Rahmat Alpayet - Kasus Reproduksi - PKL Kesehatan Sapi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Praktik Kerja Lapangan



Tanggal Pelaksanaan



Kesehatan Sapi



(05/04/2021 – 29/04/2021)



FKH 522



LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK LAPANG PELAYANAN KESEHATAN SAPI PERAH PT AGRIJAYA PRIMA SUKSES, SUBANG, JAWA BARAT 5 April 2021 – 29 April 2021



Disusun oleh: Rahmat Alpayet, SKH



NIM B0901201011



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2021



ii



Praktik Kerja Lapangan



Tanggal Pelaksanaan



Kesehatan Sapi



(05/04/2021 – 29/04/2021)



FKH 522



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK LAPANG PELAYANAN KESEHATAN SAPI PERAH PT AGRIJAYA PRIMA SUKSES, SUBANG, JAWA BARAT 5 April 2021 – 29 April 2021



Disusun oleh: Rahmat Alpayet, SKH



NIM B0901201011



Menyetujui, Pembimbing Bagian Klinik



Pembimbing Bagian Reproduksi



Dr Drh Riki Siswandi, MSi NIP 19830824 200912 1 000



Prof Drh Bambang Purwantara MSc PhD NIP 19700721 199512 1 001



Mengetahui, Wakil Dekan FKH IPB Koordinator Mata Kuliah Praktik Kerja Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Lapangan Kesehatan Sapi



Prof drh Ni Wayan Kurniani Karja, MP, PhD NIP 19690207 199601 2 001



Tanggal Pengesahan:



Drh Amrozi, PhD NIP 19700721 199512 1 001



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan kegiatan praktik lapang Pelayanan Kesehatan Sapi Perah di PT Agrijaya Prima Sukses, Dusun Jabong, Desa Curugrendeng Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2021 – 28 Maret 2021. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama kegiatan PKL dan penulisan laporan: 1. Manajer PT Agrijaya Prima Sukses yang telah memberikan kesempatan penulis untuk PKL 2. Drh Mochamad Iqbal Gozali, Drh Wan Gemasih, dan Drh Andri Pamungkas selaku dokter hewan pembimbing lapang atas bimbingan, arahan, nasihat, dan ilmu yang telah diberikan selama kegiatan PKL. 3. Seluruh staf dan paramedic divisi animal health, reproduksi, dan heifer raising atas arahan dan bimbingan yang diberikan selama kegiatan PKL. 4. Drh Amrozi, PhD selaku koordinator serta pihak penyelenggara kegiatan program PPDH Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan segenap staf serta jajaran kepengurusan yang ikut serta dalam penyenggaraan kegiatan ini 5. Teman kelompok magang PKL Septian Dio, Yoga, Rhesti, Shila dan Savira atas segala bantuan, kerjasama, dan dukungan yang telah diberikan selama kegiatan praktik lapang. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Semoga laporan kegiatan praktik lapang ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.



Subang, April 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... iii PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1



Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan Kegiatan .................................................................................................. 2 Manfaat Kegiatan ................................................................................................ 2 PELAKSANAAN KEGIATAN ....................................................................................... 2



Waktu dan Tempat .............................................................................................. 2 Metode Pelaksanaan ............................................................................................ 2 Manajemen Kering Kandang ............................................................................... 3 PENANGANAN KESEHATAN DAN KASUS REPRODUKSI................................... 4



Kasus Metritis .................................................................................................... 4 Kasus Retensi Plasenta ..................................................................................... 8 Kasus Distokia ................................................................................................ 10 Simpulan ..............................................................................................................14 Daftar Pustaka ....................................................................................................14 LAMPIRAN ....................................................................................................................17



iii



DAFTAR TABEL Tabel 1



Rekam medik sapi nomor ID 1068



4



Tabel 2



Rekam medik sapi nomor ID 2431



8



Tabel 3



Rekam medik sapi nomor ID 2043



11



DAFTAR GAMBAR 6 6



Gambar 5



Discharge skor 0 Discharge skor 1 Discharge skor 2-3 Discharge skor 4 Proses manual removal vili kotiledon didalam uterus



Gambar 6



Proses kelahiran dengan bantuan tenaga medis



13



Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4



7 7 11



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2



Jurnal Harian Mahasiswa PKL Kesehatan Sapi di PT. Agrijaya Prima Sukses Daftar sediaan obat-obatan di PT. Agrijaya Prima Sukses



17 20



1



PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri peternakan terus meningkat baik dalam skala kecil maupun skala besar. Keadaan ini didorong oleh peningkatan permintaan protein hewani yang memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan protein nabati dalam memenuhi kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh manusia (Al-Amin et al. 2017). Susu merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani selain daging dan telur. Sapi perah merupakan ternak penghasil susu utama untuk mencukupi kebutuhan susu di Dunia (Risky et al. 2016). Peternakan sapi perah telah menjadi mata pencaharian masyarakat Indonesia salah satunya di Jawa Barat. Beberapa kawasan peternakan sapi perah di Jawa Barat seperti Garut, Sumedang, Bandung Selatan, Lembang, dan Subang. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak berdirinya koperasi sapi perah yang mengakomodasi peternak kecil menengah bahkan juga perusahaan industri sapi perah skala besar. PT Agrijaya Prima Sukses yang berlokasi di Desa Curugrendeng, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan peternakan sapi perah yang ada di Jawa Barat. Perusahaan yang baru berdiri pada tahun 2018 ini menghasilan produk berupa susu segar atau fresh milk yang selanjutnya akan dijual ke perusahaan susu seperti Diamond dan Ultra Jaya. Saat ini total populasi sapi di PT Agrijaya Prima Sukses sebanyak 1.647 ekor, yang terdiri dari 513 ekor pedet dan 1134 ekor sapi laktasi dan bunting. Target total sapi yang telah direncanakan oleh PT Agrijaya Prima Sukses sebanyak 4000 ekor. Saat ini telah dilakukan penambahan kandang baru untuk menampung semua sapi. Adapun rata-rata produksi susu/ekor/hari dari tanggal 8 Maret 2021 hingga 25 Maret 2021 sebanyak 24.7 liter dengan produksi tertinggi sebesar 55.9 liter/ekor/hari. Tahun 2020 total produksi susu yang dihasilkan sebanyak 5 juta liter dan pada tahun 2021 target produksi susu kisaran 8 juta liter. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam manajemen sapi perah diantaranya kualitas genetik ternak, tata laksana pemberian pakan, umur beranak pertama, periode laktasi, frekuensi pemerahan, masa kering kandang, dan kesehatan (Risky et al. 2016). Peran dokter hewan menjadi sangat penting dengan ilmu dan kompetensi yang dimiliki dalam manajemen reproduksi dan kesehatan reproduksi sapi perah sangat penting, karena dokter hewan sebagai tenaga medis yang bertanggung jawab menyediakan layanan konsultasi kepada peternak dan tindakan medik pada ternak. Sebagai calon dokter hewan, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) Institut Pertanian Bogor dituntut untuk menambah pengetahuan, pengembangan skill, menambah pengalaman terkait reproduksi dan kesehatan sapi perah melalui Praktik Kerja Lapang (PKL) yang telah bekerjasama dengan PT. Agrijaya Prima Sukses. Melalui program ini, diharapkan mahasiswa mengetahui manajemen reproduksi dan kesehatan sapi perah serta dapat meningkatkan keterampilan dalam menangani kasus penyakit dengan cara menentukan diagnosis, prognosis, dan terapi yang tepat.



2



Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan Praktik Kerja Lapang Kesehatan Sapi di PT Agrijaya Prima Sukses adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa Program Pendidikan Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor dalam menangani kasus-kasus pada sapi perah di lapangan, mengetahui manajemen reproduksi, mengenal gangguan reproduksi pada sapi perah dan penanganannya, manajemen pemeliharaan pedet, serta menambah pengalaman dalam menentukan diagnosis, prognosis, terapi, dan melatih keterampilan penerapan teknologi reproduksi seperti Inseminasi Buatan (IB) dan pemeriksaan kebuntingan (PKB) di lapangan.



Manfaat Kegiatan Manfaat kegiatan Praktik Kerja Lapang ini adalah dapat mengaplikasikan dan membandingkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliaham dengan kondisi dilapangan seperti pelaksanaan sinkronisasi, manajemen one calf one year, manajemen pengobatan pada sapi perah, dan manajemen industri sapi perah dengan populasi yang besar serta sistem yang lebih modern.



PELAKSANAAN KEGIATAN Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapang Kesehatan Sapi Perah dilaksankan pada tanggal 5 April – 29 April 2021 di PT. Agrijaya Prima Sukses yang bertempat di Desa Curugrendeng, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat Metode Pelaksanaan Pelaksanaan praktik kerja lapang (PKL) kesehatan sapi dilaksanakan oleh mahasiswa PPDH FKH IPB yang mengikuti pembagian kerja oleh PT. Agrijaya Prima Sukses yaitu bagian Animal Health, Reproduction, dan Heifer Raising. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu berupa pelayanan inseminasi buatan (IB), pemeriksaan kebuntingan (PKB), penanganan pre partus dan post partus, penanganan penyakit dan managemen pedet, penanganan kasus klinik, kebidanan dan gangguan reproduksi. Permasalahan yang terjadi di lapangan dievaluasi dan didiskusikan bersama dokter hewan, paramedik veteriner, serta inseminator untuk diberikan penanganan terhadap kasus tersebut. Mahasiswa melaksanakan kegiatan ini setiap hari dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB untuk jam kerja pagi dan .pukul



3



Manajemen Kering Kandang Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan salah satu bangsa sapi perah yang paling banyak diperlihara di Indonesia. Bangsa sapi ini banyak diperlihara karena memiliki kemampuan produksi susu lebih tinggi dibandingkan bangsa sapi perah lainnya. Produktivitas sapi perah dipengaruhi oleh beberapa faktor, kering kandang merupakan salah satu periode produksi pada sapi perah yang dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas produksi susu (Suprayogi et al. 2019). Manajemen yang baik pada masa kering kandang penting dilakukan sebagai upaya untuk mencapai produksii optimal. Pada masa ini alveolus pada kelenjar mamae mengalami restorasi dan proliferasi untuk siap produksi pada saat laktasi berikutnya (Anggraeni et al. 2010). Selain itu menurut Tribudi et al. (2020) produktivitas sapi perah dipengaruhi oleh beranak pertama, masa laktasi, masa kering kandang, masa kosong dan selang beranak. Lama kering kandang merupakan suatu periode ketika sel-sel ambing tidak mensekresikan air susu diantara dua periode laktasi. Periode tersebut esensial untuk memberi kesempatan sel-sel epithel ambiing beregresi, proliferasi dan diferensiasi yang memungkinkan stmulasi produksi secara maksimal (Capuco et al. 1997). Ketika seekor sapi dikering kandangkan, bisa diasumsikan kehilangan produksi susu pada laktasi berjalan dikompensasi oleh lebih banyak produksi susu yang dihasilkan pada laktasi berikutnya (Gylay 2005). Kering kandang bertujuan untuk mempersiapkan kondisi fisiologis sapi menjelang kelahiran. Pemeliharaan induk kering kandang di PT. Agrijaya Prima Sukses meliputi pemberian pakan dan minum, manajemen pengeringan induk dan pemindahan induk kering kandang. Pemberian pakan induk kering kandang dilakukan selama dua kali yaitu pagi dan siang. Pemberian pakan diprioritaskan pada hijauan, kandungan kalsium, vitamin D dan sumber energi dalam pakan induk bertujuan untuk mempersiapkan kelahiran agar induk dapat melahirkan dengan normal. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Masa kering sapi bunting di PT. Agrijaya Prima Sukses dilakukan pada umur bunting 230-245 hari atau sekitar usia kebuntingan 7 bulan. Kering kandang yang baik dilakukan pada usia kebuntingan 210 hari. Lama kering kandang yang dilakukan pada peternakan PT. Agrijaya Prima Sukses dinilai tidak sesuai dengan literatur menurut Ball dan Peters (2007) yang menjelaskan bahwa masa kering ideal sapi perah adalah 60 hari. Periode masa kering merupakan suatu tatalaksana atau manajemen yang dilakukan oleh peternak pada sapi induk yang sedang laktasi apabila produksi susu harian yang dihasilkan telah sangat sedikit atau sapi induk laktasi sedang menggalami kebuntingan dengan umur kebuntingan 7 bulan. Sapi FH laktasi dalam keadaan bunting akan dikeringkan dalam keadaan usia kebuntingan 7 bulan maka masa keringnya adalah 2 bulan (masa bunting sapi FH adalah 9 bulan). Menurut Velasco et al. (2008) menyatakan bahwa masa kering yang optimal adalah 40-60 hari, karena masa kering 30 hari akan kehilangan produksi susu secara signifikan. Masa kering kandang yang dilakukan di PT. Agrijaya Prima Sukses akan membuat produksi susu yang berikutnya akan menurun. Hal ini sesuai pernyataan Rastani et al. (2003) menyatakan masa kering kandang yang lebih pendek dari 40 hari atau lebih dari 80 hari maka produksi susu



4



pada laktasi berikutnya akan menurun. Masa kering yang pendek akan menyebabkan sapi belum dapat meningkatkan produksi susu pada periode laktasi berikutnya lebih tinggi karena sapi FH tersebut tidak mempunyai banyak waktu untuk mendeposit pakan yang dikonsumsi di dalam tubuhnya selama masa kering (Tribudi et al. 2020). Proses kering kandang induk pada PT. Agrijaya Prima Sukses selain dilakukan pemberian pakan lebih banyak pada hijauan sapi juga dilakukan pemberian antibiotik Depolac yang mengandung 100 mg Cloxacicline benzathine dan 50 mg neomycine sulphate tiap 1 ml dengan rute intramamari. Tujuan pemberian antibiotik saap kering kandang adalah untuk mecegah infeksi pada ambing ketika tidak diperah. Pemberian antibiotik dilakukan setelah pemerahan terakhir. Kombinasi cloxacicline dan neomycin bekerja sinergis dan bersifat bakterisidal. Cloxacillin efektif terhadap bakteri gram positif sedangkan Neomycin efektif terhadap bakteri gram negatif yang dapat menyerang ambing pada masa kering kandang. Depolac dibuat dalam formulasi slow release, sehingga obat akan tetap efektif bekerja dan dapat bertahan selama 4 minggu setelah injeksi intramamari. Induk kering kandang akan dipindahkan ke kandang transisi yang khusus uantuk induk kering agar terpantau dan dapat dilakukan persiapan kelahiran jika ada sapi yang menunjukkan ciri akan melahirkan. Induk kering yang sudah mendekati waktu kelahiran akan dipindahkan di kandang hospital pen. Pegawai akan melapor saat melakukan monitoring jika ada induk kering yang akkan melahirkan dan langsung dipindahkan.



PENANGANAN KESEHATAN DAN KASUS REPRODUKSI Kasus Metritis Tabel 1 Rekam medik sapi nomor ID 1068 Tanggal 23 April 2021 Anamnesa



Mengeluarkan cairan yang berbau dari vagina, sapi sebelumnya mengalami retensi plasenta, partus pada tanggal 20 April 2021 dan sapi indukan impor dari Australia.



Sinyalemen Nomor telinga Jenis Hewan Ras Warna rambut



1068 Sapi Friesian Holstesin (FH) Hitam putih



5



Umur Berat badan Status present Suhu tubuh Frekuensi napas Frekuensi Jantung Perawatan Tingkah Laku Gizi Sikap Berdiri Gejala Klinis



2 tahun 4 bulan 400-500 kg



Pemeriksaan



Sapi dilakukan pemeriksaan yaitu



39.4ºC 44 x/menit 88 x/menit Baik Tenang Baik Menumpu dengan keempat kaki Keluar cairan berbau dari vagina.



palpasi intravaginal dari tanggal 20 April 2021 hingga 23 April 2021. Sapi mengalami retensi placenta sehingga dilakukan pencabutan kotiledon yang masih tersisa di dinding uterus tetapi tidak tercabut habis sehingga dilakukan pada hari berikutnya dan diperiksa menggunakan menunjukkan



metrichek positif



4.



hasil Pada



pemeriksaan dengan palpasi rektal diketahui bahwa uterus berukuran besar pada kedua uterus. Masase yang dilakukan pada saluran reproduksi mengeluarkan cairan kental merah kecoklatan dan berbau. Diagnosa Prognosa Pengobatan



Metritis Dubius • Irigasi uterus dengan NaCI 0.9% yang dicampurkan biodin 3% sampai bersih • Irigasi uterus dengan Nacl 0,9% yang dicampurkan antibiotik ® Colibact 10% • Pemberian sediaan Biosan



6



Pembahasan Pada sapi perah postpartum, penyakit uterus seperti metritis dan endometritis sering terjadi dan mempengaruhi sebagian besar populasi dan berhubungan dengan kerugian produktif. Metritis pada sapi perah merupakan suatu penyakit yang sering terjadi pada sapi post-partus yang menyerang lapisan epitel uterus dan terjadi selama 21 hari pertama post-partus. (Paiano et al. 2021). Metritis dapat mempengaruhi kesehatan dan produksi sapi seperti produksi susu berkurang dan involusi uterus yang tertunda, selain itu mengurangi tingkat kebuntingan (Dervishi et al. 2016). Infeksi mikroba pada saluran reproduksi dapat menyebabkan infertil karena terganggu fungsi uterus dan ovarium. Metritis adalah penyakit inflamasi yang terjadi selama 21 hari pertama post-partus yang ditandai dengan pembesaran uterus dan keluarnya cairan berwarna merah-kecoklatan encer dan ada gejala demam (Sheldon et al. 2006). Adapun metritis dibagi menjadi dua yaitu metritis klinis dan metritis puerperal. Metritis puerperal ditandai dengan uterus yang membesar dengan discharge berwarna merah kecoklatan yang cair disertai dengan timbulnya gejala klinis yang sistemik seperti penurunan peroduksi susu, depresi, anorexia, toxemia dan demam suhu suhu >39˚C selama 21 hari pasca partus. Sedangkan metritis klinis ditandai dengan uterus yang membesar dan discharge purulent selama 21 hari pasca partus tanda disertai gejala klinis (Drilich et al. 2001). Adapun untuk kasus sapi dengan ID 1068 pada kandang HPT 1 termasuk metritis puerperal karena pada saat sapi dilakukan pemeriksaan metricheck hasil menunjukkan discharge berwarna merah kecoklatan.



Gambar 1 Discharge skor 0



Gambar 2 Discharge skor 1



7



Gambar 3 Discharge skor 2-3



Gambar 4 Discharge skor 4



Sapi 1068 merupakan sapi betina yang mengalami laktasi ke-3 dan partus retensi plasenta. Sapi didiagnosa mengalami retensi plasenta karena plasenta masih menggantung dari vagina sapi pada hari pertama, setelah dilakukan penarikan paksa, plasenta masih tersisa dalam uterus sapi hingga hari ketiga. Pada hari ketiga setelah dipastikan plasenta tidak berada didalam uterus selanjutnya dilakukan pemeriksaan metricheck dan didapatkan discharge berwarna merah kecoklatan dan berbau busuk. Kondisi ini bisa disebabkan uterus terjadi ada jaringan nekrotik dan terjadi infeksi. Metritis pada pasca partus sering terjadi akibat partus abnormal seperti distokia, kelahiran kembar, inersia uteri, retensi placenta, serta adanya ceddera pada jalan lahir. Penilaian metritis untuk diagnosa ada penilaiannya sendiri. Menurut Williams et al. (2005) untuk diagnosis penyakit metritis, evaluasi discharge vagina adalah prosedut yang dapat digunakan karena nanah berkorelasi dengan patogenitas bakteri didalam uterus. Evaluasi dengan sistem skoring dilakukan dengan mengamati karakteristik fisik dan bau dari discharge vagina yang dikeluarkan oleh sapi. Skor 0 untuk lendir bening dan tidak ada bau, skor 1 untuk lendir sedikit keruh dan tidak ada bau, skor 2 untuk lendir dengan 20% nanah dan bau, skor 3 untuk lendir dengan >50% nanah dan bau busuk, skor 4 untuk lendir berwarna merah kecoklatan, encer, dan bau busuk (Huzzey et al. 2007). pada kasus ini discharge yang dihasilkan memiliki skor 3. Selain itu dilakukan pemeriksaan suhu rektal menggunakan termometer dan menunjukkan suhu yang tinggi. Kejadian metritis ini dialami oleh sapi yang mengalami partus secara abnormal. Menurut Jackson (2004) kondisi uterus sapi pasca partus 90% terkontaminasi oleh berbagai jenis bakteri yang dapat berpotensi menyebabkan infeksi patogen dan tidak semua bakteri berbahaya, oleh karena itu infeksi bakteri tidak selalu memunculkan gejala klinis. Hal ini tergantung pada kondisi imunitas sapi, jumlah patogen dan jenis patogen yang mengontaminasi uterus (Sheldon et al. 2006). Sapi yang mengalami partus abnormal lebih tinggi kemungkinan untuk mengalami infeksi uterus karena mudahnya jalur masuk bakteri kedalam uterus pada saat serviks masih dalam keadaan terbuka. Uterus pada pasca partus memiliki



8



epitel permukaan yang rusak, disertai sisa cairan amnion, sisa darah serta kotoran saat partus yang memfasilitasi pertumbuhan bakteri sehingga dapat menyebabkan infeksi pada uterus. Selain itu, kondisi lingkungan dan penanganan post-partus yang kurang lege artis dapat meningkatkan kejadian metritis menjadi lebih tinggi. Penanganan dilakukan dengan flushing uterus hingga bersih lalu selanjutnya diberikan pemberisan antibiotik melalui rute intrauterine. Pengobatan pertama dilakukan pada pada 7 hari pasca partus yaitu awal metritis dengan skor 4 yang mililiki konsistensi sangat kental, bertekstur kasar, berwarna merah kecoklatan dan berbau busuk. Penanganan yang diberikan adalah spul campuran NaCl dan Colibact sebanyak 100ml secara intrauterine. Spul dilakukan memasukkan gun ib kedalam uterus melalui vagian yang telah dibersihkan menggunakan larutan iodine kemudian cairan antibiotik dimasukkan melalui plastic sheath menggunakan spoit. Menurut Sheldon et al. (2002) infeksi kasus metritis bisa disebabkan berbagai macam bakteri yaitu seperti E.coli, T.Pyogenes, bakteri anaerob seperti Prevotella sp. Dan F. Neccrophorum, oleh karena itu penggunaan antibiotik broad spectrum sangat direkomentasi untuk penanganan infeksi pada kasus metritis. Penggunaan Colibact sebagai antibiotik berspektrum luas yang mengandung sulfadiazine dan trimethoprim dilakukan secara intraurine untuk mengeliminasi bakteri uterus (Gilbert et al. 2002). Menurut Prescott et al. (2013) sulfadiazine merupakan antibiotik golongan sulfonamide yang memiliki aktivitas bakterisidal yang baik. Antibiotik ini memiliki efek bakterisidal yang baik terhadap E.coli yang merupakan bakteri yang paling sering diisolasi pada infeksi uterus (Frontoso et al. 2008). Selain itu, antibiotik yang bisa digunakan sebagai terapi metritis antara lain adalah penicillin, sefalosporin, dan kombinasi ampicillin-oxytetracycline atau cloxacillin (Nak et al. 2011). Beberapa pilihan pengobatan yang dapat digunakan pada kasus metritis antara lain adalah dengan terapi hormon PGF2a dan pemberian antiinflamasi yang dikombinasikan dengan antibiotik (Jeremejeva et al. 2012).



Kasus Retensi Plasenta Kasus ditemukan pada sapi dengan nomor ID 2431 Tanggal



27 April 2021



Anamnesa



Sapi dengan umur kebuntingan 260 hari melahirkan seekor anak dengan keadaan prematur pada tanggal 26 april 2021 dengan bobot 30 kg dan plasenta tertahan >24 jam post partus.



Sinyalemen Nomor telinga



2431



9



Jenis Hewan Ras Warna rambut Umur Berat badan Status present Suhu tubuh Frekuensi napas Frekuensi Jantung Perawatan Tingkah Laku Gizi Sikap Berdiri Gejala Klinis



Sapi Friesian Holstesin (FH) Hitam putih 2 tahun 400-500 kg



Pemeriksaan



Sapi dilakukan pemeriksaan yaitu



39.1ºC 32 x/menit 88 x/menit Baik Tenang Baik Menumpu dengan keempat kaki Plasenta menggantung pada vulva.



palpasi intravaginal. Sapi mengalami retensi placenta karena plasenta masih menggantung



pada



vulva.



Ketika



dilakukan palpasi intravaginal terdapat banyak



sisa-sisa



plasenta



yang



tertinggal pada uterus dan vagina. Diagnosa Prognosa Pengobatan



Retensi placenta Fausta • Pemberian Calmasol 200 ml secara subcutaneous • Injeksi Biosan TP sebannyak 20 ml secara intramuscular • Pemberian Oksitosin • Pemberian Vigantol E 5 ml



Pembahasan Retensi sekundinae atau retensi plasenta adalah kondisi tertahannya plasenta didalam uterus lebih dari 12 jam post partus karena masih bertautnya vili kotiledon fetus dan karunkula induk (Sari et al. 2016). Umumnya hingga 6-12 jam post partus plasenta sudah keluar sempurna karena suplai darah ke plasenta sudah berkurang dan diikuti pengerutan kotiledon dan karunkula serta meningkatnya kontraksi uterus (Perumal et al. 2013). Retensi plasenta terjaddi akibat masih adanya aliran



10



darah ke kotiledon atau karunkula belum terjadi, selain itu kurangnya hormon relaksin yang berfungsi meningkatkan aktivitas kolagenasi pada ikatan karunkula dan kotiledon (Tucho 2017). Retensi pada sapi dengan nomor ID .... diduga terjadi karena proses kelahiran yang ditarik atau dipaksa. Penarikan pedet dilakukan satu jam setelah pemberian oksitosin. Penarikan ini dilakukan karena efisiensi waktu pekerja di kandang untuk melakukan pekerjaan lainnya. Kurangnya exercise dan bobot tubuh berlebih pada sapi salah satu penyebab bisa terjadinya retensi plasenta. Hal ini sesuai pernyataan Han dan Kim (2005) retensi plasenta atau retensi sekundinae dapat disebabkan karena keadaan distokia, lahir paksa, induk yang sudah tua, defisiensi vitamin A, D, E, defisiensi hormon oksitosin dan estrogen, proses partus yang terlalu lama, masa bunting yang terlalu tua, bobot tubuh yang berlebih dan uterus yang paresis. Penanganan yang dilakukan dalam penanganan retensi sekundinae ini adalah pelepasan plasenta secara manual atau manual removal dengan palpasi pervaginal. Manual removal dilakukan dengan menggunakan glove plastik melepaskan perhubungan antara kotiledon dan karunkula menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian seluruh sisa selaput fetus dikeluarkan dari uterus. Kegiatan manual removal dilakukan karena metodenya mudah dan mempercepat proses perbaikan tubuh hewan. Tindakan manual removal dilakukan dengan menggunakan campuran iodin sebanyak 5 ml dengan 10 L air bersih. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa uterus dan vagina benar-benar dalam keadaan bersih. Setelah itu diberikan antibiotik limoxin-spray dengan kandungan oxytetracycline HCL 25mg/ml pada bagian vulva untuk mencegah adanya infeksi sekunder. Limoxin-25 spray diberikan dengan cara disemprotkan pada bagian vulva dengan interval pemberian sebanyak dua hari sekali. Oxytetracycline dalam limoxin-25 spray merupakan senyawa turunan tetrasiklin yang termasuk ke dalam golongon aminoglikosida yang mengatasi infeksi akibat bakteri gram + maupun gram – dengan cara menghambat sintesis protein pada bakteri dengan cara mengganggu fungsi subunit 30S ribosom (Ganiswara 2001). Setelah dilakukan manual removal secara intravaginal, treatment yang diberikan yaitu Biosan TP denan dosis 20 ml secara intamuscular. Adenosine Triphosphate (ATP) yang terkandung dalam Biosan TP akan menjaga dan mengembalikan stamina tubuh hewan, serta menguatkan otot yang lemah akibat melahirkan.



11



Gambar 5 Proses manual removal vili kotiledon didalam uterus



Kasus Distokia Kasus ditemukan pada sapi dengan nomor ID 2043 Tanggal



24 April 2021



Anamnesa



Sapi dengan umur kebuntingan 262 mengalami kesulitan saat melahirkkan. Kelahiran dibantu oleh dokter hewan dan paramedis.



Sinyalemen Nomor telinga Jenis Hewan Ras Warna rambut Umur Berat badan Status present Suhu tubuh Frekuensi napas Frekuensi Jantung Perawatan Tingkah Laku Gizi Sikap Berdiri Gejala Klinis



2043 Sapi Friesian Holstesin (FH) Hitam putih 3 tahun 400-500 kg 38,8ºC 40 x/menit 60 x/menit Baik Tenang Baik Menumpu dengan keempat kaki Sapi kesulitan mengeluarkan fetus dan terlihat lemas



12



Pemeriksaan



Pemeriksaan inspeksi menunjukkan sapi sudah kelelahan merejan dan fetus tidak keluar dari awal sapi merejan



Diagnosa Prognosa Pengobatan



Distokia Dubius-infausta • Penarikan manual • Oxytosin 5ml secara intramuskular • Calmasil 200 ml secara subkutan • Biosan 20 ml secara intramuskular • Vigantol E 5 ml



Pembahasan Distokia merupakan suatu kesulitan melahirkan atau proses partus yang berkepanjangan, atau kebalikan dari partus normal (Ball dan Peters 2004). Distokia juga keadaan pada sebuah kelahiran dimana pertolongan atau bantuan dibutuhkan untuk meyakinkan penyelesaian proses kelahiran (Hickson et al. 2006). Distokia adalah kesukaran dalam proses kelahiran yang diakibatkan oleh faktor induk atau fetus sehingga untuk kejadian kelahiran diperlukan manusia hal ini sesuai pernyataan Noakes (2009) yang menyatakan bahwa distokia dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu bisa berasal dari induk maupun dari fetus. Penyebab kesulitan dalam proses kelahiran pada sapi meliputi tiga faktor utama yaitu kekurangan tenaga pada induk untuk mengeluarkan fetus, adanya gangguan pada jalan kelahiran induk, dan adanya kelainan pada fetusnya. Menurut Abdulla et al. (2015) distokia pada faktor fetus bisa meliputi ukuran fetus besar, malpresentasi lamban, malposisi, cacat postural dan kelainan bawaan. Pada faktor induk bisa disebabkan oleh pemasukan pakan yang berlebihan selama kebuntingan, inersia uterus dan diameter kanal pelvis yang kecil. Selain itu kejadian distokia secara umum terjadi pada sapi yang pertama kali melahirkan (premipara) daripada sapi yang sudah beberapa kali melahirkan (pluripara) (Mahaputra et al. 2011). Kasus distokia umumnya terjadinya pada induk yang baru pertama kali beranak, induk yang masa kebuntinggannya jauh melebihi waktu normal, induk yang terlalu cepat dikawinkan, hewan yang kurang bergerak, kelahiran kembar dan penyakit pada rahim. Sapi distokia pada sapi ini diketahui kelahiran sebelumnya mengalami distokia dikarenakan uuran fetus yang terlalu besar. Pada kelahiran sebelumnya sapi memiliki riwayat BCS 4 yang menunjukkkan ukuran tubuh sapi yang gemuk pada saat menjelang kelahiran, hal ini disebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh sapi sangat banyak. Proses melahirkan pedet pada sapi ini membutuhkan waktu



13



selama 3 jam sedangkan menurut Hafez (2000) menyatakan proses pengeluaran fetus normalnya membutuhkan waktu 0,5-1 jam. Berdasarkan pemeriksaan dengan palpasi intrauteri diketahui ukuran fetus besar menuju jalan kelahiran sehingga sapi sulit melahirkan secara normal dan proses merejan sudah cukkup lama sehingga sapi tidak memiliki tenaga untuk merejan lagi. Hal ini bisa diakibatkan dengan kondisi BCS 4 yang dapat menjadi salah satu faktor sulitnya proses melahirkan. Menurut Sudono et al. (2001) pemberian pakan yang berlebihan dapat menyebabkan distokia pada sapi dara karena deposisi lemak yang berlebihan di daerah pelvis. Selain itu faktor nutrisi pada induk sangat berperan yakni pemberian pakan terlalu banyak dapat meningkatkan berat baadan fetus dan timbunan lemak dalam rongga panggul dapat menurunkan efektifitas perejanan.



Gambar 6 Proses kelahiran dengan bantuan tenaga medis Berdasarkan anamnesa dan gejala klinis yang ditunjukkan oleh sapi hal yang bisa dilakukan untuk membantu proses melahirkan yaitu dengan penarian paksa menggunakan calf puller. Tindakan ini dilakukan dengan cara mengikat kaki fetus yang sudah keluar dan selanjutnya menarik fetus dan pemberian pelicin di daerah vulva, serata calf puller untuk mempermudah penarikan fetus. Adapun untuk penanganan kasus distokia bisa dilakukan beberapa cara yaitu dapat dilakukan mutasi, apabila uterus melemah dapat dilakukan penarikan paksa, fetotomi atau pemotongan fetus, dan bila semua cara tidak berhasil dapat dilakukan operasi sesar (Ratnawati et al. 2007).



14



Tindakan dan terapi yang diberikan pada kasus distokia ini yaitu penarikan manual dengan bantuan calf puller saat proses kelahiran. Setelah proses kelahiran sapi diberikan injeksi oxytosin 5 ml secara intamuskular. Menurut Wihardji (2020) Oxytocin memiliki efek pada miometrium, mengaktivasi kaskade transduksi sinyal dari reseptor G-protein, sehingga menyebabkan kontraksi otot polos uterus, dan menurut Moges (2016) pemberian obat seperti oksitosin merupakan sebuah pertolongan pada sapi distokia karena dapat memicu kontraksi uterus. Kemudian diberikan sediaan Calmasol 200 ml secara subcutan yang berisi Calcium gluconate dan Magnesium chloride. Kalsium (Ca) sangat dibutuhkan oleh sapi terutama pada awal laktasi. Kalsium merupakan unsur mineral yang penting bagi pertumbuhan dan produksi susu pada sapi perah. Kalsium memegang peranan penting dalam memelihara proses faal tubuh. Fungsi utama kalsium adalah mengatur iritabilitas neuromuskuler, kontraksi otot, pembekuan darah, permeabilitas membran, pembentukan tulang, kofaktor beberapa sistem enzim dan memelihara keseimbangan cairan tubuh. Menurut Braun U et al. (2006) kalsium pada tubuh dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi, produksi susu, transmisi impuls syaraf, rangsangan otot, pergerakan otot, pembekuan darah, aktivasi dan stabilitas enzim. Sedangkan magnesium (Mg) merupakan mineral yang banyak diperlukan oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan kalsium selama masa periode kering kandang (Kocabagli 2018). Selanjutnya sapi diberikan Hemostop K 30 ml secara intramuskular untuk menghentikan pendarahan yang terjadi selama proses penarikan manual dan diberikan Biosan 20 ml secara intramuskular serta Vigantol E 5 ml yang berfungsi untuk sumber energi tambahan.



SIMPULAN Pada kesempatan kali ini mahasiswa selama mengikuti kegiatan pelayanan kesehatan sapi perah di PT. Agrijaya Prima Sukses diberi kesempatan melakukan pelayanan kesehatan sapi perah dengan didampingi dokter hewan yang bertugas sehingga mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan, pengalaman, dan ilmu pengetahuan. Kasus gangguan klinik dan reproduksi yang ditemui di lapangan yakni Metritis, Retensi Plasenta, dan Distokia.



DAFTAR PUSTAKA Abdullah, F.F.J., Chung, E.L.T., Sadiq, M.A., Abba, Y., Tijjani, A., Mohammed, K., Osman, A.Y., Laila, M.A.M. 2015. Management of fetal dystocia caused by carpal flexion in ewe: A case report. J. Adv. Vet. Anim. Res., 2(2):225-228. Ball, P.J.H., Peters, A.R. 2004. Reproduction in Cattle: Third Edition. Blackwell Publishing.



15



Braun U, Jehle W, Siegwart N, Bleul U, dan Hässig M. 2006. Treatment of Parturient Paresis with High-Dose Calcium. Zürich (SW): Departement für Nutztiere, Universität Zürich. Ganiswara S G. 2001. Farmakologi dan Terapi. 4th ed. GaYa Baru. Jakarta, Medan Hafez B. 2000. Reproduction in Farm Animal. Philadelphia; Lippincott Williams and Wilkins. Hickson, R.E., Morris, S.T., Kenyon, P.R., Villalobos, N.L. 2006. Dystocia in beef heifers: A review of genetic and nutritional influences. New Zealand Veterinary Journal 54(6): 256-264. Kocabagli N. 2018. Prevention of Milk Fever: A Herd Health Approach to Dairy Cow Nutrition. Archives of Animal Husbandry & Dairy Science. 1(1):1-3. Mahaputra L, Mustofa I, Utama S, Restiadi TI, Mulyati S. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan. Surabaya (ID): Airlangga University Press. Moges, N. 2016. Etiology, Incidence and Economic Significance of Dystocia and Recommendations for Preventive Measure and Treatment to Reduce the Incidence of Dystocia: Review. Journal of Reproduction and Infertility 7 (1): 24-33. Noakes, D.E., Parkinson, T.J., dan England, G.C.W., 2001. Arthur’s Veterinary Reproduction and Obstetrics. 8 ed. London: Saunders Elsevier, pp: 208. Perumal P, Vupru K, Khate K, Rajhowa C. 2013. Retention of placenta in Mithun (Bos Frontalis) cow. International Journal of Livestoc Research. 3(2): 185190. Ratnawati D, Pratiwi WC, Lukman AS. 2007. Penanganan gangguan reproduksi pada sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 3(4): 2123. Sari EC, Hartono M, Suharyati S. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi service per conception sapi perah pada peternakan rakyat di Provinsi Lampung. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 4(4):313-318. Sudono A, Roodiana RF, Setiawan BS. 2001. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Bogor (ID): Agromedia Pustaka.



16



Tucho TT. 2017. Review on retention of placenta in dairy cows and it is economic and reproductive impacts. Journal of Natural Sciences Research. 7(7): 28-37. Wihardji TA. 2020. Farmakologi oxytocin. https://www.alomedika.com [diunduh pada 01 April 2021].



17



LAMPIRAN Lampiran 1 Jurnal harian mahassiswa PKL Kesehatan Sapi di PT. Agrijaya Prima Sukses Tanggal



Jam (WIB) 16.00 – 16.45



Minggu, 4 April 2021 16.45 – 17.30 06.00 – 08.00 08.00 – 12.00 Senin, 5 April 2021



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 12.00



Selasa, 6 April 2021



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 12.00



Rabu, 7 April 2021



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 12.00



Kamis, 8 April 2021



Jumat, 9 April 2021



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 11.00



Kegiatan Briefing dan pengantar dari Manager PT Agrijaya Prima Sukses Pengenalan lingkungan PT Agrijaya Prima Sukses Pengobatan sapi hospital Surveillance, cek birahi, sinkronisasi birahi, inseminasi buatan, dan pengobatan mastitis ISOMA Surveillance, cek milk drop, dan hoof trimming Pengobatan sapi hospital Surveillance, cek birahi, sinkronisasi birahi, inseminasi buatan, dan pengobatan mastitis ISOMA Surveillance, cek milk drop, dan hoof trimming Pengobatan sapi hospital Surveillance, cek birahi, sinkronisasi birahi, inseminasi buatan, dan pengobatan mastitis ISOMA Surveillance, cek milk drop, dan hoof trimming Pengobatan sapi hospital Surveillance, cek birahi, sinkronisasi birahi, inseminasi buatan, dan pengobatan mastitis ISOMA Surveillance, cek milk drop, dan hoof trimming Pengobatan sapi hospital Surveillance, cek birahi, sinkronisasi birahi,



Pembimbing Bapak Supriono



Drh Andri Pamungkas



Drh Andri Pamungkas



Drh Andri Pamungkas



Drh Andri Pamungkas



Drh Andri Pamungkas



18



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 12.00 Sabtu, 10 April 2021



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 09.00



Minggu, 11 April 2021



09.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 09.00



Senin, 12 April 2021



Rabu, 14 April 2021 Kamis, 15 April 2021 Jumat, 16 April 2021 Sabtu, 17 April 2021 Minggu, 18 April 2021



09.00 – 13.00 12.00 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 17.00 22.00 – 06.00 22.00 – 06.00 22.00 – 06.00 22.00 – 06.00 22.00 – 06.00



inseminasi buatan, dan pengobatan mastitis ISOMA Surveillance, cek milk drop, dan hoof trimming Pengobatan sapi hospital Surveillance, cek birahi, sinkronisasi birahi, inseminasi buatan, dan pengobatan mastitis ISOMA Surveillance, cek milk drop, dan hoof trimming Memberi susu kepada pedet Membersihkan kandang pedet, Memberi pakan pedet Surveillance, pengobatan, deworming, vaksinasi, dan dehorning Isoma Surveillance dan pengobatan Hoof trimming Memberi susu kepada pedet Membersihkan kandang pedet, Memberi pakan pedet Surveillance, pengobatan, deworming, vaksinasi, dan Isoma Dehorning Surveillance dan pengobatan Hoof trimming Pengamatan birahi, surveillance, dan membantu lahiran Pengamatan birahi, surveillance, dan membantu lahiran Pengamatan birahi, surveillance, dan membantu lahiran Pengamatan birahi, surveillance, dan membantu lahiran Pengamatan birahi, surveillance, dan membantu lahiran



Drh Andri Pamungkas



Drh Mochamad Iqbal Gozali



Drh Mochamad Iqbal Gozali



Drh Wan Gemasih



Drh Wan Gemasih



Drh Wan Gemasih



Drh Wan Gemasih



Drh Wan Gemasih



19



06.00 – 08.00 08.00 – 09.00 Selasa, 20 April 2021



09.00 – 13.00 12.00 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 09.00



Rabu, 21 April 2021



09.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 09.00



Kamis, 22 April 2021



09.00 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 09.00



Jumat, 23 April 2021



09.00 – 11.00



11.00 – 13.00 13.00 – 15.00 15.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 12.00 Sabtu, 24 April 2021



Minggu, 25 April 2021



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 12.00



Memberi susu kepada pedet Membersihkan kandang pedet, Memberi pakan pedet Surveillance, pengobatan, deworming, vaksinasi, dan dehorning Isoma Surveillance dan pengobatan Hoof trimming Memberi susu kepada pedet Membersihkan kandang pedet, Memberi pakan pedet Surveillance, pengobatan, deworming, vaksinasi, dan dehorning Isoma Surveillance dan pengobatan Hoof trimming Memberi susu kepada pedet Membersihkan kandang pedet, Memberi pakan pedet Surveillance, pengobatan, deworming, vaksinasi, dan dehorning Isoma Surveillance dan pengobatan Hoof trimming Memberi susu kepada pedet Membersihkan kandang pedet, Memberi pakan pedet Surveillance, pengobatan, deworming, vaksinasi, dan dehorning Isoma Surveillance dan pengobatan Hoof trimming



Drh Mochamad Iqbal Gozali



Pengobatan sapi hospital Surveillance, fresh check, pengobatan, terapi sapi mastitis Isoma Surveillance, pengobatan, hoof trimming, cek milk drop Pengobatan sapi hospital Surveillance, fresh check, pengobatan, terapi sapi mastitis



Drh Wan Gemasih



Drh Mochamad Iqbal Gozali



Drh Mochamad Iqbal Gozali



Drh Mochamad Iqbal Gozali



Drh Wan Gemasih



20



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 12.00 Selasa, 27 April 2021



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 06.00 – 08.00 08.00 – 12.00



Rabu, 28 April 2021



Kamis, 29 April 2021



12.00 – 13.00 13.00 – 17.00 08.00 – 10.00



Isoma Surveillance, pengobatan, hoof trimming, cek milk drop Pengobatan sapi hospital Surveillance, fresh check, pengobatan, terapi sapi mastitis Isoma Surveillance, pengobatan, hoof trimming, cek milk drop Pengobatan sapi hospital Surveillance, fresh check, pengobatan, terapi sapi mastitis Isoma Surveillance, pengobatan, hoof trimming, cek milk drop Presentasi hasil kegiatan magang



Drh Wan Gemasih



Drh Wan Gemasih



Bapak Supriono



Lampiran 2 Obat-obatan yang digunakan di PT Agrijaya Prima Sukses No



Obat



Bahan aktif



Dosis



Oxytocin 10 IU



Sapi



indikasi



. 1



@4ml Inertia



iv,im,sc



uteri,



pendarahan postpartum, retensi placenta, metritis, agalactia



2



Ketoprofen 100mg



1ml/33 kg BB Inflamasi, im



nyeri



pada



tulang



dan



persendian, infeksi Pernafasan, mastitis



sal.



21



3



Oxytocin 10 IU



5ml im , sc



Inertia



uteri,



pendarahan postpartum, retensi placenta, metritis, involusi uteri, agalactia 4



Meloxicam @1ml



20mg 1ml/40kg BB Antiinflamasi iv,sc



(NSAID), antirematik



5



Vit.A , D3, E



Sapi: 5ml



Defisiensi



Pedet: 3ml



vitamin A,D,E



Im



6



7



Multivitamin



Sapi : 5ml/300kg Vit A, D3,E,B2,B6, BB B12, nicotinamide, Pedet: 1d-panthenol 2ml/40-80kg BB



Adenosine



Mencegah dan mengobati defisiensi vitamin



Sapi @20ml Menjaga



triphospat, Mg, K, im interval 2- stamina tubuh Na, Vitamin B12



5hari



dan menguatkan otot lemah



yang



22



8



Oxytetracycline



Sapi



20ml Arthritis,



im/sc



infeksi



sal.



Pernafasan dan gastrointestinal



9



Enrofloxacin



1ml/40kg BB Infeksi 3-5hari im/sc



sal.



Pernafasan, gastrointestinal , dan urinari



10



Thiamine HCl



Sapi:



10ml Gangguan



im,sc



syaraf, gangguan gastrointestinal ,



gangguan



pertumbuhan 11



Procaine penicillin Sapi: 20ml



Arthritis,



G,



mastitis,



1ml/20kg bb



Dihydrostreptomyci n sulphate



infeksi Im



sal.



Pernafasan dan gastrointestinal



12



Ivermectin 10mg



1ml/50kg bb Sc



antiparasit



23



13



Ceftiofur base 50mg 1ml/50kg bb



Infeksi pernafasan,



Sc



dan metritis



14



Lidocaine HCl



Epidural: 5- Anastesi lokal 15ml, nerve block: 5-20ml Im, sc



15



Amoxicillin



Sapi:



20ml Infeksi



im,sc



gastrointestinal ,



pernafasan,



urinari



16



Dipenhydramin HCl 1.25-2.5



Antihistamin



ml/100kg BB



17



Vit. B1, B2, B6, 5-



Mencegah dan



B12



10ml/200kg



mengobati



BB



defisiensi vitamin, memperbaiki gangguan pencernaan yang



bukan



karena bakteri



24



18



Carbazochrome sodium



1ml/10kg BB



sulphate, Im, iv, sc



Mengobati pendarahan,



vitamin K3



meningkatkan protrombin dan haemostatik, mencegah defisiensi vitamin K



19



Calcium gluconate, 100-200ml/ 200-400kg Magnesium BB chloride hexahydrat, sodium Iv, sc



Mengatasi defisiensi



Ca,



P, dan Mg



hypophospite monohydrate, boric acid 20



NaCl 0.9%



Mengembalika n keseimbangan elektrolit



21



Oxytetracycline



Semprotkan



hydrochloride



pada



Pengobatan



area luka



luka terbuka mencegah 2x1 hari



22



Cephalexin



, 10g



injeksi mastitis



Kanamycin sulphate intramammar y



infeksi luar



dan



25



23



Neomycin sulphate, 5ml



injeksi Mencegah dan



cloxacillin



intramammar



mengobati



benzathine



y



mastitis subklinis pada masa



kering



kandang 24



Cloprostenol



2ml



untuk Terapi



sodium



sinkronisasi



gangguan estrus



dan



penyakit reoroduksi, sinkronisasi siklus



estrus,



induksi aborsi, induksi kelahiran, luteolisis 25



Sulfadiazine, trimethoprim



Sapi: bolus



2-4 Melindungi infeksi uterus,



Pedet: 1 bolus mengobati penyakit saluran reproduksi, kemih, pencernaan, dan pernafasan.