Referat Gangguan Kepribadian  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Kepribadian merupakan totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi biasa. Sifatnya stabil dan dapat diramalkan ( Elvira, 2017). Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan secara subjektif. Orang dengan Gangguan Kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan dan diri sendiri yang bersifat berakar mendalam tidak fleksibel serta bersifat maladaptif ( Elvira, 2017). Terdapat



beberapa



etiologi



yang



dapat



menimbulkan



gangguan



kepribadian seperti faktor genetik, faktor biologi ( hormon, neurotransmiter), dan faktor psikoanalitik ( Elvira, 2017). Gangguan kepribadian memiliki perbedaan dengan ciri kepribadian, ciri kepribadian masih bersifat fleksibel, dan gambaran klinisnya tidak memenuhi kriteria atau pedoman diagnostik, bersifat lebih ringan dari gangguan kepribadian. Baik ciri kepribadian dan gangguan kepribadian dicatat dalam Aksis 2, akan tetapi hanya gangguan kepribadian yang diberikan kode diagnostik sesuai PPDGJ-III ( Nevid, 2003) DSM membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok: ( Sadock, 2010) Kelompok A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal. Kelompok B : orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional, dan eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang (borderline), histrionik, dan narsistik. Kelompok C : orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesifkompulsif.



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Kepribadian merupakan totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi biasa. Sifatnya stabil dan dapat diramalkan ( Elvira, 2017). Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan secara subjektif. Orang dengan Gangguan Kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan dan diri sendiri yang bersifat berakar mendalam tidak fleksibel serta bersifat maladaptif. Pada seseorang dengan Gangguan Kepribadian, terjadi disfungsi dalam hubungan keluarga, pekerjaaan, fungsi sosial. Dapat pula berkaitan dengan tindakan kriminal, penyalah gunaan zat, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian, problem memelihara anak, sering datang ke klinik gawat darurat. ( Elvira, 2017) Karakter merupakan ciri kepribadian yang dibentuk oleh proses perkembangan dan pengalaman hidup. Tempramen dipengaruhi oleh faktor genetik atau konstitusional yang terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru stabil sesudah anak itu usia beberapa tahun (Elvira, 2017). ETIOLOGI A. Faktor genetik Bukti terbaik bahwa faktor genetik berkontribusi terhadap gangguan kepribadian berasal dari investigasi dari 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kembar monozigot memiliki kesesuaian untuk gangguan kepribadian beberapa kali lipat dibandingkan dengan kembar dizigotik. Selain itu, menurut sebuah studi, kembar monozigot yang dibesarkan secara terpisah memiliki kesamaan dengan kembar monozigot yang dibesarkan bersamasama.



Kemiripan



meliputi



beberapa



penilaian



kepribadian



dan 2



temperamen, minat pekerjaan dan waktu luang, dan sikap sosial (Elvira, 2017). Kelompok A lebih umum memiliki kaitan biologis anggota keluarga dengan skizofrenia daripada di kelompok kontrol. Lebih banyak gangguan kepribadian schizotypal terjadi dalam sejarah keluarga penderita schizophrenia daripada di kelompok kontrol. Korelasi kurang ditemukan antara gangguan kepribadian paranoid atau skizoid dan skizofrenia. Kelompok B tampaknya memiliki dasar genetik. Gangguan kepribadian antisosial dikaitkan dengan gangguan penggunaan alkohol. Depresi adalah latar belakang yang umum pada keluarga pasien dengan gangguan kepribadian ambang (borderline). Pasien-pasien ini lebih memiliki kerabat dengan gangguan mood daripada kelompok kontrol, dan orang-orang dengan gangguan kepribadian borderline sering memiliki gangguan mood juga. Sebuah asosiasi yang kuat ditemukan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan somatisasi (sindrom Briquet); pasien dengan gangguan-gangguan tersebut menunjukkan gejala yang tumpang tindih. Kelompok C mungkin juga memiliki dasar genetik. Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar seringkali memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Ciri-ciri obsesif-kompulsif yang lebih sering terjadi pada kembar monozigot dibandingkan kembar dizigotik, dan pasien dengan kepribadian obsesif-kompulsif menunjukkan beberapa tanda-tanda yang terkait dengan depresi (misalnya memendeknya periode latensi rapid eye movement (REM) dan hasil abnormal dexamethasone-suppression test (DST). B. Faktor biologi 



Hormon Orang yang menunjukkan sifat impulsif juga sering menunjukkan tingkat testosteron, 17-estradiol, dan estron yang tinggi. Pada primata, androgen meningkatkan kemungkinan agresi dan perilaku seksual, tetapi peran testosteron dalam agresi manusia tidak jelas. Hasil DST ditemukan 3



abnormal pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian borderline yang juga memiliki gejala depresi (Elvira, 2017).







Monoamine Oksidase trombosit Pada binatang monyet, rendahnya tingkat monoamine oksidase trombosit berkaitan dengan aktifitas dan keakraban. Mahasiswa dengan kadar monoamine oksidase trombosit rendah dilaporkan menghabiskan lebih banyak waktu dalam kegiatan sosial dari siswa dengan kadar monoamine oksidase trombosit tinggi. Tingkat monoamine oksidase trombosit yang rendah juga telah dicatat pada beberapa pasien dengan gangguan skizotipal (Elvira, 2017).







Gerakan mata pursuit halus Gerakan mata pursuit halus adalah saccadic (yaitu, gelisah) pada orang yang introvert, yang memiliki rasa rendah diri dan cenderung untuk menarik diri, dan yang memiliki gangguan kepribadian skizotipal. Temuan ini tidak memiliki aplikasi klinis, tetapi mereka menunjukkan peran inheritance (Elvira, 2017).







Neurotransmiter Endorfin memiliki efek yang sama dengan morfin eksogen, seperti analgesia dan penekan gairah (arousal). Tingkat endorfin endogen yang tinggi mungkin berhubungan dengan orang-orang yang phlegmatis. Studi sifat



kepribadian



dan



sistem



dopaminergik



dan



serotonergik



mengindikasikan fungsi gairah-mengaktifkan untuk neurotransmitter. Tingkat 5-hydroxyindoleacetic asam (5-HIAA), suatu metabolit serotonin, adalah rendah pada orang yang agresif & impulsif serta mencoba bunuh diri. Meningkatkan kadar serotonin dengan agen serotonergik seperti fluoxetine (Prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatis dalam beberapa karakter kepribadian. Pada banyak orang, serotonin mengurangi depresi,



impulsif,



dan



dapat



menghasilkan



rasa



kesejahteraan.



Peningkatan konsentrasi dopamin dalam sistem saraf pusat, yang diproduksi oleh psikostimulan tertentu (misalnya, amfetamin) dapat menyebabkan euforia. Efek neurotransmitter pada sifat kepribadian telah 4



dihasilkan banyak perhatian dan kontroversi tentang apakah sifat-sifat kepribadian bawaan atau diperoleh (Elvira, 2017). 



Elektrofisiologi Perubahan konduktansi listrik pada elektroensefalogram (EEG) terjadi pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering jenis antisosial dan borderline; perubahan ini muncul sebagai gelombang lambat aktivitas di EEG (Elvira, 2017).



C. Faktor psikoanalitik Sigmund Freud menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada satu tahap perkembangan psikoseksual. Misalnya, mereka dengan karakter oral pasif dan dependen karena mereka terpaku pada tahap oral, ketika ketergantungan pada orang lain untuk makanan adalah menonjol. Mereka dengan karakter anal keras kepala, pelit, dan sangat teliti karena perebutan pelatihan toilet selama periode anal. Wilhelm Reich kemudian menciptakan istilah character armor untuk



menggambarkan



karakteristik



gaya



orang



'defensif



untuk



melindungi diri dari impuls internal dan dari kecemasan interpersonal dalam hubungan yang signifikan. Teori Reich memiliki pengaruh yang luas pada konsep-konsep kontemporer gangguan kepribadian dan kepribadian. Misalnya, prangko yang unik setiap manusia dari kepribadian dianggap sangat ditentukan oleh karakteristiknya atau mekanisme pertahanan dirinya. Setiap gangguan kepribadian dalam Axis II memiliki sekelompok pertahanan yang membantu dokter psikodinamik mengenali jenis karakter patologi yang ada. Orang dengan gangguan kepribadian paranoid,



misalnya,



menggunakan



proyeksi,



sedangkan



gangguan



kepribadian skizoid dikaitkan dengan penarikan. Ketika pertahanan bekerja secara efektif, orang dengan gangguan kepribadian menguasai perasaan cemas, depresi, marah, malu, bersalah, dan lainnya mempengaruhi. Mereka sering melihat perilaku mereka sebagai ego-syntonic. Mereka juga mungkin enggan untuk terlibat dalam 5



proses pengobatan, karena pertahanan mereka adalah penting dalam mengendalikan mempengaruhi menyenangkan, mereka tidak tertarik untuk menyerahkan mereka. Selain karakteristik pertahanan dalam gangguan kepribadian, fitur lain yang penting adalah



hubungan-hubungan objek internal. Selama



pengembangan, pola-pola tertentu dari diri dalam kaitannya dengan orang lain diinternalisasikan. Melalui introyeksi, anak-anak menginternalisasi orang tua atau orang lain yang signifikan sebagai kehadiran internal yang terus merasa seperti obyek bukan suatu diri. Melalui identifikasi, anakanak menginternalisasi orang tua dan orang lain sedemikian rupa sehingga sifat-sifat dari objek eksternal dimasukkan ke dalam diri dan anak memiliki ciri-ciri. Representasi diri secara internal dan representasi objek sangat penting dalam mengembangkan kepribadian dan, melalui eksternalisasi dan identifikasi proyektif, yang dimainkan di skenario antarpribadi di mana orang lain yang dipaksa memainkan peran dalam kehidupan internal seseorang. Oleh karena itu, orang dengan gangguan kepribadian juga diidentifikasi oleh pola tertentu keterkaitan interpersonal yang berasal dari pola-pola hubungan internal objek (Elvira, 2017). KLASIFIKASI Pedoman diagnostik Gangguan Kepribadian: ( Sadock, 2010) 1. Sikap dan perilaku yang amat tak serasi dalam beberapa fungsi (afek, kesadaran, pengendalian impuls, persepsi dan cara berpikir, hubungan dengan orang lain. 2. Pola perilaku itu berlangsung lama, berjangka panjang, tidak terbatas pada episode gangguan jiwa. 3. Bersifat pervasif, maladaptif, terhadap keadaan pribadi dan hubungan sosial yang luas. 4. Menyebabkan penderitaan pribadi yang berarti 5. Biasanya berhubungan dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial.



6



Gangguan kepribadian dicantumkan pada Aksis II dalam sistem diagnostik multiaksial DSM-IV-TR.



DSM-IV menetapkan kriteria umum diagnostik untuk gangguan kepribadian yang meliputi: a) Pola pengalaman batin dan perilaku yang menyimpang dari budaya yang diharapkan. Pola ini dapat bermanifestasi dalam dua atau lebih area berikut: kesadaran, afek, pengendalian impuls, dan hubungan dengan orang lain. b) Pola yang tidak fleksibel dan berakar mendalam (menyerap). c) Pola yang mengarah pada penderitaan yang signifikan. d) Pola yang stabil dan dapat ditelusuri kembali ke masa remaja dan awal masa dewasa. e) Pola ini bukan merupakan manifestasi dari gangguan mental lain. f)



Pola ini tidak memiliki efek fisiologis langsung dari penggunaan zat (contoh penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum (contoh cidera kepala).



DSM membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok: Kelompok A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal. Kelompok B : orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional, dan eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang (borderline), histrionik, dan narsistik. Kelompok C : orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesifkompulsif. JENIS JENIS GANGGUAN KEPRIBADIAN A. Gangguan Kepribadian Paranoid Kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain, berpikir bahwa orang lain berniat buruk kepadanya; kondisi ini bersifat pervasif, awitan dewasa muda, nyata 7



dalam pelbagai konteks. Akibatnya mereka sering menuduh keluarga atau orang lain akan mengeksploitasi, mencelakakan dirinya, bersifat tidak setia atau tidak dapat dipercaya. Terhadap pasangannya seringkali bersifat cemburu patologis atau meragukan kesetiaan pasangannya. Mereka mengeksternalisasikan perasaannya dan menggunakan mekanisme defensi proyeksi sehingga segala pikiran dan perasaan buruknya yang tidak mau diterimanya sebagai bagian dari dirinya, dilontarkannya kepada orang lain dan menuduh orang lainlah yang bersifat demikian. Mereka jarang sekali menunjukkan kehangatan dan sering bersikap tidak emosional, mereka sangat memberi perhatian kepada kekuasaan dan kepangkatan, membenci orang yang dianggap lemah, berpenyakitan atau ada kecacatan. Sering pula mereka bersifat sangat “bussines like” dan menimbulkan suasana ketakutan atau konflik dengan orang lain (Elvira, 2017). Pedoman Diagnostik: a. Peka berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan b. Cenderung pendendam, menolak memaafkan suatu penghinaan, atau masalah kecil menyebabkan hatinya terluka c. Kecurigaan yang pervasif yang bersifat menyalah artikan suatu tindakan netral atau bersahabat dari seseorang sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan d. Memertahankan dengan gigih hak pribadinya e. Berulangkali curiga tanpa dasar akan kesetiaan seksual pasangannya f. Mempunyai sikap menyangkut diri berlebih (hal netral dari lingkungan atau orang lain dirasakannya berkaitan secara negatif dengan dirinya) g. Dirundung rasa “ persekongkolan terhadap dirinya” Epidemiologi Prevalensi sebesar 0,5%-2,5% penduduk rata-rata. Jarang sekali mereka mau datang atas kemauan sendiri, kebanyakan diantar oleh keluarganya atau oleh teman kerja. Umumnya mereka tidak tampak menderita. Ada banyak di antara mereka mempunyai anggota keluarga yang menderita Skizofrenia. Gangguan ini lebih banyak terdapat pada laki-laki dari pada perempuan. Kini terbukti angka 8



Gangguan Kepribadian Paranoid tidak lebih tinggi di kalangan homoseksual, akan tetapi dengan makin tingginya penduduk yang homofobia tentunya akan meninggikan angka itu selain gejala lain berupa rasa tertekan (distress). Gangguan ini terbukti banyak ditemukan di antara imigran, kelompok minoritas dan orang menderita ketulian (Elvira, 2017). Terapi Terapi yang terbaik adalah psikoterapi. Terapis perlu bersikap jujur, mantap, konsisten, profesional serta tidak terlalu bersikap hangat atau akrab dengan pasien. Ingat bahwa persoalan pasien adalah kepercayaan serta toleransi terhadap keintiman. Terapis jangan bersikap terlalu menginterpretasi khususnya dalam soal soal yang berhubungan dengan rasa dependensi, soal seksualitas dan keinginan untuk intim, karena hal itu justru dapat cepat menghilangkan kepercayaan pasien terhadap terapis. Banyak pasien mendapat manfaat dengan terapi jenis “social skilss training”. Farmakoterapi dapat diberikan untuk gejala agitasi dan kecemasan. Dapat diberikan obat anti cemas seperti klobazam atau diazepam, dapat pula diberi obat anti psikotik seperti haloperidol dalam dosis kecil dan untuk sementara waktu. Pimozide seringpula memberi hasil yang memuaskan (Elvira, 2017). B. Gangguan (Kepribadian) Skizotipal Catatan: perlu dicatat bahwa dalam PPDGJ III, Gangguan skizotipal dikategorikan dalam blok F3 yaitu dalam kelompok Skizofrenia karena ada hubungan genetik dengan Skizofrenia, sedangkan dalam DSM-IV, dikategorikan dalam Gangguan Kepribadian. Definisi: Terdapat pola defisit hubungan sosial dan interpersonal, yaitu merasa tidak nyaman dan kurang mampu membina hubungan akrab, disertai distorsi kognitif atau persepsi dan perilaku yang eksentrik, bersifat pervasif, awitannya dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai konteks atau situasi kehidupan (Elvira, 2017). Epidemiologi



9



Dari kira kira 3 % penduduk, terbukti banyak orang dengan Gangguan Kepribadian Skizotipal ada hubungan keluarga dengan penderita Skizofrenia dibandingkan dengan kontrol, angka itu juga lebih tinggi diantara kembar monozigot. Gambaran Klinis Sering cara pikir dan komunikasinya mempunyai arti khusus bagi dirinya sehingga perlu interpretasi. Sering pula ia tidak mengerti atau mengetahui perasaannya sendiri tapi sebaliknya sangat sensitif terhadap perasaan marah orang lain. Sering pula sangat percaya pada takhayul, merasa mempunyai kekuatan khusus seperti kemampuan “clairvoyance”, atau merasa bahwa dirinya mempunyai kemampuan cara berpikir atau tilikan khusus. Dunia “dalamnya” penuh dengan hubungan imaginer, rasa takut, dan fantasi kekanakan. Ada juga ilusi persepsi atau merasa bahwa orang lain semuanya sama atau seperti “ kayu atau kaku”. Hubungan interpersonalnya buruk dari berprilaku tidak sesuai, kehidupannya menyendiri dan hanya sedikit temannya. Sering pula ia menderita gangguan Kepribadian Ambang. Bila ada stres sering menunjukan gejala psikotik, tapi biasanya berjangka pendek (Elvira, 2017). Pedoman Diagnosis A. Ada gangguan yang parah dalam hubungan sosial dan interpersonal yang ditandai kurangnya dan ketidaknyamanan dalam hubungan interpersonal, disertai dengan gangguan fungsi kognitif atau distorsi perseptual, dan berprilaku eksentrik yang dimulai sejak usia dewasa muda hingga sekarang dalam pelbagai konteks situasi. Manifestasinya paling sedikit 5 dari yang berikut: 1. Ideas of reference (tetapi bukan yang berupa waham rujukan) 2. Kepercayaan yang “aneh” atau pikiran “magic” yang tidak sesuai dengan latar belakang budayanya, mis. Takhayul, percaya akan telepati, ramalan atau “clairvoyance” atau indra keenam. Pada anak dan remaja terdapat preokupasi dengan fantasi aneh 3. Persepsi atau pengalaman yang tidak lazim termasuk ilusi tubuhnya 4. Pikiran dan pembicaraan yang aneh, mis. Bersifat samar, sirkumtansial, mempunyai rincian berlebih atau stereotipik. 10



5. Sering bersifat curiga atau berideparanoid 6. Afeknya sempit atau tidak serasi 7. Perilaku atau penampilannya aneh atau eksentrik 8. Sedikit sekali berkawan akrab atau mempunyai teman yang dipercaya, hal itu tidak berkaitan dengan persepsi negatif tentang dirinya, akan tetapi berdasarkan ide paranoidnya. 9. Kecemasan sosial yang berlebihan dan tidak menghilang walaupun sudah lama berkenalan, cendrung berkaitan dengan ketakutan paranoid dan bukan karena pandangan negatif tentang dirinya sendiri B. Gejala itu tidak secara ekslusif timbul selama ia menderita Skizofrenia, gangguan “mood” depresif dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lain, atau gangguan autistik. Catatan: bila gejala itu sudah ada sebelum timbul skizofrenia, maka harus dicatat: Gangguan Kepribadian Skizotipal (pramorbid) Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Skizoid, Gangguan Kepribadian Menghindar, Gangguan Kepribadian Ambang, Gangguan Kepribadian Paranoid, Skizofrenia Terapi Psikoterapi Sama dengan Gangguan Kepribadian Skizoid, hanya terapis harus bersikap lebih sensitif, khususnya apabila menyangkut kepercayaan, atau perilaku keagamaan yang “aneh”, terapis jangan mencemooh atau bersifat menghakimi. Farmakoterapi Obat anti psikotik dan antidepresan. C. Gangguan Kepribadian Skizoid Definisi: Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai kemampuan ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal. Bersifat pervasif, berawal sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks. Pasien umumnya dilihat oleh orang lain sebagai orang yang aneh, terisolasi, dan kesepian (Sadock, 2010). Epidemiologi 11



Prevalensi gangguan kepribadian skizoid belum dibuktikan secara jelas, tetapi gangguan ini mempengaruhi 7,5% dari seluruh populasi. Ratio berdasarkan gender juga belum diketahui; beberapa penelitian melaporkan ratio pria:wanita adalah 2:1. Orang dengan gangguan ini tertarik pada pekerjaan yang sendirian yang hanya mencakup sedikit bahkan tidak ada kontak dengan orang lain. Banyak yang lebih memilih pekerjaan pada malam hari dibandingkan siang, sehingga mereka tidak harus berhubungan dengan orang lain. Gambaran Klinis Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tampaknya menjadi dingin dan menyendiri, mereka tampak terpencil dan menunjukkan tidak ada keterlibatan dengan peristiwa sehari-hari dan keprihatinan terhadap orang lain. Mereka tampil tenang, jauh, exclusive, dan tidak ramah. Mereka mungkin mengejar kehidupan mereka sendiri dengan kebutuhan sangat sedikit atau kerinduan untuk ikatan emosional, dan mereka yang terakhir menyadari perubahan dalam mode populer. Sejarah kehidupan dari orang-orang tersebut mencerminkan kepentingan soliter dan sukses di nonkompetitif, pekerjaan kesepian dimana orang lain sulit untuk mentolerir. Kehidupan seksual mereka mungkin ada secara eksklusif dalam fantasi, dan mereka dapat menunda tanpa batas seksualitas dewasa. Pria mungkin tidak menikah karena mereka tidak mampu mencapai keintiman; wanita pasif mungkin setuju untuk menikah dengan pria yang agresif yang ingin pernikahan. Orang



dengan



gangguan



kepribadian



skizoid



biasanya



mengungkapkan



ketidakmampuan seumur hidup untuk mengekspresikan kemarahan secara langsung. Mereka dapat menginvestasikan energi afektif yang sangat besar dalam kepentingan yang tidak berkaitan dengan manusia, seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin sangat melekat pada hewan. Mode diet dan kesehatan, gerakan filosofis, dan skema perbaikan sosial, terutama yang tidak memerlukan keterlibatan pribadi, sering memikat mereka. Meskipun orang-orang dengan gangguan kepribadian skizoid muncul egois dan hilang dalam lamunan, mereka memiliki kapasitas normal untuk mengenali realitas. Karena tindakan agresif jarang dimasukkan dalam repertoar respon biasa, ancaman yang paling nyata atau khayalan, yang ditangani oleh kemahakuasaan12



angan atau pengunduran diri. Mereka sering dilihat sebagai menyendiri, namun orang-orang seperti kadang-kadang dapat memahami, mengembangkan, dan memberikan kepada dunia ide-ide benar-benar asli dan kreatif (Sadock, 2010)



Diagnosis Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid dapat tampak sakit dalam keadaan istirahat di tempat. Mereka jarang mengadakan kontak mata, dan pewawancara dapat menduga bahwa pasien ingin sekali menyudahi wawancara. Afek terbatas, menyendiri, atau tidak tepat serius, tetapi di balik sikap acuh tak acuh, dokter yang sensitif dapat mengenali ketakutan. Pasienpasien ini sulit untuk menjadi ceria. Upaya pada humor mungkin tampak remaja dan melenceng. Kemampuan bicara mereka terarah, tetapi mereka cenderung memberikan jawaban singkat untuk pertanyaan dan untuk menghindari percakapan spontan. Mereka kadang-kadang dapat menggunakan kiasan yang tidak biasa, seperti metafora aneh, dan mungkin terpesona dengan benda mati atau konstruksi metafisik. Konten mental mereka dapat mengungkapkan rasa yang tidak beralasan dari keintiman dengan orang-orang yang mereka tidak tahu siapa mereka baik atau tidak dilihat untuk waktu yang lama. Kemampuan sensoris utuh, fungsi memori baik, dan interpretasi pepatah mereka abstrak (Sadock, 2010) Kriteria diagnostik gangguan kepribadian skizoid berdasarkan DSM IV: A. Sebuah pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut: 1. Tidak ada keinginan atau tidak menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi bagian dari sebuah keluarga 2. hampir selalu memilih kegiatan soliter 3. memiliki sedikit, jika ada, minat memiliki pengalaman seksual dengan orang lain 4. hanya sedikit aktivitas yang memberikannya kebahagiaan 13



5. tidak memiliki teman dekat atau kepercayaan selain keluarga tingkat pertama 6. tidak peduli pada pujian atau kecaman/ kritik dari orang lain 7. menunjukkan emosi yang dingin, afek datar B. Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood dengan fitur psikotik, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum. Diagnosa banding Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari skizofrenia, gangguan delusi, dan gangguan afektif dengan fitur psikotik berdasarkan periode dengan gejala psikotik yang positif, seperti delusi dan halusinasi di bagian kedua. Walaupun pasien gangguan kepribadian paranoid memiliki banyak kemiripan dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, pasien gangguan paranoid menunjukkan keterlibatan lebih ikatan sosial, sejarah perilaku verbal agresif, dan kecenderungan lebih besar untuk proyeksi perasaan mereka ke orang lain. Jika hanya secara emosional terbatas, pasien dengan obsesif-kompulsif dan gangguan kepribadian menghindar mengalami kesepian sebagai dysphoric, memiliki sejarah yang lebih kaya dari hubungan-hubungan objek masa lalu, dan tidak terlibat sebanyak dalam lamunannya autis. Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dan satu dengan gangguan kepribadian skizoid adalah bahwa pasien yang skizotipal lebih mirip dengan pasien dengan skizofrenia dalam keanehan persepsi, pikiran, perilaku, dan komunikasi. Pasien dengan



gangguan



kepribadian



menghindar



terisolasi



tapi



sangat



ingin



berpartisipasi dalam kegiatan, karakteristik tersebut tidak ditemukan pada mereka dengan gangguan kepribadian skizoid. Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari gangguan autistik dan sindrom Asperger dengan lebih interaksi sosial sangat terganggu dan perilaku stereotip. Tatalaksana A. Psikoterapi Tatalaksana pasien dengan gangguan kepribadian skizoid mirip dengan penanganan pada orang dengan gangguan kepribadian paranoid. Pasien 14



dengan skizoid cenderung mengarah introspeksi, bagaimanapun juga, kecenderungan ini bersifat konsisten dengan harapan psikoterapis, dan pasien menjadi sangat setia. Seiring berkembangnya kepercayaan, pasien dengan skizoid dapat dengan kegaduhan yang hebat, menunjukkan fantasi yang sangat banyak, teman imaginer, dan ketakutan atas ketergantungan yang tidak tertahankan meskipun bersatu dengan terapis. Dalam keadaan terapi kelompok, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid dapat diam untuk waktu yang lama; meskipun demikian, mereka nantinya akan berpartisipasi. Pasien harus dilindungi terhadap serangan agresif dari anggota kelompok karena kecenderungannya untuk diam. Seiring waktu, anggota kelompok akan menjadi penting bagi pasien dengan skizoid dan menumbuhkan satu-satunya interaksi sosial dalam kehidupannya yang terisolasi. B. Farmakoterapi Farmakoterapi dengan dosis kecil anti-psikotik, anti-depresan, dan psikostimulan serotonergik



memberikan membuat



keuntungan



pasien



kurang



bagi



beberapa



sensitif



pasien. Agen



terhadap



penolakan.



Benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan interpersonal. Perjalanan Gangguan dan prognosis Timbulnya gangguan kepribadian skizoid biasanya terjadi pada anak usia dini. Seperti dengan semua gangguan kepribadian, gangguan kepribadian skizoid adalah tahan lama, tetapi belum tentu seumur hidup. Proporsi pasien yang dikenakan skizofrenia tidak diketahui D. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Definisi: Bertindak impulsif tanpa mempertimbangkan dampaknya, afek atau emosinya tidak stabil atau kurang pengendalian diri, dapat menjurus pada ledakan kemarahan atau perilaku kekerasan. Ada dua tipe yaitu impulsif dan ambang (Elvira, 2017). Epidemiologi



15



Ditemukan pada kira-kira 1-2 % penduduk, pada perempuan dua kali lebih banyak dibandingkan laki-laki. Banyak diantara mereka mempunyai anggota keluarga yang menderita depresi berat, penyalahgunaan alkohol dan Gangguan Kepribadian Ambang (Elvira, 2017). Tipe impulsif: Ciri khas: ketidakstabilan emosi, kurang pengendalian impuls. Sering terjadi ledakan kemarahan atau berprilaku mengancam orang, khususnya sebagai tanggapan dari kritik orang lain (Elvira, 2017). Tipe ambang: Ciri khas: ketidakstabilan emosi, citra diri, tujuan hidup, serta preferensi internalnya(seringkali juga orientasi seksualnya) sering tidak jelas dan terganggu. Acapkali ada perasaan hampa secara kronis. Sangat cenderung untuk membina hubungan interpersonal yang intensif tapi tidak stabil, sehingga terjadi krisis emosi yang berulang, dan hal itu sering pula berkaitan dengan upaya berlebihan supaya tidak ditinggal pasangannya. Kadang-kadang ia cepat bersikap akrab dengan orang yang tidak dikenalnya (bahkan melakukan hubungan seks yang sembarangan) hanya untuk menghilangkan perasaan kesepian. Ia sering pula melakukan ancaman bunuh diri atau perilaku mencederai dirinya (seringpula tanpa faktor pencetus yang jelas) (Elvira, 2017). TERAPI Psikoterapi Hasilnya akan lebih baik bila digabung farmakoterapi. Terapi perilaku, Latihan kertampilan sosial (social skills training), lebih baik lagi dengan rekaman dan “playback” videotape agar mereka melihat sendiri bagaimana perilakunya mempengaruhi reaksi orang lain (Elvira, 2017). Farmakoterapi Obat antipsikotik untuk mengendalikan kemarahan dan episode psikotik singkatnya. Anti depresant khususnya SSRI, Benzodiazepin (mis. alprazolam), anti konvulsan (mis. karbamazepin) (Elvira, 2017). E. Gangguan Kepribadian Antisosial



16



Definisi : pola perilaku pengabaian dan perlanggaran pelbagai hak orang lain, bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks ( Sadock, 2010). Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3% pada pria dan 1% pada wanita. Hal ini paling umum ditemukan di daerah perkotaan miskin dan antara penduduk yang sering berpindah-pindah. Timbulnya gangguan adalah sebelum usia 15. Gadis biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki bahkan lebih awal. Dalam populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian antisosial dapat setinggi 75%. Apabila terdapat riwayat anggota keluarga yang menderita gangguan yang sama, gangguan ini lima kali lebih umum di antara tingkat pertama kerabat laki-laki dengan gangguan dari kelompok kontrol ( Sadock, 2010). Gejala klinis Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial seringkali dapat tampak normal dan bahkan menawan dan manis. Riwayat mereka mengungkapkan banyak bidang kehidupan berfungsi teratur. Berbohong, pembolosan, lari dari rumah, pencurian, perkelahian, penyalahgunaan zat, dan kegiatan ilegal adalah pengalaman khas yang pasien laporkan sebagai awal di masa kecil. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial sangat mewakili apa yang disebut para penipu. Mereka sangat manipulatif dan sering dapat berbicara orang lain untuk berpartisipasi dalam skema cara mudah untuk membuat uang atau untuk mencapai ketenaran. Skema ini akhirnya dapat memimpin sikap tidak berhati-hati sampai menimbulkan kekacauan finansial atau rasa malu sosial atau keduanya. Mereka dengan gangguan ini tidak mengatakan kebenaran dan tidak dapat dipercaya untuk melaksanakan tugas apapun atau mematuhi semua standar konvensional



moralitas.



Pergaulan



bebas,



penyalahgunaan



pasangan,



penganiayaan anak, dan mengemudi dalam keadaan mabuk adalah kejadian umum dalam hidup mereka. Temuan penting adalah kurangnya penyesalan atas tindakan ini, yaitu, mereka tampak kurang memiliki hati nurani ( Sadock, 2010). Diagnosa 17



Kriteria diagnostik gangguan kepribadian antisosial berdasarkan DSM-IV: A. Ada pola pervasif mengabaikan dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) sebagai berikut: 1. kegagalan



untuk



mematuhi



norma-norma,



peraturan,



dan



kewajiban sosial 2. tipu daya, seperti ditunjukkan oleh berulang kali berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan pribadi atau kesenangan 3. impulsif atau kegagalan untuk merencanakan 4. iritabilitas dan agresivitas, seperti ditunjukkan oleh perkelahian fisik berulang 5. sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain 6. secara menetap tidak bertanggung jawab, seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan yang berulang untuk mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau menghormati kewajiban keuangan 7. kurangnya penyesalan, seperti ditunjukkan dengan menjadi acuh tak acuh terhadap atau rasionalisasi memiliki terluka, dianiaya, atau dicuri dari yang lain B. Individu setidaknya usia 18 tahun. C. Ada bukti dari gangguan perilaku dengan onset sebelum usia 15 tahun. D. Terjadinya perilaku antisosial tidak secara eksklusif selama skizofrenia atau episode manik. Diagnosis Banding Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku ilegal yang melibatkan banyak bidang kehidupan seseorang. Dorothy Lewis menemukan bahwa banyak orang-orang ini memiliki gangguan neurologis atau mental yang diabaikan atau tidak terdiagnosis. Lebih sulit membandingkan gangguan kepribadian antisosial dari penyalahgunaan zat. Ketika kedua penyalahgunaan zat dan perilaku antisosial dimulai di masa kecil dan berlanjut ke kehidupan dewasa, kedua gangguan harus didiagnosa. Ketika perilaku antisosial jelas manifestasi



18



sekunder dari penyalahgunaan alkohol atau penyalahgunaan zat lain sebelumnya, diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak dibenarkan. Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial, dokter harus menyesuaikan untuk efek distorsi dari status sosial ekonomi, latar belakang budaya, dan seks. Selanjutnya, diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak dibenarkan ketika keterbelakangan mental, skizofrenia, atau mania dapat menjelaskan gejala. Pengobatan A. Psikoterapi Jika pasien dengan gangguan kepribadian antisosial yang tidak dapat bergerak (misalnya, ditempatkan di rumah sakit), mereka sering menjadi setuju untuk psikoterapi. Ketika pasien merasa bahwa mereka dikelilingi rekan-rekan, motivasi untuk berubah menghilang. Mungkin karena alasan ini, kelompok untuk membantu diri sendiri lebih berguna daripada penjara dalam mengurangi gangguan tersebut. Sebelum pengobatan dapat dimulai, batas tegas sangat penting. Terapis harus menemukan cara untuk berurusan dengan perilaku pasien yang merusak diri sendiri. Dan untuk mengatasi ketakutan pasien akan keintiman, terapis harus menggagalkan keinginan pasien untuk lari dari pertemuan yang nyata dengan orang lain. Dengan demikian, terapis menghadapi tantangan memisahkan kendali dari hukuman dan memisahkan bantuan dan konforntasi dari isolasi sosial dan retribusi ( Sadock, 2010). B. Farmakoterapi Farmakoterapi digunakan untuk menangani gejala-gejala seperti kecemasan, kemarahan, dan depresi, namun karena pasien sering menyalahgunakan zat, obat-obatan harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti gangguan



atensi



atau



gangguan



hiperaktif,



psikostimulan



seperti



methylphenidate (Ritalin) mungkin berguna. Upaya telah dilakukan untuk mengubah mengontrol



metabolisme perilaku



katekolamin



impulsif



dengan



dengan



obat



obat-obatan antiepilepsi,



dan untuk misalnya,



carbamazepine (Tegretol) atau valproate (Depakote), terutama jika bentuk 19



gelombang abnormal dicatat pada EEG. β-adrenergic reseptor antagonis telah digunakan untuk mengurangi agresi ( Sadock, 2010). Perjalanan gangguan dan Prognosis Prognosis bervariasi, beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala penurunan seiring bertambahnya usia. Banyak pasien mengalami gangguan somatisasi dan keluhan fisik. Gangguan depresif, gangguan penggunaan alkohol, dan penyalahgunaan zat lainnya adalah umum terjadi. F. Gangguan Kepribadian Histrionik Definisi: Pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian, bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, nyata dalam pelbagai konteks (Elvira, 2017). Epidemiologi Sekitar 2-3 % penduduk, perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Ciri khasnya adalah berprilaku menarik perhatian, sering pula melebih-lebihkan pikiran dan perasaannya. Sering mengambek, menangis, dan menuduh orang lain tidak memberi perhatian kepadanya. Pedoman diagnostik a. Ekspresi emosi yang didramatisasi, teatrikal, dan dibesar-besarkan b. Bersifat mudah disugesti atau dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan c. Afeknya dangkal dan labil d. Terus mencari kegairahan (excitement) apresiasi oleh orang lain, dan aktivitas dimana ia menjadi pusat perhatian e. Bersifat seduktif dalam penampilan atau perilaku f. Sangat mementingkan daya tarik fisik, sering kali bersifat “sexually seductive” atau berprilaku provoaktif (Elvira, 2017). Diagnosis Banding Gangguan kepribadian ambang, gangguan somatisasi, gangguan disosiatif. Terapi Psikoterapi



20



Karena orang dengan Gangguan Kepribadian Histrionik seringkali tidak menyadari (“aware”) tentang perasaan sesungguhnya, maka ia perlu dibantu agar dapat mengenal dan mengklarifikasi perasaannya (Elvira, 2017). Farmakoterapi Obat anti depresan (untuk depresi dan keluhan somatik), anti cemas untuk kecemasan, dan antipsikotik untuk gejala derealisasi dan ilusi (Elvira, 2017). G. Gangguan Kepribadian Narsistik Definisi: Terdapatnya pola rasa kebesaran diri atau merasa dirinya sangat penting ( dalam fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk dikagumi atau disanjung, kurang mampu berempati. Bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks (Sadock, 2010). Epidemiologi Menurut DSM IV-TR prevalensinya 2-16 % dari pengunjung klinik dan kurang dari 1 % dalam rerata penduduk. Pada umumnya ia mempunyai suatu rasa omnipent, kebesaran diri (grandiosity), kecantikan dan bakat yang dinyatakan terhadap anak anaknya, sehingga seringkali anak-anak mereka juga sering memperkembangkan gangguan ini kelak. Orang dengan Gangguan Kepribadian ini sering menyatakan dirinya sangat penting (self importance) , sangat khusus, dan menuntut pelayanan khusus. Ia sering merasa dirinya “berhak istimewa”. Ia tidak bisa menerima kritikan dan sering marah bila dikritik. Ia sangat menonjokan “caranya sendiri”, sangat ambisius untuk menjadi terkenal dan kaya. Hubungan interpersonalnya rapuh, seringkali bersifat eksploitatif ( habis manis sepah dibuang). Sering tidak menurut aturan yang berlaku, tidak mampu berempati, dan bila ia menunjukkan simpati hal itu pura-pura belaka untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Harga dirinya rapuh sehingga sering menderita depresi. Ia tidak sanggup menghadapi stress khususnya dalam hubungan interpersonal, penolakan dan kehilangan, justru hal-hal ini lah yang sering timbul sebagai akibat dari sifat gangguan kepribadiannya. Ia sangat sulit menerima proses penuaan karena ia sangat menilai tinggi kecantikan, kekuatan dan segala hal yang berhubungan dengan citra orang muda yang biasanya sangat kuat dipegangnya, 21



akibatnya ia sangat rentan terhadap krisis usia menenengah dan lanjut (Sadock, 2010). Pedoman Diagnostik a. Secara berlebih merasa dirinya sangat penting (mis. melebihkan bakat atau prestasinya, mengharap dikenal sebagai orang superior) b. Berpreokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, kehebatan, kecantikan atau kekasih ideal c. Merasa dirinya sebagai orang “spesial” dan unik yang hanya dapat dimengerti oleh atau perlu berhubungan dengan orang lain atau institusi yang spesial atau berkedudukan lebih tinggi . d. Membutuhkan pemujaan berlebihan e. Merasa dirinya “ mempunyai hak istimewa” (mis. menuntut agar ia mendapat perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut kehendaknya). f. Dalam hubungan interpersonal bersifat eksploitatif, menggunakan orang lain untuk kepentingan dirinya. g. Kurang atau tidak mampu berempati: tidak mau mengenal atau beridentifikasi dengan perasaan atau kebutuhan orang lain. h. Sering iri hati pada orang lain, atau merasa bahwa orang lain iri hati terhadapnya i. Bersikap sombong Diagnosis banding GK Ambang, Histrionik, dan Antisosial, sering menyertai GK Narsistik. Orang dengan GK Narsistik biasanya kurang cemas dibanding GK Ambang, GK Antisosial sering ada riwayat pelanggaran hukum. Terapi Psikoterapi Sukar karena pasien harus membuang narsismenya agar bisa maju. Kernberg dan Kohut menganjurkan terapi psikoanalitik, tapi masih diperlukan riset yang banyak untuk memvalidasi diagnosis dan menentukan terapi mana yang terbaik. Dapat juga digunakan terapi kelompok agar pasien belajar bagaimana berbagi dengan orang lain dan belajar berempati terhadap orang lain (Sadock, 2010). 22



Farmakoterapi Litium bila pasien menunjukkan gejolak mood. Obat anti depresant khususnya SSRI bila ada gejala depresi karena mereka sering tidak sanggup menerima penolakan (Sadock, 2010). H. Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif / Anankastik Definisi: Pola perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan, peraturan, perfeksionisme, bersifat ‘ngotot’, keras kepala, kontrol mental, mengenyampingkan: fleksibilitas, keterbukaan, efisiensi; sering pula tidak dapat mengambil keputusan. Bersifat pervasif, awitan sejak dewasa muda, nyata dalam pelbagai konteks. Gambaran inti: pola pervasif dari perfeksionisme dan bersifat kaku ( tidak fleksibel) (Elvira, 2017). Epidemiologi Prevalensi tidak diketahui. Lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan, seringkali ditemukan pada anak yang tertua. Banyak juga ditemukan dalam keluarga derajat pertama. Sering kali dilatarbelakangi oleh pendidikan yang berdisiplin keras semasa kecil. Teori Freud bahwa gangguan ini timbul karena kesulitan semasa fase anal ( umumnya sekitar 2 tahun) tidak terbukti oleh banyak penelitian. Pada beberapa kasus dapat timbul Gangguan Obsesif-kompulsif. Mereka sering berprestasi baik bila pekerjaannya bersifat metodologik, deduktif atau yang rinci, akan tetapi bila terjadi perubahan mendadak, ia sangat rentan. Kehidupan pribadinya seringkali gersang, dapat timbul gangguan depresi menjelang usia tua (Elvira, 2017). Pedoman diagnostik a. Perasaan ragu dan hati-hati berlebihan b. Terpaku pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi, jadwal c. Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas d. Teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih mengutamakan produktivitas sehingga mengeyampingkan kesenangan dan hubungan interpersonal e. Terpaku dan terikat secara berlebih pada norma sosial f. Kaku dan keras kepala g. Memaksakan kehendak agar orang lain melakukan sesuatu menurut caranya 23



h. Intrusi pikiran / impuls yang tidak dikehendaki Terapi Psikoterapi Terapi kelompok, terapi perilaku. Salah satu teknik adalah menyetop perilaku habitualnya sehingga ia lebih mudah mempelajari perilaku adaptif baru, juga dalam terapi kelompok pemberian “reward” lebih efektif (Elvira, 2017). Farmakoterapi Cloazepam, clomipramin, SSRI (fluoxetine dll) (Elvira, 2017). I. Gangguan Kepribadian Cemas ( Menghindar) Definisi: adanya pola perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul secara sosial, rasa rendah diri, hipersensitif terhadap evaluasi negatif. Bersifat pervasif, awitan sejak dewasa muda, nyata dalam pelbagai konteks ( Sadock, 2010). Epidemiologi Gangguan kepribadian menghindar adalah umum. Prevalensi gangguan adalah 1 sampai 10 % dari populasi umum. Tidak ada informasi mengenai rasio berdasarkan gender atau pola keluarga. Anak yang diklasifikasikan sebagai memiliki temperamen pemalu mungkin lebih rentan terhadap gangguan dibandingkan mereka yang mendapat skor tinggi pada skala pendekatan aktivitas ( Sadock, 2010). Gejala klinis Hipersensitif terhadap penolakan oleh orang lain adalah fitur klinis utama dari gangguan kepribadian menghindar, dan sifat kepribadian yang utama pasien adalah malu. Orang-orang dengan gangguan ini menginginkan kehangatan dan keamanan persahabatan manusia, tetapi membenarkan mereka menghindari hubungan karena takut diduga mereka penolakan. Ketika berbicara dengan seseorang, mereka mengungkapkan ketidakpastian, menunjukkan kurangnya kepercayaan diri, dan dapat berbicara dengan cara merendahkan diri. Karena mereka waspada tentang penolakan, mereka takut untuk berbicara di depan umum atau untuk membuat permintaan orang lain. Mereka cenderung salah menafsirkan komentar orang lain 'sebagai merendahkan atau mengejek. Penolakan dari 24



permintaan apapun membuat mereka menarik diri dari orang lain dan merasa terluka ( Sadock, 2010). Diagnosa Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian menghindar berdasarkan DSMIV: Sebuah pola pervasif inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut: 1. menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal yang signifikan, karena takut kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan 2. tidak mau untuk terlibat dengan orang-orang kecuali merasa yakin disukai 3. menunjukkan pengendalian diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau ditertawakan 4. Kuatir dengan dikritik atau ditolak dalam situasi sosial 5. terhambat dalam interaksi antarpribadi baru karena perasaan tidak mampu 6. Memandang diri sendiri sebagai tidak layak secara sosial, secara pribadi tidak menarik, atau lebih rendah daripada orang lain 7. enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam kegiatan yang baru karena mereka mungkin terbukti memalukan Diagnosis Banding Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar keinginan interaksi sosial, tidak seperti pasien dengan gangguan kepribadian skizofrenia, yang ingin sendirian. Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar tidak seperti menuntut, marah, atau tidak terduga seperti yang dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil dan histrionik. Pengobatan A. Psikoterapi Bina hubungan dengan pasien agar tumbuh rasa percaya, terapis harus membantu pasien agar berani memasuki dunia luar. Terapi kelompok dapat membantu pasien memahami bagaimana kepekaan mereka terhadap penolakan 25



mempengaruhi mereka dan lain-lain. Pelatihan ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk memperbesar harga diri mereka ( Sadock, 2010). B. Farmakoterapi Farmakoterapi telah digunakan untuk mengelola kecemasan dan depresi ketika mereka berhubungan dengan gangguan tersebut. Beberapa pasien yang dibantu oleh Beta-adrenergik reseptor antagonis, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengelola hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, terutama ketika mereka mendekati situasi takut. Agen serotonergik dapat membantu sensitivitas penolakan ( Sadock, 2010). Perjalanan gangguan dan prognosis Banyak orang dengan gangguan kepribadian menghindar mampu berfungsi di lingkungan yang terlindung. Beberapa menikah, memiliki anak, dan hidup mereka dikelilingi hanya oleh anggota keluarga. Harus mendukung apabila mereka mengalami kegagalan, namun, mereka cenderung mudah mengalami depresi, kecemasan, dan kemarahan. Penghindaran fobia adalah umum, dan pasien dengan gangguan dapat memberikan sejarah fobia sosial. J. Gangguan Kepribadian Dependen Definisi : suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain, dan ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung, bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai situasi ( Sadock, 2010). Epidemiologi Gangguan kepribadian dependen lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Satu studi didiagnosis 2,5% dari semua gangguan kepribadian jatuh ke dalam kategori ini. Orang dengan penyakit fisik kronis di masa kecil mungkin paling rentan terhadap gangguan ini ( Sadock, 2010). 26



Gejala klinis Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh pola perilaku meresap tergantung dan tunduk. Orang dengan gangguan tersebut tidak dapat membuat keputusan tanpa saran dan kepastian dari orang lain dengan jumlah berlebihan. Mereka menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk mengambil peran kepemimpinan. Mereka lebih suka untuk tunduk. Ketika mereka sendiri, mereka merasa sulit untuk bertahan pada tugas-tugas, tetapi mungkin merasa mudah untuk melakukan tugas-tugas untuk orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasif, dan ketakutan untuk mengekspresikan perasaan seksual dan agresif semua melambangkan perilaku orang-orang dengan gangguan kepribadian dependen ( Sadock, 2010). Diagnosa Dalam wawancara, pasien tampak penurut. Mereka mencoba untuk bekerja sama, menyambut pertanyaan spesifik, dan mencari bimbingan. Kriteria diagnostik gangguan kepribadian dependen berdasarkan DSM-IV: Sebuah kebutuhan yang luas dan berlebihan harus diambil untuk mengarah ke perilaku tunduk dan kelekatan dan ketakutan pemisahan, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai berikut: 1. memiliki kesulitan membuat keputusan sehari-hari tanpa saran dan jaminan dari orang lain dalam jumlah yang berlebihan 2. kebutuhan orang lain untuk bertanggung jawab atas bidang utama sebagian besar hidupnya 3. mengalami kesulitan mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan. 4. mengalami kesulitan memulai proyek-proyek atau melakukan hal-hal sendiri (karena kurangnya kepercayaan diri dalam penilaian atau kemampuan daripada kurangnya motivasi atau energi) 5. usaha berlebihan untuk memperoleh pengasuhan dan dukungan dari orang lain, ke titik sukarela untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan



27



6. merasa tidak nyaman atau tak berdaya ketika sendirian karena takut yang berlebihan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri 7. segera mencari hubungan lain sebagai sumber perawatan dan dukungan ketika hubungan dekat berakhir 8. preokupasi yang tidak realistis dengan kekhawatiran ditinggal untuk mengurus dirinya sendiri Diagnosis Banding Sifat-sifat ketergantungan ditemukan dalam banyak gangguan kejiwaan, sehingga diagnosis diferensial sulit. Pengobatan A. Psikoterapi Pengobatan



gangguan



kepribadian



dependen



sering



berhasil. Terapi



berdasarkan tilikan memungkinkan pasien untuk memahami anteseden perilaku mereka, dan dengan dukungan dari terapis, pasien dapat menjadi lebih mandiri, tegas, dan mandiri. Terapi perilaku, pelatihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok semuanya telah digunakan, dengan hasil yang sukses dalam banyak kasus ( Sadock, 2010). B. Farmakoterapi Farmakoterapi telah digunakan untuk menangani gejala-gejala spesifik, seperti kecemasan dan depresi, yang merupakan fitur yang berhubungan umum dari gangguan kepribadian dependen. Pasien yang mengalami serangan panik atau yang memiliki tingkat kecemasan perpisahan dapat dibantu dengan imipramine (Tofranil). Benzodiazepin dan agen serotonergik juga telah berguna. Jika depresi pasien atau gejala penarikan menanggapi psikostimulan, mereka dapat digunakan ( Sadock, 2010). Perjalanan gangguan dan Prognosis Sedikit yang diketahui tentang perjalanan gangguan kepribadian dependen. Berfungsi kerja cenderung dirugikan, karena orang-orang dengan gangguan tersebut tidak dapat bertindak secara independen dan tanpa pengawasan ketat. Mereka memiliki risiko gangguan depresi besar jika mereka kehilangan orang



28



pada



siapa



mereka



bergantung,



tetapi



dengan



pengobatan,



prognosis



menguntungkan.



BAB III PENUTUP Gangguan kepribadian digambarkan sebagai gangguan berat kepribadian dan perilaku yang dinilai sebagai suatu bentuk penyimpangan dari pola budaya yang normal. Pedoman diagnostik gangguan kepribadian termasuk gangguan dengan durasi yang lama pada beberapa fungsi, bersifat pervasif dan maladaptif, onset pada masa kecil atau remaja; kelanjutan menjadi dewasa; kepribadian distres yang cukup besar (meskipun kadang-kadang hanya terlihat pada akhir kursus gangguan itu); dan biasanya, tetapi tidak selalu, masalah yang signifikan dalam pekerjaan dan dalam perilaku sosial. Pada seorang individu dengan gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam hubungan keluarga, pekerjaan, fungsi sosial. Dapat pula berkaitan dengan tindak kriminal, penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian, dan lain-lain.



29



Tatalaksana terdiri dari psikoterapi dan psikofarmaka. Namun biasanya sulit, karena bersifat pervasif, egosintonik, awitannya sejak dewasa muda (di atas 17 tahun) seringkali individu justru bangga dengan ciri kepribadiannya. Psikoterapi prinsipnya menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan kepribadiannya menyebabkan disfungsi diri, hubungan interpersonal dan hubungan sosialnya. Serta membantu agar sifat egosintoniknya menjadi egodistonik. Jenis: terapi kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok. Untuk psikofarmaka diberikan bila individu datang dengan keluhan tertentu dengan target pengobatan menghilangkan gejala yang dialami pasien, misalnya depresi, ansietas, dll.



Daftar Pustaka Departemen Kesehatan R.I. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Elvira S, Gitayanti H. 2017. Buku Ajar PSIKIATRI. Edisi 3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Grenne Beverly. 2003.



Psikologi



Abnormal. Edisi ke-v. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sadock, B. J., & Sadock, V. A. 2010. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott William&Wilkins.



30



31