5 0 93 KB
Tinea Unguium
Etiologi: dermatofita (Trichophyton sp., Epidermophyton sp., Micosporum sp.) Klinis: distrofi, hiperkeratosis, onikolisis, debris subungual, perubahan warna kuku Penunjang: KOH 10% mikroskop tampak hifa panjang atau artrospora Terapi: Sistemik Terapi denyut/ pulse dose Itrakonazol 2x200mg/hari selama 7 hari pertama setiap bulan selama 3-6 bulan Griseofulvin 500mg/hari (jari tangan 3-6 bulan, jari kaki 9-12 bulan) Terbinafin 1x250mg/hari selama 3 bulan
Hemangioma
Etiologi: tumor jinak akibat gangguan perkembangan dan pembentukan pembuluh darah Klinis: tumor lobuler, eritem, lunak Penunjang: histopatologi Terapi: Medikamentosa Kortikosteroid Interferon topikal Imiquimod Tindakan: Bedah laser Bedah beku
Impetigo Krustosa
Etiologi: Streptococcus β-haemoliticus dan Streptococcus aureus Klinis: lesi awal berupa vesikel/ pustul berdinding tipis, mudah pecah, terbentuk krusta kekuninan (honey colour) Penunjang: Pewarnaan Gram Kultur & resistensi spesimen lesi Kultur & resistensi darah (bakteremia)
Terapi Sistemik First line (selama 5-7 hari) 1. Kloksasilin 4x250-500mg /hari Anak2 50mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis 2. Amoksisilin dan asam klavulanat 3x250-500mg/ hari (jika resisten eritromisin) Anak2 25mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis 3. Sefaleksin 40-50mg/kgBB/ hari terbagi 4 dosis 4. Sefaklor 20mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis Second line 1. Azitromisin 1x500mg/hari (hari I), lanjut 1x250mg (hari II-V) 2. Klindamisin 15mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis, selama 10 hari 3. Eritromisin 4x250-500mg/ hari Anak2 20-50mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis Selama 5-7 hari Topikal 1. Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka 2. Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep /krim asam fusidat 2%, mupirosin 2%, neomisin atau basitrasin. Dioleskan 2-3x sehari, selama 7-10 hari 3. Bila terdapat krusta, dilepaskan
Ektima
Etiologi: merupakan bentuk pioderma ulseratif akibat Streptococcus aureus atau Streptococcus grup A Klinis: ulkus dangkal tertutup krusta tebal dan lengket berwarna kuning keabuan kotor. Apabila krusta diangkat, tampak ulkus berbentuk punched out, tepi ulkus meninggi, indurasi, berwarna keunguan Penunjang: Pewarnaan Gram Kultur & resistensi spesimen lesi Kultur & resistensi darah (bakteremia) Terapi: (sama dengan Impetigo Krustosa)
Neurodermatitis (Liken Simplek Kronis)
Etiologi: underlying disease seperti gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin,
hipertiroid, dermatitis atopik, DKA, gigitan serangga, aspek psikologik/ tekanan emosi Klinis: terutama pada orang dewasa, sangat gatal sampai mengganggu tidur, menghebat jika ada stres psikis, lesi biasanya tunggal tapi bisa lebih dari satu, stadium awal eritem dan edema atau kelompokan papul, karena garukan berulang bagian tengah menebal, kering dan berskuama, pinggirnya hiperpigmentasi Penunjang: histopatologi Terapi: 1. Menghentikan garukan 2. Steroid topikal, biasanya potensi kuat (betametason dipropionat 0,05%) 3. KS intralesi (triamsinolon asetonid) 4. Antihistamin sedatif 5. Antidepresan trisiklik malam hari 6. Konsultasi psikiater bila perlu
Psoriasi Vulgaris
Etiologi: genetik, imunologik, autoimun Klinis: Psoriasis Tipe Plak: plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama berwarna keperakan tebal berlapislapis, daerah predileksi siku, lutut, kepala, celah intergluteal, palmar, plantar Psoriasis Guttata: bentuk seperti tetesan air, plak merah muda dengan skuama, biasanya ditemukan di badan dan ekstremitas Psoriasis Pustularis: terdapat pustul steril Penunjang: biopsi kulit pemeriksaan ASTO pemeriksaan faktor rhematoid Foto Ro tulang dan sendi Terapi: Baca IR
Tinea Korporis
Etiologi: dermatofita (Trichophyton sp., Epidermophyton sp., Micosporum sp.)
Klinis: mengenai kulit yang berambut jarang, gatal bila berkeringat, lesi berbatas tegas, polisiklik, tepi aktif dengan tanda radang jelas, polimof seperti eritema, skuama, kadang ada papul atau vesikel di tepi, central healing Penunjang: KOH 10% mikroskop tampak hifa panjang atau artrospora Terapi: Topikal: 1. Golongan alilamin 1x sehari 2. Alternatif: golongan azol, siklopiroksolamin, asam undesilinat Tolnaftat (1-2x sehari selama 2-4 minggu) Sistemik: 1. Griseofulvin oral 10-25mg/kgBB/hari, ketokonazol 200mg/hari, atau itrakonazol 2x100mg/hari 2. Terbinafin 1x250mg/hari
Kondiloma Akuminata
Etiologi: Infeksi menular seksual akibat HPV terutama tipe 6 dan 11 Klinis: terdapat vegetasi atau papul soliter dapat juga multiple, permukaan verukosa/ menonjol Penunjang: Pada lesi dilakukan tes asam asetat Kolposkopi Histopatologi Terapi: 1. Tinktura podofilin 10-25%, 2x seminggu sampai lesi hilang 2. Asam trikloroasetat 50-90%, 1x seminggu 3. Tindakan bedah: bedah skalpel, listrik, beku, dan laser
Melasma
Etiologi: hipermelanosis terutama di wajah dan leher dipengaruhi oleh faktor hormonal, pajanan sinar matahari, kehamilan, genetik, kontrasepsi oral, obatobatan, kosmetik
Klinis: bercak kecoklatan, hiperpigmentasi, simetris, ireguler, batas tegas Penunjang: Lampu Wood, biopsi Terapi: Nonmedikamentosa: Hindari pajanan langsung sinar matahari terutama pukul 09.00-15.00 Gunakan tabir surya spektrum luas dengan SPF minimal 30 bila keluar rumah Menghilangkan faktor etiologi atau predisposisi Medikamentosa Topikal 1. Hidroquinon 2-5% (krim, gel, losio) 2. Asam retinoat 0,05% - 0,1% (krim dan gel) 3. Asam azeleat 20% (krim) 4. Asam glikolat 8-15% (krim, gel, losio) 5. Asam kojik 4% Sistemik 1. Asam askorbat 2. Glutation Bedah kimia 1. Asam Glikolat 20-70% 2. Asam trikloroasetat 10-30% 3. Jessner Bedah laser
Dermatitis Venenata
Etiologi: Paederus sp. Klinis: rasa gatal, terbakar/ nyeri, tanda-tanda dermatitis, lesi lokalisata, batas tegas, bentuk sesuai dengan luas kontak bahan penyebab Penunjang: tes kulit (tes tempel) hanya diperlukan apabila tidak bisa dibedakan dengan DKA Terapi: Nonmedikamentosa 1. Identifikasi penyebab 2. Perlindungan diri Medikamentosa 1. Antihistamin 2. Kortikosteroid topikal potensi ringan-sedang (hidrokortison 1-2,5%, flusinolon asetonid) 3. Antibiotik lokal untuk infeksi sekunder
4.
Kompres terbuka dengan NaCl 0,9%
Pityriasis Alba
Etiologi: dermatitis tidak spesifik, sering apada anak & remaja, terutama daerah wajah dan leher. Penyebab belum diketahui secara pasti diduga ada hubungan langsung dengan atopi, pajanan sinar matahari Klinis: didahului plak eritematosa ringan tepi sedikit meninggi, lama-lama memudar menjadi plak merah muda/pucat dengan skuama putih halus. Lesi berkembang menjadi makula/patch hipopigmentasi yang menetap beberapa bulan/tahun Penunjang: tidak terlalu diperlukan Terapi: Nonmedikamentosa Mengurangi pajanan sinar matahari, memakai tabir surya, mengurangi suhu air mandi Medikamentosa 1. Likuor karbonis detergen 3-5% (krim, salep) 2. Emolien (urea 10%) 3. Tretinoin topikal, namun iritatif 4. Terapi UV
Herpes Simpleks
Etiologi: HSV I (daerah pinggang ke atas terutama mulut dan hidung) dan HSV II (daerah pinggang ke bawah terutama genital) Klinis: tampak vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan Penunjang: Tzank test dengan pewarnaan Giemsa ditemukan sel datia berinti banyak Terapi: Topikal 1. Idoksuridin (salep, krim) 2. Asiklovir topikal 3. Jika ulserasi dikompres Sistemik 1. Asiklovir 5x200mg selama 5 hari
Scabies
Etiologi: Sarcoptes scabiei var hominis Klinis: gatal terutama malam hari, terdapat riwayat serupa dalam satu rumah, lesi di kulit terdapat trowongan (kunikulus) berupa garis lurus atau berkelok-kelok, warna putih atau abu-abu ujung papul atau vesikel, apabila ada infeksi sekunder timbul pustul atau nodul Penunjang: kerokan kulit tetesi KOH/ NaCl mikroskop ditemukan tungau Sarcoptes scabiei dalam bentuk telur atau larva atau dewasa Terapi: Nonmedikamentosa 1. Perbaiki higiene perorang & lingkungan 2. Pengobatan dilakukan terhadap semua orang serumah Medikamentosa Topikal 1. Permetrin 5% dioles di kulit diamkan selama 10 jam. Dapat diulang setelah 1 minggu 2. Krim lindane 1% dioles di kulit diamkan selama 8 jam. Dapat diulang setelah 1 minggu. Tidak boleh pada bayi, anak-anak, ibu hamil 3. Salep sulfur 6% dioles 3 malam berturut-turut 4. Krotamiton krim dioles 5x sehari 5. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), setiap malam selama 3 hari berturut-turut 6. Gameksan 1% (krim, losio) 1x pemakaian, bisa diulang Sistemik 1. Antihistamin sedative oral 2. Antibiotik apabila ada infeksi sekunder 3. Invermektin (oral) 0,2mg/ kgBB dosis tunggal, 2-3 dosis selama 1-2 minggu
Impetigo bulosa
Etiologi: Streptococcus β-haemoliticus dan Streptococcus aureus Klinis: vesikel-bula kendor, berisi cairan jernih, dapat timbul bula hipopion di atas kulit normal, nikolsky sign (-). Bula pecah akan meninggalkan skuama anular
dengan bagian tengah eritematosa (kolaret) dan cepat mengering Penunjang: Pewarnaan Gram Kultur & resistensi spesimen lesi Kultur & resistensi darah (bakteremia) Terapi: (sama dengan Impetigo Krustosa)
Tinea Kapitis Tipe Kerion
Etiologi: Biasanya disebabkan oleh patogen zoofilik atau geofilik Klinis: gatal, disertai nyeri, limfadenopati servikal posterior, demam, lesi lain pada kulit glabrosa Penunjang: KOH 10% mikroskop tampak hifa panjang atau artrospora Lampu Wood berfluoresensi jika disebabkan oleh Micosporum Terapi: Sistemik 1. Griseofulvin 10-25 mg/kgBB/ hari, 6-8 minggu 2. Itrakonazol 2x100-200mg/ hari selama 3 hari 3. Ketokonazol 5-10mg/kgBB selama 10-14 hari pada pagi hari setelah makan (dewasa 1x200mg/hari) Topikal 1. Rambut dicuci dengan sampo antimitotik 24x/minggu 2. Imidazol 1-2% (krim, larutan) 3. Ketokonazol 2% (krim, larutan)
Akne Vulgaris Papulopustular
Etiologi: perubahan pola keratinisasi dalam folikel, produksi sebum yang meingkatterbentuk fraksi asam lemak bebas, peningkatan jumlah flora folikel (Propionic bacterium acne, Corynebacterium acne, Pityrosporum ovale, Staphylococcus epidermidis), peningkatan hormon androgen, stres. dll Klinis: predileksi wajah, punggung, dada atas, bahu, lengan atas. Berupa komedo hitam atau putih, papul, pustul, nodus, kista, jaringan parut, HPI Penunjang: ekskohleasi komedo
Terapi: Nonmedikamentosa 1. Hindari memencet lesi dengan cara non higienis 2. Pilih kosmetik non komedogenik 3. Perawatan kulit wajah Medikamentosa Derajat Ringan 1. Topikal retinoid atau agen keratolitik dengan atau tanpa Benzoil Peroksida (BPO) 2. Antibiotik topikal (klindamisin gel atau sol 1,2% atau eritromisin sol 1%) Derajat Sedang 1. Retinoid topikal dengan BPO 2. Antibiotik topikal 3. Antibiotik oral: Tetrasiklin 2x500mg/hari Doksisiklin 2x 50-100mg/ hari Minosiklin 2-3x50-100mg/ hari Klindamisin 2-3x150-300mg/ hari Diberikan selama 6-18 minggu Derajat Berat 1. Retinoid topikal + BPO + antibiotik oral, bila tidak berhasil berikan isoretinoin oral 0,1-0,2 mg/kgBB/hari, dosis kumulatif 120-150mg/kgBB 2. Antibiotik oral: Tetrasiklin 2x500mg/hari Doksisiklin 2x 50-100mg/ hari Minosiklin 2-3x50-100mg/ hari Klindamisin 2-3x150-300mg/ hari Diberikan selama 6-18 minggu Terapi Pemeliharaan Retinoid topikal: tretinoin krim (0,025%, 0,05%, dan 0,1%), gel (0,025%) atau keratolitik dengan atau tanpa BPO Tindakan Khusus 1. Ekstraksi komedo 2. Injeksi kortikosteroid intralesi 3. Peeling kimiawi (as.glikolat, as.trikloroasetat)
4. 5. 6. 7.
Dermabrasi Punch graf Colagen implant Laser
2.
Urethritis Gonorrhoea
Etiologi: Neisseria gonorrhoeae Klinis: duh tubuh purulen atau mukopurulen, infeksi pada urethra sehingga disuria, pada wanita lebih sering asimtomatik Penunjang: Pemeriksaan apusan Gram diplokokus Gram negative Biakan dengan media Thayer-Martin Terapi: 1. Penicillin G prokain aqua dosis 4,8 juta unit + 1gr probeneside dosis tunggal 2. Cefixime 400mg peroral dosis tunggal 3. Levofloxacin 500mg peroral dosis tunggal 4. Tiamfenikol 3,5gr peroral dosis tunggal 5. Kanamisin 2gr injeksi IM dosis tunggal 6. Seftriakson 250mg IM dosis tunggal
Moluskum Kontagiosum
Etiologi: Poxvirus Klinis: kelainan kulit berupa papul berbentuk kubah miliar, ditengahnya terdapat delle. Kadang berbentuk lentikular dan berwarna putih seperti lilin Penunjang: pemeriksaan Giemsa terhadap bahan massa putih dari bagian tengah papul menunjukkan badan inklusi moluskum Terapi: 1. Penggunaan obat topikal tetapi membutuhkan waktu yang lama. Terapi topical dapat berupa: Kantaridin 0,7% atau 0,9% Podofilin 10%-25% Krim imikuimod 5% Gel retinoid 0,1% Pasta perak nitrat Asam trikloroasetat (25%-35%) Sidovovir topikal (gel atau krim 1%-3%) Kalium hidroksida 10%
3.
Krim adapalen 1% Pulsed dye laser Tindakan bedah kuretase/ enukleasi: Lesi kulit dibersihkan dengan alcohol 70% Bila perlu diberi anestesi krim EMLA 5% dioles pada lesi 1-2 jam Dengan pinset, lesi moluskum dijepit agar isi keluar, dengan ujung scalpel untuk membuka papul dan mengeluarkan isi papul Luka diberi salep antibiotic Tindakan terapi beku/ nitrogen cair
Ulkus Mole
Etiologi: Haemophyllus ducreyi Klinis: terdapat luka multiple, tepi tidak teratur, dinding bergaung, dasar kotor, sangat nyeri Penunjang: pewarnaan Gram ditemukan batang Gram negative yang berderet seperti rantai Terapi: 1. Azitromisin 1gr peroral dosis tunggal 2. Ceftriakson 250mg IM dosis tunggal 3. Eritromisin 4x500mg selama 7 hari 4. Ciprofloksasin 2x500mg selama 3 hari
Erisipelas
Etiologi: Streptococcus β-haemoliticus Klinis: lesi berwarna merah cerah, infiltrat di bagian pinggir, tepi meninggi, edema, vesikel dan bula di atas lesi Penunjang: Pewarnaan Gram Kultur & resistensi spesimen lesi Kultur & resistensi darah (bakteremia) Terapi: (sama dengan Impetigo Krustosa)
Herpes Zoster
Etiologi: penyakit reaktivasi infeksi laten endogen virus varisela-zoster yang terjadi setelah infeksi primer Klinis: Gejala prodromal: demam, pusing, malaise, nyeri otot-tulang, gatal, pegal. Kelainan di kulit timbul
eritema yang segera menjadi vesikel berkelompok. Vesikel berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh, dapat jadi pustule dan krusta. Lokasi unilateral dan sesuai dermatom Penunjang: Tzank test dengan pewarnaan Giemsa ditemukan sel datia berinti banyak Terapi: Topikal 1. Bedak salisil 2% untuk mencegah vesikel pecah 2. Vesikel pecah dan basah diberi kompres terbuka 3. Jika agak basah atau berkrusta diberikan antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder Sistemik 1. Asiklovir 5x800mg selama 7 hari 2. Valasiklovir 3x1000mg selama 7 hari 3. Analgesik antipiretik
PVC/ Tinea Versikolor
Etiologi: infeksi oportunistik kulit epidermomikosis disebabkan oleh jamur Malassezia sp. (Pityrosporum orbiculare/ P. ovale) Klinis: kadang timbul rasa gatal terutama bila berkeringat. Kelainan kulit berupa bercak hipopigmentasi, eritem hingga kecoklatan, dengan skuama halus Penunjang: Lampu Wood: terlihat fluoresensi berwarna kuning keemasan KOH 10% mikroskop tampak spora berkelompok dan hifa pendek Terapi: Topikal 1. Sampo selenium sulfide 1,8% dioleskan di seluruh daerah yang terinfeksi 1x sehari atau 2-3x seminggu 2. Sampo ketokonazol2 2% 3. Sampo zinc pyrithione Sistemik 1. Ketokonasol 1x200mg selama 10 hari (obat dihentikan bila pemeriksaan klinis, lampu Wood & pemeriksaan mikologis negatif selang 1 minggu
2.
Ketokonasol 2x200mg sekali sebulan (bila kasus kronis dan berulang) 2.
Dermatitis Seboroik
Etiologi: Pityrosporum ovale Klinis: kelainan umu berupa eritema dan papuloskuama, membentuk plakat eritroskuama di tempat predileksi (daerah sebore) yaitu wajah,scalp, retroaurikuler, interskapula, aksila, umbilicus, dan genitokrural Penunjang: Terapi: Topikal 1. Mengangkat krusta: asam salisilat 3% dalam olive, kompres dengan olive hangat, kortikosteroid potensi lemah seperti hidrokortison krim atau losio 1-2,5% 2. Sampo selenium sulfide 1-2,5%, imidazol (ketokonazol 2%), zinc pyrithione, benzoil peroksida, asam salisilat, tar. Sistemik Jika kasus berat 1. Isotretinoin oral 0,05-0,1 mg/kgBB/hari selama 4 minggu 2. (Prednison 20-30mg/hari tap of)
Morbus Hansen
Etiologi: Mycobacterium leprae Klinis: Timbul makula hipopigmentasi atau eritema dengan hipo atau anestesi Dapat disertai kelemahan otot Pembesaran saraf tepi Penunjang: Bakterioskopik: kerokan kulit dengan Ziehl Neelsen Biopsi/ PA Pemeriksaan serologi Terapi: 1. Tipe PB lesi 2-5 Rifampisin 600mg setiap bulan DDS 100mg/hari
3.
Lama pengobatan: diberikan sebanyak 6 dosis diselesaikan 6-9 bulan Tipe MB Rifampisin 600mg setiap bulan DDS 100mg/hari Klofazimin 300mg hari I, diteruskan 1x50mg Diberikan 12 dosis selama 12-18 bulan Tipe PB lesi tunggal Rifampisin 600mg setiap bulan Ofloksasin 400mg Minosiklin 100mg Diberikan sebagai dosis tunggal selama 1 bulan
Sifilis/ Ulkus Durum
Etiologi: Treponema pallidum Klinis: Stadium I Ulkus tunggal, tepi teratur, dasar bersih, terdapatindurasi, tidak nyeri, tanpa atau disertai pembesaran getah bening regional Stadium II Terdapat lesi kulit yang polimorfi, tidak gatal, lesi di mukosa, tanpa atau disertai pembesaran kelenjar getah bening generalisata Stadium II laten Tidak didapatkan lesi di genital atau kulit, hanya ditemukan tes serologi sifilis reaktif Stadium III Didapatkan gumma: suatu lesi infiltrat, lunak, kronis, dan destruktif Penunjang: Stadium I Tes serologis bisa (+) atau (-) Mikroskopis lapangan gelap dan Burry (+) atau (-) Stadium II TSS: RPR (++), VDRL (+), TPHA (+) titer tinggi Mikroskopis lapangan gelap dan Burry (+) atau (-) Stadium II Laten TSS (+) Terapi: Obat pilihan
Penisillin G Benzatin injeksi IM dengan interval 1 minggu Stadium I, II, & laten 2tahun dan III: 7,2 juta unit Obat alternatif: Tetrasiklin 4x500mg/hari Eritromisin 4x500mg/hari Doksisiklin 2x100mg/hari Lama pengobatan 30 hari (stadium dini) atau >30 hari (stadium lanjut)
Stevens-Johnson Sindrom
Etiologi: merupakan erupsi alergi obat yang berat Klinis: kelainan kulit berupa eritema, vesikel, papul, erosi, ekskoriasi, krusta kehitaman, kadang purpura. Kelainan mata: konjungtivitis kataralis, purulenta, atau dapat menjadi ulkus Penunjang: biopsi untuk histopatologi, periksa keseimbangan cairan dan elektrolit Terapi: Nonmedikamentosa 1. Hentikan obat yang dicurigai sebagai alergi 2. Atasi keadaan umum, terapi elektrolit & cairan bila perlu 3. Obat antialergi yang paling aman Medikamentosa 1. Deksametason IV 0,15-0,2mg/kgBB/hari dapat sampai 4-6x5mg/hari, setelah masa kritis diatasi segera turunkan cepat (5mg/hari), setelah membaik bisa diganti peroral berupa prednisone 2x20mg/hari 2. Antibiotik spektrum luas, jarang menimbulkan alergi, bersifat bakterisid: garamisin 2x80mg atau klindamisin 2x600mg IV 3. Diet rendah garam dan tinggi protein 4. Bila kalium turun, berikan KCl 3x500mg/hari 5. Infus bila diperlukan