Rangkuman [PDF]

  • Author / Uploaded
  • flina
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Catatan ortho cintah |1



DISKREPANSI Diskrepansi total terdiri atas 5 bagian, yaitu diskrepansi model, analisis sefalometri, kehilangan penjangkaran, tipe profil, dan kurva spee. 1. Diskrepansi Model Diskrepansi pada model adalah perbedaan antara tempat yang tersedia (avalaible space) dengan tempat yang dibutuhkan (required space). Diskrepansi pada model digunakan untuk menentukan macam perawatan, dimana macam perawatan pada bidang ortodonti meliputi ekstraksi gigi, atau non ekstraksi. Dan untuk mengetahui dikrepansi pada model, perlu diketahui tempat yang tersedia dan tempat yang dibutuhkan. tempat yg tersedia adalah panjang lengkung gigi diukur mulai dari mesial m1 permanen kiri ke mesial m1 permanen kanan dalam lengkung yang benar dan inklinasi yg benar. Tempat yang dibutuhkan untuk gigi permanen pengganti untuk erupsi dalam lengkung yang benar / jumlah lebar mesiodistal gigi permanen pengganti. Catatan diskrepansi prof: -



-



-



Diskrepansi adalah selisih tempat yang tersedia dengan tempat yang dibutuhkan yang diukur berdasarkan model studi. Hasilnya menunjukan kekurangan / kelebihan tempat artinya kekurangan tempat sebanyak... mm pada saat gigi permanen pengganti terakhir erupsi. Diskrepansi digunakan untuk menentukan macam perawatan untuk menentukan tindakan yang tepat pada fase evaluasi. Gigi sulung erupsi : I1 RA: 7,5 bulan RB : 6 bln, I2 RA: 9 bln RB : 7 bln, C: RA: 18 bln RB : 16 bln, M1 RA: 14 bln RB : 12 bln, M2 RA: 24 bln RB : 30 bln Gigi permanen pengganti : RA: 6,1,2,4,5,3,7,8, RB: 6,1,2,3,4,5,7,8 Erupsi gigi adalah : Erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hinggamencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut (Koch dan Poulsen, 2001) macam perawatan ekstraksi dilakukan bila diskrepansi lebih dari 8mm ketika gigi caninus permanen (RA) dan gigi premolar dua permanen (RB) cara untuk untuk mengukur tempat yang tersedia, yaitu: a. Menggunakan Kawat Tembaga (Brass Wire) Salah satu cara untuk mengukur tempat yang tersedia adalah dengan membuat lengkungan dari kawat mulai dari mesial molar pertama permanen kiri melewati fisura gigi-gigi di depannya terus melewati insisal insisif yang letaknya benar, kemudian melewati fisura gigi-gigi posterior di depannya hingga mesial molar pertama permanen di sisi kanan. Setelah membuat lengkungan, kawat diluruskan kemudian diukur panjangnya dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tersebut merupakan pengukuran tempat yang tersedia pada rahang atas. Untuk rahang bawah, lengkung kawat tidak melewati gigi posterior, tetapi melewati tonjol bukal gigi posterior rahang bawah. b. Menggunakan Jangka



Catatan ortho cintah |2



Cara lain untuk mengukur tempat yang tersedia adalah dengan membagi lengkung geligi menjadi beberapa segmen. Biasanya dari mesial molar pertama permanen kiri sampai dengan mesial kaninus kiri, dari mesial kaninus kiri sampai mesial insisif sentral, dari mesial insisif sentral sampai distal kaninus kanan, dari distal kaninus kanan sampai mesial molar pertama permanen kanan. Masing-masing segmen diukur dengan membentangkan jangka, kemudian lebar dua sisi jangka yang terbuka dihitung dengan menggunakan penggaris lalu dijumlahkan. Setelah dilakukan pengukuran tempat yang tersedia, juga dilakukan pengukuran tempat yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan tempat yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada pasien dengan fase geligi permanen, dilakukan pengukuran lebar mesiodistal gigi premolar kedua kiri sampai premolar kedua kanan pada model studi, kemudian dijumlahkan. Pengukuran lebar mesiodistal gigi juga dapat dipakai untuk menilai apakah lebar gigi normal, atau terdapat kelainan gigi makrodonsia ataupun mikrodonsia. Jumlah lebar keempat insisif atas permanen yang normal adalah antara 28 mm sampai dengan 36 mm I1 : 8-10 mm I2: 6-8 mm. Namun, bisa saja jumlah keempat gigi normal tetapi ukuran masing-masing gigi tidak normal. Misalnya insisif sentral ukurannya melebihi normal, sedangkan insisif lateral ukurannya lebih kecil daripada normal. Oleh karena itu, penting dilakukan pengukuran lebar mesiodistal masing-masing gigi. Pada pasien dalam fase geligi pergantian, ada 2 cara untuk mengukur tempat yang dibutuhkan, yaitu: a. Menggunakan Foto Rontgen Metode yang dilakukan adalah dengan mengukur pada model gigi-gigi permanen yang telah erupsi, sedangkan gigi-gigi yang belum erupsi (benih gigi) diukur pada foto rontgen. Cara ini memiliki kelemahan, karena gambaran pada foto rontgen dapat mengalami distorsi, bisa bertambah panjang atau bertambah pendek. Untuk mengatasi keadaan ini, dapat dilakukan perhitungan agar didapat ukuran benih gigi yang tepat. Rumus untuk menghitung lebar benih gigi adalah: ukuran gigi sulung pada model = ukuran benih gigi sesungguhnya ukuran gigi sulung pada foto ukuran benih gigi pada foto b. Menggunakan Tabel Cara mengukur tempat yang dibutuhkan (required space):  



Hitung lebar M-D keempat gigi I rahang bawah Jumlah lebar M-D keempat I rahang bawah dibandingkan dengan nilai pada tabel proporsional (tabel Moyers) untuk memprediksi lebar gigi C dan P rahang atas dan rahang bawah yang akan erupsi pada satu kuadran.  Required space= jumlah lebar M-D keempat I +( 2 x (nilai pada tabel prediksi)). 2. Analisis Sefalometri Analisis sefalometri digunakan untuk:



Catatan ortho cintah |3



a. Mengetahui pertumbuhan skeletal dengan pertumbuhan b. Diagnosis sefalometri dengan analisis skeletal c. Perencanaan perawatan dengan analisis dental d. Hasil perawatan e. Stabilitas hasil perawatan.



menganalisis



sumbu



Titik-Titik Sefalometri Pada Jaringan Lunak Gambaran kranium jaringan keras dan lunak arah lateral dapat dilihat dengan bantuan alat radiografi sefalometri lateral. Penggunaan titik-titik jaringan lunak pada sefalometri (Gambar 1) sebagai berikut: 1. Nasion kulit (N’) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung. 2. Pronasale ( P / Pr ) : titik paling anterior dari hidung. 3. Subnasale (Sn) : titik septum nasal berbatasan dengan bibir atas. 4. Labrale superior (Ls) : titik perbatasan mukokutaneus dari bibir atas. 5. Sulcus Labial Superior (Sls) : titik tercekung di antara Sn dan Ls. 6. Stomion superior ( Stms) : titik paling bawah dari vermillion bibir atas. 7. Stomion inferior ( Stmi) : titik paling atas dari vermillion bibir bawah. 8. Labrale inferior (Li) : titik perbatasan dari membran bibir bawah. 9. Inferior Labial Sulcus (Ils): titik paling cekung di antara Li dan Pogonion. 10. Pogonion kulit (Pog’) : titik paling anterior pada jaringan lunak dagu. 11. Menton kulit (Me’) : titik paling inferior pada jaringan lunak dagu.



Gambar 2. Titik-titik skeletal dalam sefalometri. Gambar 1. Titik-titik yang digunakan pada profil jaringan lunak. 3



Catatan ortho cintah |4



Titik-Titik Sefalometri Pada Skeletal Penggunaan titik-titik a. b.



skeletal sebagai berikut:14,15



Sella (S) Nasion (N)



: Terletak di tengah dari outline fossa pituitary (sella turcica) : Terletak di bagian paling inferior dan paling anterior dari tulang frontal, berdekatan dengan sutura frontonasalis. c. Orbitale (Or) : Terletak pada titik paling inferior dari outline tulang orbital. Sering pada gambaran radiografi terlihat outline tulang orbital kanan dan kiri. Untuk itu maka titik orbitale dibuat di pertengahan dari titik orbitale kanan dan kiri. d. Titik A (A) : Terletak pada bagian paling posterior dari bagian depan tulang maksila. Biasanya dekat dengan apeks akar gigi insisif sentral atas. e. Titik B (B) : Terletak pada titik paling posterior dari batas anterior mandibula, biasanya dekat dengan apeks akar gigi insisif sentral bawah. f. Pogonion (Pog) : Terletak pada bagian paling anterior dari dagu. g. Gnathion (Gn) : Terletak pada outline dagu di pertengahan antara titik pogonion dan menton. h. Menton (Me) : Terletak bagian paling inferior dari dagu. i.



Articulare (Ar)



j.



Gonion (Go)



k. Porion (Po)



: Terletak pada pertemuan batas inferior dari basis kranii dan permukaan posterior dari kondilus mandibula. : Terletak pada pertengahan dari sudut mandibula. : Terletak pada bagian paling superior dari ear rod (pada batas superior dari meatus auditory external).



Sudut-Sudut yang Menjelaskan Hubungan Skeletal dan Gigi Garis yang saling bersinggungan akan membentuk sudut, sudut yang yang menjelaskan hubungan skeletal dengan gigi yaitu (Gambar 3): 15,18 a. SNA : Hubungan posisi anteroposterior dari basis apikal maksila terhadap garis yang melalui basis kranii anterior. Catatan : - Nilai ratarata 82okurang lebih 2 . jika lebih menggambarkan posisi maksila lebih ke anterior (prognati) - Jika kurang maka retrognati b. SNB : Hubungan posisi anteroposterior dari basis apikal mandibula terhadap garis yang melalui basis kranii anterior. Catatan : - Nilai ratarata 80okurang lebih 2 . jika lebih menggambarkan posisi mandibula lebih ke anterior (prognati) - Jika kurang maka retrognati mandibula



Catatan ortho cintah |5



c. ANB : Hubungan posisi anteroposterior dari maksila terhadap posisi anteroposterior dari mandibula. Maloklusi kelas II yang parah sering dihubungkan dengan nilai ANB yang besar. Catatan : - Nilai ratarata 2okurang lebih 2 maka skletal klas 1 neutroklusi. jika kurang dari 0 skletal klas 3 mesioklusi - Jika lebih dari 4 maka skletal klas 2 distoklusi d. Sudut Fasial : sudut yang dibentuk oleh bidang FH- N-Pog menggambarkan dagu terhadap FH (mandibula terhadap tipe profil) Catatan : - Nilai ratarata87okurang lebih 3 maka lebih protusif kurang retrusif. e.



sudut inklinasi : sudut yang dibentuk oleh sumbu gigi dengan basis maksila (anteronasalspinal) dan posterior nasal spinal) dan basis mandibula (go-gn)



Catatan : - Nilai sudut inklinasi luar RA : 70-80 o, sudut inklinasi dalam RA : 98-108, sudut inklinasi RB : 85-95



3. Kehilangan Penjangkaran Pergerakan sebuah gigi maupun sekelompok gigi secara ortodonti terjadi akibat penerapan gaya yang disalurkan oleh komponen aktif, seperti pegas, busur kawat, elastik, atau sekrup ekspansi. Ketika gigi-gigi digerakkan maka gaya reaksi akan disalurkan melalui alat sehingga cenderung menghasilkan pergerakan gigi-gigi lain ke arah yang berlawanan (Gambar 2). Keadaan ini sesuai dengan Hukum Newton ke-3 yang mengatakan bahwa ”setiap aksi menghasilkan reaksi yang besarnya sama dan berlawanan arah.” Oleh karena itu diperlukan sebuah solusi agar dapat menghindari efek merugikan dari gayagaya yang berlawanan tersebut. Karena tujuan yang diharapkan dari suatu perawatan adalah menggerakkan gigi yang dikehendaki sementara gigi yang lain tidak bergerak.



Catatan ortho cintah |6



Gambar 2. Penjangkaran berhubungan dengan jumlah gigi yang digerakkan. A) Menggerakkan sebuah gigi menghasilkan penjangkaran yang memuaskan. B) Jika 13 dan 23 diretraksi mengakibatkan gigi penjangkar bergerak ke depan. C) Jika 14, 13, 23, 24 diretraksi bersama-sama, jumlah gigi yang digerakkan lebih besar dibandingkan gigi penjangkarnya, maka penjangkaran tidak akan kuat, kemungkinan terjadi anchorage loss (Laviana, 2008). Penyebab Kehilangan Penjangkaran a. Dari operator Kehilangan penjangkaran bisa disebabkan oleh kesalahan operator, seperti misalnya:  Kesalahan dalam menentukan desain alat ortodonsi lepasan.  Kesalahan dalam menentukan besar gaya yang diberikan pada gigi penjangkar. Beban yang diberikan pada gigi penjangkar tersebut lebih besar dari beban optimal yang bisa ditahan oleh gigi penjangkar tersebut, sehingga menyebabkan gigi penjangkar tersebut bergerak ke mesial karena beban yang berlebihan tersebut. Catatan : Gigi bergerak kemesial atau ketempat yang disediakan untuk perawatan Sebagian tempat pencabutan ditempati gigi penjangkaran untuk bergerak ke mesial  Kesalahan dalam menentukan jumlah gigi yang akan digerakkan dan seberapa besar gigi tersebut akan digerakkan. Normalnya, dalam satu kuadran hanya boleh menggerakkan satu sampai dua gigi dengan pergerakkan maksimal 2 mm.. b. Dari pasien Pasien yang jarang mengontrol pergerakan giginya, akan memperbesar kemungkinan terjadinya anchorage loss atau kehilangan penjangkaran. Akibat Kehilangan Penjangkaran Ada beberapa akibat kehilangan penjangkaran, antara lain: a. Tempat yang tersedia berkurang b. Gigi penjangkar tidak memiliki gaya reaksi dari aksi terhadap alat aktif c. Masih terdapat maloklusi bahkan maloklusi semakin parah. 4. Tipe Profil



Catatan ortho cintah |7



Pemeriksaan tipe profil menggunakan profit di ukur dari garis imaginer antara jaringan lunak (glabella- lipcontour-symphysis) dilihat dari arah samping pasien . Klasifikasi tipe profil : tipe profil cembung : sympisis lebih keposterior dibandingkan glabella dan lipcontour biasanya perawatan pencabutan boleh dilakukan tipe profil cekung : sympisis lebih keanterior dibandingkan glabella dan lipcontour biasanya perawatan pencabutan diusahakan tidak dilakukan tetapi jika kasus crowdid dengan ALD besarr boleh dilakukan asalkan untuk mengoreksi crawdednya saja dan setelah itu sisa spacenya diusahakan tidak boleh gerakan ke anterior atau minimal tetap. Tipe profil lurus : glabella- lipcontour-symphysis berada pada garis lurus. Tujuan Pemeriksaan Tipe Profil a. Menentukan posisi rahang dalam arah sagital Pada orang yang memiliki tipe profil lurus, tidak terdapat masalah apakah garis tersebut condong ke anterior atau ke posterior. Hal ini sering dikaitkan dengan ras. Orang eropa timur cenderung memiliki tipe profil lurus. Sedangkan ras deutro-melayu cenderung memiliki tipe profil cembung. b. Evaluasi bibir dan letak gigi insisif Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui apakah posisi gigi insisif retrusi atau protrusi. c. Evaluasi proporsi wajah dalam arah vertikal dan sudut mandibular d. Profil cekung merupakan kontraindikasi ekstraksi . 5. Curve of Spee (Kurva Spee) Kurva spee merupakan garis imaginer dari oklusal molar rahang bawah ke insisal edge insisif sentral rahang bawah pada model studi dari arah sagital. Pengukuran curve of spee hanya dilakukan pada rahang bawah. Tujuannya adalah untuk mengetahui keberadaan gigi-gigi yang supraposisi atau infraposisi. Cara pengukurannya dengan mengamati model dari arah sagital kemudian menarik garis imaginer dari bidang oklusal gigi molar paling belakang (pada umumnya digunakan oklusal cusp gigi molar pertama) ke ujung insisal insisif sentral.



Gambar 3. Cara mengukur curve of spee



Catatan ortho cintah |8



Dari hasil pengukuran akan didapat 3 kemungkinan: a. Curve of spee flat (datar), apabila garis membentuk garis lurus. Keadaan normal, tidak terdapat gigi yang malposisi. b. Curve of spee positif (cekung), apabila garis imaginer berbentuk cekung yang menandakan adanya gigi yang supraposisi atau infraposisi. Apabila dilakukan perawatan dengan meratakan gigi yang membentuk kurva spee positif akan didapat gigi yang berdesakan karena kurangnya tempat yang tersedia. c. Curve of spee negative (cembung), apabila garis imaginer membentuk garis cembung dan dimungkinkan terdapat gigi supra atau infra posisi. Apabila dilakukan pemerataan oklusal gigi akan di dapat ruang (diastema) karena kelebihan tempat. Catatan - Jika cembung maka diperlukan tempat 2-3 mm sedangkan yang cekung membutuhkan tempat lebih banyak karena setiap bergerak 1mm perubahan sudut 5 drajat. KELAINAN POSISI GIGI Kata dengan akhiran “- versi “ telah banyak digunakan, misalnya mesioversi yang berarti terletak lebih mesial daripada letak normalnya. Ada juga yang menggunakan kata dengan akhiran posisi”. Untuk menyebut letak gigi yang condong, dapat digunakan akhiran “- klinasi” sehingga gigi yang protrusi bisa disebut proklinasi



-



-



-



-



Supra Oklusi/supra posisi : gigi yang erupsinya melebihi bidang oklusal. Infra Oklusi/infra posisi : gigi yang erupsinya tidak sampai mencapai bidang oklusal. Untuk mengetahui apakah gigi mengalami supra posisi/supra oklusi atau infra posisi/infra oklusi, harus berpedoman pada dataran oklusal. Yang dimaksud dengan dataran oklusal yaitu suatu bidang yang ditarik melalui oklusal gigi molar pertama atas dan bawah, dan gigi-gigi insisivus atas dan bawah. Mesioversi : posisi gigi lebih ke mesial dari posisi normal Distoversi : posisi gigi lebih ke distal dari posisi normal Linguoversi : posisi gigi lebih ke lingual dari posisi normal Labioversi : posisi gigi yang sudut inkliasinya melebihi normal Retrusi : sekelompok gigi yang mengalami linguoversi/palatoversi kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis maksila < 110o, Untuk rahang bawah 90o terhadap garis mandibula. Diastema : terdapat ruang di antara dua gigi berdekatan



Catatan ortho cintah |9



Gigi Rotasi Torsiversi / rotasi merupakan kelainan posisi gigi yang berputar pada sumbu panjangnya. Gigi yang rotasi disebut menurut sisi proksimal yang paling menjauhi lengkung gigi dan ke arah mana gigi tersebut terputar. Bila sumbu perputaran gigi terletak di tengah gigi dan kedua sisi proksimal berputar disebut rotasi sentris. Sedangkan jika sumbu perputaran gigi tidak terletak di tengah gigi dan hanya satu sisi proksimal yang berputar disebut rotasi eksentris. Contoh : gigi insisivus sentral bawah yang mengalami rotasi pada sisi mesialnya ke arah lingual dan hanya satu sisi mesial saja yg berputar sementara sisi distalnya normal dapat disebut “mesio- lingual rotasi eksentris / mesio-linguo rotasi ekentris” . Gigi yang ektopik = ektostema Pengertian umum ektopik adalah tidak pada tempatnya. Kaninus atas merupakan gigi yang sering mengalami erupsi yang ektopik. Pergeseran garis median Midline / garis median pada gigi rahang atas merupakan pertemuan antara kontak mesial kedua gigi insisivus pertama. Jika tidak terjadi pergeseran garis median pada rahang atas, maka garis yang ditarik pada midline rahang tadi akan berada tepat pada interdental gigi insisivus pertama atas kanan dan kiri. Cara menentukan garis median : RA : menghubungkan titik pertemuan rugae palatine kedua kiri kanan dengan titik tengah pada Fovea palatine pada daerah psterior palatum. RB : membuat titik pada perlekatan frenulum labial dan lingual dan titik ini melewati titik kontak insisivi sentral bawah Catatan : -



-



Edge to edge adalah kondisi gigi atau sekelompok gigi yang overjet dan overbitenya nol Pergeseran garis median adalah garis median gigi bergeser melewati garis median muka ditandai dengan gigi insisiv sentral melewati garis median muka. Garis median bergeser bisa dikarenakan adanya spacenya bisa karna tanggal prematur Pergeseran gigi adalah bergesernya gigi mendekati dan menjauhi median (cenderung mesial) sehingga tidak simetris terhadap gigi senamanya Deep bite adalah sekelompok gigi yang overbitenya lebih dari normal (>2mm); open bite adalah kondisi gigi atau sekelompok gigi yang memiliki overbite negatif; edge to edge adalah kondisi gigi atau sekelompok gigi yang overbite dan overjetnya nol (0); crossbite adalah kondisi gigi atau sekelompok gigi yang overjetnya negatif



C a t a t a n o r t h o c i n t a h | 10



-



berdesakan adalah gigi permanen yang saling tumpang tindih (overlap) koreksi berdesakan yaitu menggerakan gigi kedistal atau mesial atau rotasi. tidak ada relasi adalah kondisi salah satu gigi atau kedua gigi masih sulung atau tanggal atau belum erupsi sempurna garis sumbu gigi adalah garis yang menghubunngkan titik apikal dan insisal dilihat dari sagital (samping). Letak benih i di ligual dan palatal. C bukal. Karena gigi insisiv ra dan rb itu benihnya ada di palatal/lingual, jdi kalo mereka palatoversi/labioversi etiologi e guduk letaksalah benih, wong benih e bener nde situ, kecuali lek labioversi baru iso letak salah benih



RELASI GIGI Adalah hubungan gigi atas dan bawah dalam keadaan oklusi . a. Relasi gigi anterior  Jurusan sagital - Jarak gigit / overjet : jarak horizontal antara incisal insisiv rahang atas dengan bidang labial insisiv rahang bawah. - Overjet normal : insisivi atas didepan insisivi bawah dengan jarak 2-3 mm - Overjet tidak normal : jarak gigit terbalik anterior (-). Edge to edge(0),  Jurusan vertikal - Tumpang gigit / over bite : jarak vertical incisal insisivi rahang atas atas dengan insisal insisivi bawah - Overbite normal : 2 mm - Tumpang gigit bertambah : deep bite - Tumpang gigit berkurang : open bite - Tumpang gigit : 0 (edge to edge) b. Relasi gigi posterior  Jurusan Sagital Netroklusi, distoklusi, mesioklusi, gigitan tonjol, tidak ada relasi Relasi Molar yang dapat terjadi yaitu : 1. Neutroklusi : Cusp mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada bukal groove molar pertama permanen bawah. 2. Distoklusi : Cusp distobukal molar pertama permanen atas terletak pada bukal groove molar pertama permanen bawah. Divisi 1 : protusi anterior RA Divisi 2 : retrusi anterior RA 3. Mesioklusi : Cusp mesiobukal molar pertama permanen atas



C a t a t a n o r t h o c i n t a h | 11



terletak pada cusp distal molar pertama permanen bawah. 4. Gigitan tonjol : Cusp mesiobukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan cusp mesiobukal molar pertama permanen bawah. 5. Tidak ada relasi : Bila salah satu molar pertama permanen tidak ada misalnya karena telah dicabut, atau bila pada kaninus permanen yang belum erupsi.



Distal



Mesial



A. Mesioklusi B. Neutroklusi C. Gigitan tonjol D. Distoklusi



Relasi Kaninus Untuk relasi Kaninus meskipun Kaninus permanen baru tumbuh sebagian telah dapat ditetapkan relasinya dengan melihat relasi sumbu Kaninus tersebut.



A & B. Neutroklusi C. Distoklusi D. Mesioklusi Modifikasi Dewey dari Klasifikasi Angle. Dewey memperkenalkan modifikasi dari klasifikasi maloklusi Angle. Dewey membagi Klas I Angle ke dalam lima tipe, dan Klas III Angle ke dalam 3 tipe. a. Modifikasi Dewey Klas I. Tipe 1 : maloklusi Klas I dengan gigi anterior yang crowded. Tipe 2 : maloklusi Klas I dengan insisiv maksila yang protrusif. Tipe 3 : maloklusi Klas I dengan anterior crossbite. Tipe 4 : maloklusi Klas I dengan posterior crossbite. Tipe 5 : maloklusi Klas I dengan molar permanen telah bergerak ke mesial. Mesialdrifting



C a t a t a n o r t h o c i n t a h | 12



b.



Tipe 6 : diastema, openbite Modifikasi Dewey Klas III. Tipe 1 : maloklusi Klas III, dengan rahang atas dan bawah yang jika dilihat secara terpisah terlihat normal. Namun, ketika rahang beroklusi pasien menunjukkan insisiv yang edge to edge, yang kemudian menyebabkan mandibula bergerak ke depan. Tipe 2 : maloklusi Klas III, dengan insisiv mandibula crowded dan memiliki lingual relation terhadap insisiv maksila. Tipe 3 : maloklusi Klas III, dengan insisiv maksila crowded dan crossbite dengan gigi anterior mandibula. 



Jurusan Transversal Normal : gigitan fisura luar rahang atas Tidak normal : gigitan fisura dalam atas, gigitan tonjol







Jurusan vertical Gigitan terbuka : tidak ada kontak gigi atas dan bawah pada saat oklusi Bentuk Lengkung gigi  Oval/parabola/ovoid  Segiempat/square  Segitiga/tapered  Omega/Lira B. Square dental arch Tapered dental arch Narrow dental arch



C a t a t a n o r t h o c i n t a h | 13



Maloklusi : merupakan suatu keadaan yang menyimpang dari oklusi normal yang diterima sebagai bentuk standard. 6 keys andraw: 1. Relasi Molar Posisi mesiobukal cusp M1 rahang atas berada pada sentral fossa M1 rahang bawah. 2. Angulasi Mahkota / mesio-distal tip Axial merupakan sumbu panjang gigi dari insisal atau oklusal gigi hingga ke apex. Axial pada aspek insisal atau oklusal gigi berada lebih mesial dari axial pada servikal gigi. 3. Inklinasi Mahkota / labio-lingual or bucco-lingual tip Insisal permukaan labial gigi anterior berada lebih labial daripada gingiva pada aspek labial , sedangkan sisanya oklusal dari permukaan bukal gigi posterior berada lebih lingual dari permukaan gingiva pada aspek bukal. 4. Rotasi Tidak terdapat rotasi. 5. Spacing Tidak terdapat ruangan atau diastema. 6. Occlusal Plane / kurve off spee Occlusal plane dari cusp dan insisal geligi rahang bawah terlihat datar. + : infraposisi, :supraposisi



MACAM-MACAM PERAWATAN 1. Ekstraksi seri yaitu prosedur pencabutan gigi seri dan gigi permanen yang dilakukan secara berurutan dalam interval waktu tertentu yaitu kalau Gigi I2 belum tumbuh Biasanya pada kasus DDM mencegah malokusi. Jika dalam perawatan sudah ada pencabutan gigi permanen langsung saja ditulis macam perawataanya ekstraksi. 1. DDM (disharmoni dentomaksiler) adalah keadaan disporposi antara besar gigi dan rahang dalam hal ini lengkung gigi. DDM yaitu itu di Central memakan tempati dua yang I2 menggantikan gigi sulung menyebabkan gigi C tumbuh di luar lengkung Sehingga P dicabut agar C kembali ke lengkung. 2. Ekstraksi yaitu kekurangan tempat lebih dari 8 mm 3. Border Line yaitu kekurangan tempat 5 sampai 8 mm Catatan  Koreksi Gigitan silang anterior dengan penambahan gigitan posteror jika nilai FWS =/lebih dari tumpang gigit  Koreksi gigitan dalam yaitu dengan penininggian gigit anterior  Syarat pencabutan 1 sisi : - Adanya pergeseran garis median - Jika pergeseran garis median kekanan maka diekstraksi sebelah kiri



C a t a t a n o r t h o c i n t a h | 14



-



Jika tidak ada pergeseran median / ada tp kecil maka boleh dilakukan ekstraksi jika ada berdesakan 1 sisi, seperti jika sebelah kanan berdesakan maka yang kanan diekstraksi.



2. Non ekstraksi yaitu Jika kekurangan tempat kurang dari sama dengan 4 mm. a. Ekspansi yaitu untuk menambah tempat tersedia  Sagital  yaitu ke arah antero posterior ekspansi yang menambahkan atau memanjangkan lengkung dan jarak gigit yang belahnya di samping. Ekspansi sagital dapat ditujukan pada Gigi anterior maupun gigi posterior. Indikasi ekspansi sagital untuk gigi anterior adalah pada RA dengan gigitan silang anterior dan jarak gigit berkurang. Sedangkan ekspansi sagital gigi posterior dapat dilakukan baik di RA  maupun RB dan biasanya hanya menggeser 1/2 gigi ke distal.  Transversal ke arah lateral supaya tidak menambah jarak gigit atau melebarkan lengkung. Ekspansi transversal dapat dilakukan bila : jarak gigit normal atau bertambah, kekurangan tempat hanya sedikit,  yaitu kurang dari ½ Premolar dan usia Pasien masih muda Catatan  Profil Wajah cembung maka tidak boleh ekspansi Sagital tetapi menggunakan ekspansi transversal  Jika profil cembung dan overjet kurang dari normal menggunakan ekspansi sagital  Jika overjet lebih dari normal maka tidak boleh menggunakan ekspansi  Jika Lengkung rahang menyempit hindari ekspansi Sagital  Macam perawatan berfungsi untuk menentukan tindakan yang tepat pada fase evaluasi.  Umur tidak boleh digunakan untuk alasan pencabutan jika belum goyang ya jangan diekstraksi. Ntar molar bergerak kemesial dan jadi masalah lagi.  Ekstraksi gigi sulung harus secukupnya dan ada alasannya seperti pencabutan untuk merangsang gigi permanen tumbuh atau menggeser gigi  Ddm adalah faktor lokal. Pencabutan seri antara sulung dan permanen yaitu perawatan ddm. Ddm transitoar adalah lengkung geligi bertambah an lebih lambat kalau dewasa lengkungnya bisa besar. Gejalanya mirik ddm. Transitoar karna masih sistem pertumbuhan b. Enamel Stripping Mengurangi tempat yang dibutuhkan dengan jalan pengasahan pada enamel gigi permanen menggunakan metal abrasive strip yaitu mengurangi 0,25 mm pergigi. Alasan stripping karena penambahan jarak gigit, karena kekurangan tempat cuman sedikit sekitar 1mm. c. Enamel Slicing yaitu mengurangi tempat yang dibutuhkan dengan jalan pemotongan menggunakan bur high speed pada enamel gigi permanen yaitu mengurangi 0,5 mm. Slicing jarang yang anterior selalu posterior.biasanya gigi 4,5 atau distal mesial 3 RENCANA PERAWATAN



C a t a t a n o r t h o c i n t a h | 15



Tahapan perawatan yang dilakukan secara berurutan 1. DHE, mempunyai kebiasaan buruk harus dihilangan dulu 2. Ekstraksi 3. Koreksi berdesakan anterior RA RB, pergeseran garis median, koreksi gigitan silang, dst 4. Fase Evaluasi adalah fase menunggu gigi permanen pengganti terakhir untuk erupsi. Yang dilakukan fase evaluasi adalah melakukan apa yang telah ditetapkan pada macam perawatan seperti enamel stripping, slicing atau ekspansi 5. Fase retentif adalah fase setelah perawatan aktif telah selesai dilakukan. Tujuannya untuk mempertahankan gigi pada kedudukan baru agar tidak terjadi relaps pada gigi yang sudah dilakukan perawatan (sdh digerakan) biasanya menggunakan hawley rentainer minimal 6 bulan. Alat : Lepasan RA dan RB Pergerakan gigi da 5 : 1. Pergerakan Tipping (Pergerakan mahkota) ialah pergerakan gigi dimana gigi yang miring dapat ditegakkan dan gigi yang tegak dapat dimiringkan untuk mendapatkan hasil yang baik juga oklusi yang harmonis sesuai dengan bentuk yang paling sederhana dan mudah dilakukan. 2. Pergerakan bodily=translasi Bodil (pergerakan mahkota dan akar) adalah pergerakan translasi menyeluruh dari sebuah gigi ke posisi yang baru, dengan semua bagian dari gigi bergerak dalam jumlah yang setara. 3. Pergerakan rotasi Pergerakan rotasi adalah gerakan gigi berputar di sekeliling sumbu panjangnya. 4. Pergerakan vertikal Pergerakan vertikal ada dua jenis yaitu pergerakan ekstrusi dan intrusi dimana kedua pergerakan ini memperoleh kekuatan dengan arah yang berlawanan. Ekstrusi adalah pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar mengikuti mahkota. Intrusi adalah pergerakan gigi secara vertikal kedalam alveolus. 5. Pergerakan torque Pergerakan torque adalah pergerakan akar gigi dengan hanya sedikit pergerakan mahkota. Catatan :  Alat lepasan mempunyai keterbatasan untuk menggerakan gigi secara bodily seperti caninus dipindahkan ketempat gigi 4, alat cekat yang bisa. dan rotasi yang ekstrim.



C a t a t a n o r t h o c i n t a h | 16



AKTIVASI KOMPONEN AKTIF DAN PASIF PERANTI LEPASAN ORTODONTI a. BUSUR LABIAL DENGAN LUP U a. Fungsi : - Menarik incisive ke palatal / lingual - Mengurangi jarak gigit yang sedikit / meratakan keempat incisive b. Bahan : - Kawat Stainless steel diameter 0.7 mm c. cara aktivasi : - Digunakan tang pembentuk lup untuk mengaktifkan busur labial - Lup dipegang dengan tang, tekuk kaki depan lup atau sempitkan lup dengan tang - Dengan melakukan ini kaki horizontal busur akan bergerak kea rah insisal - Kaki busur perlu dibetulkan dengan menahan lup dan menempatkan kaki horizontal busur di tengah gigi 1.2 PEGAS CANTILEVER TUNGGAL a. Fungsi : - Menggerakkan gigi kearah mesiodistal - Menggerakkan gigi ke labial atau searah dengan lengkung geligi b. Bahan : - Kawat diameter 0.5 mm dengan sebuah koil dengan diameter tidak kurang dari 3 mm dibuat dekat masuknya pegas ke dalam lempeng akrilik Cara aktivasi : - Dengan menarik lengan pegas kearah pergerakan gigi / dengan memencet koil sehingga lengan pegas bergerak kearah yang diinginkan - Perlu diperiksa apkah posisi pegas dan titik kontak dengan gigi sudah benar - Pada kunjungan pertama dilakukan aktifasi ringan saja yaitu defleksi antara 1-2 mm



C a t a t a n o r t h o c i n t a h | 17



- Pada kunjungan berikutnya defleksi dapat sampai 3 mm 1.3 CENGKERAM ADAMS a. Fungsi : - Sebagai komponen retentif b. Bahan : - Kawat Stainless steel diameter 0,7 mm 1.4



SEKRUP EKSPANSI Terdapat berbagai macam sekrup ekspansi yang dapat digunakan untuk menggerakkan gigi. Ada yang mempunyai guide pin tunggal maupun ganda. Sekrup dengan pin ganda lebih stabil, pin tunggal lebih berguna apabila tempatnya sempit, misal di rahang bawah. a. Fungsi : - Melebarkan / mengekspansi lengkung geligi - Menggerakan satu gigi / beberapa gigi kearah mesio distal - Menggerakan satu gigi / beberapa gigi kearah bukal / labial b. Bahan : Stainless steel c. Bagian-bagian sekrup ekspansi :



d. Cara Pemasangan : Ekspansi transversal anterior Sekrup dipasang: Sejauh mungkin ke anterior, Setinggi mungkin di palatum, Membentuk sudut 90º terhadap garis median, Bagian posterior diberi kawat penahan diameter 0.9 mm Ekspansi transversal posterior Penempatan sekrup hampir sama, sekrup dipasang diantara P2 kiri dan kanan. Ekspansi tranversal anterior dan posterior, Sekrup dipasang Sedalam mungkin di palatum, Diantara P1 kiri dan kana, Membentuk sudut 90º terhadap garis median, Sumbu panjang sejajar



C a t a t a n o r t h o c i n t a h | 18



bidang oklusal e. Cara aktivasi : - Dilakukan pemutaran dengan kunci yang tersedia, sesuai dengan arah perputaran yang biasanya berupa tanda panah - Apabila pada sekrup tidak ada arah pemutaran , sebaiknya pada lempeng akrilik diberi tanda arah pemutaran - Sekrup diputar seperempat putaran seminggu sekali Operator perlu mengajari pasien atau orang tua cara memutar sekrup dengan benar Prognosis Merupakan ramalan keberasilan dari rencana perawatan yang akan dilakukan. Prognosis baik jika faktor dental (jika sudut sna snb normal) saja bukan faktor skeletal karena tidak merubah letak gigi atau modifikasi skeletalnya Untuk prognosis sedang lebih baik jangan dirawat.