Referat Rehabilitasi Tennis Elbow [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii DAFTAR ISI............................................................................................................iii BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1................................................................................................................ Latar Belakang.......................................................................................1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2 2.1. Definisi................................................................................................2 2.2. Anatomi..............................................................................................2 2.3. Epidemiologi.......................................................................................4 2.4. Etiologi................................................................................................4 2.5. Patofisiologi........................................................................................5 2.6. Manifestasi Klinis...............................................................................5 2.7. Klasifikasi...........................................................................................6 2.8. Diagnosis............................................................................................6 2.9. Penatalaksanaan..................................................................................10 2.10. Komplikasi..........................................................................................15 2.11. Prognosis.............................................................................................16 BAB III. KESIMPULAN........................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................18



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Tennis Elbow atau yang juga dikenal sebagai epicondylitis lateral adalah salah



satu konidisi nyeri siku yang paling umum. Kelainan ini dikenal sejak tahun 1883 digambarkan sebagai cedera karena tenis, terjadi pada lebih dari 50% pemain tenis. Namun juga dapat disebabkan oleh aktivitas lain yang memberikan beban berulang pada otot lengan bagian lateral seperti pada olahraga yang memakai raket (bulutangkis, golf, squash dan olahraga yang bersifat rekreasi seperti memancing). Selain olahraga, cedera ini dapat terjadi pada pekerja seperti montir listrik, tukang kayu, dan penjahit.1 Prevalensi atau angka kejadian yang ada di dunia, Tennis Elbow dialami 1-3% pada populasi umum, 6 - 15% pada pekerja industri, 19% pada usia 30-tahun lebih dominan terjadi pada wanita , 35 - 42% pada pemain tennis, 2 - 23% pada pekerja umum seperti ibu rumah tangga, aktifitas menggunakan komputer, pemahat dan pengangkat beban berat (Sugijanto dan Partono, Muki. 2006). Di Indonesia umumnya penderita tennis elbow terjadi pada usia 25-55 tahun dengan gejala nyeri. Pada bagian lateral sendi siku terutama jari jari tangan memegang atau meremas dengan kuat. Pada usia 25 tahun dan usia lansia diatas 60 tahun jarang terjadi. Diperkirakan 65% dari seluruh tennis elbow oleh tennis pemula, sedangkan 35% diderita oleh berbagai profesi ibu rumah tangga yang baru pertama kali melakukan pekerjaaan, pemula atau pekerja melakukkan pekerjaan tersebut.2 Tennis Elbow disebabkan penggunaan yang berlebihan (overuse) karena peningkatan frekuensi, kekuatan, kecepatan dan durasi yang mengakibatkan perubahan patologis pada tendon ektensor lengan bawah. Otot utama yang terlibat adalah ekstensor karpi radialis brevis, extensor digitorum komunis, karpi radialis longus dan extensor karpi ulnaris. Gangguan ini dapat menggangu dan menghambat aktifitas fungsional atau aktifitas sehari hari pada penderita. Problematika yang sering 1



muncul pada kasus tennis elbow ialah terjadinya penurunan atau keterbatasan fungsional suatu



2



pekerjaan, olahraga dan aktivitas seharihari.³ Hal ini disebabkan terdapat rasa nyeri yang dihasilkan dari proses peradangan yang terjadi pada epycondylus lateral.4



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.



Definisi Tennis Elbow merupakan salah satu cidera yang menyebabkan peradangan pada



tendon yang paling sering terjadi dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi anggota gerak yang terkena.3 Umumnya disebabkan penggunaan yang berlebihan (overuse) karena peningkatan frekuensi, kekuatan, kecepatan dan durasi yang mengakibatkan perubahan patologis pada tendon. Otot utama yang terlibat adalah ekstensor karpi radialis brevis, extensor digitorum komunis, karpi radialis longus dan extensor karpi ulnaris. Masalah yang ditimbulkan akibat Tennis Elbow yaitu adanya nyeri ketika melakukan gerakan dorso fleksi, back hand atau gerakan lainnya yang menyerupai pukulan back hand, nyeri yang dirasakan pada siku bagian belakang luar dan lengan bawah bagian luar dan menjalar ke pergelangan tangan dan mengakibatkan nyeri ketika beristirahat, adanya keterbatasan luas gerak sendi wrist karena adanya nyeri.1 Lateral Epicondylitis merupakan gangguan siku yang paling sering terjadi. Istilah siku tenis memberi dugaan adanya epicondylitis terutama pada petenis tetapi tidak demikian halnya, hanya sebagian jumlah kecil pasien yang mengalami keadaan tersebut setelah bermain tenis. Sering kali penderita tennis elbow berusia 35 tahun hingga 55 tahun. Pada lansia berusia lebih dari 60 tahun atau usia 30 tahun jarang mengalami kondisi tersebut.5 2.2.



Anatomi Elbow tersusun atas 3 tulang yaitu os humerus, os ulna, dan os radius dalam



Elbow terdapat beberapa gerakan yaitu fleksi, ekstensi, pronasi atau supinasi. Hubungan antar tulang tersebut Sendi yaitu Humeroulna joint, Humero radial joint dan proximal radioulnar joint.



Tulang 



Os Humerus berhubungan dengan pangkal lengan atas (proksimal humeri)







Os ulna adalah tulang yang panjang berbentuk prisma yang terletak sebelah lengan bawah yang sejajar dengan humerus dan mempunyai 2 ekstermitas yaitu ekstermitas proksimal ulnaris dan eksternitas distal ulnaris







Os radius terletak sebelah lateralis dari ulna dan mempunyai 2 ujung (eksternitas) yaitu eksternitas proksilis dan eksternitas distal radii



Otot-otot Cubitii







Musculus brachialis, otot ini tidak mempunyai perlekatan dengan radius sehingga tidak ikut berperan dalam gerak pronasi dan supinasi, tetapi berfungsi sebagai fleksor kuat pada sendi cubiti sehingga disebut “workhorse of the elbow joint.







Musculus biceps brachii mempunyai dua caput, yaitu caput brevis dan caput longus







Caput longum. Kedua caput ini melekat di scapula. Caput longum berorigo di tuberositas supraglenoidalis, berjalan melewati caput humerus dan keluar dari kapsul sendi untuk turun melalui sulcus intertubercularise, kemudian bergabung dengan caput brevis yang berorigo di processus coracoideus. Otot ini berinsersio di tuberositas radii, sebagian tendon insersionya sebagai lacertus fibrosus yang melekat di fasia antebrachii dan ulna. Caput longum berfungsi untuk fleksi pada sendi humeri dan cubiti, sedangkan caput brevis berfungsi untuk supinasi pada sendi radioulnaris







Musculus triceps brachii terdapat tiga caput, yaitu caput longum dan lateral yang terletak di lapisan supeerficial, serta caput medial yang terletak di lapisan profundus. Otot ini terletak di bagian posterior humerus dan sebagian besar membentuk massa otot pada regio brachii dorsalis.







Musculus brachioradialis mempunyai dua tempat perlekatan, yaitu pada humerus dan radius. Otot ini berorigo di bagian superior dari linea



supracondylaris lateralis humeri, dan berinsertio di processus styloideus radii. Otot ini diinervasi oleh nervus radialis dan berfungsi untuk fleksi cubiti.1 2.3.



Epidemiologi Insiden kelainan ini pada populasi umum antara 1-3%. Epikondilitis lateral lebih



sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahun, paling banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun. Meskipun disebut tennis elbow, 95% kasus dilaporkan terjadi pada bukan pemain tenis. Kelainan ini lebih sering pada pekerjaan yang membutuhkan aktivitas repetitif ekstremitas atas seperti penggunaan komputer; mengangkat barang berat; pronasi dan supinasi lengan yang kurang tepat; dan vibrasi berulang. Pada atlet, kelainan ini kebanyakan dihubungkan dengan olahraga yang menggunakan raket, namun dapat terjadi pada pemain golf, baseball, dan perenang. Pada tenis, insiden sebesar 30-40%, lebih sering pada pemain tenis laki-laki, walaupun pada populasi umum dilaporkan tidak ada perbedaan insiden laki-laki dan perempuan.5 2.4.



Etiologi Tennis elbow diperkirakan terjadi karena perubahan kecil yang berulang pada tendon. Hal ini sering disebabkan oleh kelebihan beban pada tendon melalui melakukan pekerjaan atau aktivitas manual yang berat atau berulang. Orang paling sering menggambarkan masalah dengan gerakan mencengkeram, menulis dan memutar lengan bawah, serta mengangkat, terutama dengan telapak tangan menghadap ke bawah.6



Berikut beberapa kondisi yang menyebabkan tennis elbow : 



Olahraga yang membutuhkan gerakan repetitive







Pemakaian berlebihan atau mekanisme yang tidak tepat pada tendon ekstensor atau supinator







Teknik menggunakan raket yang salah: backhand yang salah, ukuran genggaman yang tidak tepat.4



6



2.5.



Patofisiologi Pada penelitian yang dilakukan oleh Brown,dkk melaporkan kelainan ini karena



robekan mikro pada ekstensor karpi radialis brevis. Nirschl melaporkan pemakaian repetitif akan menekan vaskuler yang menyebabkan anoksia dan hiperplasia angiofibroblastik. Sedangkan menurut Finnoff , epikondilitis lateral disebabkan karena perubahan patologis (misalnya hiperplasia angiofibroplastik) bukan proses inflamasi tetapi lebih disebabkan karena proses degeneratif. Istilah yang tepat untuk kondisi ini adalah epikondilosis lateral dibandingkan epikondilitis lateral.7 Kelainan ini berhubungan dengan penggunaan repetitif otot-otot ekstensor lengan bawah. Pada sebagian besar kasus, letak kelainan biasanya pada insersio tendon ekstensor karpi radialis brevis; lebih jarang ditemukan pada ekstensor karpi radialis longus, ekstensor digitorum komunis, dan ekstensor karpi ulnaris. Penemuan patologis meliputi degenerasi musin dan jaringan granulasi di daerah subtendon.5 2.6.



Manifestasi Klinis Gejala klinis epikondilitis lateral cukup jelas. Beberapa pasien menunjukkan



lokasi nyeri biasanya sekitar insersio tendon ekstensor lengan bawah pada epikondilus lateral. Nyeri biasanya timbul dengan memberi tahanan pada pergelangan tangan pada posisi jari telunjuk ekstensi dan tangan posisi menggenggam. Posisi pergelangan tangan fleksi pasif dengan siku ekstensi sering menimbulkan nyeri. Kurangnya fleksibilitas dan kekuatan sering tampak pada otot-otot ekstensor pergelangan tangan dan bahu posterior.8 Keluhan meliputi nyeri siku bagian distal yang menjalar ke lengan atas maupun ke sisi luar lengan bawah. Nyeri sering bertambah dengan pergerakan sendi siku; mengangkat benda ringan seperti cangkir kopi dengan lengan yang meregang dapat menyebabkan nyeri. Pada tenis, backhand swing biasanya memperberat keluhan, juga menggenggam atau aktivitas yang membutuhkan ekstensi pergelangan tangan dan gerakan lengan pronasi supinasi yang repetitif.9



7



2.7.



Klasifikasi Ada beberapa tipe pada Tennis Elbow:



2.8.







Tipe 1 : Peradangan tendon ekstensor carpi radialis longus







Tipe 2 : Peradangan pada tendoperiosteal ekstensor carpi radialis brevis







Tipe 3 : Peradangan pada tendomuscular ekstensor carpi radialis brevis







Tipe 4 : Peradangan pada muscle belly ekstensor carpi radialis brevis



Diagnosis 2.8.1 Anamnesis Diagnosis pada dasarnya dibuat dengan mengamati riwayat pasien dan pemeriksaan klinis. Keluhan utama terdiri dari rasa sakit di daerah epikondilus lateral



yang



meluas



ke



dorsum



lengan



bawah,



bersama



dengan



ketidakmampuan untuk berlatih olahraga atau melakukan aktivitas kerja manual dan aktivitas hidup sehari-hari. 7 Secara umum, nyeri timbul melalui aktivitas yang melibatkan ekstensi aktif atau fleksi pasif pergelangan tangan dengan siku ekstensi. Sebagian besar pasien mengeluh nyeri yang terletak tepat di depan, atau di dalam, permukaan tulang dari setengah bagian atas epikondilus lateral, biasanya menyebar sesuai dengan massa ekstensor umum.9 Nyeri dapat bervariasi dari nyeri intermiten dan ringan hingga nyeri terus menerus dan parah yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Hal ini biasanya dihasilkan oleh ekstensor pergelangan tangan dan jari dan kontraksi otot supinator melawan resistensi. Nyeri sedikit berkurang jika ekstensor ditekan dengan siku ditahan dalam fleksi. Pada pemeriksaan, tidak ada perubahan yang luar biasa pada tahap awal.9 Saat penyakit berkembang, penonjolan tulang di atas epikondilus lateral dapat dideteksi. Atrofi otot dan kulit serta detasemen yang berasal dari ekstensor umum dapat dilihat sebagai akibat dari suntikan kortikosteroid atau penyakit yang sudah berlangsung lama.9



8



2.8.2 Pemeriksaan Fisik Palpasi dimulai dengan identifikasi epikondilus lateral dan medial dan ujung olekranon. Pada wajah lateral, asal otot-otot ekstensor pergelangan tangan dan jari-jari, kompleks ligamen lateral dan kepala jari-jari teraba. Nyeri terletak di epikondilus lateral dan pada asal otot-otot ekstensor pergelangan



tangan



menunjukkan



epikondilitis



lateral



atau



sindrom



terowongan radial. Pemeriksaan harus dilanjutkan dengan palpasi caput radius, pada lekukan tepat di bawah otot ekstensor pergelangan tangan. Ini dilakukan selama pronosupinasi, pada berbagai tingkat fleksi-ekstensi, untuk menilai garis besar dan integritasnya. Uji klinis spesifik untuk epikondilitis lateral bertujuan untuk mereproduksi rasa sakit yang dialami pasien. 9 Adapun beberapa pemeriksaan khusus pada Tennis Elbow, yaitu: 



Tes Cozen Pemeriksa memegang siku dengan ibu jari di epikondilus lateral. Nyeri epikondilus lateral timbul jika pasien menggenggam, posisi lengan pronasi, ekstensi pergelangan tangan dan deviasi radial, melawan pemeriksa (tes ini lebih sensitif jika dilakukan pada siku dengan posisi ekstensi penuh). Ekstensi pasif pada siku dengan penekanan fleksi pergelangan tangan . Tes Cozen positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral atau kompartemen ekstensor lateral 5



Gambar 1. Tes Cozen5



9







Tes Chair Pasien diminta mengangkat kursi. Lengan ekstensi dengan lengan bawah pronasi. Tes Chair positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral dan tendon ekstensor lengan5



Gambar 2. Tes Cozen5 



Tes Bowden Pasien diminta mempertahankan alat pengukur tekanan darah sekitar 30 mmHg yang dipegang tangan pasien. Tes Bowden positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral dan tendon ekstensor lengan.5







Tes Thomson Pasien diminta mengenggam tangan dan siku dalam keadaan ekstensi dengan tangan sedikit dorsifl eksi. Pemeriksa melakukan imobilisasi siku bagian dorsal dengan satu tangan dan tangan satunya menggenggam tangan pasien. Kemudian pasien diminta untuk posisi ekstensi pada tangan yang menggenggam melawan tahanan pemeriksa, atau pemeriksa menekan genggaman dorsofleksi pasien ke arah fleksi melawan tahanan pasien. Tes Thomson positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral atau kompartemen ekstensor lateral. 5







Tes Mill



10



Pasien berdiri. Lengan sedikit pronasi dengan pergelangan tangan sedikit dorsofl eksi dan siku fl eksi. Dengan satu tangan, pemeriksa memegang siku pasien dengan tangan lainnya memegang lengan bawah distal bagian lateral atau memegang lengan bawah. Pasien diminta untuk melakukan supinasi lengan bawah melawan tahanan tangan pemeriksa. Tes Mill positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral dan/atau ekstensor lateral. 5



Gambar 3. Tes Mill5 



Tes Motion Stress Pasien duduk. Pemeriksa palpasi epikondilus lateral dengan pasien posisi fleksi siku, pronasi lengan bawah, dan siku posisi ekstensi dengan gerakan kontinu. Tes positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral dan/atau otot ekstensor lateral dengan gerakan tersebut. 5







Tes Maudsley Pasien diminta untuk melakukan extensi jari ketiga (jari tengah) tangan lalu pemeriksa menahan extensi tersebut sambil mempalpasi epikondilus lateral. Hal itu akan menimbulkan ketegangan pada otot extensor digitorum dan tendon. Hasil positif terjadi apabila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. Bila positif, berarti pasien menderita tennis elbow. 5



11



Gambar 4. Tes Maudsley5 2.8.3 Pemeriksaan Penunjang Sebagian besar kasus tennis elbow dapat didiagnosis secara klinis. Namun, ketika gejala klinis tidak terdefinisi dengan baik, beberapa studi diagnostik dapat membantu. Radiografi polos anteroposterior (AP) dan lateral berguna untuk penilaian penyakit tulang seperti OCD, artropati, dan badan kendur. Secara keseluruhan, temuan radiologis tidak selalu berkorelasi baik dengan gejala klinis. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis tidak dapat digantikan dengan studi pelengkap ini.10 2.9.



Penatalaksanaan A. Proses Rehabilitasi Proses rehabilitasi sudah dapat dimulai segera setelah timbulnya cedera atau operasi untuk meminimalkan efek yang merugikan saat tidak beraktifitas dan cepat kembali untuk berlatih dan kompetisi. 1 Rehabilitasi ini meliputi 3 fase: 1. Fase Akut (fase inflamasi) antara 0-24 jam/36 jam Bertujuan untuk mencegah bertambahnya beratnya cedera yang terjadi dan mengatasi keradangan. Disini meliputi: a. Rest : istirahat yang aktif daerah yang sakit dan hindari gerakan yang memicu nyeri tetapi lanjutkan latihan conditioning dan bagi pemain tennis, hindari pululan atau gerakan yang menyebabkan nyeri. Dapat



12



juga diberikan Wrist Splint untuk mencegah overuse otot-otot pergelangan tangan.1 b. Icing : terapi es dapat diberikan pada fase ini bisa berupa kompres dengan es atau disemprot, yang diberikan selama 15-30 menit dan bisa diulang tiap 2-3 sekali. 1 c. Compression : diberi tekanan pada daerah lateral siku, bila perlu dengan counter force brace (seperti yang terlihat pada gambar 5 dan 6). Macam counter force brace terbagi menjadi 2 yaitu: counter force medial elbow brace dan counter force lateral elbow brace.1 d. Elevation : siku harus diposisikan lebih tinggi dari jantung. Pada tahap no. 3 dan no. 4 ini dilakukan untuk memperbaiki venous return dan meminimalkan terjadinya pembengkakan.1 Pada tahap ini perlu juga diberikan: 



Obat penahan nyeri (analgesik) dan obat anti NSAIDs untuk mengurangi inflamasi dan diperhatikan pula efek camping dari pengobatan ini.1







Pemberian modalitas terapi dengan SWD, MWD, ultra sound dan phonophoresis, ionthophoresis.1







Stimulasi listrik : sangat efektif diberikan pada daerah origo otot extensor karpi radialis brevis untuk mencegah atropi dan melancarkan peredaran darah.1







Latihan peregangan (stretching) : untuk meningkatkan fleksibilitas dengan latihan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan, latihan fleksi dan ekstensi siku dan supinasi / pronasi lengan bawah.1



2. Fase Subakut (return of strength and endurance) antara 14-21 hari Pada fase ini nyeri timbul apabila melakukan aktivitas saja dan juga adanya nyeri minimal pada saat ada tahanan gerakan fleksi maupun ekstensi pergelangan tangan. Disini terapi yang dianjurkan adalah: 1



13







Rest : mencegah lebih jauh aktivitas yang berulang-ulang untuk terjadinya cedera kembali.







Terapi dingin (cold therapy).







Pengobatan : analgesic dan NSAIDs.







Terapi modalitas : SWD, Ultrasound diathermy.







Latihan luas gerak sendi pasif.







Latihan penguatan (strengthening) : diutamakan konsentrik maupun eksentrik.







Pemakaian counter force brace.



3. Fase Kembali ke Aktifitas: setelah 21 hari Pada fase ini hamper tidak ada nyeri selama melakukan aktivitas seharihari, tidak ada reffered pain dan dapat melakukan latihan luas gerak sendi penuh. Fase ini meliputi: 1 



Pemulihan kekuatan (recovery strength) dengan melanjutkan latihan strengthening baik kosentrik dan eksentrik







Terapi dingin apabila diperlukan setelah aktivitas







Pemakaian Counter force brace







Kembali ke aktivitas secara bertahap



Injeksi steroid : diberikan pada nyeri yang menetap lebih dari 4 minggu dan yang mengganggu program latihan. Injeksi ini diberikan subperiosteal pada origo otot ekstensor karpi radialis brevis untuk memperpendek rasa nyeri dengan istirahat selama 1-2 minggu tetapi ini tidak untuk dipakai jangka panjang. Penyuntikan ini dilakukan tiap 3 bulan dan tidak lebih dari 3x suntikan setahun untuk mencegah terjadinya rupture tendon. 11 B. Terapi Latihan pada Tennis Elbow Terapi latihan dibutuhkan dalam penanganan kasus ini. Daerah yang terkena trauma di persiapkan untuk adaptasi aktivitas sehari-hari, meskipun 14



dapat terjadi trauma berulang. Manipulasi jaringan lunak merupakan teknik memperbaiki ekstensibilitas jaringan dan mempercepat penyembuhan luka. Pembebanan progresif pada ekstensor pergelangan tangan dimulai dengan peregangan pasif (gambar 5,6) selanjutnya latihan tahanan progresif pada daerah muskulotendineus yang dapat diterima tanpa meningkatkan nyeri. Penguatan dimulai isometrik, selanjutnya latihan konsentrik dan kemudian latihan eksentrik. Penekanannya pada otot ekstensor pergelangan tangan, fleksor pergelangan tangan, pronator, dan supinator lengan bawah(gambar 7,8,9,10).5 Faktor overuse dalam olahraga mempunyai kontribusi. Mekanisme backhand yang tidak tepat pada tenis, misalnya, berhubungan dengan epikondilitis lateral. Koreksi teknik meliputi menggunakan dua tangan dalam backhand, menggunakan genggaman besar yang nyaman, mengurangi tekanan di bawah 55 lb, menggunakan raket ringan dan lebih fleksibel, bermain dengan bola yang lebih lunak, dan menggunakan bidai lengan bawah. Tujuan pembidaian untuk mengurangi tekanan kontraksi ekstensor lengan bawah dan mengalihkan tekanan distal pada insersio epikondilus lateral. Trauma di tempat kerja membutuhkan evaluasi ergonomik. Modifi kasi tempat kerja, edukasi, dan latihan postur merupakan intervensi penting. 13



Gambar 5.Peregangan fleksor pergelangan tangan pasif5



Gambar 6. Peregangan ekstensor pergelangan tangan pasif5



15



Gambar 7. Penguatan otot fleksor pergelangan tangan konsentrik5



Gambar 9. Penguatan otot supinator lengan bawah konsentrik. 5



Gambar 8. Penguatan otot ekstensor pergelangan tanngan konsentrik5



Gambar 10. Penguatan otot pronator lengan bawah konsentrik 5



16



C. Tindakan Operasi Tindakan ini dilakukan apabila keluhan tidak berkurang atau bahkan makin bertambah nyeri selama 1 tahun dengan perawatan konservatif maupun rehabilitasi. Banyak ahli merekomendasikan operasi dengan cara memotong robekannya, memperbaiki luka origo dari otot ekstensor karpi radialis brevis, membuang jaringan granulasinya dan menanam tulang subkondral untuk menstimulasi saraf dan pembuluh darahnya. Tindakan artroscopy adalah tindakan yang sering dilakukan apabila memungkinkan yaitu dengan membebaskan tendon otot ekstensor karpi radialis brevis dan dekortikasi dari epikondilus lateral dan ini hampir sama dengan prosedur terbuka (Hardiyanto, 1995). Perbaikan dengan arthroskopi pada epikondilitis lateralis mempunyai beberapa keuntungan daripada pembedahan secara terbuka dan untuk keberhasilannya dapat dibandingkan. Pasien pasca operasi dapat memulai latihan aktif ROM antara 24-48 jam dan di follow up tiap 72 jam dengan memulai latihan fleksi dan ekstensi. Setelah pembengkakan berkurang 2-3 minggu penderita dapat melakukan ROM penuh dan memulai latihan penguatan.1 2.10.



Komplikasi Komplikasi pada penyakit ini berkaitan erat dengan terapinya, baik itu terapi konservatif maupun terapi pembedahan. Penggunaan obat-obatan NSAID dan kortikosteroid dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan hati, ginjal, dan traktus gastrointestinal. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan antara lain infeksi, penurunan ROM, serta kekakuan. Komplikasi yang berkaitan dengan perawatan tertutup jarang terjadi. Dalam pembedahan, ligamen kolateral lateral perlu dilindungi mengingat ketidakstabilan posterolateral iatrogenik pada siku.7



17



2.11.



Prognosis Pasien dapat kembali bekerja atau berolahraga dengan modifikasi beban dan latihan khusus.5



18



BAB III KESIMPULAN Tennis Elbow merupakan salah satu tipe peradangan pada tendon yang paling sering terjadi dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi anggota gerak yang terkena dan umumnya terjadi karena overuse karena penggunaan yang berlebihan saat melakukkan aktifitas. Gejala tennis elbow sangat khas meliputi nyeri sekitar insersio tendon ekstensor lengan bawah pada epikondilus lateral baik saat diberikan tekanan maupun dengan gerakan menggenggam, kurangnya fleksibilitas dan kekuatan otot di sekitar elbow. Diagnosis tennis elbow dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik yang sesuai, dan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi. Penatalaksanaan tennis elbow meliputi proses rehabilitasi, terapi latihan yang tepat, serta tindakan operasi. Komplikasi yang dapat ditimbulkan berkaitan erat dengan terapinya baik itu terapi konservatif maupun terapi pembedahan dan pasien dengan tennis elbow dapat kembali bekerja atau berolahraga dengan modifikasi beban dan latihan khusus.



19



DAFTAR PUSTAKA 1. Muki Partono, Sugijanto (2006). Pengaruh Penambahan Transverse Friction Pada Intervensi Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II , 113131 2. Wibowo Hardianto. Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2010. 3. Coombes, B. K., Bisset, L., & Vicenzino, B. (2015). Management of Lateral Elbow Tendinopathy: One Size Does Not Fit All. Journal of Orthopaedic & Sports Physical Therapy, 45(11), 938–949 4. Dimitrios, S. (2016). Lateral elbow tendinopathy: Evidence of physiotherapy management.



World



Journal



of



Orthopedics,



7(8),



463.



https://doi.org/10.5312/wjo.v7.i8.463 5. Tandiyo,Desy Kurniawati. Penatalaksanaan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Tennis Elbow.Vol.41.No.5.2014. 6. Clare Scott. Tennis Elbow Advice and Exercise. Oxford University Hospitals.2019. 7. Cohen Marcio.dkk. Lateral Epicondylitis Of The Elbow.2011. 8. Klaiman MD, Fink K. Upper Extremity Soft-Tissue Injuries. In: Frontera WR (editor-inchief ). DeLisa’s Physical Medicine & Rehabilitation: Principles and Practice. Philadelphia: Lippincott Willam & Wilkins, Wolters Kluwer. 2010. Ch. 35:907-22. 9. Finnoff JT. Musculoskeletal Disorders of The Upper Limb. In: Braddom RL. Physical Medicine & Rehabilitation. 2011. Philadelphia:Elsevier Inc. Ch. 38:817-41. 10. Vaquero-picado,Alfonso. dkk. Lateral Epicondylitis Of The Elbow.Vo.1.2016. 11. Iskandar, Zakir. 2005. Tinjauan Kepustakaan Rehabilitasi Tennis Elbow. PPDS I Lab/SMF Rehabilitasi Meik FK Unair / RSU Dr Soetomo Surabaya. 12. Nawin, 2006. Regentville Tennis Blog. 13. PERDOSRI. Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Wahyuni LK, Tulaar ABM. Jakarta: PT. Adhitama Multi Kreasindo 2012:147-8



20