Rangkuman DARING Pedo PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Drg. Mega



PERAWATAN PULPA 1. Indikasi Pulpitis irreversible, dan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa bisa karena karies atau trauma. 2. Perawatan pulpa ada 2 jenisnya, pulpotomi dan pulpektomi. Pulpektomi untuk gigi yang akarnya belum teresorbsi 1/3 panjang akarnya 3. Tahapan pulpektomi - anestesi lokal/devitalisasi - access opening - ekstirpasi - dwf - preparasi - sterilisasi menggunakan chkm, cresophene, caoh - kontrol steril (cek TS masih ada atau tidak, mobilitas gigi, druk perkusi, jaringan lunak sekitar gigi) - obturasi pakai Zinc oxide dicampur eugenol pakai lentulo sepanjang kerja jangan lupa dikasi stopper ya. cek foto, kalau oke dibasis pakai zinc phosphate 4. Kenapa panjang kerja harus dikurangi 2 mm? - karena foto radiografi kan 2D bisa aja yang daerah lingual udah teresorbsi lebih banyak daripada bukal. Jaga2 aja, biar tidak overinstrument waktu preparasi 3. Dwf pakai apa seharusnya? - jarum miller, stoppernya pakau guttap 4. Syarat selesai preparasi - sudah ada serbuk dentin yg putih (serbuk dentin putih artinya jaringan sehat) - dicocokkan sesuai panjang kerja awal - diameternya lebar/cukup untuk dimasukkan lentulo nanti, biasanya diameter kfile 60 atau 70.



SSC 1. Indikasi SSC Post pulpektomi, post pulpotomi, karies besar, rampant karies 2. Kenapa SSC? Dapan menutupi seluruh permukaan gigi. Selain itu karena setelah dilakukan preparasi pada perawatan pulpo/pulpek dentin gigi menjadi lebih rapuh dan mudah fraktur bila mendapat tekanan oklusal dari kekuatan pengunyahan



3. Bahan SSC Buatan pabrik a. Logam campur alloy (Nikel chrome) b. Poly acrylic methacrylate (estetik) 4. Cara kerja SSC - preparasi dll - preparasi proksimal pake bur tapered atau long thin - pemilihan SSC yg diukur jarak mesiodistalnya - kode yg ada di SSC ada 2. D = M1, E = M2. Ukurannya ada yg nomer 25,26,27,30,32. - insersinya pake luting GIC tipe 1. Hapalin tipe GIC yg lain - gimana cara aduk luting ? dgn cara gerakan melipat. Rasio luting 1:1 5. Cara cek oklusi - oklusi sebelum dan sesudah insersi harus sama - jaringan gingiva tidak pucat



Tumpatan klas 2 1. Indikasinya apa? - pulpitis reversible terutama di area proksimal oklusal 2. Jelaskan bagian2nya - proksimal box ( lebarnya 1 mm secara mesio-distal, gingival wall harus di bawah titik kontak dengan gigi sebelahnya) - axio wall harus mengikuti bentuk asli gigi untuk melindungi ruang pulpa - pulpo wall harus rata, jaraknya maks 0.5 mm dari dentin (untuk melindungi ruang pulpa) - antara axio wall dan pulpo wall harus dibevel, biar apa? Memperbesar permukaan, memperkecil tekanan, agar restorasi tidak mudah pecah. Pertemuannya namanya axio-pulpo line angle - isthmus lebarnya 1/3 buko lingual, buat retensi - dovetail tidak usah lebar2, minimal extention aja, cukup di bagian karies dalam aja 3. Bentuk preparasinya konvergen ke arah oklusal. Jadi yg dasarnya lebih lebar daripada yg area oklusal. Biar nggak gampang lepas



GIC 1. GIC bersifat asam, berikatan dengan gigi secara kimia, mempunyai kemampuan merilis fluoride yang nanti akan berikatan dengan hidroksiapatit 2. macam GIC. -tipe 1 luting, -tipe 2 untuk restorasi, -tipe 3 untuk basis, -tipe 4 untuk pit and fissure protection



3. Dentin conditioner untuk menghilangkan debris dan smear layer, serta melembabkan permukaan agar ikatan gic dan gigi makin oke oce, karena gic itu sifatnya hidrofilik (suka air), jadi kalo kering dia tidak maksimal kerjanya 4. GIC mengeras kurang lebih 2 menit, setting awal sejam, setting total 24 jam 5. Setelah restorasi bisa diberi lapisan berupa varnish, cocoa butter, vaseline. Buat apa? untuk melapisi/melindungi gic dari saliva, karena gic suka air, dia mudah terbawa sama air.



Dokter Sindy 15-04-2020 Diagnosa Tujuan pengisian rekam medis : untuk menentukan diagnosa. Diagnosa didapatkan dari : 1. Pemeriksaan subyektif (data pasien, keluhan utama/clue) 2. Pemeriksaan obyektif (Klinis IO & EO , Rontgen) Nama Pasien - Untuk mengetahui identitas diri - Menanyakan nama panggilan pasien : agar lebih akrab dalam berkomunikasi sehingga dapan membangun komunikasi dengan pasien Umur - Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi - Child management (secara psikologis) Nama Orang Tua - Menjalin hubungan komunikasi dengan orang tua. - Perawatan pada anak tidak terlepas dengan orang tua - Hubungan/komunikasi yang baik dengan orang tua dapat mengendalikan dan menginfluence orang tua. - Untuk KIE (komunikasi, Informasi, Edukasi) dan ada hubungan dengan keberhasilan perawatan Triangle pedodontics child



Parents



Dentist



Tambahan dari ppt kuliah



Keluhan Utama Ex: anak laki2/perempuan, usia … datang diantar orang tua. Nenek/tante :kurang tepat. Asumsinya kurang tahu kondisi atau gejala yang dialami penderita, riwayat penyakit, dll. Kecuali memang tinggal dan dirawat oleh ybs. Keluhan pasien - ditulis dengan bahasa awam : spontan/tidak, cenut cenut/ cekot-cekot, dll. - Lokasi gigi yang dikeluhkan (kiri, kanan, atas, bawah, depan, belakang) - Sebutkan pula riwayat pengobatan (sudah pernah/belum dirawat) - Bengkak, laserasi (bila ada) : ditulis dengan bahasa awam. Data Utama/ Riwayat Medis - Berat badan dan tinggi badan = mengetahui tumbuh kembang anak - Tekanan darah = mengetahui kelainan kardiovaskular, aritmia Kelainan kardiovaskular dilihat - Tetralogy of fallot - Shortness of breath - Bluish coloration of skin cyanosis - Clubbing finger - Fast heart rate Tetralogi fallot adalah penyakit berupa kelainan jantung bawaan, terdiri dari kombinasi empat kelainan jantung yang disebabkan karena "sindrom bayi biru" (baby blue syndrome), Empat defek dari kelainan jantung tersebut, ialah:  Ventricular septal defect (VSD) − a hole between the right and left pumping chambers of the heart  Overriding aorta − the aortic valve is enlarged and appears to arise from both the left and right ventricles instead of the left ventricle as in normal hearts  Pulmonary stenosis − narrowing of the pulmonary valve and outflow tract or area below the valve that creates an obstruction (blockage) of blood flow from the right ventricle to the pulmonary artery  Right ventricular hypertrophy − thickening of the muscular walls of the right ventricle, which occurs because the right ventricle is pumping at high pressure Diet Untuk menentukan resiko karies  dapat digunakan sebagai panduan diagnosa dan mengetahui resiko perawatan Pasien dengan resiko tinggi  diturunkan dahulu Ex: topical aplikasi fluor normal 2x setahun anak dengan resiko tinggi 3-4x setahun. Anak yang makannya lama  resiko karies 



Minum  dilihat dehidrasi/tidak, 1 hari 1500 ml (6gelas). Kalau sehari makan 3x, sehari min 3 gelas air. Kebiasaan minum susu malam hari dengan dot, resiko menyebabkan karies. Malam hari produksi saliva  suasanan menjadi asam  demineralisasi karies ARRESTED CARIES : terjadi ketika kemampuan remineralisasi cukup kuat untuk menanggulangi proses demineralisasi. Pada gigi sulung proses remineralisasi terjadi dengan cepat. Pemeriksaan Ekstra Oral Simetri / asimetri : dilihat dari depan, mungkin terjadi asimetri bila ada pembengkakan (abses/tumor). Bentuk kepala : - Brakisefali: Lebar, persegi - Mesosefali: Oval, ideal - Dolikosefali: Sempit, Panjang Pada kondisi kepala dolikosefali, kompresi otot pipi lebih kuat  sempit. Jika dilakukan ekspansi  mudah relaps. TMJ: Dilakukan pengecekan untuk melihat ada tidaknya hal berikut: - Displacement - Deviasi: saat membuka dan menutup mulut tidak lurus - Clicking dan nyeri - Palpasi (dilakukan pada meatus acusticus externeus) Pemeriksaan Intra Oral Pemeriksaan Jaringan Lunak - Mukosa : ada tidaknya ulcer - Frenulum: ex. Frenulum lingual pendek  gangguan bicara karena tidak dapat menjulurkan lidah ke depan. - Lidah : ex lidah kering karena bernafas melalui mulut. - Uvula - Gingiva: keradangan, bengkak, resesi, hiperplasi. Pelajari mucocele, ranula Pemeriksaan Jaringan Keras - Kelainan morfologi gigi :  Peg shape  Fusion  dilacerations - Kelainan jumlah gigi:  Oligodontia: multiple missing > 2 gigi, simetri/asimetri  Hipodontia



 Supernumerary: distomolar, paramolar mesiodens  Anodontia: tidak ada benih gigi Pemeriksaan Penunjang - X-ray - Studi Model  untuk Space analysis - HPA - PK X-ray / rontgen Macam serta tujuannya: - Periapikal : satu/ beberapa gigi, lihat kelainan periapikal - Bitewing: caries control, proximal caries. - Oklusal: impaksi (arahnya), posisi gigi ada pada lengkung/tidak - Panoramic: melihat benih gigi - Sefalometri: ada 2, anterior/ posterior. Tujuannya untuk melihat pertumbuhan tulang dan melihat ada tidaknya kelainan pada skeletal, dental. Pencabutan/Ekstraksi dan Child Management (materi lengkap ada di pdf)  Kenapa tidak boleh minum pain killer sehari sebelum dilakukan ekstraksi gigi? Saat di cek kebas (numbness) dapat menyebabkan bias. Orang yang minum pain killer  ambang nyeri   tidak tau obat jalan/tidak  Gigi sedang sakit boleh / tidak di ekstraksi? - Periapikal (abses)  tidak boleh ekstraksi (anastesi tidak berjalan dengan maksimal) - Pulpa (pulpitis/inflamasi di ruang pulpa)  boleh dilakukan (target anastesi tidak didalam gigi tetapi di jaringan luar gigi, sehingga anastesi tetap bisa berjalan maksimal) Oleh karena itu penegakan diagnosa itu penting. KIE perlu dilakukan pada pasien mengenai boleh tidaknya dilakukan ekstraksi saat sakit. Untuk lebih amannya, di tunggu sampai sakit reda/hilang baru dilakukan ekstraksi.  Citoject: insersi pada ligament periodontal (antara tulang dan gigi)  Syringe: insersi pada mukosa dan tulang. Saat UKMP2DG, pakai disposable syringe  bisa aspirasi  UKMP OSCE PERHATIKAN - Alat dan bahan - Persiapan di luar mulut (cuci tangan, apd, dll) - Posisi pasien, posisi operator (tergantung gigi yang di cabut) - Pemakaian alat (teknik memegang alat, isolasi, asepsis, posisi fiksasi, gerakan luksasi/rotasi, kuretase, gigit tampon) - Instruksi post ekstraksi  Saat deponir dilakukan pelan-pelan agar tidak sakit. Jika dilakukan dengan tekanan besar  sakit.



 Posisi orang tua saat anak dilakukan ekstraksi berada di belakang pasien. Tidak boleh didepan karena perubahan ekspresi orang tua dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien (ortu mengernyit/ menunjukkan kecemasan pasien menjadi takut)  Mandibular Anastesi jarang dilakukan.  Anak berkebutuhan khusus: teknik/prosedur sama, child management berbeda.  Anak berkebutuhan khusus yang tidak kooperatif dapat menggunakan teknik RESTRAIN. - Dental unit khusus - Cara paling sederhana dipeluk/dipegangi orang tua. - Kerja sama dengan orang tua sangat penting - KIE orang tua.  Pilihan terakhir jika kondisi tidak kondusif sehingga tidak dapat dilakukan perawatan gigi dengan anastesi loka  GA (General Anasthesi)  Pada pasien anak2 hindari penggunaan kata sakit, cabut, suntik. Kata sakit dapat diganti dengan kata tidk nyaman/aneh, dsb.  Teknik pendekatan pada pasien  Neuro Linguistic Program (pendekatan dengan cara komunikasi)  Child Management (penjelasan dibelakang) - Komunikasi - Modeling - Tell Show Do (TSD) - Hand Over Mouth Excersise (HOME) - Distraksi - Desensitasi - Pengaturan suara (Voice Control) - Reinforcement.



FISSURE SEALANT (FS)  Karies terjadi jika ada keterlibatan HOST, AGENT, ENVIRONMENT, dan WAKTU



Agent



Host Disease



Environment



Dalam waktu tertentu



 Saudara



kakak : tidak karies Karena kualitas host adik : nursing bottle syndrome berpengaruh pada karies early childhood caries  Cara melihat tipe fissure pada pasien : Foto, sonde Dengan sinar UV  terlihat mana daerah yang berlubang / ada ruang dan yang tidak  Fissure pada bukal molar RB dan palatal molar RA jangan lupa diberi fissure sealant  Bahan fissure sealant Resin pakai etsa tidak boleh kena air/saliva (pasien harus kooperatif) GIC tipe 4 pakai dentin conditioner Agak moist (pasien tdk kooperatif tidak masalah) Kompomer pakai etsa Sealant containing fluoride



 UKMP pernah keluar bahan resin Langkah : pakai apd cuci tangan pakai masker sarung tangan Posisi Duduk Pasien - RA : sudut kemiringan kursi diatur sehingga bidang oklusal gigi rahang bawah membentuk sudut 45-65o terhadap lantai - RB : sudut kemiringan kursi diatur sehingga bidang oklusi gigi rahang bawah membentuk sudut 15o terhadap lantai Jangan lupa melakukan tell-show-do  tidak harus semua alat, hanya alat yang membuat pasien takut Resin restorasi pada anak dapat bertahan lama apabila dilakukan sesuai indikasi dan cara pemakaian yang tepat  Fissure Sealant  tanpa karies  pemberian selapis tipis (harusnya kuat menahan beban kunyah) Tidak bertahan lama karena



   



etsa tidak benar sudah frozen appearance  karena saliva sealant ada bubble sehingga mudah pecah jika fissure sealant pecah  FS dibuang semua  diulang Fungsi etsa : membuka enamel rod dengan cara membersihkan smear layer Komposit : mechanical interlocking  dengan infiltrasi monomer resin pada mikroporositas pada permukaan enamel GIC : perlekatan kimia  ada pertukaran ion antara gigi dengan gic Amalgam : 24 jam setelah bahan di aplikasikan  memuai menempel pada box



Perlekatan mekanik



Struktur gigi menahan tumpatan agar tidak terlepas



Mengecil pada oklusal dan membesar ke arah pulpa



 Dentin Conditioner



keadaan gigi tidak boleh kering  harus moist dikeringkan dengan kapas steril  Etsa tidak boleh tertinggal  harus sampai bersih semprot dengan threeway syringe dapat merusak ion yang dibutuhkan  Vaselin / cocoa butter  mencegah agar GIC tidak larut, karena sifat GIC yang mudah menyerap air  Cek artikulasi  penting  jika restorasi berlebih dapat pecah / terjadi trauma oklusi Jika restorasi berlebih pada daerah mesial/distal  harus dibuang  jika tidak, bila tercongkel akan lepas  Resin unfilled  tanpa bonding  bahan pengisi FS  biasanya pada restorasi yang tipis  Kunci restorasi GIC pengadukan komposisi (perbandingan powder dan liquid)



PREVENTIVE RESIN RESTORATION (PRR)  Widmer (2008) Teori enamel harus di dukung dengan dentin yang sehat (sebisa mungkin tidak membuang enamel yang sehat, hanya yang terkena karies saja)  PRR  preventive  ada bagian yang belum kena karies  Perbedaan kelas I, PRR dan FS Kelas I PRR Fissure Sealant Ada karies Ada karies Tidak ada karies Mengurangi jaringan sehat Diberi sealant Diberi sealant Restorasi Preventive dan restorasi Preventive  Tipe PRR 1. Tipe A  Karies sebatas enamel  Karies sedikit  dibuang  tumpat dengan unfilled komposit 2. Tipe B  Karies mengenai sedikit dentin dan sebagian fissure masih sehat  Karies lebih dalam karena ada ketebalan, jika diberi unfilled bisa pecah  Menggunakan filled komposit + unfilled komposit dibagian yang sehat  Bonding merupakan unfilled komposit yang membentuk resin tag 3. Tipe C  Karies mengenai dentin lebih dalam (mendekati pulpa) dan sebagian fissure masih sehat  Pemberian CaOH  untuk merangsang dentin reparatif  Pemberian filled komposit pada kavitas  Pemberian unfilled pada fissure



 Jika tidak diberi CaOH  residu resin, proses kimia dapat merangsang / merusak pulpa namun bergantung pada individu dan kedalaman karies, namu lebih amannya diberi CaOH  Pemberian etsa  pada enamel Lindungi dulu (pemberian basis) baru di etsa Jangan sampai kena enamel yang akan di etsa karena akan mempengaruhi mechanical interlocking  Evaluasi PRR  1 minggu Ada yang pecah / tidak  ada rongga



antara tumpatan dengan gigi bubble



Aman terhadap beban kunyah  Cara membedakan PRR tipe B dan C  foto ronsen  Kenapa etsa 20 detik ? 20 detik adalah waktu yang paling optimal  bila terlalu lama dapat merusak enamel



PULPOTOMI & PULPEKTOMI  Pulpitis irreversible : keradangan pada pulpa dimana pulpa tidak dapat kembali normal Ada nyeri spontan perkusi (+), bite test (-)  Pulpitis Reversible dapat kembali  keradangan tidak parah Perkusi (-), bite test (-)  Penyebab keradangan



Thermal Fisik Bakteri Kimia  Pulpektomi dan pulpotomi gejala sama beda indikasi perawatan  Kenapa saat posisi berbaring terasa lebih sakit ? Saat berbaring aliran darah lebih banyak menuju kepala jika aliran darah meningkat akan menyebabkan nyeri semakin terasa  Tes kavitas dilakukan tanpa tekanan jika karies sudah hilang / bersih jangan diteruskan lagi



 Bite test



adanya keradangan menuju ke apikal kelainan pada jaringan periodontal (+)  terdapat keradangan apikal  sakit  ada kemungkinan nekrosis sakit



Oklusal grinding  menggigit tidak sakit



Open bur  gas gangren keluar



 Gigi terasa sakit saat makan



 Kegoyangan gigi



   



kemasukan makanan / pulpitis kontak dengan gigi antagonis  nekrosis/ ada kerdangan di apikal pelebaran ligamen terputusnya lamina dura adanya resorbsi tulang



Kemerahan di sekitar gingiva  adanya kalkulus Pulpotomi & pulpektomi  pada gigi vital PSA  pada gigi non vital Pulpotomi jika meninggalkan jaringan mati pada saluran akar Mortal pulpotomi Dilakukan fiksasi jaringan



 Resorbsi



panjang akar pulpektomi



 Resorbsi



panjang akar  pulpotomi



 Kontraindikasi pulpotomi



akar yang bengkok (pada anak bisa sampai 45o) saluran akar yang sempit



 Pada pulpektomi dan PSA  hanya beda pada teknik pengerjaannya saja  Ada fistula  sudah nekrosis (bukan pulpitis) Mempengaruhi prognosa



Periodontal rusak Terjadi pelebaran



gigi goyang



 Gigi yang telah di rawat PSA  brittle  karena saraf dan pembuluh darahnya diambil



 Bahan pengisi pulpek



Mudah pecah  SSC tidak boleh keras  bisa di resorbsi Tidak boleh mengiritasi  mengganggu resorbsi gigi sulung



Persistensi  Bahan yang memiliki anti bakteri tinggi  semakin mengiritasi di periapikal  Open bur / access opening  pembukaan atap pulpa  harus hilang semua Tidak boleh ada sisa atap pulpa Semua orifice harus terlihat  cara cek pakai sonde halfmoon Kalau tidak terbuka semua  Saat di steril dan terasa sakit



pembukaan terganggu, alat susah masuk tempat berkumpulnya bakteri Langsung datang lagi jangan tunda 1 minggu Kemungkinan obatnya kurang adekuat Akses opening tidak benar sehingga masih terdapat kumpulan bakteri anaerob pada gigi



 Sterilisasi  bakteri hilang Cek Bau  karena kuman anaerob mengeluarkan gas gangren Perbenihan paper point steril dimasukkan ke dalam saluran akar dimasukkan ke dalam tabung berisi media inkubasi 24 jam cairan tidak bening ganti obat sterilisasi  Preparasi saluran akar dikatakan selesai jika : Ada tug back Ada serbuk dentin (putih) yang terangkat sesuai dengan panjang kerja (jaringan nekrotik pada saluran akar sudah hilang)  Fungsi preparasi cleaning  membersihkan jaringan nekrotik shapping cukup tempat untuk bahan pengisian sesuai bentuk saluran akar  Preparasi dicek dengan melakukan foto ronsen dibandingkan foto diagnosa dengan foto setelah preparasi  Pada gigi sulung saat akar terbentuk sempurna, saat itu resorbsi akar juga terjadi



KARIES & TUMPATAN  



Pulpitis reversible tidak selalu pada gigi yang berlubang



trauma resesi gingiva



Perkusi dilakukan dahulu pada gigi yang sehat  untuk membandingkan tidak boleh terlalu keras jika dimulai dari gigi yang sakit pasien akan merasa sakit  menolak di tes bisa false di bolak-balik  dari yang tidak sakit ke yang sakit  dari yang sakit ke yang tidak sakit



 Prinsip preparasi



Outline form Removal of caries Resistance form  dapat menahan beban kunyah Retention form  tumpatan tidak mudah lepas Convinience form Correction enamel margin Toilet of cavity



 GIC pecah



cara pengadukan salah / tidak tepat perbandingan powder dan liquid tidak sesuai dengan aturan beban kunyah terlalu besar ada bubble mudah larut air  dilapisi varnish / cocoa butter warnanya oppaque / kurang radiolusen lebih tidak mengiritasi pulpa jika dibandingkan dengan resin



 Klasifikasi Karies berdasarkan GV.Black - Klas I  karies pada pit, fissure, oklusal gigi posterior dan pit pada bukal, lingual / palatal semua gigi - Klas II  pada proximal gigi posterior - Klas III  pada proximal gigi anterior tanpa terkena insisal - Klas IV  pada gigi proximal gigi anterior mencapai tepi insisal - Klas V



 pada servikal gigi



- Klas VI



 pada insisal gigi anterior, ujung cusp gigi posterior



 Indikasi inlay / klas II



jika ada kontak proximal  klas II kehilangan kotak proximal  inlay



 UKMP Klasifikasi GIC



Tipe 1 : luting dan bonding Tipe 2 : restorative pakai light cure Tipe 3 : lining / base cement Tipe 4 : fissure sealant Tipe 5 : orthodontic cement Tipe 6 : core build up Tipe 7 : fluor release Tipe 8 : atraumatic restorative technique (ART) Tipe 9 : deciduous teeth restoration



 ART - Tidak menggunakan bur, alat seperti eskavator - Karies yang lunak saja yang terangkat (yang bisa dikerok saja) - Tidak membersihkan semua jaringan karies - Kavitas kecil - Kemungkinan besar dapat terjadi sekunder karies  Dovetail - Bentuk mengikuti fissure yang ada - Untuk menambah retensi - Harus lebih besar dibandingkan dengan isthmus - Sebagai tahanan ke bagian proximal  Ruang antara dovetail dan isthmus  channel  Daerah axio pulpo line angle biasanya tipis  bevel (agar tidak patah)  Pada inlay tidak perlu bevel  tipis tidak patah yang di bevel semua tepi marginal (cavo enamel surface margin) untuk adaptasi marginal  Preparasi inlay  melebar ke oklusal (jika melebar ke arah pulpa nanti tidak masuk)



DENTAL HEALTH EDUCATION (DHE)  Teknik sikat gigi - Scrub brush



: tegak lurus terhadap permukaan gigi  paling mudah untuk gigi yang belum erupsi sempurna



Lama lama dapat merusak gusi



- Roll brush



: gerakan berputar dari vestibulum / labial ke arah oklusal bidang oklusal maju – mundur



yang paling efektif - Charter technic - Still man mc call - Fone’s technic - Bass



: digerakkan ke apikal : ada tekanan di gingiva  dicongkel keluar : gigi di oklusikan  sikat berputar pada permukaan gigi atas bawah



 Sikat gigi yang digunakan anak berkebutuhan khusus : sikat gigi elektrik  Kapan sikat gigi ? pagi setelah makan dan malam sebelum tidur (sebenarnya setiap setelah makan jauh lebih baik)  Jika setelah makan makanan asam tunggu 30 menit baru sikat gigi Jika asam tinggi  sikat gigi  gigi akan abrasi  DHE tentang kebersihan / kesehatan gigi dan mulut saja  KIE lebih luas, tergantung perawatan apa yang sedang dilakukan Dapat menurunkan rasa sakit  sakit pada pasien 80% psikosomatis  Pencegahan karies



fluor non-fluor



 UKMP Instruksi kebersihan mulut (sesuai tahap usia)



lokal dan sistemik sikat gigi diet kontrol berkumur pemakaian disclosing agent pemakaian dental floss fissure sealant



usia 0-1 tahun (infant)



usia 1-3 tahun (toodler)



usia 3-6 tahun (preschool)



usia 6-12 tahun



arm cradling position infant soft toothbrush tanpa pasta gigi/ pasta gigi non fluoride lap to lap position pasta gigi (pea sized) flossing bila kontak proximal rapat masih di awasi orang tua pasta gigi (pea sized) bisa dikasih yang fluoride flossing gigi posterior disclossing agent sebelum sikat gigi



TOPIKAL APLIKASI FLUOR  Aksi fluor



membuat gigi menjadi tahan asam sehingga tidak mudah larut gigi mudah remineralisasi efek anti bakterial  Macam professional applied  konsentrasi lebih tinggi self applied  konsentrasi fluor rendah  UKMP : pemakaian fluor dengan varnish dan gel  Batas jumlah fluoride yang direkomendasikan - Primary dentition 0,25ml (6mg F) - Mixed dentition 0,40ml (9mg F) - Permanent dentition 0,75ml (17mg F)  Fluorosis harus menghentikan pemakaian fluor Ada white spot  mengganggu estetik / gigi mudah berlubang Dilakukan restorasi  Indikasi



gigi yang baru saja erupsi gigi dengan resiko karies tinggi semua anak, terutama saat tahap mixed dentition anak berkebutuhan khusus anak kecil yang belum bisa berkumur



SPACE MAINTENER (SM)  Tanggal prematur pada fase primary kenapa tidak perlu dilakukan analisa tempat? Karena tidak dapat dihitung / dilakukan analisa  syarat perhitungan analisa tempat adalah keempat insisif permanen harus sudah erupsi langsung diberi partial denture  evaluasi 6 bulan sekali untuk fungsi kunyah, estetik  Space analysis : analisa tempat yang dibutuhkan  Space maintener : alat yang digunakan untuk mempertahankan space / tempat  Indikasi space maintener - Tanggal prematur gigi sulung - Oklusi normal atau menuju normal (end to end) - Erupsi gigi pengganti masih lama (belum menembus tulang alveol) - Tempat yang tersedia cukup untuk menampung semua gigi permanen yang akan tumbuh (dengan analisa tempat)



 Letak salah benih tidak boleh pakai SM



 











  



Merupakan maloklusi  bukan indikasi SM Analisa tempat dilakukan saat gigi pergantian Analisa tempat tersedia menggunakan lengkung kawat (dari mesial M1permanen kanan sampai mesial M1 permanen kiri) menggunakan penjumlahan segmental (a,b,c) Perhitungan menggunakan kawat (-) mengukur secara perkiraan / bias, karena gigi protrusi / retrusi tidak sesuai dengan lengkung gigi yang benar Perhitungan segmental pada titik kontak diantara 2 gigi yang bersebelahan Pada gigi protrusi ukuran tidak berubah Lebih akurat Tidak dapat digunakan jika kehilangan gigi yang bersebelahan karena titik pengukuran tidak ada jika hanya I1 yang hilang / I1 dan M1 hilang bisa diukur dari mesial I1 dengan mesial I2/ distal C dengan mesial M1 Jika masih bisa dilakukan pengukuran segmental lebih baik menggunakan segmental Tabel prediksi : moyers, sitepu, johnson&tanaka  rumus, nan’s Kesimpulan mixed dentition analysis −3 = orto >3 = orto 0-3mm = space maintainer (-3) – 0 = space regainer



 Space maintainer aktif  space regainer pasif  Kontrol space  mengawasi keadaan space  datang secara periodik untuk melihat space berkurang atau tidak



 UKMP Pemakaian space maintener pada fase geligi sulung Tanggal prematur gigi sulung Penanganan Insisif RA/RB Tidak dipasang SM Kecuali tanggal prematur sebelum C sulung erupsi (observasi penutupan space) Kaninus RA/RB Band and loop space maintainer Untuk mengurangi bergesernya garis median Molar 1 RA/RB - Band & loop space maintainer - Crown loop space maintainer Untuk mencegah berkurangnya panjang lengkung Molar 2 RA/RB Distal shoe space maintainer Sebagai guide molar pertama permanen agar tumbuh pada tempatnya dan mecegah berkurangnya panjang lengkung gigi Pemakaian space maintainer pada fase geligi pergantian Tanggal prematur gigi sulung penanganan Insisif kedua RA/ insisif RB Cabut antimere tooth untuk mengurangi kemungkinan bergesernya garis median Kaninus RA - Sebelum I2 permanen erupsi  space maintainer removable (sebagai guide I2 agar tumbuh pada tempat yang benar) - Setelah I2 permanen erupsi  cabut antimere untuk mengurangi kemungkinan bergesernya garis median Kaninus RB Sebelum I2 permanen erupsi  space maintainer removable (dibutuhkan sedikit perbaikan agar I2 permanen dapat tumbuh pada posisi normal) Molar pertama RA - Setelah I2 permanen erupsi :  stopped lingual arch space maintainer (mengurangi pergeseran garis median & mencegah I2 tipping) band/crown loop space maintainer (mencegah berkurangnya panjang lengkung gigi) - Sebelum I2 permanen erupsi  nance appliance untuk mencegah berkurangnya panjang lengkung gigi, tidak mengganggu pertumbuha I2 permanen Molar pertama RB - Sebelum I2 permanen erupsi band/crown loop (mencegah berkurangnya panjang lengkung gigi, tidak mempengaruhi pertumbuhan I2) - Setelah I2 permanen erupsi  lingual arch space maintainer (mencegah berkurangnya lengkung gigi, memperbolehkan reposisi distolateral dari kaninus sulung Molar kedua RA Nance applianced untuk mencegah berkurangnya panjang lengkung gigi



Molar kedua RB



- Sebelum I2 permanen erupsi band/crown loop space maintainer (mencegah berkurangnya panjang lengkung gigi, tidak menganggu pertumbuhan I2 permanen) - Setelah I2 permanen erupsi  lingual arch space maintainer (mencegah bergesernya molar pertama permanen ke arah mesial, mencegah berkurangnya panjang lengkung gigi)



Crown and loop sering keluar di UKMP Distal shoe  molar pertama permanen belum erupsi Space regainer fixed pakai screw  Space kontrol : ruangan yang ada dapat menampung gigi dengan baik Observasi  setiap 2 bulan sekali  dicetak  space analysis Jika tanpa alat  tergantung pasien kooperatif/tidak Jika tidak lebih baik pakai space maintainer  Kapan space maintainer dilepas? - Jika cusp benih gigi pengganti telah menembus tulang alveolar - Alat dapat dilepas / dikurangi sedikit-sedikit - Jika gigi sudah tumbuh atau terlihat di intraoral



STAINLESS STEEL CROWN (SSC)  Indikasi - Gigi telah dilakukan perawatan pulpa - Gigi dengan karies yang luas / multiple - Gigi yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan Contoh : enamel hiperplasia, amelogenesis imperfecta, dentinogenesis imperfecta - Pasien dengan kebiasaan bruxism - Pasien dengan resiko karies tinggi  SSC  diselesaikan dalam 1 visit  pemilihan SSC dilakukan sebelumgigi di preparasi  Contouring : membentuk undercut untuk retensi  Bagial bukal gigi penting untuk retensi  Cek preparasi SSC dengan malam merah  jika ada bekas gigitan maka preparasi masih kurang  Pasang coba SSC yang dilihat : - Tidak ada bagian servikal yang terbuka - Fit/tidak, mudah lepas/tidak  retensi - Ada gingiva yang pucat/tidak crown kepanjangan jadi menekan gingiva  potong - Cek oklusi  ketinggian  potong (dilihat oklusi saat tidak pakai ssc dan saat pakai ssc) - Kestabilan SSC  jika kena sonde tidak boleh gerak



Dokter Udijanto TOPIKAL APLIKASI FLUORIDE  Tujuannya apa? Sebagai pencegahan karies.  Bagaimana fluor bisa mencegah karies? Ion fluor berikatan dengan ion dari hidroksiapatit membentuk fluoroapatit. Fluoroapatit ini lebih tahan terhadap asam dibanding hidroksiapatit.  Kondisi asam di rongga mulut didapat dari mana? 1. hasil metabolisme karbohidrat oleh bakteri (asam laktat) menurunkan Ph  Critical pH 5,5  Hidroksiapatit terkikis  demineralisasi. Dengan ditambah fluoride  membentuk fluoroapatit lebih tahan terhadap kondisi asam dan meningkatkan remineralisasi. 2. Diet/konsumsi makanan dan minuman.  pH di rongga mulut bisa netral 20-30 menit oleh saliva.  Pelajari Stephen Curve (hubungannya dengan diet dan intake glucose  critical pH.  Pelajari Sugar Clock  Demineralisasi  multifactorial, pemberian fluoride salah satu upaya untuk meningkatkan host (gigi).  Macam pemberian TAF: Sistemik 1. floridasi air minum (di indo ga ada) 2. makanan minuman (teh seduh tanpa gula) 3. Suplemen (hati2 pemberiannya,tergantung kondisi tiap daerah, beda2 aturannya) Topikal 1. Varnish (cara sesperti di ppk) 2. Gel(cara seperti di ppk) 3. Pasta gigi (kandungan tidak banyak) 4. Obat kumur 5. Tooth mouse  Bahan topical fluor NaF 2%,SnF2 8%, APF 1,23%, Monofluorophosphate (MFP), SMFP, amine fluoride, dll.  Pemakaian fluor tidak boleh berlebihan  fluorosis gigi, toksik.  Kondisi bagaimana yang perlu di TAF? Orang dengan resiko karies tinggi. (Anak2 dan dewasa) 1. Semua anak terutama mixed dentition (gigi sulung perlu karna enamel tipis, gigi permanen baru erupsi karna gigi baru erupsi masih maturasi s/d 1 tahun) 2. Anak berkebutuhan khusus



3. Anak belum bisa berkumur/sikat gigi dengan baik 4. Pasien dengan perawatan orto (gigi berdesakan, banyak area tidak terjangkau saat dibersihkan)  TAF lebih disarankan untuk pasien yang kooperatif (>6tahun). Lebih bisa diberi arahan. Merk Klinpro/white varnish punya 3M bisa digunakan untuk anak 2 gigi, simetri/asimetri hipodontia : multiple missing < 2 gigi supernumary teeth : mesiodens, paramolar No. Jenis Gangguan



Kasus Anomali Neonatal teeth Kista erupsi Submerge teeth



1.



Gangguan Erupsi ectopic Delayed erupsi



2.



Kelainan Jumlah Gigi



3.



Gangguan proliferasi gigi



4.



Kelainan Struktur Gigi



5.



Kelainan Bentuk Gigi



6.



Kelainan Maturasi Struktur Gigi



Anodontia Hipodontia Oligodontia Agenisi Supernumary Dense in dente, fusi, geminasi Amelogenesis Imperfecta Dentinogenesis Imperfecta Peg Shape Makrodontia Murberry Teeth Hipoplasia Hipokalsifikasi



Penyebab Infeksi masa kehamilan Tidak bisa erupsi karena ankylosis Salah posisi benih/ kekurangan ruang Syndrome down cretinism/dwarfism



Kelainan tahap BUD STAGE



Kelainan tahap CAP STAGE Kelainan tahap BELL STAGE pada saat HISTODIFERENSIASI Kelainan tahap BELL STAGE pada saat MORFODIFERENSIASI Kelainan pada tahap APOSISI



jaringan lunak : frenulum : labial RA  diastema sentral, lingualankiloglosi, gangguan bicara karena tidak bisa menjulurkan lidah ke depan. lidah : ukuran lidah: makroglosia bentuk : crenated tongue, permukaan lidah fissured/ geographic tongue bibir : kompeten/tidak,



mukokel : benjolan di bibir karena kebiasaan menggigit bibir ( kelenjar saliva minor terjebak mukosa : traumatic ulser, RAS, reaksi alergi, candidiasis. Cara menentukan diagnosa : anamnesa (subjektif) : menggali riwayat penyakit klinis (objektif) : kedalaman dan lokasi karies, vitalitas, jaringan sekitar gigi, perkusi, tekanan penunjang : radiografi  kedalaman karies, bentuk akar, benih gigi, gambaran patologis (abses/kista dll) radiografi: panoramic : melihat benih gigi, TMJ periapikal : lebih detail  kedalaman karies, bentuk gigi, kelainan periapikal Diagnosa di IKGA - Pulpitis reversible - Pulpitis irreversible - Nekrosis Pulpa Pulpitis reversibel : S : ada reaksi (nyeri) saat ada stimulan O : kedalaman karies tidak dalam, gigi vital, tes perkusi dan tekanan negatif, tidak ada abses/fistula Penunjang : karies tidak mencapai pulpa Pulpitis irreversibel : S : reaksi nyeri spontan/tiba2, nyeri malam hari, reaksi nyeri terus menerus O : karies dalam, gigi vital, tes perkusi bisa positif, tekanan bisa positif bisa tidak, tidak ada abses/fistula Penunjang : karies media/ profunda/ perforasi Nekrosis : S: pernah nyeri-sekarang tidak, ada riwayat bengkak O: karies dalam, gigi nonvital, perkusi cenderung positif, tekanan cenderung positif, bisa ada abses/fistula, pendangkalan vestibulum Penunjang : karies dalam, lesi periapikal



TUMPATAN, INLAY, SSC Prinsip preparasi - Outline form - Removal of caries - Resistance and Retention form - Convinience form - Correction enamel margin - Toilet of cavity



Prinsip preparasi sekarang : minimal intervention (hanya menghilangkan karies aktif) Klasifikasi Karies berdasarkan GV.Black - Klas I : Pit & fissure, oklusal gigi - Klas II : Proximal gigi posterior - Klas III : Proximal gigi anterior tanpa kena insisal - Klas IV : Proximal gigi anterior mencapai tepi insisal - Klas V : Servikal gigi - Klas VI : Insisal gigi anterior, ujung cusp gigi posterior Beda klas II dan Inlay Klas II : - masih ada titik kontak proximal  beban kunyah dibagi gigi dan tumpatan Inlay : - tidak ada titik kontak proximal - kehilangan lebih dari ½ mahkota  karies besar di proximal  beban kunyah di restorasinya. - Harus ada dovetail + chanel  sebagai retensi dan resisten  kalau tidak ada bisa copot saat tekanan kuat. - Perhatikan tanduk pulpa Karies dalam klas II  resiko pakai composite (etsa bisa iritasi) karena tanduk pulpa tinggi Bisa resiko jadi irre. Basis dulu baru etsa bonding (composite) Disarankan pakai GIC aja kalau dalam. Kenapa harus pulas Permukaan halus  tidak ada gelembung  mengurangi plak nempel utamanya didaerah sambungan/tepi restorasi  Pakai GIC karena release fluor. Gigi sulung karies MOD  SSC Dx arrested caries  pulpitis reversible (tidak ada keluhan, karies keras, tidak bisa dikerok lagi)  SSC saja macam GIC. - tipe 1 luting - tipe 2 restorasi - tipe 3 basis - tipe 4 pit and fissure protection Dentin conditioner untuk menghilangkan debris dan smear layer



SSC Material : Nickel Chromium Indikasi - Gigi posterior - Gigi sudah rusak parah tetapi masih bisa direstorasi - Gigi dengan perawatan saluran akar sebelumnya - Gigi hipoplastik - Gigi M sulung atau permanen - Gigi dengan resiko karies tinggi - Apabila dilakukan restorasi dengan bahan lain akan gagal - Gigi sebagai abutment untuk space maintainer Kontraindikasi - Ada lesi periapical / periodontal yang parah dan sulit disembuhkan - Tidak bisa menghilangkan seluruh jaringan karies  karies terlalu besar - Gigi akan tanggal dalam waktu 6-12 bulan - Pasien tidak kooperatif Preparasi SSC 1. Pengurangan bagian oklusal 1-1,5mm tapi tetap mempertahankan kontur gigi (dengan cara : mengurangi tinggi cusp dan memperdalam groove) - Bagian yang tajam dibulatkan - Jangan membuang bagian keliling terbesar 2. Pengurangan bagian proksimal 1 mm hingga tidak ada kontak proksimal dengan gigi sebelah (harus benar2 bebas) Pasang percobaan (trial fit) Cek tinggi crown ketika oklusi. Crown margin sebaiknya terletak 1 mm dibawah gingival crest. Cara contouring SSC : 1. Gunting SSC dengan menggunakan gunting hingga tinggi crown sesuai 2. Mengatur daerah yang telah digunting /ditriming untuk mendapatkan kontak interproksimal yang baik dengan menggunakan crimpling plier 3. Trial fit untuk melihat kontak proksimal, oklusi, marginal fit 4. Menghaluskan margin dengan stone dan poles dengan rubber wheel Pemsangan / penyemenan dengan luting GIC - Servikal tidak boleh pucat - Luting harus flow - Arah pasang miring dari satu sisi KIE - Sarankan untuk jangan makan dulu 1-2 jam setelah insersi (nunggu benar2 setting) - Harus rajin dibersihkan/ sikat gigi - Pemakaian gigi yang baru di SSC untuk makan (jangan satu sisi) - Kalau lepas  jangan dibuang, bawa kedokter gigi untuk dipasang kembali.



PERAWATAN PULPA GIGI Perawatan pulpa gigi vital : Pulpotomi Pulpektomi Perawatan pulpa gigi non vital : PSA (beda nama, prosedur sama)



PULPOTOMI Definisi : Pengambilan jaringan pulpa bagian koronal diikuti dengan melekatkan bahan di atas pulpa yang diamputasi sehingga terjadi penyembuhan dan mempertahankan gigi tetap vital. Objektif : - Pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang terinfeksi dan mengalami keradangan serta meninggalkan jaringan pulpa dalam saluran akar tetap vital dan sehat - Apabila jaringan dalam saluran akar sehat akan memudahkan penyembuhan setelah amputasi jaringan pulpa yang terinfeksi Indikasi :  Gigi vital (dx: pulpitis irre)  Pulpa terbuka < 1mm tapi tidak ada radang pada SA  Ada sakit spontan  Pendarahan merah terang  Resorbsi akar > tidak dapat dibuat restorasi tetap  Perdarahan hebat  Ada pembengkakkan/fistula  non vital  Ada eksternal/internal resorbsi  Goyang patologis (°3) Resorbsi akar > 1/3 panjang akar Prosedur A. Vital Pulpotomi a. Vital pulpotomi gigi sulung 1 visit 1. LA lalu isolasi dengan rubberdam 2. Ambil atap pulpa dengan round bur 3. Ambil semua undercut dengan round bur 4. Amputasi jar.pula dalam ruang pulpa dengan ekskavator yang tajam 5. Bersihkan dengan saline 6. Tekan perlahan dengan cotton pellet steril + formokresol selama 4 menit untuk menghentikan perdarahan



7. Isi ruang pulpa dengan pasta antiseptic 8. Basis dengan cement 9. Restorasi tetap SSC b. Vital pulpotomy gigi sulung 2 visit Indikasi - Gigi vital - Ada perdarahan yang sulit dikontrol saat amputasi - Ada pus pada ruang pulpa tapi tidak pada daerah teramputasi - Pelebaran PD membrane - Ada riwayat sakit Visit 1 : vital pulpotomy 1 visit. Bila berdarah hebat, tutup dengan cotton pellet + formokresol lalu TS Visit 2 : 1. LA 2. TS diambil 3. Perdarahan berhenti dan tidak ada keluhan 4. Ruang pulpa diisi pasta antiseptic 5. Basis 6. Restorasi SSC B. Devital Pulpotomi o Visit 1 1. LA lalu isolasi dengan rubberdam 2. Karies yang dalam diekskavasi 3. Lebarkan perforasi dengan round bur 4. Letakkan pasta paraformaldehid dengan cotton pellet diatas pulpa terbuka 5. TS (Gas formaldehid akan masuk ke dalam SA untuk fiksasi jaringan) o Visit 2 (1-2 minggu kemudian) 1. Isolasi gigi 2. TS dan Cotton pellet diambil 3. Bersihkan kavitas dengan saline dan keringkan dengan cotton pellet steril 4. Tes pulpa  sudah non vital 5. Ruang pulpa sudah diisi pasta antiseptic 6. Restorasi SSC (bila masih vital dapat diulang diberi pasta paraformaldehid atau lakukan LA) C. Non Vital Pulpotomi / Mortal Pulpotomi o Idealnya gigi sulung non vital dirawat pulpektomi tapi kadang tidak bisa dilakukan o Bahan : Beechwood creasot, formocresol o Indikasi : - Khusus gigi sulung non vital SA tidak terlihat jelas, akar membengkok dan tajam, SA banyak percabangan - Pasien non kooperatif - Pasien dengan medically compromised - Resorbsi akar < 1/3 panjang akar



o Visit 1 1. Pengambilan jar.pulpa nekrotik daerah koronal 2. Irigasi ruang pulpa dengan saline, keringkan dengan cotton pellet 3. Sterilisasi dengan cotton pellet + larutan antiseptic kuat missal Beechwood creosot 4. TS o Visit 2 1. Anamnesa tidak ada keluhan 2. Isi ruang pulpa bagian koronal dengan pasta antiseptic missal pasata formocresol, pasta tempophore, dll 3. Restorasi tetap SSC Perawatan Pulpotomi Di Klinik IKGA  Indikasi - Gigi vital atau non vital - Ada resobsi akar < 1/3 panjang akar (RÖ) - SA tidak terlihat/ada obliterasi (RÖ) - Akar membengkok tajam (RÖ) - Px tidak kooperatif  Prosedur - Bila gigi vital : devitalisasi dulu dengan caustinerf fort/bahan devitalisasi yang tidak mengandung asam. Visit selanjutnya : pengambilan pulpa - Bila gigi non vital 1. Pengambilan atap pulpa hingga orifice terlihat 2. Bersihkan dengan saline 3. Sterilisasi dnegan obat sterilisasi (minim 2x) dengan jarak pemanggilan 3x atau sampai tidak berbau dan kapas sterilisasi kering 4. Pengisian dengan pasta antiseptic, beri kapas, TS 5. Foto pengisian 6. Bila sudah baik, beri basis semen ZnPO4 sampai permukaan 7. Restorasi tetap dengan SSC



PULPEKTOMI Definisi : Pengambilan seluruh jaringan pulpa gigi sulung yang terinfeksi sampai dengan SA dan diisi dengn bahan yang adapat diresorbsi sehingga gigi dapat bertahan pada lengkungnya Indikasi :  Gigi vital, serta ada tanda-tanda keradangan  RÖ : - Sisa akar masih terlihat utuh sampai apikal  Pasien dan orang tua kooperatif  Kesehatan umum baik



Kontraindikasi :  Pasien dengan penyakit sistemik  Pasien dengan terapi kortikosteroid yang panjang  imun ↓  Kerusakan periapikal/periradikuler yang hampir mengenai benih gigi  Resorbsi akar internal/eksternal  Bone loss apeks / pada bifurkasi Prosedur :  LA lalu isolasi dengan rubberdam  Pengambilan seluruh atap pulpa hingga orifice terlihat  Irigasi dengan saline  Pengukuran panjang gigi/DWP DWP = Panjang gigi dalam foto x panjang alat sebenarnya Panjang alat dalam foto  Pengambilan seluruh jaringan pulpa bagian koronal dan SA (dengan jarum ekstirpasi)  Preparasi SA dengan K-File sesuai penjang kerja Panjang kerja = panjang gigi – 1 mm  Irigasi dengan saline  Keringkan dangan paper point steril  Isi SA dan ruang pulpa dengan pasta antiseptik (pasta ZnOE) pakai jarum lentulo  Basis dengan semen ZnPO4  Restorasi tetap SSC Kegagalan/kesulitan pulpektomi  Banyak visit  Perawatan tidak selesai oleh karena pasien dan orang tua mengabaikan, rasa sakit hilang Evaluasi keberhasilan pulpektomi  Anamnesis : tidak ada keluhan  Tidak ada gejala klinis  Tidak ada resorbsi patologis (RÖ)  Gigi masih bertahan setelah 6 bulan Macam Obat Perawatan Pulpa Gigi Sulung A. Larutan irigasi SA  H2O2 3% (sudah tidak dipakai lagi)  NaOCl 0,5% - 2%  Larutan antiseptik  Larutan saline/aquades Tujuan : o Membersihkan debris dan jaringan pulpap nekrotik agar keluar dari SA o Membersihkan kuman Efek samping : o Konsentrasi pekat = iritasi jaringan periapikal o Larutan yang berwarna = perubahan warna gigi



o Tekanan yang kuat i= iritasi jaringan apikal B. Obat sterilisasi  Desinfektan - Gol. Phenol : Chlorophenol Kamfer Menthol (ChKM), Cresophene, cresatin, beechwood creosote, Rockle’s No.4 - Gol. Aldehid : Formocresol (untuk fiksasi jar.pulpa  pulpotomi)  Antibiotik : Streptomisin trimix  Kombinasi antibiotik dan kortikosteroid  Kombinasi antibiotik dan anti jamur Penggunaan bahan antibiotic sebagai bahan sterilisasi belum ada penelitian lebih lanjut sebagai standar obat sterilisasi  karena itu pakai yg gol.phenol saja, ChKM, cresophene, dll. Walaupun sekarang ada bahan trimix (campuran macam-macam antibiotic)  tapi selama drainase cukup dan abses tidak parah tidak perlu. Antibiotic peroral diberikan jika abses  asimetri wajah C. Obat devitalisasi (untuk mebuat jaringan pulpa nekrosis)  TKF (Tri kresol Formalin)  Caustinerf (Pedodontic, forte)  untuk gigi sulung  Pasta para formaldehid  Anastesi local D. Bahan pengisi ruang pulpa/SA  Pasta antiseptic - Untuk pulpektomi : ZnOE - Untuk pulpotomy : a. Pasta temphore b. Pasta formocresol (Campuran Cairan : lar. formo : lar.eugenol = 1:1, Bubuk = ZnO) c. Pasta iodoform



Syarat Bahan Pengisi SA Gigi Sulung : 1. Harus dapat di resorbsi 2. Tidak mengganggu erupsi gigi permanen 3. Bakterisid 4. Radiopak 5. Tidak bersifat iritan Kalau gigi vital, bisa langsung obturasi pada saat datang karena tidak ada jar nekrotik Nekrosis  wajib ada tahapan sterilisasi



Tujuan pemberian formokresol  menghentikakan perdarahan Kenapa gigi post endo di SSC, gak di GIC?  Gigi sudah tidak ada suplai nutrisi/ gigi mati  Sudah dibuka dan diisi, tidak utuh lagi  Gigi tidak sekuat gigi vital  Perlu bahan restorasi yang membagi beban keseluruh permukaan  SSC  Kalau GIC, beban tidak dibagi keseluruh permukaan gigi  mudah lepas GIC nya  gigi bisa ikutan cuil karena gigi tidak sekuat gigi vital.



SPACE MAINTENANCE SM Mempertahankan space ketika gigi sulung tanggal premature dan mencegah agar tidak terjadi maloklusi. Mencegah bukan memperbaiki maloklusi Syarat ? - alat simpel, - cukup kuat tahan beban pergerakan, - tidak mengganggu gigi pengganti SM pada tanggal premature - masa geligi sulung (tanpa Mixed Dentition Analysis) - masa geligi pergantian (dengan MDA) Indikasi? - tanggal prematur-benih gigi jauh, - diskrepansi tidak kekurangan tempat, - relasi molar netroklusi (klas I) - relasi insisif baik (tidak maloklusi) Kenapa harus klas I ? oklusi ideal adalah klas I, klas II dan III sudah maloklusi jadi selain klas I indikasinya perawatan ortodonti Kenapa relasi insisif harus baik ? kalau tidak baik indikasi perawatan ortodonti Tanggal prematur-benih gigi masih jauh maksudnya ? erupsi dikatakan masih lama atau tidak, dilihat dari perkiraan usia dan foto radiograph (jarak benih gigi permanen dengan tulang alveolar, dan akar gigi permanen sudah panjang atau belumpunya daya dorong untuk erupsi) Macam space maintener ? digolongkan berdasar



- Cekat : BLS (Band Loop Solder), Crown loop, distal shoe, LLHA, nance appliance - Lepasan : Partial Denture - Fungsional : PD, karena gigi hilang diganti sehingga mengembalikan fungsi kunyah - Nonfungsional : tidak kembalikan fungsi kunyah : BLS, Crown loop, distal shoe, LLHA, nance appliance - Aktif : bisa diaktivasi/mencari space (space regainer) - Pasif : tidak diaktivasi : BLS, Crown loop, distal shoe, LLHA, nance appliance, PD Keuntungan PD: - Konstruksi mudah - Mudah dibersihkan - Estetik baik - Control karies mudah - Dapat dikombinasi dengan alat lain - Mudah mencari tempat untuk gigi pengganti Kerugian PD - Mudah hilang - Control karies susah - Bila klamer terlalu kuat  menghambat pertumbuhan ke lateral - Dapat iritasi jaringan lunak Leeway space? ruang yang terbentuk karena ada perbedaan lebar Mesial Distal antara gigi m1, m2, c (sulung) dengan P1, P2, C (permanen) fungsinya adalah untuk menimbulkan perubahan relasi molar (mesial shift) pada saat pertumbuhan Relasi molar cups to cups bisa jadi kelas I perhitungan perkiraannya bagaimana? menghitung jarak bukal groove M1 RB sampai cups mesiobukal M1 RA



Penghitungan SM pilih salah satu. - Dengan lengkung kawat (brass wire) : mengukur jarak dari M1 kiri ke M1 kanan - Dengan pengukuran (Jangka/kaliper) : dibagi 6 segmen. (a-b-c-c-b-a)



Tempat yang dibutuhkan pada rahang bawah :  Mengukur jumlah lebar mesio-distal ke-empat insisif RB  Jumlah ke-empat insisif RB digunakan untuk memprediksi lebar mesio-distal 3-4-5 untuk Rh.atas/Rh bwh (Lihat Tabel Moyer’s)  Tentukan kekurangan/kelebihannya Tempat yang dibutuhkan pada rahang atas :  Mengukur jumlah lebar mesio-distal ke-empat insisif RA  Jumlah tempat yg dibutuhkan = juml insisive + jumlah perkiraan 3-4-5 (dilihat dr table moyers dengan perhitungan insisive RB)  Tentukan kekurangan/kelebihannya ! NOTE : PADA TABLE MOYER’S  PERHITUNGAN 4 INSISIVE RB DIPAKAI UNTUK MELIHAT PERKIRAAN 3-4-5 RA dan RB. Kesimpulan SM berdasarkan MDA kekurangan/ kelebihan max 3 mm  SM



-



kekurangan > 3mm = space regainer (ortho) kelebihan > 3mm = space kontrol (bisa dengan observasi, karena gigi akan bergeser mengisi space)



control space - harus ada model awal - pertimbangkan usia dan posisi benih gigi di foto Ro. - control berkala, jangan sampai kelebihan gigi berubah jadi kekurangan gigi.



Lembar SM



Teknik manajemen perilaku pada anak (Behavioral Management) Perawatan gigi dan mulut tidak dapat dilakukan sebelum anak berperilaku kooperatif. Oleh karena itu dalam penanganan rasa takut yang merupakan manifestasi anak menjadi tidak kooperatif, dokter gigi memerlukan suatu pemahaman tahap perkembangan anak dan rasa takut berkaitan dengan usia,penanganan pada kunjungan pertama, dan pendekatan selama perawatan. Pendekatan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi dalam pengelolaan tingkah laku anak dapat berupa pendekatan farmakologis dan nonfamakologis. Pengelolaan tingkah laku anak dengan pendekatan farmakologis berupa penggunaan teknik sedasi ataupun anastesi umum.1,2 Sedangkan beberapa teknik manajemen perilaku dengan pendekatan nonfarmakologik, antara lain: 1. Komunikasi Tanda keberhasilan dokter gigi mengelola pasien anak adalah kesanggupannya berkomunikasi dengan anak dan memperoleh rasa percaya dari anak, sehingga anak berperilaku kooperatif. Komunikasi adalah suatu proses dimana setiap orang dapat saling berbagi informasi, bertukar pikiran, berbagi rasa dan memecahkan permasalahan yang dihadapi. Cara komunikasi dengan anak yang paling umum digunakan adalah cara verbal yaitu melalui bahasa lisan. Banyak cara untuk memulai komunikasi verbal, misalnya untuk anak kecil dapat ditanyakan tentang pakaian baru, kakak, adik, benda atau binatang kesayangannya. Berbicara pada anak harus disesuaikan dengan tingkat pemahamannya. Kadang diperlukan second language terutama untuk anak kecil misalnya untuk melakukan anastesi pada gigi sebelum pencabutan dapat digunakan istilah menidurkan gigi. Komunikasi nonverbal dapat dilakukan misalnya dengan melakukan kontak mata dengan anak, menjabat tangan anak, tersenyum dengan penuh kehangatan, menggandeng tangan anak sebelum mendudukkan ke kursi perawatan gigi, dll.3 2. Modelling Modelling merupakan prinsip psikolgis yaitu belajar dari pengamatan model. Anak diajak mengamati anak lain sebayanya yang sedang dirawat giginya yang berperilaku kooperatif, baik secara langsung atau melalui film dan video demonstrasi tentang perawatan gigi. Pengamatan terhadap model yang diamati dapat memberikan pengaruh positif terhadap perilaku anak. Teknik ini sangat memberikan efek pada anak-anak yang berumur 3-5 tahun dan sangat baik digunakan pada saat kunjungan pertama anak ke dokter gigi.3 3. Tell Show Do (TSD) Addelston memperkenalkan konsep Tell Show Do (TSD) sebagai prosedur pengelolaan atau manajemen perilaku untuk merawat gigi anak dan cara ini sangat sederhana dan cukup efektif. Tell artinya mengatakan kepada anak dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak tersebut. Tentang apa yang akan dilakukan. Dalam hal ini dijelaskan juga alat-alat yang mungkin akan digunakan. Setiap kali anak akan menunjukkan hal yang positif diberikan penghargaan.



Show artinya enunjukkan objek sesuai dengan yang diterangkan sebelumnya tanpa menimbulkan rasa takut. Dalam hal ini dapat dipergunakan model gigi, menunjukkan alat yang akan dipergunakan misalnya bur dan kalau perlu dipegang pasien. Do yaitu tahap akhir yang dilakukan jika tahap show telah dapat diterima oleh anak. Pada tahap do anak didiberikan perlakuan sesuai dengan apa yang telah diceritakan maupun ditunjukkan. Pada waktu melakukan TSD harus sesuai dengan yang diceritakan atau ditunjukkan, jadi jangan sampai anak merasa dibohongi. Pendekatan dengan cara TSD dapat dilakukan bersama-sama dengan cara modeling. Cara pendekatan dengan TSD dapat diterapkan untuk semua jenis perawatan pada anak kecuali melakukan suntikan. a. Tujuan Untuk memungkinkan anak untuk mempelajari dan memahami prosedur perawatan gigi dengan cara yang meminimalkan kecemasan. Digunakan dengan imbalan, secara bertahap membentuk perilaku anak terhadap penerimaan prosedur invasif lebih. b. Indikasi Bisa digunakan dengan semua pasien. Dapat digunakan untuk berurusan dengan yang sudah ada kecemasan dan ketakutan, atau dengan pasien menghadapi kedokteran gigi untuk pertama kalinya.4,5 4. Hand Over Mouth Exercise (HOME) Hand Over Mouth Exercise (HOME) adalah suatu teknik manajemen perilaku digunakan pada kasus yang selektif misalnya pada anak yang agresif dan histeris yang tidak dapat ditangani secara langsung. Teknik ini juga sering digunakan bersama teknik sedasi inhalasi. Tujuannya ialah untuk mendapatkan perhatian dari anak sehingga komunikasi dapat dijalin dan diperoleh kerjasama dalam melakukan perawatan yang aman. Teknik ini hanya digunakan sebagai upaya terakhir dan tidak boleh digunakan secara rutin.5 5. Distraksi Teknik distraksi adalah suatu proses pengalihan dari fokus atau perhatian pada nyeri ke stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian anak agar menghiraukan rasa nyeri. Beberapa teknik distraksi yang dikenal dalam pendekatan pada anak antara lain distraksi visual seperti melihat gambar di buku, bermain video games, distraksi pendengaran dengan mendengarkan musik atau bercerita juga sangat efektif. Dokter gigi yang berbicara selagi mengaplikan pasta topical ataupun anastesi local juga menggunakan distraksi verbal.3 6. Desensitasi Desentisasi secara tradisional digunakan untuk anak yang gelisah, takut, ataupun fobia pada perawatan gigi. Prinsip ini dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh dokter gigi anak dengan semua pasien, untuk meminimalkan kemungkinan bahwa pasien mungkin menimbulkan kecemasan. Kecemasan anak ditangani dengan memberikan serangkaian pengalaman perawatan anak.3 a. Tujuan : Untuk membantu anak mengatasi kecemasan pada perawatan gigi dan untuk memberikan serangkaian pengalaman mengatasi kecemasan anak pada perawatan gigi.



b. Indikasi : Bisa digunakan dengan semua pasien anak.



7. Pengaturan Suara (Voice Control) Nada suara dapat juga digunakan untuk mengubah perilaku anak. Perubahan nada dan volume suara dapat digunakan untuk mengkomunikasikan perasaan kepada anak.Perintah yang tiba-tiba dan tegas dapat mengejutkan dan menarik perhatian anak dengan cepat. Dengan adanya perhatian anak yang diperoleh melalui intonasi tersebut, dokter gigi dapat melanjutkan komunikasinya atau untuk menghentikan apa yang sudah dilakukan oleh anak. Tujuannya untuk mengontrol perilaku mengganggu dan untuk mendapatkan perhatiananak. Teknik ini dapat digunakan dengan semua pasien.2 8. Reinforcement Merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai, agar prestasi tersebut diulang. Pada umumnya anak akan senang jika prestasi yang telah ditunjukkan dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan keberanian anak dan dipertahankan untuk perawatan dikemudian hari. Reinforcement mempunyai keuntungan karena dokter gigi secara langsung dapat mengontrol pemberian hadiah yang akan diberikan dipraktek untuk meningkatkan frekwensi tingkah laku yang diinginkan.2,3



Daftar Pustaka 1. Mathewson RJ,Primosh RE.Fundamentals of pediatric dentistry 3th. United State: Quetessec Publishing; 1995. 2. American Academy Of Pediatric Dentistry. Guideline on behavior guidance for the pediatric dental patient. Pediatr Dent; 2011:35(6). 3. Chadwik BL, Hosey MT. Child taming: how to manage child in dental practice. London: Quintessence publishing; 2003. 4. Arapostathis KN, Coolidge T, Emmanouil D, Kotsanos N. Reliability and validity of the Greek version of the children’s fear survey schedule dental subscale. Int J Pediatr Dent; 2008: 18. 5. Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric dentistry 3th. New York: Oxford University Press; 2005.