Refleksi Guru Untuk Guru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Ariantika MW PBSI 2009 R(C)



REFLEKSI UNTUK GURU Praktek lebih sulit dari pada teori. Mungkin peryataan tersebut bisa dikatakan ada benarnya. Sekarang ini banyak diadakan diklar atau peltihan pembelajaran efektif. Namun dalam prakteknya masih banyak guru-guru yang tetap menggunakan metode pembelajaran lama sehingga pembelajaran dalam kelas kurang efektif dan terkesan monoton atau menjenuhkan. Guru tidak kreatif dalam melaksanakan kegiatan belajar di kelas. Biasanya guru seperti ini adalah guru-guru yang sudah lanjut usia(mendekati masa purna).Alasan klasiknya guru yang sudah lanjut usia, dianggap lebih mahir atau berpengalaman dalam dunia pendidikan. Merasa lebih berpengalaman itulah guru tersebut ogah mengubah aplikasi metodenya dengan metode yang baru. Akibatnya guru-guru muda yang baru mengajar harus berusaha mengubah



paradikma



pembelajaran



yang



lama



agar



tercipta



kegiatan



pembelajaran mengajar yang konduktif. Dalam kurun waktu terakhir ini banyak dijumpai guru-guru “karbitan”. Bisa dikatakan banyak guru yang magang mengajar tapi belum tiba masanya mengajar. Hal ini sudah menjadi rahasia umum. Hanya untuk mencari status sosial semata dan juga untuk mendapat tempat atau posisi di suatu instansi sekolah. Supaya kelak namanya bias tercantum dalam deretan calon pegawai negeri sipil via database. Memang langkah itu adalah altematif yang relevan



dalam mendedikasikan diri dalam dunia pendidikan. Namun kemampuan itu harus benar-benar teruji. Tidak hanya asal memasukkan orang yang belum benar-benar faham dalam seluk-beluk dunia pendidika. Misalnya mahasiswa semester 1 sudah diajukan menjadi tenaga guru padahal pengetahuan masih sebatas pengetahuan umum. Jika mahasiswa tersebut benar-benar “terjun bebas” menjadi guru, akan menjadi apa peserta didiknya? Bukankah peserta didik harus direntaskan dari kebodohan? Bukankah hal ini akan memperburuk kondisi di negara kita? Alangkah tidak bijaksananya oknum-oknum tertentu yang menjadi dalang dibalik sirkulasi guru magang yang tidak berkompeten seperti itu. Lain halnya mahasiswa semester 5 misalnya. Tentu lebih matang dan bisa dikatakan lebih faham aplikasi didalamnya. Memang anternatif, saat ini menjadi idola kaum mahasiswa yang menggeluti dunia pendidikan. Ya, selain melatih kemampuan diri, dengan terjun langung dapat mempraktekkan metode pembelajaran yang dipelajari di bangku kuliah. Jadi tidak hanya sekedar berteori saja. Guru selain menjadi pengajar juga menjadi pendidik. Banyak sekali guru hanya bisa menjadi pengajar namun tidak bisa menjadi pendidik. Akibatnya timbul peserta didik bermoral rendah. Hal ini bisa dibuktikan ketika suatu instansi sekolah melarang siswanya untuk merokok. Tetapi dalam prakteknya banyak bapak guru yang dengan leluasanya menghirup batang rokok di lingkungan sekolah. Melihat hal tersebut siswa memiliki inisiatif untuk merokok dilingkungan sekolah dengan bersembunyi dikantin sekolah. Dengan dalih gurunya saja merokok disekolah, kenapa siswanya tidak? Begitulah ungkapan yang sering



terdengar dari mulut siswa. Apa yang guru lakukan tentu akan diikuti oleh siswanya. Lalu jika sudah seperti itu, dimana letak citra guru selama ini? Dengan fenomena tersebut, tentunya ini tugas besar untuk para calon guru dalam mengantisipasi hal-hal yang negatif. Guru harus pandai-pandai membaca karakter siswa. Dalam menekuni profesi ini, hendaknya guru menunjukkan sifat sabar dan kasih sayang. Tentu saja dengan sifat tersebut siswa akan merasa nyaman dan terbuka dengan gurunya. Beda halnya dengan guru yang dalam pembelajarannya menggunakan kekerasan. Tentu saja anak didik yang dihasilkan memiliki kepribadian yang tidak baik. Akibatnya, terjadi tawuran antar pelajar (misalnya). Bisa jadi hal tersebut dampak dari sikap guru pada siswa yang terlalu otoriter sehingga diterapkan dalam bergaul dengan teman sebayanya. Potret kehidupan sepertiapapun tidak terlepas dari peran guru dalam mewarnai kehidupan. Kompetensi yang dimiliki guru saat ini menentukan kemampuan serta kepribadian siwa dimasa yang akan datang. Dalam pelaksanaannya, interaksi guru mata pelajaran dan guru bimbingan konseling harus erat dalam memantau perkembangan siswa. Mengapa demikian? Sebab, dengan hubungan baik tersebut , guru dapat mengetahui kemampuan, keahlian, serta perkembangan peikologi masing-masing siswa, sehingga kemampuan yang dimiliki siswa bisa disalurkan dengan baik . Tugas menjadi seorang guru memang berat, namun jika dilandasi dengan ikhlas dan penuh dedikasi, niscaya akan melahirkan anak didik yang berkualitas dan bermoral tinggi. Tentunya dengn koordinai yang baik antara guru dan pihak-pihak yang berkecimbung didalamnya. Agar tercipta kegiatan belajar



mengajar yang optimal. Sehingga peserta didik bisa menempuh studynya dengan hasil maksimal dan gemilang. Jika saja semua guru-guru kita memiliki kesabaran, kasih sayang dan penuh dedikasi tanpa pamrih tentu bangsa ini tidak akan terpuruk. Pasti pemimpin bangsa ini memiliki kredibilitas kerja yang baik dan rakyat kecil tidak akan terlantar seperti yang terjadi saat ini. Semoga.