َ ِغ 1) Lafazh يَ ْبتَ ِغpada surah Ali ‘Imran ayat 85, yaitu س ََل ِم ِد ْينًا ْ اْل ٍ ْ غي َْر 2) Lafazh يَكpada surah Ghafir ayat 28, yaitu َوإِ ْن يَك كَا ِذبًا فَعَلَ ْي ِه َكذِبه 3) Lafazh يَ ْخلpada surah Yusuf ayat 9, yaitu يَ ْخل لَك ْم َوجْ ِه أ َ ِبيْك ْم c. Huruf
wawu
yang
terletak
setelah
lafaz
ه َو.
Imam
As-Susi
mengidghamkan wawu pertama kedalam wawu kedua. Seperti ه َو َوالَّذِي. 4. Ha Kinayah/Ha Dhamir a. Bacaan ha kinayah pada ف ْي ِه مهَانًاdibaca secara qasr. b. Abu Amr membaca ha kinayah pada ( يؤدِهQS. Ali Imran: 75) ( ن َو ِل ِهQS. An-Nisa: 115) ص ِله ْ ( َونQS. An-Nisa: 115) ( نؤْ تِهQS. Ali Imran: 145 dan QS. Asy-Syu’ra: 20) ( فَأ َ ْل ِقهQS. An-Naml: 28) ( َويَت َّ ِقهQS. An-Nur: 52) dengan sukun, Imam As-Susi juga membaca ( َيأ ْ ِت ِهQS. Thaha: 75) dengan sukun (hamzah mufrad diibdalkan dengan Alif) c. Kata ( ي ْرضهQS. Az-Zumar: 7) As-Susi membaca sukun ha kinayah, sedangkan Ad-Duri mempunyai 2 cara yaitu dibaca dengan sukun dan dhammah dengan isyba’.
d. Kata ( أَ ْر ِجهQS. Al-A’raf: 111 & QS. Asy-Syu’ara: 36) membaca dengan memakai hamzah sukun antara huruf جdan هـdan membaca ha kinayah dengan harakat dhommah secara qashr, yaitu أر ِجئْه. ْ 5. Mad dan qashr a. Mad wajib muttashil dibaca secara tawassuth. b. Mad jaiz munfashil. 1) As-Susi membaca secara qashr 2) Ad-Duri membaca dengan 2 wajah, yaitu secara qashr dan tawassuth. 6. Ya idhafah a. Ya Idhafah yang sesudahnya hamzah qatha berharakat fathah dibaca dengan fathah. Terdapat 99 tempat didalam Al-Qur’an, seperti ِإنِى أ َ َخاف هللا, hukum ini tidak berlaku pada empat tempat, yaitu pada ( أ َ ِر ِنىQS. AlA’raf: 143), ( َو ََلتَ ْفت َ ِنىQS. At-Taubah: 49), ( فَاتَّبِ ْعنِىQS. Maryam: 43) dan ( َوت َ ْر َح ْمنِىQS. Hud: 47). b. Ya idhafah pada 12 tempat berikut dibaca fathah, yaitu: 1) dan 2) Dua lafaz إِنِىdalam QS. Yusuf: 36 3) Lafaz ِلىpada QS. Yusuf: 80 َ dalam QS. Hud: 78 4) Lafaz ض ْي ِفى 5) Lafaz يَس ِْر ِلىpada QS. Thaha: 26 6) Lafaz د ْو ِنىdalam QS. Al-Kahfi: 102 7) dan 8) Lafaz َواجْ عَل ِلىpada QS. Ali Imran: 41 & QS. Maryam: 10 9) dan 10) Lafaz َو ٰل ِكنِىdalam َو ٰل ِكنِى أ َ َر ٰىك ْمQS. Hud: 29 dan QS. Al-Ahqaf: 23 11) Lafaz تَحْ تِىdalam Firman-Nya: َْصر ْون ِ ِم ْن تَحْ تِى أَفَ ََل تبQS. Az-Zukhruf: 51 12) Lafaz إِنِى أ َ َرك ْم بِ َخي ِْرQS. Hud: 84. c. Ya idhafah yang sesudahnya hamzah qatha berharakat kasrah dibaca dengan fathah. Terdapat 52 tempat dalam Al-Qur’an. seperti ست َ ِجدنِى إ ْنشَا َء َ ِهللا.
d. Ya idhafah yang sesudahnya hamzah qatha berharakat dhommah tetap dibaca sukun. Seperti َإِنِى أ ً ِعيْد َها بِك. e. Kata أ َ ِخىpada ayat ( أ َ ِخى اشْد ْد بِ ِهQS. Thaha: 31), ِإنِىpada ayat َص َطفَيْتك ْ إنِى ا (QS. Al-‘Araf: 144), ٰيلَ ْيتَ ِنىpada ayat س ِبي ًَْل َ ( ٰيلَ ْيت َ َنى ات َّ َخ ْذت َم َع َرس ْو ِل هللاQS. AlFurqan: 27), نَ ْفسِىpada ayat ( واص َطفَ ْينَ ْعتك ِلنَ ْفسِى ا ْذ َهبَاQS. Thaha: 41), ِذك ِْرى pada ( َو ََلت َ ِن َي ِف ْي ِذك ِْرى اذ َه َباQS. Thaha: 42), َق ْو ِمىpada ayat ( ِإنَّ قَ ْو ِمى اتَّ َخذ ْواQS. Al-Furqan: 30) dan بَ ْعدِىdalam ayat سمه أَحْ َمد ْ ( ِم ْن بَ ْعدِى اQS. As-Shaff: 6) ya idhafah dibaca dengan fathah. f. Ya idhafah yang sesudahnya adalah huruf hijaiyah selain hamzah dibaca sukun selain lafaz اى َ ( َو َمحْ َيQS. Al-An’am: 162) dibaca dengan fathah. Contoh yang dibaca sukun seperti lafaz َوجْ ِهىdalam QS. Ali Imran: 20 yaitu س َل ْمت َوجْ ِهى ِ هّلِلِ َو َم ِن اتَّ َب َع ِن ْ َ فَق ْل أdan QS. Al-An’am: 79 yaitu ِإ ِنى َو َّجهْت وجْ ِهى ِللهذِى, َ dan lain sebagainya.2
2
https://www.academia.edu/QIRAAT_ABU_AMR_As-Susi_dan_Ad-Duri_. Diakses pada hari Minggu, 15 September 2019, pukul 08.00 WIB.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Imam Abu ‘Amr meninggal pada tahun 154 H/770 M di Kuffah, memiliki dua orang yang menjadi Rawi beliau yaitu 1) Imam Ad-Duri (dikenal dengan orang yang menetapkan Ilmu Qira’at) dan 2) Imam As-Susi. Salah satu hukum dalam Qira’at yaitu Idgham Kabir tidak dapat ditemukan dalam Qira’at-Qira’at lain selian Qira’at Imam As-Susi.
DAFTAR PUSTAKA Syeikh Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani, Manahil al-‘Urfan fi Ulum al-Qur’an, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001. https://www.academia.edu/QIRAAT_ABU_AMR_As-Susi_dan_Ad-Duri_. Diakses pada hari Minggu, 15 September 2019, pukul 08.00 WIB.