Refleksi Kasus Psoriasis Vulgaris [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFLEKSI KASUS



November 2017



PSORIASIS VULGARIS



OLEH:



NURLITA ANGGRAINI MUHTAR N 111 17 013



PEMBIMBING KLINIK: dr. SENIWATY ISMAIL, Sp.KK



KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2017



STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD UNDATA PALU



I. IDENTITAS PASIEN Nama



: Ny. S



Umur



: 23 tahun



Alamat



: Jl. Thamrin



Jenis Kelamin



: Perempuan



Pekerjaan



:-



Agama



: Islam



Tanggal pemeriksaan : 20 November 2017 Ruangan



: Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata



II. ANAMNESIS Keluhan utama : Bercak – bercak kemerahan dan terasa gatal di leher, punggung, dan kepala.



Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang wanita umur 23 tahun datang ke Poliklinik kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan terdapat bercak – bercak kemerahan dan terasa gatal di leher, punggung dan kepala yang dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Awalnya muncul berupa bitnik kecil kemerahan dan disertai rasa gatal dibagian kepala, kemudia pasien menggaruknya dan akhirnya melebar. Mulanya di kepala, kemudian di leher, lalu dipunggung. Menurut pasien, bila digaruk terlalu keras akan berdarah. Ada riwayat pengobatan di poli kulit dan kelamin, terdapat perbaikan dan keluhan muncul kembali.



Riwayat penyakit dahulu : Pasien sudah mengeluhkan gejala ini sebelumnya, sejak 4 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat. Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat alergi makanan (-), Riwayat atopik (-).



Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.



III. PEMERIKSAAN FISIK a. Status Generalisata 1) Keadaan umum



: Sakit ringan



2) Status Gizi



: Baik



3) Kesadaran



: Compos mentis



b. Tanda-tanda Vital Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi



: 82 kali/menit



Respirasi



: 18 kali/menit



Suhu



: Tidak dilakukan pemeriksaan



c. Status Dermatologis Ujud Kelainan Kulit: 1. Kepala



: Tampak makula eritematous berukuran numular



yang sirkumskrip pada regio frontalis, dengan skuama 2. Leher



: Tampak makula eritematius berukuran plakat



dengan penyebaran difus, dengan skuama 3. Dada



: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)



4. Punggung



:



Tampak



makula



eritematous



berukuran



lenticular, berbatas tegas, dengan skuama 5. Perut



: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)



6. Genitalia



: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)



7. Bokong



: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)



8. Ekstremitas atas



: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)



9. Ekstremitas bawah



: Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)



IV. GAMBAR



Gambar 1. Tampak makula eritematous berukuran numular yang sirkumskrip pada regio frontalis, dengan skuama



Gambar 2. Tampak makula eritematous berukuran plakat dengan penyebaran difus pada regio leher, dengan skuama



Gambar 3. Tampak makula eritematous berukuran lentikular, berbatas tegas pada regio punggung, dengan skuama



V. RESUME Seorang wanita umur 23 tahun datang ke Poliklinik kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan terdapat makula eritema dan pruritus di leher, punggung dan kranium yang dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Awalnya muncul berupa makula eritema dan disertai pruritus dibagian kranium, kemudian pasien menggaruknya dan akhirnya melebar. Mulanya di regio kranium, kemudian di leher, lalu di punggung. Menurut pasien, bila digaruk terlalu keras akan berdarah. Ada riwayat pengobatan di poli kulit dan kelamin, terdapat perbaikan dan keluhan muncul kembali. Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, kesadaran kompos mentis, status gizi baik, TD 120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, respirasi 18 kali/menit. Riwayat menderita hal yang sama 4 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan dermatologis, pada regio frontalis tampak makula eritematous berukuran numular yang sirkumskrip dengan skuama. Pada regio leher, tampak makula eritematous berukuran plakat, penyebaran difus dengan skuama. Pada regio punggung, tampak macula eritematous berukuran lentikular, berbatas tegas, dengan skuama



VI. DIAGNOSA KERJA Psoriasis Vulgaris



VII. DIAGNOSA BANDING 1. Parapsoriasis 2. Eritroderma 3. Tinea corporis



VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Fenomena Tetesan Lilin 2. Fenomena Auspitz



IX.



ANJURAN PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Histopatologis



X.



PENATALAKSANAAN 1. Non-medikamentosa - Menjaga kondisi tubuh agar tetap bersih - Memperhatikan kesehatan agar sistem imun terjaga - Konsumsi obat dan rutin control secara teratur - Menghindari Stress



2. Medikamentosa - Sistemik Cetirizine 10 mg (1x1)



- Topikal Desoxymethasone cream 0,25% (pagi dan sore dioles tipis-tipis) Asam fusidat cream



XI. PROGNOSIS a. Qua ad vitam



: ad bonam



b. Qua ad fungtionam



: ad bonam



c. Qua ad sanationam



: dubia ad bonam



d. Qua ad cosmetikam



: dubia ad bonam



PEMBAHASAN



Seorang wanita umur 23 tahun datang ke Poliklinik kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan terdapat papul eritema dan pruritus di leher, punggung dan kranium yang dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Awalnya muncul berupa papul eritema dan disertai rasa gatal dibagian kranium, kemudian pasien menggaruknya dan akhirnya melebar. Mulanya di regio kranium, kemudian di leher, lalu di punggung. Menurut pasien, bila digaruk terlalu keras akan berdarah. Ada riwayat pengobatan di poli kulit dan kelamin, terdapat perbaikan dan keluhan muncul kembali. Pada pemeriksaan dermatologis, pada regio frontalis tampak makula eritematous berukuran numular yang sirkumskrip dengan skuama. Pada regio leher, tampak makula eritematous berukuran plakat, penyebaran difus dengan skuama. Pada regio punggung, tampak makula eritematous berukuran lentikular, berbatas tegas, dengan skuama Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif. Ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin.[1] Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat perjalanannya menahun dan residif. Secara etiopatogenesis, faktor imunologik berperan dalam terjadinya psoriasis. Defek genetik pada kasus psoriasis dapat di ekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel APC atau keratinosit. Selain itu diduga psoriasis juga dapat diturunkan (herediter).[1,2] Berbagai faktor pencetus pada kasus psoriasis berdasarkan teori antara lain stress psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner), endokrin, gangguan metabolik, obat dan juga alkohol dan merokok. Stress psikis merupakan faktor pencetus yang utama. Faktor endokrin mempengaruhi perjalanan penyakit. Puncak insiden terjadinya psoriasis adalah semasa pubertas dan menopause.Pada waktu kehamilan umumnya membaik. Gangguan metabolisme contohnya hipokalsemia dan dialisis telah dilaporkan sebagai faktor pencetus. Obat yang umumnya



menimbulkan residif ialah beta-adrenergic blocking agent, lithium, antimalaria, dan penghentian mendadak kortikosteroid sistemik.[1,3] Gejala klinis yang dapat ditemukan pada kasus psoriasis umumnya tidak mempengaruhi keadaan umum pasien, sebagian penderita mengeluhkan gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosacral. Kelainan kulit yang ditemukan berupa bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang ditengahnya menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi. Jika separuhnya atau seluruhnya bersifat lentikular disebut psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi pasca infeksi akut streptococcus.[2,4] Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Fenomena Tetesan Lilin dimana bila lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih. Auspitz Sign ialah bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul bintik-bintik pendarahan yang disebabkan papilomatosis yaitu papilla dermis yang memanjang tetapi bila kerokan tersebut diteruskan maka akan tampak perdarahan yang merata. Fenomena Kobner ialah bila kulit penderita psoriasis terkena trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis umumnya akan muncul setelah 3 minggu.[5] Psoriasis Vulgaris adalah bentuk psoriasis umum yang lazim ditemukan dan memiliki lesi-lesi yang berbentuk plak. Adapun tempat predileksinya seperti yang telah dituliskan diatas. Pada pemeriksaan histopatologis psoriasis memberikan gambaran yang khas, yakni parakeratosis dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses munro. Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.[5] Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan. Secara umum pengobatan psoriasis dapat menggunakan obat-obat golongan kortikosteroid baik



yang bersifat topikal maupun sistemik dan menyingkirkan faktor etiologi apabila jelas, seperti mengobati infeksi causa bakterial dengan menggunakan antibiotik. Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis.[1] Diagnosis psoriasis berdasarkan anamnesis dan manifestasi klinis yang didapatkan, adapun diagnosis banding dari psoriasis vulgaris yaitu dermatitis numularis, pitiriasis rosea, kandidiasis kutis dan dermatitis atopic. Dermatitis numularis atau eksim numular adalah gangguan alergi dengan pruritus patch berbentuk koin pada kulit. Pria biasanya mendapatkan eksim nummular akhir hidup mereka sementara wanita mendapatkannya pada usia lebih muda. Eksim Numular yang paling sering terjadi pada ekstremitas, terutama kaki, tapi mungkin terjadi di mana saja pada badan, tangan, atau kaki. Patofisiologi eksim ini tidak jelas, itu sering terkait dengan kekeringan pada kulit, yang dapat memungkinkan rusaknya epidermis dan perembesan alergen ke kulit.[6] Pitiriasis Rosea Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum diketahui. Banyak diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun terutama pada musim semi dan musim gugur. Gambaran klinisnya bisa menyerupai dermatitis numular. Tetapi umumnya terdapat sebuah lesi yang besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain. Lesi tambahan cenderung mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara dan biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan.Lesi-lesi tunggal berwarna merah muda terang dengan skuama halus.Bisa juga lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir antara 3-8 minggu dengan penyembuhan spontan.[7] Sampai saat ini pengobatan psoriasis hanya bersifat remitif, kekambuhan yang boleh dikatakan hampir selalu ada mengakibatkan pemakaian obat dapat berlangsung seumur hidup. Menjaga kualitas hidup pasien dengan efek samping yang rendah menjadi seni pengobatan psoriasis yang akan terus berkembang.[8]



DAFTAR PUSTAKA 1.



Hamzah, M &Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Jakarta: BP-FKUI; 2013



2.



Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; 2007.



3.



Richard D.J & Pandya A.G. Dermatology Atlas for skin of color. New York: Spinger; 2014



4.



Bourke, Johnny. Cunliffe, Tim. Dermatologi Dasar Untuk Praktik Klinik. Jakarta ; EGC; 2012



5.



Gawkrodger, David. Dermatology An Illustrated Colour Text. Belanda; Elsevier; 2008



6.



Poudel RR. Clinical imaging nummular eczema. Journal Of Community Hospital Internal Medicine Perspectives. Nepal; 2015.



7.



James, William. Berger, Timothy. Diseases Of The Skin Clinical Dermatology. Belanda; Elsevier; 2011



8.



Menaidi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2015.