Rasional Dan Empiris [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I.



RASIONAL



Rasional dan Empiris Untuk memulai mengenai pendekatan rasional dan emipiris terlebih dahulu perlu diketahui penjelasan tentang cabang Filsafat yakni Ontologi. . Ontologi Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan Logos : Logic Jadi ontology adalah the theory of being qua being ( teori tentang keberadaan sebagai keberadaan ). Atau bisa juga ilmu tentang yang ada. . Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau kongkrit maupun rohani atau abstrak. . Keberadaan di Dunia ini terdapat 2 jenis : Keberadaan Real (point 1) yakni hal hal atau entitas yang memang nyata di Luar Pikiran Contoh : laut, gunung, rumah, hewan, tanah dll . Keberadaan Imajiner (Point 2) yakni hal hal yang nyata yang ada hanya di dalam pikiran . Contoh Imajiner seperti : “Angka” dimana “angka” hanya ada di dalam pikiran dan digunakan untuk membantu memikirkan jumlah yang ada di dalam hal yang nyata. Angka berguna untuk membantu proses berfikir matematika “angka” di setiap bangsa berbeda beda bentuknya karena memang penggunaan “angka” merupakan alat bantu. Jika ditanya bentuk angka dalam dunia nyata tidak ada. Karena yang dibuat bentuk 1, 2, 3 dalam pahatan batu atau plastik yang biasanya dipajang adalah bentuk perwakilan saja. . Fungsi Matematika (Perkalian, “pembagian”, “pengurangan”) Fungsi tersebut hanya ada dalam pikiran dan menjadi pembantu kita dalam berfikir tentang matematika atau berhitung untung rugi suatu kegiatan perdagangan. . Bentuk Geometri (segitiga, kotak, lingkaran) Sama seperti contoh diatas dimana bentuk bentuk ini hanya menjadi bayangan, pemikiran dalam otak manusia untuk membentuk benda yang ingin dibuat atau sedang dirancang. Bila ada benda yang berbentuk kotak atau segitiga maka benda tersebut merupakan suatu benda yang “berbentuk segitiga”. . . Keberadaan Real (komponen atau Bagian dari Point 1) Eksistensi INDEPENDEN atau SUBSTANSI Keberadaan independen merupakan suatu keberadaan benda (materi) yang asli dan sebenarnya. . Eksistensi DEPENDEN atau ATRIBUT Keberadaan dependen merupakan suatu (materi) keberadaan benda itu tidak berdiri sendiri dan bisa terpengaruh oleh hal hal lain yang ada di sekitarnya. . Contoh : Contoh pertama Kertas A4 sinar dunia jika kita lihat secara aslinya berwarna putih. Namun dalam jika kertas A4 tersebut kita terangi atau sorot dengan senter yang terang akan berwarna kekuning kuningan karena terkena cahaya senter tersebut. . Contoh kedua Baju yang kita pakai bisa berubah warna dari aslinya jika terkena tinta atau suatu hal yang bisa merubah warna. . Contoh ketiga Seorang wanita bisa agak berubah wajahnya jika terkena hiasan yang pas atau menarik. Seorang akan berubah wjahnya jika terkena olesan hiasan seniman yang melakukan body painting atau untuk melakukan spesial efek film. . . Keberadaan Imajiner (komponen atau bagian dari Point 2) Abstraksi DIMENSIONAL atau RELASIONAL Abstraksi dimensional bisa dilihat dalam contoh yang ada di



bagian imajiner. . Abstraksi KETIADAAN atau KEMUSTAHILAN Sedangkan abstraksi “ketiadaan” atau “kemustahilan” suatu bayangan atau pikiran tentang suatu yang “tidak ada sama sekali” atau “ketiadaan”. (agak susah bahasanya) . Nah yang dimaksud dengan Pendekatan empiris yakni pendekatan yang berdasarkan “Keberadaan Real”. Sedangkan rasional itu menurut Kant adalah suatu pemikiran yang masuk akal tetapi menggunakan aturan hukum alam. Dengan kata lain, menurut Kant rasional itu ialah kebenaran akal yang diukur dengan hukum alam. Bisa disebut juga dengan logis-rasional. Rasional atau logis rasional dalam ontologis derajatnya masuk dalam kategori Imajiner yang terbentuk atas persepsi Realita Empiris (kondisi alam) yang faktual. Fungsi Rasional atau Logis-Rasional adalah sebagai relasi atau



komparasi



antar



obyek



dalam



realitas



empiris,



Ia



membandingkan,



mengukur,



dan



mengidentifikasikan tiap tiap obyek. Penjelasan mudahnya Empiris Empiris merupakah hal yang dapat di Inderawi. Hal hal yang dirasakan oleh manusia dengan indranya. Contoh : Api merupakan suatu yang panas karena pernah menyentuhnya Es merupakan suatu yang dingin karena pernah menyentuhnya Gunung itu besar karena pernah melihatnya dan membandingkan dengan bukit Lautan itu dalam karena pernah tenggelam Dan lain lain Rasional Rasional merupakan hal yang didapat dari pikiran manusia Atau bahasa sulitnya Rasionalisme adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma atau ajaran agama. Contoh : Contoh pertama Ketika kita melihat Tv yang tidak berfungsi dengan baik maka dapat di “pikir” dan dipastikan kalo ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena TV.Dan dapat dipastikan pikiran rasional ini benar. Contoh Kedua Ketika kita melihat rumah terdapat di tengah hutan seperti link digambar http://bestautodesign.com/wp-content/uploads/2010/09/Forest-House-Design-by-Willis-N.-Mills.jpg “pikiran” pasti mulai memunculkan ide bahwa rumah tersebut ada yang membuat.



Hal seperti itu merupakan bentuk rasional yang tercipta dari pikiran kita dan dipastikan bahwa rumah tersebut ada yang mebuat dan tidak mungkin rumah tersebut terbentuk sendirinya dimana alasan alasannya seperti bahan bahan rumah tersebut tidak terdapat dalam 1 kawasan . struktur rumah tersebut tidak bisa dibuat tanpa ada penyusun awal. Perlu konsep matang dan pengerukan dari tanah dll. Hal tersebut merupakan bentuk pemikiran rasional. Contoh Ketiga Ketika kita berbicara mengenai “cahaya” yang begitu terang. Dan ketika kita tahu bahwa cahaya merupakan “benda”. Dan pengamatan kita akan cahaya yang begitu tiba tiba menerangi daerah dengan luas yang jauh dapat dipastikan bahwa pikiran kita akan menyimpulkan bahwa Cahaya memiliki “kecepatan yang tinggi” meskipun tidak mengetahui kecepatan yang pastinya. Contoh Keempat Permasalahan “konsep jumlah kebenaran” ketika kita berbica mengenai jumlah kebenaran maka seperti tulisan sebelumnya Tentang “Konsep Kebenaran” (http://filsafat.kompasiana.com/2012/07/15/konsepkebenaran/) . maka jumlah kebenaran tidak banyak dan kebenaran sesuai konteks. Hasil pemikiran ini merupakan bentuk rasional.



Pengertian Rasionalitas Pengertian Rasionalitas merupakan suatu pola pikir dimana seseorang itu bersikap serta juga bertindak sesuai dengan logika dan juga nalar manusia. Rasionalitas merupakan suatu konsep yang memiliki sifat normatif yang mengarah kepada keselarasan antara keyakinan seseorang dengan alasan orang tersebut untuk dapat yakin, atau juga tindakan seseorang dengan alasannya untuk melakukan hal atau tindakan tersebut. Supaya lebih jelas dan lebih memahami pengertian rasionalitas, Dibawah ini merupakan beberapa penjelasan mengenai arti dari rasional: 1. Rasionalitas merupakan suatu tendensi yang dilakukan untuk bisa memenuhi rencana dalam rentang waktu tertentu. 2. Bertindak rasional merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan berdasarkan pertimbangan yang baik dan juga untuk tujuan yang baik. 3. Memiliki kerangka dalam berfikir mengenai hal-hal apa saja yang ingin dilakukan supaya tidak salah dalam bertindak. 4. Bertindak juga dengan memperhitungkan segala manfaat serta juga risiko dari tindakan yang akan dilakukan. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dikemukakan pengertian rasionalitas yang dikemukakan oleh beberapa para ahli : Pengertian Rasionalitas Menurut Para Ahli Kata Rasionalitas ini mengundang banyak para ahli untuk ikut dalam mengemukakan pendapatnya, nah dibawah ini merupakan pengertian rasionalitas yang dinyatakan oleh beberapa para ahli, diantaranya sebagai berikut : 1. Max Weber



Max Weber merupakan salah satu pencetus dari teori rasionalitas. Dengan teori rasionalitas yang Beliau cetuskan, Max Weber ini melakukan analisis Gejala modernitas yang terjadi di masyarakat Barat dikala itu.



Max Weber juga mengatakan bahwa terdapat dua jenis rasionalitas manusia, diantaranya :



1. Rasionalitas Tujuan (Zwekrationalitaet) Rasionalitas yang mengakibatkan tiap individu atau juga sekumpulan orang dalam satu tindakan dengan orientasi pada tujuan tindakan, cara mewujudkannya, dan juga akibat-akibatnya. Keunikan rasionalitas yang satu ini ialah sifatnya yang formal, disebabkan karena mengutamakan tujuan dengan tidak memperdulikan pertimbangan nilai. 2. Rasionalitas Nilai (Wetrationalitaet) Rasionalitas yang ke dua ini memperhitungkan nilai-nilai atau juga segala macam etika yang memperbolehkan atau juga menyalahkan pemakaian langkah tertentu dalam mewujudkan tujuan. Rasionalitas nilai ini lebih mengutamakan kesadaran atas nilai-nilai estetka, etis, dan juga religius



3Menurut KBBI Kata Rasional merupakan suatu pemikiran dan pertimbangan dengan secara logis dengan pikiran yang sehat dan masuk akal.



Tipe-Tipe Rasionalitas Dibawah ini terdapat beberapa tipe rasionalitas ini diantaranya



1. Rasionalitas praktis Rasionalitas praktis ini merupakan jalan hidup yang melihat dan juga yang menilai berbagai kesibukan duniawi dalam hubungannya dengan kebutuhan individu yang murni pragmatis dan juga egoistis.



Type rasionalitas ini keluar bersamaan dengan longgarnya suatu ikatan magi primitif, terdapat didalam semua peradaban dan juga melewati histori. Jadi dia tidak hanya sebatas pada Barat modern.



2. Rasionalitas Teoretis Jenis rasionalitas ini digerakkan pada awal sejarah oleh tukang sihir dan juga pendeta ritual dan setelah itu oleh filsuf, hakim, dan juga lmuwan. Tidak seperti rasionalitas praktis, rasionalitas teoretis ini menggiring orang lain untuk bisa melihat kenyataan keseharian dalam upayanya memahami dunia sebagai kosmos yang mempunyai kandungan arti. Rasionalitas ini teoretis sifatnya lintas peradaban dan juga lintas sejarah.



3. Rasionalitas Substantif Inti dari rasionalitas ini mirip seperti rasionalitas praktis. Rasionalitas substantif ini melibatkan penentuan fasilitas untuk bisa mewujudkan substantif tidak lebih rasional dari pada sistem yang lain. Tipe rasional substantif ini sifatnya lintas peradaban dan juga lintas sejarah, sepanjang terdapat nilai yang berkelanjutan.



Contoh Tindakan Rasional Dibawah ini merupakan beberapa contoh tindakan rasional:



Manusia itu harus bekerja keras apabila ingin mendapatkan uang. Seorang penjahat itu akan ditangkap dan juga akan diadili karena melakukan tindakan yang melanggar hukum. Direktur memberikan bonus kepada pegawai yang menunjukkan prestasi didalam menyelesaikan pekerjaannya. Seseorang akan lebih memilih baju yang rapih dari pada baju yang lecek.



II.



INDUKTIF DAN DEDUKTIF



Deduktif dan Induktif Penalaran deduktif menggunakan informasi, premis atau peraturan umum yang berlaku untuk mencapai kesimpulan yang telah terbukti. Di sisi lain, logika atau penalaran induktif melibatkan generalisasi berdasarkan perilaku yang diamati pada kasus tertentu. Argumen deduktif bisa valid atau tidak valid. Tapi logika induktif memungkinkan kesimpulan itu salah, bahkan jika premis yang mendasarinya benar. Jadi argumen induktif bisa kuat atau lemah.



Alasan deduktif menerapkan aturan umum untuk membuat kesimpulan tentang kasus tertentu. Alasan induktif mengamati pola dalam kasus tertentu untuk menyimpulkan kesimpulan tentang peraturan umum. Misalnya: Semua manusia fana. John adalah seorang pria. Oleh karena itu John adalah fana. Ini adalah contoh penalaran deduktif yang valid. Di sisi lain, inilah contoh penalaran induktif: Kebanyakan pria dengan tangan kanan. John adalah seorang pria. Karena itu, John harus dengan tangan kanan. Kekuatan argumen induktif ini bergantung pada persentase orang kidal dalam populasi. Bagaimanapun, kesimpulannya mungkin berakhir tidak valid karena penalaran induktif tidak menjamin validitas kesimpulan.



Apa Itu Penalaran Deduktif? Penalaran deduktif (logika atas-bawah) kontras dengan penalaran induktif (logika bawah-atas), dan umumnya dimulai dengan satu atau lebih pernyataan umum atau premis untuk mencapai kesimpulan logis. Jika premis itu benar, kesimpulannya harus benar. Pengambilan deduktif digunakan oleh ilmuwan dan ahli matematika untuk membuktikan hipotesis mereka.



Argumen Masuk Akal atau Tidak Masuk akal Dengan penalaran deduktif, argumen mungkin valid atau tidak valid, masuk akal atau tidak masuk akal. Jika logika benar, yaitu kesimpulan mengalir dari premis, maka argumennya valid. Namun, argumen yang



benar mungkin masuk akal atau tidak masuk akal. Jika tempat yang digunakan dalam argumen yang valid benar, maka argumennya adalah masuk akal jika tidak, itu tidak masuk akal.



Sebagai contoh, Semua pria memiliki sepuluh jari. John adalah seorang pria Maka dari itu, John memiliki sepuluh jari Argumen ini logis dan valid. Namun, premis “Semua pria memiliki sepuluh jari.” salah karena beberapa orang terlahir dengan 11 jari. Oleh karena itu, ini adalah argumen yang tidak masuk akal. Perhatikan bahwa semua argumen yang tidak valid juga tidak benar. Jenis Logika Deduktif Hukum Pelepasan Sebuah pernyataan kondisional tunggal dibuat, dan sebuah hipotesis (P) dinyatakan. Kesimpulan (Q) kemudian disimpulkan dari pernyataan dan hipotesis. Misalnya, menggunakan hukum pelepasan dalam bentuk pernyataan if-then: (1.) Jika sudut A> 90 °, maka A adalah sudut tumpul. (2.) A = 125 °. (3.) Oleh karena itu, A adalah sudut tumpul.



Hukum Silogisme Hukum silogisme mengambil dua pernyataan kondisional dan membentuk sebuah kesimpulan dengan menggabungkan hipotesis satu pernyataan dengan kesimpulan yang lain. Misalnya, (1.) Jika rem gagal, mobil tidak akan berhenti. (2.) Jika mobil tidak berhenti, akan terjadi kecelakaan. (3.) Karena itu, jika rem gagal, akan terjadi kecelakaan. Kami menyimpulkan pernyataan akhir dengan menggabungkan hipotesis pernyataan pertama dengan kesimpulan pernyataan kedua. Apa itu Penalaran Induktif? Penalaran induktif, atau induksi, adalah penalaran dari kasus atau kasus tertentu dan mendapatkan peraturan umum. Ini bertentangan dengan metode ilmiahnya. Ini membuat generalisasi dengan mengamati pola dan kesimpulan gambar yang mungkin salah. Argumen yang Kuat dan Tidak Kuat Argumen kuat adalah argumen dimana premis itu benar, maka kesimpulannya sangat mungkin benar. Sebaliknya, argumentasi induktif yang lemah sedemikian rupa sehingga bisa salah meskipun premis yang mereka hadapi benar. Jika argumennya kuat dan premis yang didasarinya benar, maka dikatakan argumen yang meyakinkan. Jika argumennya lemah atau premis yang mengalir darinya salah atau tidak terbukti, maka argumen dikatakan tidak kuat. Sebagai contoh, berikut adalah contoh argumen yang kuat.



Ada 20 cangkir es krim di freezer. 18 dari mereka adalah rasa vanila. Oleh karena itu, semua cangkir es krim adalah vanila. Jika dalam premis argumen sebelumnya # 2 sebelumnya adalah bahwa 2 cangkir itu vanila, maka kesimpulan bahwa semua cangkir vanila akan didasarkan pada argumen yang lemah. Bagaimanapun, semua premis itu benar dan kesimpulannya mungkin salah, namun kekuatan argumennya bervariasi.



Tipe Penalaran Induktif Generalisasi Sebuah generalisasi berasal dari premis tentang sampel sampai kesimpulan tentang populasi. Misalnya, (1.) Sampel S dari populasi P dipilih. Persentase Q dari sampel S memiliki atribut A. (2.) Oleh karena itu, persentase Q dari populasi P memiliki atribut A. Lebih Banyak Contoh Conton Penalaran Deduktif ABCD segiempat memiliki sisi AB ll CD (paralel) dan sisi SM ll AD. Buktikan bahwa itu adalah jajar genjang. Untuk membuktikan hal ini, kita harus menggunakan pernyataan umum yang diberikan tentang segiempat dan mencapai kesimpulan logis.



Contoh lain dari logika deduktif adalah penalaran berikut: Semua labrador retriever adalah anjing. Beberapa labrador retriever adalah hewan peliharaan. Oleh karena itu, beberapa anjing adalah hewan peliharaan. Contoh Penalaran Induktif Jika tiga bentuk berturut-turut adalah segitiga, persegi dan pentagon yang mana yang akan menjadi bentuk selanjutnya? Jika si pelaku mengamati pola tersebut, dia akan mengamati bahwa jumlah sisi dalam bentuk meningkat satu dan karenanya generalisasi pola ini akan membawa dia untuk menyimpulkan bahwa bentuk selanjutnya dalam urutan akan menjadi segi enam. Penerapan Penalaran Induktif dan Deduktif Deduksi juga dapat digunakan sementara untuk menguji induksi dengan menerapkannya di tempat lain. Hukum ilmiah yang baik sangat umum seperti itu dalam penalaran Induktif dan dapat diterapkan dalam banyak situasi untuk menjelaskan fenomena lainnya.