Referat Migrain [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS REFERAT



MIGRAIN PENYUSUN Rezy Prasasty W., S.Ked



(J510195021)



Sri Harnani R. E., S.Ked



(J510195023)



PEMBIMBING dr. Bambang Subiyantoro, Sp. S dr. Titian Rakhma, Sp. S



PRODI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019



HALAMAN PENGESAHAN Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS REFERAT Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta



Judul



: Dermatofitosis



Penyusun



: Rezy Prasasty Wardani, S.Ked Sri Harnani Rafidah Estri, S.Ked



(J510195021) (J510195023)



Pembimbing : dr. Titian Rakhma, Sp. S



Magetan, 25 November 2019 Menyetujui, Pembimbing



Penyusun



dr. Titian Rakhma, Sp. S



Rezy Prasasty Wardani, S.Ked Mengetahui,



Kepala Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran UMS



dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD



DAFTAR ISI



BAB I ................................................................................................................................... i PENDAHULUAN ............................................................................................................... i A.



LATAR BELAKANG ............................................................................................. i



B.



TUJUAN PENULISAN ........................................................................................... i



BAB II................................................................................................................................. 1 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 1 A.



ANATOMI DAN FISIOLOGI NEUROVASKULER............................................ 1



B.



DEFINISI ................................................................................................................ 3



C.



KLASIFIKASI ........................................................................................................ 3



D.



ETIOLOGI .............................................................................................................. 4



E.



FAKTOR RISIKO .................................................................................................. 4



F.



MANIFESTASI KLINIS ........................................................................................ 4



G.



PATOFISIOLOGIS ................................................................................................ 6



H.



DIAGNOSIS BANDING ........................................................................................ 7



I.



DIAGNOSIS ........................................................................................................... 7



J.



TATALAKSANA ................................................................................................... 7



K.



KOMPLIKASI ........................................................................................................ 9



L.



PROGNOSIS ........................................................................................................ 10



M.



EDUKASI DAN PENCEGAHAN MIGRAIN ................................................. 10



BAB III ............................................................................................................................. 11 KESIMPULAN ................................................................................................................. 11 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nyeri kepala merupakan keluhan yang amat sering dikemukakan oleh penderita. Menurut penelitian, 99% wanita dan 93% pria pernah mengeluhkan nyeri kepala sepanjang hidupnya. Sebagian besar nyeri kepala bersifat primer yaitu tanpa ada penyakit yang mendasarinya seperti migrain, nyeri kepala klaster, dan nyeri kepala tipe tegang. Meskipun demikian ada juga nyeri kepala yang disebabkan oleh sebuah proses yang mendasari penyakit atau kondisi atau bisa disebut nyeri kepala sekunder, dimana kondisi ini harus menjadi fokus awal dalam evaluasi diagnostic nyeri kepala. Manifestasi dari penyakit sistemik yang mendasari dapat membantu dalam diagnosis etiologi sakit kepala dan harus selalu dicari. Karena jika sampai terlambat bisa berakibat fatal. Prevalensi migrain tertinggi pada usia 25-55 tahun. Kata migrain sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu hemicranias (hemi=setengah, cranium=tengkorak kepala). Lebih dari 10% jumlah penduduk di seluruh dunia pernah terkena nyeri kepala migrain pada suatu ketika sepanjang hidup mereka.



B. TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui insidensi terjadinya migrain 2. Memahami struktur dan fisiologi neurovaskuler 3. Memahami penyebab terjadinya migrain 4. Memahami jenis-jenis migrain 5. Memahami bagaimana faktor risiko terjadinya migrain 6. Memahami bagaimana menegakkan diagnosis pada migrain 7. Memahami bagaimana komplikasi dan prognosis pada migrain



i



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI DAN FISIOLOGI NEUROVASKULER SSP merupakan pusat koordinasi utama dalam sistem saraf. SSP terdiri atas dua bagian, yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Otak manusia merupakan organ sistem saraf terpenting. Memiliki berat sekitar 1,35 – 1, 5 Kg. Otak dilindungi oleh tulang tengkorak kepala dan tulang tengkorak muka. Di samping itu, suatu jaringan dibawah tengkorak yang disebut selaput meninges juga memberikan perlindungan ekstra bagi keamanan otak dari gangguan. Terdiri dari 2 belahan, yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Masing - masing belahan, terdiri atas 2 substansi pokok, yaitu substansi kelabu dan substansi putih. Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg dan luas 2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Bila diamati lebih teliti, terdapat variasi kulit sesuai dengan area tubuh. Kulit yang tidak berambut disebut kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada kedua lokasi tersebut, kulit memiliki relief yang jelas di permukaannya yang disebut dermatoglyphics. Struktur mikroskopik kulit terbagi menjadi 3 lapisan: epidermis, dermis, dan subkutis. Substansi Kelabu (Kumpulan badan sel, dendrit dan akson tak bermielin) Substansi Putih (Kumpulan akson bermielin) Ventrikel (rongga berisi cairan serebrospinal)



1



Otak manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. Otak depan terdiri atas otak besar (Cerebrum), talamus, hipotalamus, dan infundibulum. Otak besar (Cerebrum) merupakan bagian otak yang paling besar. Cerebrum terbagi menjadi 4 lobus yang masingmasing memiliki fungsi berbeda, yaitu : lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital, dan lobus temporal. Otak tengah terletak didepan cerebellum. Di dalam otak tengah terdapat kolikulus superior yang merupakan pusat pergerakan mata. Selain itu juga terdapat kolikulus inferior berfungsi sebagai pusat pendengaran tertentu. Otak belakang terdiri atas Cerebellum (otak kecil), Medulla oblongata dan pons. Cerebellum berfungsi mengatur pergerakan otot, keseimbangan kerja otot dan rangka, serta mengatur sikap dan posisi tubuh. Medulla oblongata berfungsi untuk gerak tak sadar seperti bernafas, menelan, batuk, bersin dll. Juga bertanggung jawab mengatur kecepatan pernafasan, dan aktivitas jantung dan pembuluh darah. Pons juga terlibat dalam proses-proses tubuh yang terjadi pada medulla oblongata.



Medulla spinalis terdiri atas 2 lapis substansi, yaitu substansia alba (putih) dibagian luar dan substansia grisea (kelabu) di dalam. Berfungsi



2



membawa rangsangan dari seluruh tubuh menuju otak dan membawa respon dari otak ke efektor untuk menanggapi rangsang. Fungsi ini darat dilakukan karena medulla spinalis membentuk percabangan ke seluruh bagian tubuh, yang disebut sistem syaraf tepi. Otak disuplai oleh dua A. Carotis Interna dan dua A. Vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak membentuk circulus arteriosus Willisii.



B. DEFINISI Migrain adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer dengan kualitas vaskuler (berdenyut), diawali unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia, gangguan tidur dan depresi. Serangan seringkali berulang dan cenderung tidak akan bertambah parah setelah bertahun-tahun. Migrain pada wanita terjadi 3 kali lebih sering dari pada pria, migrain bisa dikatakan merupakan penyakit kronis yang paling umum terjadi pada wanita, rasa sakit biasanya dideskripsikan “sakit” dan “sangat sakit” oleh 60%-80% penderita migrain. WHO menyatakan migrain merupakan satu penyakit yang paling menyebabkan disabilitas.



C. KLASIFIKASI Secara umum migrain dibagi menjadi dua, yaitu migrain dengan aura dan migrain tanpa aura. Migrain tanpa aura merupakan migrain terbanyak sekitar 80% nya, keluhan migrain ini berupa nyeri kepala berulang dan dapat sembuh sendiri dalam periode 4-72 jam, nyeri biasanya unilateral, seperti berdenyut, bisa dirasakan ringan sampai berat, bertambah berat bila penderita beraktifitas fisik, dipengaruhi oleh adanya cahaya, suara, dan bau disekitar penderita. Migrain dengan aura (klasik, keluhan berupa nyeri kepala berulang didahului gejala neurologis fokal yang reversible secara bertahap 5-20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit. Gambaran nyeri kepala yang menyerupai migrain tanpa aura biasanya timbul sesudah gejala aura.



3



D. ETIOLOGI Migrain disebabkan oleh kombinasi beberapa gen dan lingkungan. Diperkirakan bahwa untuk wanita, sekitar 48% risiko disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan sisanya 52% disebabkan oleh faktor gaya hidup dan lingkungan. Untuk pria, sekitar 38% risiko disebabkan oleh faktor genetik sedangkan sisanya 62% dianggap karena faktor gaya hidup dan lingkungan.



E. FAKTOR RISIKO 1. Wanita >> pria 2. Perubahan hormon (kontrol kelahiran, fluktuasi siklus menstruasi) dan erapi penggantian hormon 3. Menjadi kurus atau kelebihan berat 4. Makanan (keju tua, makanan asin) dan zat aditif makanan (aspartame, MSG) 5. Alkohol dan kafein 6. Obat-obatan (kontrasepsi oral, vasodilator dapat memperburuk migrain) 7. Stimulus sensorik (lampu terang, suara keras, bau kuat) 8. Stres dan aktivitas fisik 9. Perubahan lingkungan (tekanan barometrik) 10. Pola Sleep-Wake (terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur, jet lag) 11. Riwayat keluarga dengan sakit kepala migrain (genetika)



F. MANIFESTASI KLINIS Ada 4 fase yang biasanya terjadi pada nyeri kepala migrain: 1. Fase Prodromal Gejala prodromal atau gejala yang menjadi pertanda migrain, dapat dijumpai pada 60% penderita, yang dimulai satu dua jam sampai dua hari sebelum rasa nyeri kepala atau aura bermula. Gejala prodromal dapat berupa:



4



a. Perasaan tidak menentu b. Euphoria c. Rasa lapar d. Nafsu makan kurang e. Mengantuk f. Depresi g. Mudah tersinggung h. Tegang i. Sulit tidur 2. Aura Aura dapat bersifat visual, sensorik, atau motorik. Pada beberapa penderita dapat mengalami lebih dari satu. Aura visual adalah yang paling sering dan terjadi pada lebih dari 99% kasus dan secara khusus lebi dari setengah jumlah kasus yang terjadi. Sering berupa scintillating scotoma (suatu daerah dalam lapang pandang yang berkelip-kelip). Beberapa penderita kehilangan sebagian lapang pandang mereka dan disebut sebagai hemianopsia sementara pasien yang lain mengalami pandangan kabur. Aura sensorik adalah yang nomor dua paling umum muncul pada 30-40% penderita yang mengalami aura. Sering disertai dengan rasa tertusuk-tusuk yang dimulai dari salah satu tangan dan lengan lalu menyebar ke area hidung-mulut pada sisi yang sama. Gejala-gejala lain fase aura antara lain: gangguan bicara atau bahasa, rasa berputar-putar, dan gangguan motorik yang lebih jarang muncul. Gejala motorik menandakan bahwa migren yang terjadi merupakan jenis hemiplegi, rasa lemas biasanya berlangsung lebih dari satu jam tidak seperti aura lainnya. 3. Fase Rasa Nyeri Pada umumnya nyeri kepala ini bersifat unilateral, berdenyutdenyut, dan intensitasnya ringan hingga parah. Biasanya rasa nyeri terjadi secara bertahap dan semakin parah seiring dengan bertambahnya



5



aktivitas fisik. Meski demikian, pada lebih dari 40% kasus, sakit kepala yang terjadi bersifat bilateral, dan sering terjadi pada penderita migren tanpa aura. Pada orang dewasa, sakit biasanya berlangsung selama 4 hingga 72 jam sementara pada anak-anak, sering kali berlangsung kurang dari 1 jam. Frekuensi serangan bervariasi, dari hanya beberapa kali sajaseumur hiduphingga beberapa kali seminggu, dengan rata-rata satu kali sebulan. Sakit kepala sering disertai dengan rasa mual, muntah, sensitif terhadap cahaya, sensitifi terhadap suara, sensitive terhadap bau, lemas, dan mudah tersinggung. Pada migren basilar, migren dengan gejala neurologisyang berhubungan dengan batang otak atau dengan gejala neurologis pada kedua sisi tubuh, dampak yang biasanya terjadi antara lain: suatu sensasi dunia berputar, kepala terasa ringan, dan kebingungan. 4. Postdromal Gejala dapat berlangsung selama beberapa hari setelah sakit kepala inti berakhir. Beberapa penderita melaporkan rasa nyeri di bagian yang terserang migren, sedangkan penderita lain juga melaporkan tidak dapat berpikir dengan normal selama beberapa hari setelah sakit kepala berakhir. Penderita juga mengalami kelelahan atau hungover, gangguan kognitoif, gejala gastrointestinal, perubahan suasana hati, dan lemah.



G. PATOFISIOLOGIS Dikenal dua teori mengenai patofisiologi migrain, yaitu teori vasogenik dan neurogenik. Teori vasogenik menghipotesiskan bahwa adanya gejala prodormal atau aura disebabkan vasokonstriksi intrakranial dan nyeri kepala disebabkan oleh vasodilatasi reaktif. Dalam teori neurogenik, migrain dihipotesiskan merupakan akibat dari disfungsi neuronal karena oligemia. Oligemia adalah penurunan aliran darah tanpa kerusakan jaringan akut, yang terjadi pada shock, migrain dan stroke penumbra.



6



H. DIAGNOSIS BANDING 1.



Arteriovenous Malformations



2.



Atypical Facial Pain



3.



Cerebral Aneurysms



4.



Childhood Migraine Variants



5.



Chronic Paroxysmal Hemicrania



6.



Cluster-type hedache (nyeri kepala kluster)



I. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik umum dan neurologis. Menurut International Headache Society, diagnosis migrain dapat ditegakkan berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Lima atau lebih serangan, untuk migrain dengan aura, dua serangan sudah cukup 2. Berlangsung selama beberapa jam sampai tiga hari 3. Terjadi dua atau lebih gejala dibawah ini: a. Unilateral b. Berdenyut c. Intensitas sedang atau berat d. Semakin memburuk atau mengganggu aktifitas fisik 4. Terjadi satu atau lebih gejala berikut ini: a. Mual dan/atau muntah b. Sensitif terhadap cahaya (fotofobia) dan suara (fonofobia)



J. TATALAKSANA 1. Non Medikamentosa a. Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi sensoris berlebihan.



7



b. Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan dikompres dingin. c. Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan tingkat keparahan migrain, baik pada pasien yang menggunakan obat-obat preventif atau tidak. d. Menghindari pemicu, jika makanan tertentu menyebabkan sakit kepala, hindarilah dan makan makanan yang lain. Jika ada aroma tertentu yang dapat memicu maka harus dihindari. Secara umum pola tidur yang reguler dan pola makan yang reguler dapat cukup membantu. e. Berolahraga secara teratur, olahraga aerobik secara teratur mengurangi tekanan dan dapat mencegah migrain. f. Mengurangi efek estrogen, pada wanita dengan migrain dimana estrogen menjadi pemicunya atau menyebabkan gejala menjadi lebih parah, atau orang dengan riwayat keluarga memiliki tekanan darah tinggi atau stroke sebaiknya mengurangi obat-obatan yang mengandung estrogen. g. Berhenti merokok, merokok dapat memicu sakit kepala atau membuat sakit kepala menjadi lebih parah h. Penggunaan headache diary untuk mencatat frekuensi sakit kepala. 2. Medikamentosa a. Pengobatan Abortif (Pada Fase Akut) 



Analgesik spesifik adalah analgesik yang hanya bekerja sebagai analgesik nyeri kepala. Lebih bermanfaat untuk kasus yang berat atau respon buruk dengan NSAID. Contoh: Ergotamin, Dihydroergotamin, dan golongan Triptan yang merupakan agonis selektif reseptor serotonin pada 5-HT1.







Ergotamin dan DHE diberikan pada migrain sedang sampai berat apabila analgesik non spesifik kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping. Kombinasi ergotamin dengan kafein bertujuan untuk menambah absorpsi ergotamin sebagai



8



analgesik. Hindari pada kehamilan, hipertensi tidak terkendali, penyakit serebrovaskuler serta gagal ginjal. 



Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotobia dan fonofobia. Obat ini diberikan pada migrain berat atau yang tidak memberikan respon terhadap analgesik non spesifik. Dosis awal 50 mg dengan dosis maksimal 200 mg dalam 24 jam.







Analgesik non spesifik yaitu analgesik yang dapat diberikan pada nyeri lain selain nyeri kepala, dapat menolong pada migrain intensitas nyeri ringan sampai sedang.







Domperidon atau Metoklopropamid sebagai antiemetik dapat diberikan saat serangan nyeri kepala atau bahkan lebih awal yaitu pada saat fase prodromal.



b. Pengobatan preventif: Pengobatan preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan atau tidak. Pengobatan dapat diberikan dalam jangka waktu episodik, jangka pendek (subakut), atau jangka panjang (kronis). Pada serangan episodik diberikan bila faktor pencetus dikenal dengan baik, sehingga dapat diberikan analgesik sebelumnya. Terapi preventif jangka pendek diberikan apabila pasien akan terkena faktor risiko yang telah dikenal dalam jangka waktu tertentu, misalnya migrain menstrual. Terapi preventif kronis diberikan dalam beberapa bulan bahkan tahun tergantung respon pasien.



K. KOMPLIKASI 1. Obat-obat NSAID seperti Ibuprofen dan Aspirin dapat menyebabkan efek samping seperti nyeri abdominal, perdarahan dan ulkus, terutama jika digunakan dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama. 2. Penggunaan obat-obatan abortif lebih dari dua atau tiga kali seminggu dengan jumlah yang besar, dapat menyebabkan komplikasi serius yang dinamakan rebound.



9



L. PROGNOSIS 1. Ad vitam



: bonam



2. Ad sanationam



: dubia



3. Ad functionam



: dubia ad bonam



M. EDUKASI DAN PENCEGAHAN MIGRAIN 1. Pasien dan keluarga dapat berusaha mengontrol serangan. 2. Keluarga menasehati pasien untuk beristirahat dan menghindari pemicu, serta berolahraga secara teratur. 3. Keluarga menasehati pasien jika merokok untuk berhenti merokok karena merokok dapat memicu sakit kepala atau membuat sakit kepala menjadi lebih parah. 4. Menerapkan gaya hidup yang sehat



10



BAB III KESIMPULAN Migrain adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer dengan kualitas vaskuler (berdenyut) dan biasanya unilateral. Migrain dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor gaya hidup, dan lingkungan. Serangan seringkali berulang dan cenderung tidak akan bertambah parah setelah bertahun-tahun. Menurut International Headache Society, diagnosis migrain dapat ditegakkan berdasarkan kriteria: lima atau lebih serangan, berlangsung selama beberapa jam sampai tiga hari, terjadi dua atau lebih gejala sebagai berikut: unilateral; berdenyut; intensitas sedang atau berat; semakin memburuk atau mengganggu aktifitas fisik, dan terjadi satu atau lebih gejala berikut ini: mual dan/atau muntah, serta sensitif terhadap cahaya (fotofobia) dan suara (fonofobia). Pengobatan untuk serangan akut yang dapat diberikan yaitu ergotamin dan sumatriptan. Prognosis penyakit biasanya baik bila dengan pengobatan dan edukasi yang sesuai.



11



DAFTAR PUSTAKA Bagian Neurologi FK UNS. 2014. Neurologi Untuk Dokter Umum. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Bahri, T.S. dan Zulfazli. 2014. Faktor-Faktor Penyebab Dan Jenis Migren Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unversitas Syiah Kuala Tahun 2014. Idea Nursing Journal. 6:39-50. Netter, Frank H. ,MD. 2006. Atlas of Human Anatomy. United States of America: Saunders Elsevier. Tim PB IDI. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: IDI Utami, M.N., Oktarlina, R.Z., dan Himayani, R. 2017. Korelasi Antara Migren Dengan Kejadian Stroke. Medula. 7: 42-46.



12