Refarat Skizoafektif Tipe Maniak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. Keempat dan yang paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama.1 Gambaran utama gangguan skizoafektif adalah adanya episode depresi mayor, manik, atau campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala-gejal skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia). Kriteria A skizofrenia tersebut, yaitu adanya waham, halusinasi, perilaku aneh, atau gejala negative. Gejala-gejala ini berlangsung paling sedikit satu bulan.1 Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2 Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR, merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi beberapa diagnosis, dan untuk memastikan bahwa diagnosis memenuhi kriteria baik episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap episode secara tepat.3 Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan.



1



Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.1,3



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Definisi Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai dengan adanya



gejala kombinasi antara skizofrenia dan gangguan afektif yang menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama. Kategori skizoafektif tipe manik digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan efek yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih gejala skizofrenia yang khas. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe depresi.2,4



2.2



Sejarah Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch keduanya



menggambarkan pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif (mood). Karena pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks yang memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan mereka di dalam kelompok psikosis manic-depresif Emil Kraepelin. Di tahun 1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah “gangguan skizoafektif” untuk suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala gangguan mood yang bermakna. Pasien dengan gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala yang tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya. Pasien cenderung memiliki tingkat fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu stressor yang spesifik mendahului onset gejala. Riwayat keluarga pasien sering kali terdapat suatu gangguan mood. Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis skizofrenia. Dari 1933 sampai kira-kira tahun 1970, pasien yang gejalanya mirip dengan gejala pasien-pasien



3



Kasanin secara bervariasi diklarifikasi menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia atipikal, skizofrenia dalam remisi, dan psikosis sikloid.4



2.3



Epidemiologi Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1



persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Berdasarkan national comorbidity study, didapatkan bahwa, 66 orang yang di diagnosa skizofrenia, 81% pernah di diagnosa gangguan afektif yang terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar. Namun, angka tersebut adalah angka perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis gangguan skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan diagnosis. Onset umur pada wanita lebih besar daripada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering sedangkan untuk usia muda lebih seringgangguan skizoafektif tipe bipolar. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang nyata.5



2.4



Etiologi Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu banyak



dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan. Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah diajukan.6 



Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood.







Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood.



4







Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood.







Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan pertama. Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen.



2.5



Tanda dan Gejala Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala



gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan tanda-tanda mania (misalnya, mood hipertim, iritabel, banyak bicara, meningkatnya aktivitas motoric) menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif (misalnya, mood hipotim dan isolasi social) yang menonjol.1,4 1. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik. Suasana perasaan harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan suasana perasaan yang tak begitu mencolok dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang meningkat. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia). 2. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif Harus ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala depresif yang khas atau kelainan perilaku seperti yang terdapat dalam kriteria episode depresif; dalam episode yang sama, sedikitnya harus ada satu atau



5



lebih dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk pedoman diagnostik skizofrenia). 3. Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia ada secara bersama- sama dengan gejala-gejala gangguan afektif bipolar tipe campuran. Anamnesis didapatkan adanya perasaan sedih dan hilangnya minat, berlangsung paling sedikit dua minggu atau rasa senang berlebihan yang berlangsung paling sedikit satu minggu. Gejala-gejala tersebut muncul bersaman dengan pembicaraan kacau, waham, halusinasi, perilaku kacau, atau gejala negative.



Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif. Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III):3 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):1,2,8 



“thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;







“delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus). “delusional perception” =



6



pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. 



Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.







Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).



Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.2 Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.2,7 Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.2 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall



7



quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.1,4



2.6



Diagnosis Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia



maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.2 Klinikus harus mendapatkan informasi yang rinci mengenai awitan (onset) dan hilangnya gejala mood dan psikosis. Tanpa mengetahui lamanya gejala psikosis dan mood, sulit menentukan kriteria B (gejala piskosis tanpa adanya gejala mood) atau Kriteria C (gejala mood terjadi dalam waktu yang cukup lama atau memenuhi “a substansial portion of time”. Istilah “a substansial portion of time” taitu durasi gelaja mood sekitar 15% - 30% dari total durasi lama penyakit. Bila gejala mood muncul dalam periode waktu yang sangat pendek, diagnosisnya adalah skizofrenia.8 Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.2,4



8



Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV) Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif A. Suatu periode penyakit (tidak terputus-putus) , pada suatu waktu, gejala depresi mayor atau episode manik atau episode campuran terdapat bersaman dengan gejala-gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia. Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi. B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol. C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit. D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum. Sebutkan tipe: Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik suatu episode campuran dan episode depresif berat) Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat. Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4.



DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif. Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.5



Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisikondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau



9



membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.2,7



Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)



F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic Pedoman Diagnostik Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manic. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitumenonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.



10



Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejalaskizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.pedomandiagnostic (a) sampai (d).2



2.7



2.8



Pemeriksaan Penunjang4 1.



Pemeriksaan berat badan (BMI), lingkaran pinggang, TD



2.



Pemeriksaan laboratorium, DPL, fungsi liver, profil lipid, fungsi



3.



ginjal, glukosa sewaktu, kadar litium plasma



4.



PANSS, YMRS, MADRS.



Diagnosis Banding4 Diagnosis banding pada skizoafektif, dapat meliputi: 1.



Gangguan psikotik akibat kondisi medik umum



2.



Delirium



3.



Demensia



4.



Gangguan psikotik akibat zat



5.



Skizofrenia



6.



Gangguan mood dengan gambaran psikotik



7.



Gangguan waham



Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang bersama-sama. Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.3,8



11



2.9



Penatalaksanaan Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di



rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif.5 



Psikofarmaka1 Skizoafektif, Episode Manik ( fase akut ). Kriteria akut yaitu1,9 1. Total skor Positive and Negative Symptom Scale- Excited Component z( PANSS-EC) yaitu P4= gaduh gelisah; P7= permusuhan; G4= ketegangan; G8= ketidakkooperatifan; G14= buruknya pengendalian impuls minimal satu butir skornya 4 atau lebih. 2. Kategori nilai the agitation-Calmness Evaluation Scale ( ACES) adalah 1 atau 2 (1= agitasi berat yaitu meningkatnya aktvitas fisik banyaknya pembicaraan, dapat terjadi kekerasan fisik bila diminta diam pasien tidak dapar mengontrol agitasinya, memerlukan perhatian aau supervise terus menerus atau perlu pengikatan; 2= agitasi sedang yaitu peningkatan aktivitas fisik derajat sedang , banyak bicara dan mungkin mengancam secara verbal, tidak ada kekerasan fisik, dapat mengontrol tanda-tanda agitasi bila diminta, memerlukan supervisi atau perawatan standar) 3. Nilai Young Mania rating Scale ( YMRS) adalah 20 dan dua butir skornya 4 yaitu iritabilitas, pembicaraan, Isi, dan perilaku agresif.



12



4. Nilai 4 pada Clinical Global Impression- severity of illness (CGI-SI) psikofarmaka. Injeksi1 Olanzapine 2x 5-10 mg/ hari dengan diazepam 2x10mg/hari Oral Terapi kombinasi :1,9 1. Olanzapine 1x10-30 mg/hari atau risperidone 2x1-3mg/hari atau quetiapine hari I (200mg), hari II (400mg), hari III (600mg) dan seterusnyaz atau aripirazol 1x10-30 mg/hari. 2. Lithium Karbonat 2x400 mg, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2 mEq/L9 biasanya dicapai dengan dosis lithium karbonat 1200-1800 mg/hari, atau divalproat dengan dosis 3x250 mg/ hari (atau konsentrasi plasma 50-125 mikrog/L) 3. Lorazepam 3x 1-2mg/hari bila perlu



ECT



: 3 x per minggu (untuk pasien refrakter)



Psikoterapi



: 2x/minggu



Edukasi Keluarga



: 1x/minggu



Skizoafektif ( fase lanjutan ) Pasien dikatakan remisi bila:1,3 1. Total skor YMRS £ 8 disertai satu skor £ 2 pada butir Iritabilitas, Pembicaraan, Isi, Dan perilaku agresif. 2. Total skor MADRS ≤ 10 3. Total skor PANNS adalah ≤ 40 4. Skor masing-masing butir PANSS EC adalah ≤ 3. 5. Skor ACES adalah 8 yaitu tidak ada aktivitas verbal dan fisik dan dapat tidur nyenyak.



13



6. CGI-SI adalah ≤ 2. Monoterapi1 1. Lithium karbonat 0,6-1 mEq/L biasanya dicapai dengan dosis 900-1200 mg/hari sekali sehari malam. 2. Divalproat dengan dosis 500 mg/hari 3. Olanzapin 1 x 10 mg/hari 4. Quetiapin dengan dosis 450-600 mg/hari 5. Risperidone dengan 1-4 mg/hari 6. Aripirazol dengan dosis 10-20 mg/hari 7. Klozapin dosis 300-750 mg/hari (bagi pasien yang refrakter)



Terapi kombinasi Kombinasi obat-obat diatas. Penggunaan anidepresan jangka panjang untuk skizoafektif tipe episode depresi mayor tidak dianjurkan karena dapat menginduksi terjadinya episode mania.1 



Klozapin dosis 300-750mg/hari (pasien yang refrakter) Lama pemberian obat fase lanjutan 2-6 bulan sampai tercapai recovery yaitu bebas gejala selama 2 bulan.1



ECT



: 3 x per minggu (untuk pasien refrakter)



Psikoterapi



: 3x/minggu



Edukasi Keluarga



: 1x/minggu



2.10



Psikoterapi Dapat diberikan psikoterapi individual, jarang dilakukan terapi kelompok



,karena biasanya mereka sering tidak nyaman dan kurang mampu bertoleransi dalam terapi kelompok terutama bila dengan pasien yang beraneka ragam diagnosisnya. Bila



14



akan dilakukan, lebih baik pada pasien yang dirawat inap, bukan saat rawat jalan. Psikiterapi individual yang dapat diberikan berupa psikoterapi suportif, client centered therapy, atau terapi perilaku. Psikoterapi suportifnya sebaiknya yang berfokus pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien dengan orang-orang terdekatnya. Ketrampilan sosial dan okupasional juga banyak membantu agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam kehidupan sehari-harinya.10



2.11



Edukasi Keluarga Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi deteriorasi yang mungkin



dapat terjadi. Diskusi dapat tentang problem sehari-hari, hubungan dengan keluarga, dan hal-hal kasus lainnya, misalnya tentang rencana Pendidikan, atau pekerjaan pasien.10



2.12



Prognosis Prognosis skizoafektif lebih baik dari pada skizofrenia tetapi lebih buruk bila



dibandingkan dengan gangguan mood. Perjalanan penyakitnya cenderung tidak mengalami deteriorasi dan responsnya tehadap litium lebih baik daripada skizofrenia.Sebagai



suatu



kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif



mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.4,7 Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak



15



ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit.8,10 Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan gangguan skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut. Insidensi bunuh diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen.4



16



BAB III KESIMPULAN



Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala afektif terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya. Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga, pengembangan skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi kognitif. Pada farmakoterapi, digunakan kombinasi anti psikotik dengan anti depresan bila memenuhi kriteria diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif. Sedangkan apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi yang diberikan adalah antara anti psokotik dengan mood stabilizer. Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka pronosisnya buruk, dan sebaliknya semakin persisten gejala-gejala gangguan afektifnya, prognosis diperkirakan akan lebih baik.



17



DAFTAR PUSTAKA



1. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Ketiga Cetakan ke-1. 2017. Jakarta, Indonesia: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 223-227. 2. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III. Cetakan Pertama. 1993. 3. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi Ketujuh. 2013. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta. Hal 1169-1189. 4. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Buku Pedoman Kesehatan Jiwa, Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat. 2010. 5. Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998. 6. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: BagianIlmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya; 2007 7. Duckworth, Freedman. Schizoaffective disorder [internet]; 2012 [disitasi tanggal 15 Mei 2015]. 8. Maramis, W.F., 2009. Retardasi Mental dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi kedua. Surabaya : pusat penerbitan dan percetakan UNAIR 9. Olfson, Mark. Treatment Patterns for Schizoaffective Disorder and Schizophrenia



Among



Medicaid



Patients.



Diakses



melalui:



www.psychiatryonline.org/data/Journals/ 10. American Psychiatric Associatio. Scizoaffective Disorder. Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th Edition, Text Revision, Washington, DC, American Psychiatric Association, 2000, hal. 319-323 11. Perlis RH. Use treatment guiledines in clinical decision making in bipolar disorder: apilot survey of clinicians. Curr Med Res Opin 2007. Hal 467-475.



18