Rangkuman Materi Asmaul Husnah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ASMAUL HUSNAH A. PENGERTIAN ASMAUL HUSNAH Asmaul Husna Terdiri atas dua kata, yaitu asma dan husna. Dimana Asma memiliki arti nama-nama dan Husna memiliki arti yang baik juga indah. Jika disatukan maka Asmaul Husna memiliki arti "Nama-nama Allah yang baik dan juga indah yang hanya dimiliki oleh Allah SWT. sebagai bukti kebesaran-Nya. Kata Asmaul Husna itu sendiri diambil dari ayat Al-Quran yaitu Q.S Taha/20:8 artinya " Allah SWT. tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang baik) " B. DALIL ASMAUL HUSNAH Ada beberapa dalil yang menjabarkan tentang Asmaul Husna dan pada kali ini Pandai Belajar akan menjelaskan dua diantaranya : 



Firman Allah SWT. dalam Q.S Al-a'raf/7:180 :



Artinya: “Dan Allah Swt. memiliki asmā’ul husna, maka bermohonlahkepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama-Nya yang baik itu dantinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (menyebut) namanama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. al A’rāf/7:180) Tidak hanya dalam surat Al-a'raf, dalam ayat lain dijelaskan bahwa Asmaul Husna itu sangat bermanfaat dan memiliki niai yang tak terhingga tingginya. Maka dari itu dalam berdoa sangat di anjurkan membaca Asmaul Husna.







Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw.bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. mempunyai sembilan puluh sembilannama, seratus



kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (H.R. Bukhari) Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, apabila kita mengahafal Asmaul Husna dengan baik dan benar maka orang yang menghafalnya akan diberi balasan oleh Allah yaitu masuk ke dalam surga. Namun dalam menghafal Asmaul Husna bukan halnya menghafal seperti biasa tapi harus diiringi dengan kebaikan seperti menjaga hafalannya dengan terus menerus menzikirkannya dan yang paling penting sikap kita tidak boleh bertentangan dengan Asmaul Husna. C. 99 NAMA ASMAUL HUSNAH & ARTINYA No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Nama Allah Ar Rahman Ar Rahiim Al Malik Al Quddus As Salaam Al Mu`min Al Muhaimin Al `Aziiz Al Jabbar Al Mutakabbir Al Khaliq



Arab ‫ال‬ ‫الرحمن‬ ‫الرحيم‬ ‫الملك‬ ‫القدوس‬ ‫السلم‬ ‫المؤمن‬ ‫المهيمن‬ ‫العزيز‬ ‫الجبار‬ ‫المتكبر‬ ‫الخالق‬



12



Al Baari`



‫البارئ‬



13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30



Al Mushawwir Al Ghaffaar Al Qahhaar Al Wahhaab Ar Razzaaq Al Fattaah Al `Aliim Al Qaabidh Al Baasith Al Khaafidh Ar Raafi` Al Mu`izz Al Mudzil Al Samii` Al Bashiir Al Hakam Al `Adl Al Lathiif



‫المصور‬ ‫الغفار‬ ‫القهار‬ ‫الوهاب‬ ‫الرزاق‬ ‫الفتاح‬ ‫العليم‬ ‫القابض‬ ‫الباسط‬ ‫الخافض‬ ‫الرافع‬ ‫المعز‬ ‫المذل‬ ‫السميع‬ ‫البصير‬ ‫الحكم‬ ‫العدل‬ ‫اللطيف‬



Indonesia Allah Yang Maha Pengasih Yang Maha Penyayang Yang Maha Merajai/Memerintah Yang Maha Suci Yang Maha Memberi Kesejahteraan Yang Maha Memberi Keamanan Yang Maha Pemelihara Yang Maha Perkasa Yang Memiliki Mutlak Kegagahan Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran Yang Maha Pencipta Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan) Yang Maha Membentuk Rupa (makhluk-Nya) Yang Maha Pengampun Yang Maha Memaksa Yang Maha Pemberi Karunia Yang Maha Pemberi Rezeki Yang Maha Pembuka Rahmat Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu) Yang Maha Menyempitkan (makhluk-Nya) Yang Maha Melapangkan (makhluk-Nya) Yang Maha Merendahkan (makhluk-Nya) Yang Maha Meninggikan (makhluk-Nya) Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya) Yang Maha Menghinakan (makhluk-Nya) Yang Maha Mendengar Yang Maha Melihat Yang Maha Menetapkan Yang Maha Adil Yang Maha Lembut



31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75



Al Khabiir Al Haliim Al `Azhiim Al Ghafuur As Syakuur Al `Aliy Al Kabiir Al Hafizh Al Muqiit Al Hasiib Al Jaliil Al Kariim Ar Raqiib Al Mujiib Al Waasi` Al Hakiim Al Waduud Al Majiid Al Baa`its As Syahiid Al Haqq Al Wakiil Al Qawiyyu Al Matiin Al Waliyy Al Hamiid Al Muhshii Al Mubdi` Al Mu`iid Al Muhyii Al Mumiitu Al Hayyu Al Qayyuum Al Waajid Al Maajid Al Wahiid Al Ahad As Shamad Al Qaadir Al Muqtadir Al Muqaddim Al Mu`akkhir Al Awwal Al Aakhir Az Zhaahir



‫الخبير‬ ‫الحليم‬ ‫العظيم‬ ‫الغفور‬ ‫الشكور‬ ‫العلى‬ ‫الكبير‬ ‫الحفيظ‬ ‫المقيت‬ ‫الحسيب‬ ‫الجليل‬ ‫الكريم‬ ‫الرقيب‬ ‫المجيب‬ ‫الواسع‬ ‫الحكيم‬ ‫الودود‬ ‫المجيد‬ ‫الباعث‬ ‫الشهيد‬ ‫الحق‬ ‫الوكيل‬ ‫القوى‬ ‫المتين‬ ‫الولى‬ ‫الحميد‬ ‫المحصى‬ ‫المبدئ‬ ‫المعيد‬ ‫المحيى‬ ‫المميت‬ ‫الحي‬ ‫القيوم‬ ‫الواجد‬ ‫الماجد‬ ‫الواحد‬ ‫الحد‬ ‫الصمد‬ ‫القادر‬ ‫المقتدر‬ ‫المقدم‬ ‫المؤخر‬ ‫الول‬ ‫الخر‬ ‫الظاهر‬



Yang Maha Mengenal Yang Maha Penyantun Yang Maha Agung Yang Maha Pengampun Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai) Yang Maha Tinggi Yang Maha Besar Yang Maha Memelihara Yang Maha Pemberi Kecukupan Yang Maha Membuat Perhitungan Yang Maha Mulia Yang Maha Mulia Yang Maha Mengawasi Yang Maha Mengabulkan Yang Maha Luas Yang Maha Maka Bijaksana Yang Maha Mengasihi Yang Maha Mulia Yang Maha Membangkitkan Yang Maha Menyaksikan Yang Maha Benar Yang Maha Memelihara Yang Maha Kuat Yang Maha Kokoh Yang Maha Melindungi Yang Maha Terpuji Yang Maha Mengkalkulasi Yang Maha Memulai Yang Maha Mengembalikan Kehidupan Yang Maha Menghidupkan Yang Maha Mematikan Yang Maha Hidup Yang Maha Mandiri Yang Maha Penemu Yang Maha Mulia Yang Maha Tunggal Yang Maha Esa Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan Yang Maha Berkuasa Yang Maha Mendahulukan Yang Maha Mengakhirkan Yang Maha Awal Yang Maha Akhir Yang Maha Nyata



76 77 78 79 80 81 82 83 84



86 87 88 89 90 91 92



Al Baathin Al Waali Al Muta`aalii Al Barri At Tawwaab Al Muntaqim Al Afuww Ar Ra`uuf Malikul Mulk Dzul Jalaali Ikraam Al Muqsith Al Jamii` Al Ghaniyy Al Mughnii Al Maani Ad Dhaar An Nafii`



93



An Nuur



‫النور‬



94 95 96 97 98 99



Al Haadii Al Baadii Al Baaqii Al Waarits Ar Rasyiid As Shabuur



‫الهادئ‬ ‫البديع‬ ‫الباقي‬ ‫الوارث‬ ‫الرشيد‬ ‫الصبور‬



85



‫الباطن‬ ‫الوالي‬ ‫المتعالي‬ ‫البر‬ ‫التواب‬ ‫المنتقم‬ ‫العفو‬ ‫الرؤوف‬ ‫مالك الملك‬ Wal ‫ذو الجلل و‬ ‫الكرام‬ ‫المقسط‬ ‫الجامع‬ ‫الغنى‬ ‫المغنى‬ ‫المانع‬ ‫الضار‬ ‫النافع‬



Yang Maha Ghaib Yang Maha Memerintah Yang Maha Tinggi Yang Maha Penderma Yang Maha Penerima Tobat Yang Maha Pemberi Balasan Yang Maha Pemaaf Yang Maha Pengasuh Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta) Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan Yang Maha Pemberi Keadilan Yang Maha Mengumpulkan Yang Maha Kaya Yang Maha Pemberi Kekayaan Yang Maha Mencegah Yang Maha Penimpa Kemudharatan Yang Maha Memberi Manfaat Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya) Yang Maha Pemberi Petunjuk Yang Indah Tidak Mempunyai Banding Yang Maha Kekal Yang Maha Pewaris Yang Maha Pandai Yang Maha Sabar



D. AL –GHANY (MAHA KARYA) Al-Ghaniy merupakan salah satu nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah. Keindahannya terletak pada nama dan makna-Nya. Nama ini, sebagaimana namanama Allah Azza wa Jalla lainnya, juga menunjukkan sifat kesempurnaan bagi Allah Azza wa Jalla , yaitu Kesempurnaan yang tidak mengandung unsur kelemahan sedikitpun ditinjau dari semua sudutnya. Para ulama yang menghimpun nama-nama Allah Azza wa Jalla , mencantumkan nama ini di dalam kitab mereka Imam al-Baihaqi (wafat th.458 H) memasukkannya ke dalam bab nama-nama Allah Azza wa Jalla yang penekanannya meniadakan penyerupaan antara Allah Azza wa Jalla dengan makhluk-Nya. Sebagai dalil bahwa al-Ghaniy merupakan nama Allah Azza wa Jalla . beliau membawakan firman Allah Azza wa Jalla :



‫رواللء اللرغِننيي روأرلنءتءم اللءفرقرراءء‬ Artinya: Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya). [Muhammad/ 47:38].



Selanjutnya, beliau rahimahullah membawakan perkataan al-Hulaimi tentang makna nama al-Ghaniy, yaitu: Bahwa Allah Azza wa Jalla Maha sempurna dengan apa yang Dia miliki dan apa yang ada disisi-Nya, Sehingga Dia tidak butuh kepada selainNya. Sifat tidak membutuhkan inilah yang menjadi sifat Allah Azza wa Jalla , dan sifat membutuhkan adalah sifat kekurangan. Seseorang yang membutuhkan adalah seseorang yang memerlukan apa yang dibutuhkannya hingga dapat ia capai dan ia raih. Sementara itu, pihak yang dibutuhkan pasti memiliki kelebihan dibandingkan pihak yang membutuhkan. Jadi, segala sifat kurang tidak pernah ada pada Allah Azza wa Jalla dzat Yang Maha Qadîm (Maha terdahulu). Sifat lemah tidak pernah ada padaNya, dan tidak ada siapapun yang dapat melebihi Allah Azza wa Jalla . Segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla adalah makhluk yang diciptakan dan diadakan oleh-Nya, mereka tidak memiliki kewenangan apapun atas dirinya, kecuali menurut apa yang dikehendaki dan diatur oleh Allah Azza wa Jalla . Oleh karena itu, tidak boleh dibayangkan bahwa selain Allah Azza wa Jalla masih ada yang berpeluang memiliki kelebihan atas Allah Azza wa Jalla. Di tempat lain, Imam al-Qurthubi rahimahullah dalam menafsirkan ayat di atas mengatakan: “Allah Azza wa Jalla Maha Kaya artinya, Allah Azza wa Jalla tidak membutuhkan harta benda kalian”.



Imam at-Thabari juga menyatakan tafsir yang senada dalam Kitab Tafsirnya. Di samping ayat di atas, Allah Azza wa Jalla juga berfirman :



‫روإِنلن اللر لرءهرو اللرغِننيي اللرحِنميءد‬ Artinya: Dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [al-Hajj/ 22:64] Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan: ” Maka Allah Azza wa Jalla tidak membutuhkan sesuatupun dan Dia Azza wa Jalla Maha terpuji dalam segala keadaanNya. Pada ayat yang lain Allah Azza wa Jalla berfirman:



‫رورريبرك اللرغِننيي ءذو اللرلحرمِنة‬ Artinya: Dan Rabbmu Maha Kaya yang mempunyai sifat kasih sayang. [al-An’âm/ 6:133] Imam al-Alûsi al-Baghdadi (wafat th.1270 H) menjelaskan: Arti ayat tesebut ialah, tidak ada satupun yang kaya dalam segala sesuatu kecuali Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla tidak membutuhkan hamba-Nya dan tidak membutuhkan pula untuk ibadah hamba-Nya. Demikian pula yang dikatakan oleh Imam Syaukani rahimahullah. Beliau



rahimahullah mengatakan: Arti ayat tersebut adalah, Allah Azza wa Jalla Maha kaya terhadap makhluk-Nya. Dia tidak membutuhkan mereka dan tidak pula membutuhkan ibadah mereka. Iman mereka tidak memberi manfaat apapun kepada Allah Azza wa Jalla dan kekafiran mereka juga tidak mendatangkan madharat apapun kepada-Nya. Ini senada dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits qudsi, bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman:



‫ضرر!ي رفرت ء‬ ‫رياِنعرباِند!ي! إِنلنءكلم رللن رتلبءلءغلوا ء‬ ‫ رياِنعربككاِند!ي! رلككلو أرلن أرلورلءكككلم‬.‫ رورللن رتلبءلءغلوا رنلفِنعي رفرتلنرفءعلوِنني‬،‫ضيرلوِنني‬ .‫ رمكا رزارد رذِنلكرك ِنفكى ءمللِنككي رشكليئئا‬،‫ ركاءنلوا رعرلى أرلترقى رقللِنب ررءجٍدل رواِنحكٍدد ِنملنءككلم‬،‫روخآِنخررءكلم روإِنلنرسءكلم روِنجلنءكلم‬ ‫ص‬ ‫ رما رنرقكك ر‬،‫ ركاءنلوا رعرلى أرلفرجِنررقللِنب ررءجٍدل رواِنحٍدد ِنملنءكلم‬،‫رياِنعرباِند!ي! لرلو أرلن أرلولرءكلم روخآِنخررءكلم روإِنلنرسءكلم روِنجلنءكلم‬ ‫ رواه مسلم‬.‫رذِنلرك ِنملن ءمللِنكي رشليئئا‬ Artinya : ” Wahai para hambaKu! Sesungguhnya kalian tidak akan mampu mencapai tingkat yang dapat membahayakanKu, dan tidak pula akan mampu mencapai tingkat yang dapat memberi manfaat kepadaKu. Wahai para hambaKu! Sesungguhnya jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu hati yang paling bertakwa di antara kalian, tidaklah yang demikian itu akan menambahkan kekuasaanKu sedikitpun. Wahai para hambaKu! Sesungguhnya jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu hati yang paling jahat di antara kalian, tidaklah yang demikian itu akan mengurangi kekuasaanKu sedikitpun”. [Hadits Qudsi Shahîh Riwayat Imam Muslim] Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah (wafat th. 795 H) menjelaskan hadits Qudsi di atas sebagai berikut: Allah Azza wa Jalla :



‫ضرر!ي رفرت ء‬ ‫رياِنعرباِند!ي! إِنلنءكلم رللن رتلبءلءغلوا ء‬ ‫ رورللن رتلبءلءغلوا رنلفِنعي رفرتلنرفءعلوِنني‬،‫ضيرلوِنني‬ Artinya : ” Wahai para hambaKu! Sesungguhnya kalian tidak akan mampu mencapai tingkat yang dapat membahayakanKu, dan tidak pula akan mampu mencapai tingkat yang dapat memberi manfaat kepadaKu. Maknanya, para hamba Allah Azza wa Jalla tidak akan mampu menimpakan madharat kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak akan mampu memberikan manfaat kepada-Nya, sebab Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Ghaniy (Maha kaya) dan Maha terpuji. Dia tidak membutuhkan ketaatan-ketaatan para hamba-Nya. Ketaatan para hamba tidak bermanfaat bagi Allah Azza wa Jalla , tetapi merekalah yang mengambil manfaat dengan ketaatannya kepada Allah Azza wa Jalla. Begitu pula, Allah tidak mengalami bahaya apapun jika mereka durhaka kepada-Nya, tetapi merekalah yang akan mengalami bahaya jika mereka durhaka kepada Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirman:



‫رورل ريلحءزلنرك اللِنذيرن ءيرساِنرءعورن ِنفي اللءكلفِنر إِنلنءهلم رللن ري ء‬ ‫ضيروا اللر رشليئئا‬ Artinya: Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah Azza



wa Jalla sedikitpun. [Ali-Imrân/ 3:/76] Kemudian firman Allah Azza wa Jalla dalam hadits Qudsi di atas:



‫ رمككا رزارد‬،‫ ركاءنلوا رعرلى أرلترقى رقللِنب ررءجٍدل رواِنحككٍدد ِنملنءكككلم‬،‫رياِنعرباِند!ي! لرلو أرلن أرلولرءكلم روخآِنخررءكلم روإِنلنرسءكلم روِنجلنءكلم‬ ‫ ركاءنلوا رعرلكى أرلفرجِنررقللكِنب ررءجكٍدل‬،‫ رياِنعرباِند!ي! لرلو أرلن أرلولرءكلم روخآِنخررءكلم روإِنلنرسءكلم روِنجلنءكلم‬.‫رذِنلرك ِنفى ءمللِنكي رشليئئا‬ ‫ص رذِنلرك ِنملن ءمللِنكي رشليئئا‬ ‫ رما رنرق ر‬،‫رواِنحٍدد ِنملنءكلم‬ Artinya: Wahai para hambaKu! Sesungguhnya jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu hati yang paling bertakwa di antara kalian, yang demikian itu tidaklah menambahkan kekuasaanKu sedikitpun. Wahai para hambaKu! Sesungguhnya, jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu hati yang paling jahat di antara kalian, tidaklah yang demikian itu akan mengurangi kekuasaanKu sedikitpun. Hadits ini merupakan isyarat bahwa kekuasaan Allah Azza wa Jalla tidak akan bertambah dengan ketaatan para hamba-Nya, meskipun semua berkumpul menjadi orang bertakwa.. Demikian pula, kekuasaan Allah Azza wa Jalla akan berkurang dengan kedurhakaan para hamba-Nya meskipun mereka semua, baik jin maupun manusia, menjadi satu untuk durhaka kepada Allah Azza wa Jalla. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Ghaniy (Maha Kaya), tidak membutuhkan apapun kepada selain-Nya. Dia memiliki kesempurnaan yang mutlak, baik Dzat, sifat maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Kekuasaan Allah Azza wa Jalla adalah kekuasaan sempurna yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun, dalam semua seginya. (Sampai di sini perkataan Ibn Rajab secara ringkas dan bebas). Kemudian terkait dengan perintah Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya:



‫روِنللِن ا ل ر‬ ‫للسرماءء اللءحلسرنىى رفالدءعوءه ِنبرها‬ Artinya: Hanya milik Allah Azza wa Jalla lah Asmâ-ul Husnâ (nama-nama yang sangat indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut/mengingat Asmâ-ul Husnâ itu. [al-A’râf/ 7:180] Maka, berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dengan menyebut atau mengingat nama al-Ghaniyu meliputi dua bentuk : Pertama : Jika yang dimaksud berdoa adalah memohon, misalnya, ketika seseorang hendak memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar kebutuhan-kebutuhan moral maupun materinya dipenuhi, hendaknya ia terlebih dahulu menyebut nama al-Ghaniy. Kedua : Jika yang dimaksud berdoa adalah beribadah secara umum, maka hendaknya seseorang melakukan peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla dengan penuh kesadaran, penuh semangat, penuh rasa harap, dan dengan cara yang benar, mengingat Allah Azza wa Jalla adalah al-Ghaniy, Rabb yang Maha Kaya. Manusia sangat butuh beribadah kepada Allah Azza wa Jalla agar mendapatkan kasih sayang serta ridha-Nya, sedangkan Allah Azza wa Jalla Maha Kaya, tidak membutuhkan



segala ibadah manusia. a) MAKNA MEMAHAMI NAMA ALLAH AL-GHANNIY 1. Akan menjadikan seseorang semakin bergantung dan bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla , sebab ia meyakini Allah Azza wa Jalla Maha Kaya. Hal ini akan menjadikannya selalu tenteram dalam menjalani kehidupan. 2. Akan membentuknya menjadi penuh harap kepada Allah Azza wa Jalla . 3. Akan menjadikan orang bersikap tawâdhu’ (rendah hati), tidak pernah sombong apalagi terhadap Allah Azza wa Jalla , karena ia ingat bahwa Allah Azza wa Jalla Maha Kaya, Maha tidak membutuhkan dirinya dan tidak membutuhkan ibadah serta ketaatannya. 4. Akan menjadikan orang tersebut selalu bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla, karena Dia-lah yang mencukupi segala kebutuhannya. 5. Akan menjauhkan seseorang dari memohon kepada selain Allah Azza wa Jalla, karena mereka tidak akan mungkin mampu memenuhi segala kebutuhannya. Hanya Allah Azza wa Jalla , al-Ghaniy, yang Maha Kaya dan memenuhi segala kebutuhannya. E. AL-HASIB (YANG MAHA MEMBERI KECUKUPAN) Nama Allâh Azza wa Jalla yang maha agung ini disebutkan dalam beberapa ayat alQur’ân:



‫روركرفى ِنباللِن رحِنسيئبا‬ Artinya: Dan cukuplah Allâh sebagai pemberi kecukupan” [an-Nisâ/4: 6]



‫اللِنذيرن ءيربلرءغورن ِنررسالِنت اللِن روريلخرشلورنءه رول ريلخرشلورن أررحئدا ِنإل اللر روركرفى ِنباللِن رحِنسيئبا‬ Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapapun selain kepada-Nya. Dan cukuplah Allâh sebagai pemberi kecukupan” [al-Ahzâb/33: 39] Berdasarkan ayat di atas, para Ulama telah menetapkan nama al-Hasîb sebagai salah satu dari nama-nama Allâh Azza wa Jalla yang maha indah, seperti Imam Ibnul Atsîr, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Syaikh ‘Abdur Rahmân as-Sa’di, Syaikh Muhammad bin Shâleh al-‘Utsaimîn, dan lain-lain.  Makna Nama Allah Al-Hisab dan penjabarannya Imam Ibnu Fâris rahimahullah menjelaskan bahwa asal kata nama ini menunjukkan empat pengertian, salah satunya adalah al-kifâyah (memberi kecukupan) Makna asal secara bahasa ini juga disebutkan oleh Imam al-Fairûz Abâdi rahimahullah dan Ibnu Manzhûr rahimahullah.



Imam Ibnul Atsîr rahimahullah menjelaskan bahwa makna nama Allâh Azza wa Jalla ini adalah al-Kâfi (Yang Maha Memberi kecukupan).



Maka, makna nama Allâh al-Hasîb adalah Yang Maha Mencukupi hamba-hambaNya dalam semua kebutuhan mereka, baik dalam urusan agama maupun urusan dunia, Dia Azza wa Jalla yang memudahkan bagi mereka segala kebaikan dan mencegah dari mereka segala keburukan. Termasuk makna nama-Nya al-Hasîb adalah bahwa maha menjaga, menghitung dan mengetahui semua amal perbuatan para hamba-Nya, membedakan antara amal yang baik dan buruk, serta mengetahui balasan yang berhak mereka dapatkan dan kadar pahala atau siksaan yang mereka terima. Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di rahimahullah memerinci penjabaran makna nama Allâh Azza wa Jalla yang maha agung ini dalam ucapan beliau: “Al-Hasîb adalah yang maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya, yang maha memberi kecukupan bagi orang-orang yang bertawakal kepada-Nya, dan maha memberikan balasan (yang sempurna) bagi para hamba-Nya dengan kebaikan atau keburukan sesuai dengan hikmah-Nya (yang maha tinggi) dan pengetahuan-Nya (yang maha sempurna) tentang amal perbuatan mereka yang besar maupun kecil. Al-Hasîb (juga) bermakna yang maha mengawasi dan memperhitungkan (amal perbuatan) hamba-hamba-Nya, serta memberikan balasan bagi mereka dengan keadilan (yang sempurna) dan keutamaan (dari-Nya). Juga bermakna yang maha mencukupi hamba-Nya dalam (segala) kesedihan dan kekalutannya. (Makna yang) lebih khusus dari semua itu, bahwa Allâh Azza wa Jalla maha memberi kecukupan kepada orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.



‫رورملن ريرترولكلل رعرلى اللِن رفءهرو رحلسءبءه‬ Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allâh niscaya Dia akan mencukupkan (segala keperluan)nya” [ath-Thalâq/65:3] Demikian juga, makna al-Hasîb adalah yang maha menjaga dan memperhitungkan semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, yang baik maupun buruk, (kemudian memberikan balasan yang sempurna), jika amal baik maka akan mendapatkan balasan yang baik, dan jika buruk maka akan mendapatkan balasan yang buruk. Allâh Azza wa Jalla berfirman:



‫ريا أريرها اللنِنبيي رحلسءبرك اللء رورمِنن التربرعرك ِنمرن اللءملؤِنمِننين‬ Artinya: “Hai Nabi, cukuplah Allâh (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orangorang mukmin yang mengikuti (petunjuk)mu” [al-Anfâl/8:64] Maknanya adalah Allâh akn memberikan kecukupan (perlindungan) bagimu dan bagi orang-orang yang mengikuti (petunjuk)mu. Maka kecukupan (dari) Allâh bagi



hamba-Nya adalah sesuai dengan kesungguhan hamba tersebut dalam mengikuti (petunjuk) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir dan batin, juga sesuai dengan penghambaan dirinya kepada Allâh Azza wa Jalla ”[11] . 



Pembagian sifat “Memberi Kecukupan” Allah SWT kepada makhluk ciptaannya



Kecukupan yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepada makhluk-Nya ada dua macam, yaitu: 1. Kecukupan yang bersifat umum, meliputi semua makhluk-Nya, yang beriman maupun yang kafir, yang taat kepada-Nya maupun yang durhaka, yaitu dengan menciptakan, menolong, menyiapkan dan memberikan segala keperluan untuk kelangsungan hidup mereka di dunia, berupa makanan, minuman dan penunjang kehidupan dunia lainnya. 2. Kecukupan yang bersifat khusus dari-Nya, ini hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan bertawakkal kepada-Nya. Dengan inilah Allâh Azza wa Jalla memperbaiki dan meluruskan semua urusan mereka, baik yang berhubungan dengan agama maupun dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman:



‫ رورملن ريرترولكلل رعرلى اللِن رفءهرو رحلسءبءه‬،‫ روريلرءزلقءه ِنملن رحليءث رل ريلحرتِنسءب‬.‫رورملن ريلتِنق اللر ريلجرعلل رلءه رملخررئجا‬ Artinya: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allâh niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allâh niscaya Allâh akan mencukupkan (segala keperluan)nya” [ath-Thalâq/65:2-3] Maknanya adalah Barangsiapa yang percaya kepada Allâh Azza wa Jalla dalam memasrahkan (semua) urusan kepada-Nya maka Dia akan mencukupi (segala) keperluan dan urusannya, baik yang berhubungan dengan agama maupun dunia. 



Pengaruh Positif dan Manfaat meneladani Nama Allah Al- Hasib



Keimanan yang benar terhadap nama-Nya yang maha agung ini akan menumbuhkan dalam diri seorang hamba sikap tawakkal (penyandaran hati) yang benar kepada Allâh Azza wa Jalla , sikap yang merupakan sebab utama untuk meraih kecukupan dan pertolongan dari-Nya dalam semua urusan yang dihadapi hamba tersebut. Maka, jika seorang Mukmin bertawakkal dengan benar kepada Allâh Azza wa Jalla , dengan menyandarkan hatinya secara utuh dan sempurna kepada-Nya dalam mengusahakan semua kebaikan dan mencegah semua keburukan, disertai dengan keyakinan dan sangka baik kepada-Nya, maka Allâh Azza wa Jalla akan memberikan kecukupan yang sempurna kepadanya, memperbaiki keadaannya, meluruskan semua ucapan dan perbuatannya, serta melapangkan semua kesusahan dan kesedihannya. Ayat-ayat al-Qur’an menjelaskan bahwa penghambaan diri dan tawakkal yang benar kepada Allâh Azza wa Jalla merupakan perkara yang wajib dilakukan untuk meraih kecukupan dari-Nya yang khusus diperuntukkan-Nya kepada para kekasih-Nya dan hamba-hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya.



Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla termasuk sebab yang paling kuat untuk melindungi diri seorang hamba dari gangguan, kezhaliman dan permusuhan orang lain yang tidak mampu dihadapinya sendiri. Allâh Azza wa Jalla akan memberikan kecukupan kepada orang yang bertawakkal kepadaNya. Barangsiapa yang telah diberi kecukupan dan dijaga oleh Allâh Azza wa Jalla , maka tidak ada harapan bagi musuh-musuhnya untuk bisa mencelakakainya. Bahkan dia tidak akan ditimpa kesusahan kecuali sesuatu yang mesti (dirasakan oleh semua makhluk), seperti panas, dingin, lapar dan dahaga. Adapun gangguan yang diinginkan musuhnya, selamanya tidak akan menimpanya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:



‫رورملن ريرترولكلل رعرلى اللِن رفءهرو رحلسءبءه‬ Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allâh niscaya Dia akan mencukupkan (segala keperluan)nya” [ath-Thalâq/65: 3] Dia tidak berfirman, bahwa (barangsiapa yang bertawakal kepada Allâh), maka Kami akan memberikan kepadanya pahala sekian dan sekian, sebagaimana dalam amal-amal shaleh lainnya. Akan tetapi, Allâh Azza wa Jalla menjadikan diri-Nya sebagai pemberi kecukupan, pelindung dan penolong bagi hamba-Nya yang bertawakal kepada-Nya. Maka kalau seorang hamba bertawakal kepada-Nya dengan tawakal yang sebenarnya, kemudian langit dan bumi beserta semua makhluk yang ada di dalamnya ingin memperdayainya (mencelakakannya), maka sungguh Allâh Azza wa Jalla akan memberikan jalan keluar, melindungi dan menolong hamba tersebut”. Makna inilah yang terungkap dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang ketika keluar rumah membaca (dzikir): Bismillâhi tawakkaltu ‘alallâhi, walâ haula wala quwwata illa billâh (Dengan nama Allâh, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), maka malaikat akan berkata kepadanya: “(sungguh) kamu telah diberi petunjuk (oleh Allâh), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)”, sehingga setan pun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allâh )?”. Maksudnya adalah diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan lurus, diberi kecukupan dalam semua urusan dunia dan akhirat, serta dijaga dan dilindungi dari segala keburukan dan kejelekan, dari setan atau yang lainnya. F. AL- MALIK ( MAHA MENGRAJAI/MEMERINTAH)



Pengertian Al Malik ‫ الملك‬adalah SifatNya Dzat Allah Yang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah seluruh alam. Jadi yang memerintah di seluruh alam ini walaupun ia sangat berkuasa adalah tetap mutlak milik Allah semata. Semua keuasaan akan tunduk kepada Rabb yang mulia.



QS Al Mukminuun : 116 "Sesungguhnya Allah ta'ala adalah Pemilik Sifat-sifat yang tinggi lagi Pemilik Kerajaan yang sebenarnya, Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan sebenarnya melainkan Dia. Dia-lah yang memilki Arsy yang Mulia. Milik-Nya seluruh alam, yang di atas (langit) dan yang dibawah (bumi), semua adalah hamba dan sangat berhajat kepada-Nya. Al-Malik mengandung makna raja atau penguasa. Namun sifat ini tidak boleh disamakan dengan raja-raja atau penguasa di dunia. Memang Allah menyebut dirinya sebagai al-Malik (raja/penguasa). Kedudukan raja bagi Allah dimaknai sebagai Dzat yang berkuasa dan tidak butuh kepada segala sesuatu. Dia memiliki segala sesuatu. Apa yang dimilikiNya diciptakanNya sendiri, bersumber dariNya. Segala sesuatu menjadi milikNya. Dia berhak melakukan apa saja terhadap milikNya. Berbeda dengan raja-raja di muka bumi. Mereka memang berkuasa, tetapi butuh kepada rakyatnya. Tidak ada rakyat, ia tidak bisa berkuasa. Terhadap sesuatu mereka berusaha memiliki dengan jerih payah. Mereka tidak bias menciptakannya sendiri. Lagi pula kekuasannya sangat terbatas. Oleh sebab itu, Allah disebut sebagai Maha Raja yang menguasai raja-raja. “Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukan kepadamu, dan katakanlah: “Ya Robbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (Q.S. Thaha: 114) “Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya tidak ada Illah (yang berhak disembah) selain Dia, Robb (Yang mempunyai) Arsy Yang Mulia” (Q.S. AlMukminun: 116) Ada yang berpendapat bahwa al-Malik mengandug makna Yang Memiliki Segala-galanya, tidak membutuhkan sesuatu kepada sesuatu yang lain. Bahkan wujud segala sesuatu bersumber dari-Nya atau sesuatu dari-Nya. Maka segala sesuatu selain-Nya menjadi milik-Nya dalam zat dan sifat dan membutuhkan-Nya. Itulah Raja yang Mutlak. Allah al-Malik berarti Maha Raja. Berarti pula memiliki kerajaan yang Dia buat sendiri. Kerajaan yang dimaksudkan adalah kekuasaan yang tiada terbatas. Bahkan Dia memberikan kerajaan-kerajaan kepada yang Dia kehendaki. Kemudian Dia juga mencabut kerajaan-kerajaan dari tangan orang yang dikehendaki-Nya. Kerajaan artinya kekuasaan. Maha Raja berarti Maha Menguasai atau Maha Kuasa. Oleh sebab itu jika kita memiliki kedudukan dan kekuasaan, sebesar apa pun bentuk kekuasaan itu hendaknya diingat bahwa kita berada dalam genggaman Allah. Seorang pemimpin organisasi dianggap memiliki kekuasaan kepada anggotanya, seorang manajer merupakan penguasa atas bawahannya, seorang direktur, kepala sekolah, bahkan kepala rumah tangga, mereka adalah penguasa atas kelompoknya. Janganlah kiranya kita berbuat dzalim, ingatlah bahwa kerajaan (kekuasaan) Allah lebih hebat dan mampu mencabut kekuasaan kita. Adapun nilai positif dan makna dari meneladani Nama Allah Al- Malik: 1. Tidak terlena akan Jabatan/Tahta



Dengan sifat memiliki manusia seakan memiliki segalanya, dengan memaknai Al Malik ini manusia harusnya sadar apabila kita sedang diatas ada lagi yang lebih Maha Tinggi dan itu akan menjadi koreksi dan motivasi kita bahwa Jabatan yang kita emban adalah sebuah amanat dan akan dipertanggungjawabkan, kekuasaan duniawi adalah fana ataupun sementara seadngkan kekuasaan ALLah adalah Mutlak dan Abadi. Rasulullah bersabda: “Orang yang dibenci oleh Allah serta yang paling jelek besok pada hari Kiamat adalah seorang yang menamakan dirinya dengan nama raja diraja, karena tiada Dzat yang bersifat Raja Kecuali Allah” (H.R. Muslim). 2. Mengendalikan Hawa Nafsu Dengan dapatnya kita memaknai sifat Al Malik, kita tahu bahwa yang menguasai segalanya adalah Allah semata, dengan begitu kita tahu bahwa hawa nafsu adalah bujukan syetan yang akan hanya menjerumuskan kita kepada hal-hal negatif dan itu merupakan contoh ketundukan kita kepada syetan. Jadikanlah hawa nafsu menjadi pahala bagi kita dengan mengedepankan yang halalan toyyiban, dan yang menjadi hak kita bolehlah kita nafsu terhadap itu.



3. Menjadi Hamba Yang Bersyukur Memaknai sifat Al Malik berarti kita mengakui tentang kekuasaan Allah di bumi dan langit, serta di dalam kedalam hati kita setiap mahluk-Nya. Dan dengan serta merta kita harus mensyukuri segala nikmat yang telah diberi, itu adalah hamba yang menunjukkan bahwa kiata adalah hamba yang pintar bersyukur.



4. Mengharap Pertolongan Allah Sebagai Yang Maha Kuasa, Allah lah yang menentukan segala urusan yang akan kita hadapi dan telah kita hadapi, Dia lah yang mengetahui segala pengetahuan tentang alam dan isinya serta yang tahu akan kedalaman hati seseorang. Segala apa yang kita ikhtiarkan tergantung pada ketentuannya karena Dia Yang Maha Kuasa, dengan mengharap pertolongan Allah berarti kita menunjukan sikap yang menumbuhkan kekuatan bathin dalam menghadapi segala sesuatu. Sebaliknya dengan tidak mengharapkan pertolongan dari Allah merupakan cerminan sikap yang angkuh. G. AL- KHALIQ (MAHA PENCIPTA)



Nama Allah, Al Khaaliqu ( ‫ ) الخالق‬dibaca Al Kholiq termasuk Al-Asma`ul Husna, firman Allah : 



Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabya:” Allah”. Katakanlah :” Maha patutkah menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah :” Adakah sama orang buta dan orang melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” katakanlah :” Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan yang maha Esa lagi maha perkasa”. ( ArRa’d : 16)







Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu ber kuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah maha pencipta lagi maha mengetahui.(Yaasiin: 18)



a) Makna Al- Khaliq Nama Allah, Al Khaaliqu bermakna Yang Mencipta. Segala yang ada ini sebelumnya tidak ada. Dan Allah yang mengadakan atau menciptakan segala yang ada ini. Manusia bagaimana juga pintarnya, tidak sanggup untuk menciptakn sesuatu yang tida ada menjadi ada. Al-Khaliqu secara bahasa berasal dari kata "khalq" atau "khalaqa" yang berarti mengukur atau memperhalus. Kemudian, makna ini berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya. Kata khalaqa dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. (Q.S. Ar-Rum: 20-25). Allah al-Khaaliqu artinya Allah pencipta semua makhluk dan segala sesuatu. Malaikat, jin, manusia, binatang, tumbuhtumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan setiap makhluk secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dengan ukuran yang paling tepat. al-Qur'an menegaskan, "Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah." (Q.S. As-Sajdah : 7) b) Hal- Hal Positif Al- Khaliq 1



Dengan penciptaan yang serba komplek dan sangat sempurna ini kita harus dapat bercermin diri bahwa Allah adalah Maha Pencipta. Dengan mengetahui penciptaan diri yang begitu sempurna dengan sebaik-baiknya bentuk.



2



Bersyukur atas segala penciptaan-Nya dengan beribadah serta berkreasi untuk kemashlahtan serta kesejahteraan kehidupan manusia, dengan proporsional dan seimbang, tidak merusak keseimbangan kehidupan.



3



Bertanggung jawab atas penciptaan dan kreasi yang dilahirkan oleh diri kita sendiri, untuk itu kita harus selalu meminta restu-Nya agar kehidupan ini dapat bermanfaat, sehingga dapat meraih kebehagian di dunia dan akhirat.



H. AR-RAZZAQ ( MAHA PEMBERI REZEKI) Salah satu Al-Asma’ul Husna adalah Ar-Razzaq (‫)اللرلزاءق‬, juga Ar-Raziq (‫)اللراِنزءق‬. Nama Allah k itu disebutkan dalam ayat-Nya: “Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (Adz-Dzariyat: 58) Demikian juga dalam hadits Rasul-Nya yang diriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Orang-orang mengatakan:



‫ ريا ررءسورل الِن رغ ر‬n: ‫ روإِنرني‬،‫ض اللرباِنسءط اللراِنزءق‬ ‫إِنلن الر ءهرو اللءمرسرعءر اللرقاِنب ء‬ ‫ رفرقارل ررءسوءل الِن‬.‫ل الرسلعءر رفرسرعلر رلرنا‬ ‫رر‬ ‫للرءجو أرلن أرللرقى الر رولرليرس أررحد ِنملنءكلم ءيرطاِنلءبِننى ِنبرملظلررمٍدة ِنفى ردٍدم رو ر‬ ‫ل رماٍدل‬ “Wahai Rasulullah, harga-harga naik. Kami mohon Anda menetapkan harga.” Beliau menjawab, “Allah-lah yang menentukan harga, yang menahan dan yang membentangkan, serta yang memberi rezeki. Aku berharap agar berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian menuntutku karena sebuah kezaliman dalam urusan darah atau harta.” (Sahih, HR. Abu Dawud. Disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani). As-Sa’di menerangkan makna nama Allah-lah tersebut, “Maha Pemberi Rezeki terhadap seluruh makhluk, sehingga tidaklah ada sesuatu yang ada di alam angkasa ataupun alam bumi kecuali menikmati rezeki-Nya dan dilingkupi oleh kedermawananNya.” Muhammad Khalil al-Harras berkata, “Salah satu nama Allah adalah ‫( راللرلزاءق‬ArRazzaq), yang merupakan bentuk mubalaghah dari kata ‫( راللراِنزءق‬Ar-Raziq). Perubahan bentuk kata tersebut menunjukkan sesuatu yang banyak, diambil dari kata ‫( راللرلزءق‬arrazq) yang bermakna pemberian rezeki, yang merupakan bentuk mashdar (kata dasar). Adapun ‫( رالككررلزءق‬ar-rizq) adalah nama bagi sesuatu yang Allah rezekikan kepada seorang hamba (kata benda). Jadi, makna Ar-Razzaq adalah Dzat yang banyak memberi rezeki kepada hamba-hamba-Nya, yang bantuan dan keutamaan-Nya bagi mereka tidak terputus walau sekejap mata. Adapun kata Ar-Razq sama dengan kata Al-Khalq (penciptaan), yaitu sebagai salah satu sifat perbuatan, yakni salah satu sifat-Nya sebagai Rabb (Rububiyyah). Kata Ar-



Razq tidak boleh disandarkan kepada yang selain-Nya, sehingga yang selain-Nya tidak boleh disebut Raziq (pemberi rezeki) sebagaimana tidak boleh disebut Khaliq (pencipta). Allah berfirman: “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (ar-Rum: 40) Jadi, semua rezeki itu di tangan Allah saja. Dialah pencipta rezeki dan pencipta makhluk yang memanfaatkan rezeki tersebut. Dialah yang menyampaikan rezeki tersebut kepada mereka. Dia juga merupakan Pencipta sebab-sebab menikmatinya. Oleh karena itu, yang wajib dilakukan adalah menyandarkan rezeki tersebut hanya kepada Allah satu-satu-Nya dan mensyukuri-Nya. Rezeki Allah kepada hamba-hamba-Nya ada dua macam, yaitu yang umum dan yang khusus. Rezeki yang umum adalah Allah menyampaikan segala kebutuhan hidup mereka dan menjaga kelangsungan mereka. Oleh karena itu, Allah memudahkan jalanjalan rezeki bagi mereka. Allah pun mengaturnya dalam jasad mereka, lalu menyampaikan makanan yang dibutuhkan jasad ke anggota-anggota tubuh yang kecil maupun yang besar. Rezeki yang umum ini mencakup orang yang baik maupun yang jahat, muslim maupun kafir, bahkan juga meliputi manusia, jin, dan hewan. Allah berfirman:



“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (Hud: 6) Rezeki ini mungkin berupa sesuatu yang halal, yang tidak mengandung dosa bagi hamba. Akan tetapi, mungkin pula berupa sesuatu yang haram namun tetap disebut sebagai rezeki dari sisi ini, yaitu disalurkannya kepada anggota badan dan dijadikannya badan tersebut dapat mengambil manfaat darinya, sehingga hal ini tetap bisa disebut rezeki dari Allah. Sama saja, baik dia mengambilnya dari yang halal maupun dari yang haram. Yang seperti ini sekadar disebut rezeki (muthlaqur rizq). Adapun yang kedua, (rezeki yang khusus) adalah rezeki yang mutlak (yang sempurna), atau rezeki yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Rezeki ini diperoleh melalui Rasulullah SAW dan terbagi menjadi dua, yaitu:



1



Rezeki bagi kalbu, berupa ilmu dan iman serta hakikat keduanya, karena kalbu sangat membutuhkan pengetahuan akan kebenaran dan berkeinginan terhadapnya, serta ingin menghamba kepada Allah. Dengan rezeki ini akan tercukupi dan hilang rasa butuhnya (karena kalbu tidak akan membaik, beruntung, dan merasa kenyang hingga mendapatkan ilmu tentang hakikat yang bermanfaat dan aqidah yang benar, akhlak yang mulia, serta bersih dari akhlak yang hina. Apa yang dibawa Rasul menjamin dua hal tersebut sesempurna-sempurnanya, dan tidak ada jalan menuju kepadanya melainkan melalui jalan beliau).



2



Rezeki bagi badan, berupa rezeki halal yang tidak mengandung dosa. Allah mencukupi hamba-Nya dengan rezeki yang halal sehingga tidak membutuhkan yang haram. Allah juga mencukupi hamba-Nya dengan keutamaan-Nya sehingga tidak membutuhkan selain keutamaan-Nya.



Rezeki yang khusus untuk mukminin dan yang mereka minta dari-Nya adalah kedua macam rezeki tersebut. Yang pertama adalah tujuan terbesar, sedangkan yang kedua adalah sarana menuju kepadanya dan yang membantu dalam mewujudkannya. Bila Allah memberikan rezeki kepada seorang hamba berupa ilmu yang bermanfaat, iman yang benar, rezeki yang halal, serta sifat qana’ah (merasa cukup) dengan apa yang Allah rezekikan, berarti segala urusannya telah sempurna dan keadaannya telah lurus, baik sisi agama maupun jasmaninya. Rezeki semacam inilah yang dipuji dalam nash-nash (teks-teks) nabawi dan tercakup dalam doa-doa yang bermanfaat. Oleh karena itu, bila berdoa kepada Rabbnya, seorang hamba semestinya mengingat dalam kalbunya dua hal ini, sehingga bila dia mengatakan, ‘Ya Allah, berikan kepadaku rezeki’, yang dia maksud adalah sesuatu yang membuat kalbunya semakin baik, yaitu ilmu dan petunjuk, serta pengetahuan dan iman; juga yang menjadikan jasmaninya baik, yaitu rezeki yang halal, yang nikmat, yang tidak sulit, dan tidak mengandung dosa. (Syarh Nuniyyah karya al-Harras, 2/110—111 dengan beberapa tambahan dari Syarh al-Asma’ wash Shifat, kumpulan penjelasan as-Sa’di)







Buah Mengimani Nama Allah Ar-Razzaq



Dengan mengimani nama Allah tersebut, kita mengetahui betapa besarnya karunia Allah dan betapa luasnya rezeki-Nya. Semua makhluk-Nya: manusia, jin, dan hewan, Allah k berikan rezeki-Nya kepada mereka tanpa kecuali. Lebih dari itu, Allah mengkhususkan rezeki yang besar di dunia dan akhirat untuk hamba-Nya yang bertakwa. I. AL-HADI (MAHA PEMBERI PETUNJUK)



Al-Hadi (yang Maha Memberi Petunjuk) adalah Allah yang memandu hambahamba-Nya yang terpilih untuk mengetahui (mengenal) Dzat-Nya, sehingga mereka dapat merujuknya sebagai saksi atas segala sesuatu. Yaitu yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya dan yang menunjukkan kepada mereka apa-apa yang di dalamnya ada kebaikan buat mereka. Allah SWT berfirman: “Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiaptiapsesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Thaahaa:50) “Sucikanlah Nama Tuhanmu yang Maha Tinggi, Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar(masing-masing) dan memberi petunjuk.” (Al-A'laa:1~3) Dikatakan bahwa makna Al Hadi itu ialah Dia yang menunjuki hamba-hamba pilihan-Nya kepada makrifat Dzat-Nya. Dan menunjuki hamba-hamba-Nya yang awam kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya sehingga dengannya mereka dapat menyaksikan Dzat-Nya. Dan memberi petunjuk setiap makhluk kepada apa-apa yang mesti mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhannya, seperti memberi petunjuk kepada bayi untuk mengisap tetek ibunya guna mendapat susu, menunjuki anak ayam untuk mematuk biji-bijian ketika keluarnya, dan memberi petunjuk kepada kumbang untuk membangun rumahnya, dan lain-lain. Para Nabi dan Ulama adalah orang-orang yang memberikan petunjuk dikalangan umat manusia, yang mengarahkan makhluk-makhluk pada kebahagiaan di akhirat dan memandu mereka ke jalan Allah. Namun, sesungguhnya Allah-lah yang memandu mereka dalam apa yang mereka katakan dan mereka tunduk pada kekuasaan dan rencana-Nya. Berakhlak dengan ism ini mengharuskan seseorang memberi petunjuk kepada hamba-hamba Allah dengan apa-apa yang baik buat urusan agama dan dunia mereka secara global dan terperinci. “Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (Al Hajj:54). “Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (AlFurqaan:31). 



MANFAAT MENGIMANI AL- HADI



Asma ini bila diimani akan mempengaruhi sikap hidup kita, dimana akan selalu mendororng manusia mencari hidayah Allah. Hidayah Allah hendaklah dicari oleh manusia dengan modal ilmu dan iman. Bila iman tipis dan amal ibadah tak tekun, ilmu



agama taka a maka bagaimana Allah akan memberinya kepada manusia. Jadi jalan untuk datang hidayah itu mesti diusahakan dan Allah akan memberinya. Apabila manusia yakin bahwa petunjuk dari Allah adalah hidayah yang hakiki maka akan mendorong orang untuk mengamalkan ajaran Allah dengan konsisten dan utuh(secara kaffah). Tidak ada petunjuk yang dapat mengantar manusia kejalan keselamatan kecuali hidayah dari Allah. Hendaknya manusia mengaktualisasikan dalam hidup ini yaitu dengan cara memberi nasehat terhadap sesama tanpa pamrih. Bimbingan yang kita berikan kepada manusia akan mendatangkan rahmat Allah.



Daftar Pustaka https://almanhaj.or.id/4282-al-hasib-yang-maha-memberi-kecukupan.html https://almanhaj.or.id/3396-al-ghaniy-maha-kaya.html https://shirotholmustaqim.wordpress.com/2013/12/19/makna-ar-razzaq-mahamemberi-rizki/ https://www.afdhalilahi.com/2013/05/asmaul-husna_6539.html