Psoriasis Vulgaris [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I LAPORAN KASUS I.



II.



IDENTITAS PASIEN Nama



: Tn. AR



Jenis Kelamin



: Laki - laki



Usia



: 35 tahun



Agama



: Islam



Alamat



: Kampung Legon



Suku



: Betawi



Tanggal pemeriksaan



: 24 Januari 2022



ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan dengan pasien pada tanggal 24 Januari 2022 di Poli Kulit dan Kelamin pukul 10:00 WIB. a.



Keluhan Utama Bercak kemerahan dan bersisik yang terasa gatal pada hampir seluruh tubuh sejak 6 bulan SMRS.



b. Keluhan Tambahan Bercak yang terasa nyeri sejak 1 minggu SMRS. c. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RS pada tanggal 24 Januari 2022 dengan keluhan bercak kemerahan dan bersisik yang terasa gatal pada hampir seluruh tubuh sejak 6 bulan SMRS. Awalnya, pada bulan juni 2021 muncul bintik – bintik di bagian kepala yang terasa gatal dan panas. Pasien berobat ke mantri lalu keluhan menghilang. Di mantri pasien mendapatkan obat suntik dan obat minum namun pasien tidak ingat nama obatnya. Pada bulan September 2021, bintik – bintik tersebut menyebar ke darerah muka, leher, hingga hampir ke seluruh badan yang terasa gatal dan panas. Keluhan gatal dan panas yang dirasakan pasien hilang jika minum obat, dan



muncul kembali jika tidak minum obat. Gatal hilang timbul membuat pasien menggaruknya, Sekitar 1 minggu yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri pada bercak hingga akhirnya berobat ke RSUD Cibitung. d. Riwayat Penyakit Dahulu -



Riwayat keluhan yang sama



: disangkal



-



Riwayat alergi



: disangkal



-



Riwayat penyakit autoimun



: disangkal



-



Riwayat penyakit diabetes melitus : disangkal



-



Riwayat penyakit darah tinggi



: disangkal



-



Riwayat operasi



: disangkal



e. Riwayat Pengobatan -



Obat suntik yang di dapat dari mantri, pasien lupa nama obatnya



-



Obat minum yang di dapat dari dokter, pasien lupa nama obatnya



f. Riwayat Penyakit Keluarga -



Riwayat keluhan yang sama



: disangkal



-



Riwayat alergi



: disangkal



-



Riwayat penyakit autoimun



: disangkal



-



Riwayat penyakit diabetes melitus : disangkal



-



Riwayat penyakit darah tinggi



: disangkal



-



Riwayat operasi



: disangkal



g. Riwayat Kebiasaan Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Pasien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun dan air bersih. III.



PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum



: Baik



Kesadaran



: Composmentis



Tanda- Tanda Vital : 



Tekanan darah



: 110/70 mmHg







Nadi



: 80 x/ menit







Respirasi



: 20 x/menit







Suhu



: 36,5 ºC







Status gizi



: Berat badan : 52 kg



Tinggi badan : 158 cm Status Generalis



:



Kepala



: Normocephali, rambut hitam



Mata



: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), alis mata hitam,



tidak ada madarosis Telinga



: Bentuk daun telinga normal, simetris, pendengaran dalam atas



normal Hidung



: Septum deviasi (-/-), sekret (-/-)



Leher



: Pembesaran KGB (-)



Thoraks



:







: Bentuk normal, pergerakan simetris, retraksi (-), (lihat status



Inspeksi dermatologis)







Palpasi



: Fremitus taktil dan vokal simetris kanan-kiri, nyeri tekan (-),



massa(-) 



Perkusi



: Sonor







Auskultasi



: Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-),gallop (-)



Abdomen



:







Inspeksi



: Datar (lihat status dermatologis)







Palpasi



: Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar







Perkusi



: Timpani di seluruh kuadran abdomen







Auskultasi



: Bising usus normal



Ekstremitas



: Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik (lihat status dermatologis)



Status Dermatologis 



Regio capitis : plak eritematosa, multiple, lentikular-numular, sirkumpskripta, polisiklik, dengan skuama putih diatasnya







Regio truncus anterior, truncus posterior, antebrachii dextra et sinistra : plak eritematosa, multiple, lentikular-numular, sirkumskripta, annular, dengan skuama putih diatasnya







Regio axillaris dextra sinistra : plak eritematosa, soliter, plakat, sirkumskripta, annular, dengan skuama putih di pinggir lesi







Regio femoralis dextra : plak eritematosa, berjumlah dua, nummular, sirkumskripta, annular, dengan skuama putih di pinggir dan atasnya







Regio genitalia externa : makula eritematosa, multiple, lentikular, difus, polisiklik, dengan skuama putih di atasnya



Gambar 1.1 Regio capitis



Gambar 1.2 Regio Truncus anterior dan Truncus posterios



Gambar 1.3 Regio Axillaris dextra dan Axillaris sinistra



Gambar 1.4 Regio Antebrachii dextra dan Antebrachii sinistra



Gambar 1.5 Regio Femoralis dextra dan Genitalia externa IV.



DIAGNOSIS BANDING -



Susp. Psoriasis vulgaris



-



Susp. Morbus hansen



V.



VI.



PEMERIKSAAN PENUNJANG (24 Januari 2022) -



BTA Kulit



= negatif



-



Glukosa sewaktu stik



= 95 mg/dL



-



Pemeriksaan KOH 10% a. Epitel



=3–5



b. Leukosit



=2–3



c. Jamur



= Negatif



d. Hyphae



= Negatif



RESUME



Telah diperiksa seorang pasien Tn. AR, 35 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan bercak kemerahan dan bersisik pada hampir seluruh tubuh yang terasa gatal, panas dan nyeri. Gatal hilang timbul dan membuat pasien menggaruknya. Pasien terkadang minum obat namun ada kalanya pasien tidak minum obat sehingga reaksi yang didapatkan gatal-gatal.



Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio generalis, plak eritematosa, multiple, lentikularnumular, sirkumskripta, annular, dengan skuama putih diatasnya. Pada pemeriksaan penunjang, BTA negatif dan pemeriksaan KOH 10%, jamur dan hifa negatif. VII.



DIAGNOSIS KERJA -



Psoriasis Vulgaris



VIII. PENATALAKSAAN Nonmedikamentosa 1. Menjaga kondisi tubuh agar tetap dalam keadaan bersih serta sehat dan mengurangi stres. 2. Hindari faktor pencetus seperti : stress psikis, trauma (garukan, gesekan atau terjatuh), merokok ataupun mengkonsumsi akohol. 3. Merawat diri dan minum obat secara teratur 4. Pengunaan pelembab yang dianjurkan untuk mencegah kekeringan pada kulit. 5. Cukupi nutrisi dengan makan makanan yang bergisi, tidur yang cukup. 6. Kontrol kembali setelah obat habis, untuk evaluasi pengobatan. Disarankan jika ada penyakit lain yang memerlukan terapi medikamentosa, agar dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter terkait dengan interaksi obat Medikamentosa -



Cetirizine 2x1 10 mg



Usulan Tatalaksana



IX.



-



Metilprednisolone 2x4 mg



-



Vitamin D 5000 IU



-



Fototerapi UVB



-



Siklosporin 1x100mg



PROGNOSIS Quo ad Vitam



: Ad bonam



Quo ad Functionam



: Ad bonam



Quo ad Sanactionam : Dubia Ad bonam



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Psoriasis Vulgaris 2.1.1 Definisi Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz, dan Köbner. Letaknya dapat terlokalisir, misalnya pada siku, lutut, kulit kepala atau menyerang hampir 100% luas tubuhnya.2,8 Pada kasus ini, pasien sudah mengalami gejala bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar selama 6 bulan di hampir seluruh tubuhnya. Dikarenakan penyakitnya bisa kambuh sewaktu-waktu, maka pengobatan untuk psoriasis berjalan seumur hidup.7 2.1.2 Epidemiologi Menurut suatu studi, prevalensi psoriasis di Indonesia mencapai 2,5% dari jumlah penduduk. Namun, data epidemiologi psoriasis di Indonesia masih sangat terbatas. Studi epidemiologi lebih lanjut masih diperlukan.6 2.1.3 Etiologipatogenesis Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik berperan dalam penyakit ini dan faktor imunologik juga berperan, defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari 3 sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen(dermal), atau keratinosit. Berbagai faktor pencetus juga terdapat pada psoriasis, diantaranya adalah faktor genetik, obesitas, konsumsi alkohol, merokok, stress psikis, infeksi, trauma, endokrin, gangguan metabolik, obat (glukokortikoid sistemik, lithium, obat anti malaria, interferon, dan beta adrenergik blocker). Stres psikis juga merupakan faktor pencetus utama.2 Pada pasien ini diduga faktor pencetusnya adalah kelelahan. Pasien merupakan seorang tukang las dan juga tukang cat. Insidens psoriasis pada pria dan wanita 1:1. Jarang terjadi pada usia dibawah 10 tahun. Biasanya onset psoriasis terjadi pada usia antara 15-30 tahun. Kepemilikan Human Leukocyte Antigen (HLA) kelas I antigen tertentu, terutama HLA-Cw6, dikaitkan dengan usia onset yang lebih awal dan dengan riwayat keluarga yang positif. Temuan ini mengarahkan Henseler dan Christophers untuk menyatakan bahwa ada dua bentuk psoriasis yang berbeda: tipe I, dengan usia onset sebelum 40 tahun dan terkait



Human Leukocyte Antigen (HLA), dan tipe II, dengan onset usia setelah 40 tahun.4 Pada kasus keluhan mulai terjadi pada saat pasien berusia 35 tahun. 2.1.4 Manifestasi Klinis Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut, lumbosakral, daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku. 4 Pada pasien awalnya lesi pada kepala kemudian sekarang ditemukan lesi hampir di seluruh tubuh yang mana sesuai dengan daerah predileksi. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Fenomena tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan merupakan nilai diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse (psoriasis pustular). Fenomena Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis.4 2.1.5 Tatalaksana Pada psoriasis, vitamin D terlibat dalam pemeliharaan homeostasis penghalang kulit. Beberapa studi mengidentifikasi hubungan antara polimorfisme reseptor vitamin D (VDR) dan kerentanan psoriasis. Polimorfisme promotor A-1012G dari gen VDR dikaitkan dengan risiko psoriasis melalui ekspresi mRNA VDR yang lebih rendah, mendukung kondisi yang dapat mengubah penghalang kulit dan perkembangan lesi psoriasis. Selain itu, pada kulit psoriasis, terdapat penurunan ekspresi VDR dan penurunan protein tight-junction. Tight-junction sangat penting untuk mengatur adhesi dan permeabilitas keratinosit, dan untuk mempolarisasi diferensiasi sel kulit, mengatur gradien kalsium ekstraseluler, berinteraksi dengan protein inti dan sitoplasma dan mempengaruhi regulasi gen spesifik yang terlibat dalam diferensiasi dan proliferasi keratinosit. Beberapa penelitian melaporkan bahwa vitamin D adalah modulator kunci dari fungsi peradangan. Metabolit aktif vitamin D memberikan efek anti inflamasi pada profil inflamasi monosit / makrofag manusia yang mengatur ekspresi dan produksi beberapa sitokin pro inflamasi termasuk TNF-α, IL1β, IL-6, dan IL-8. 1 Biopsi diperlukan untuk penilaian vaskulitis pembuluh karena pembuluh yang biasanya terpengaruh dalam kondisi ini tidak ada di dermis superfisial. Vaskulitis merupakan peradangan pada pembuluh darah. Dilaporkan bisa terjadi vaskulitis pada penderita psoriasis.5



Psoriasis bersifat residif sehingga apabila psoriasis yang kambuh harus segera diobati agar tidak terjadi perluasan. Terdapat banyak variasi pengobatan psoriasis, pada pasien di berikan cetirizine. Cetirizine sebagai antihistamin untuk mengurangi gatalgatal yang dirasakan pasien. Selain pengobatan, KIE kepada pasien dan keluarga juga sangat penting. Pasien disarankan agar menghindari stres. Penderita juga diberitahu tentang penyakitnya, faktor-faktor yang memperberat, dan diberi penjelasan bahwa untuk tetap rutin meminum obatnya.10 2.1.6 Prognosis Prognosis psoriasis vulgaris pada pasien ini baik walaupun tidak terjadi penyembuhan yang sempurna. Oleh karena hampir semua orang dengan psoriasis dapat hidup dengan normal dan tidak menyebabkan kematian. 2,3 Penyakit ini bersifat kronik residif, namun pengendalian psoriasis yang baik dengan menghindari trauma mekanik dan stress dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.3 Pasien diharapkan dapat mengendalikan penyakitnya dengan menghindari pencetus seperti menghindari stress, menggaruk untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.



BAB III KESIMPULAN



Telah diperiksa pasien laki – laki usia 35 tahun, dengan status dermatologikus, pada regio generalis dengan plak eritematosa, multiple, lentikular-numular, sirkumskripta, annular, dengan skuama putih diatasnya. Pada pemeriksaan penunjang, BTA negatif dan pemeriksaan KOH 10%, jamur dan hifa negatif. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis Psoriasis Vulgaris. Penatalaksaan yang diberikan untuk pasien berupa cetirizine 2 x 10 mg dan terapi non-medikamentosa berupa edukasi pasien dan keluarga pasien.



DAFTAR PUSTAKA



1. Barrea, L., Savanelli, M. C., Di Somma, C., Napolitano, M., Megna, M., Colao, A., & Savastano, S. (2017). Vitamin D and its role in psoriasis: An overview of the dermatologist and nutritionist. Reviews in Endocrine and Metabolic Disorders, 18(2), 195-205. 2. Djuanda A. Dermatosis Eritoskuamosa. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 8th ed. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2012.p.189-95. 3. Duarsa WN, et al. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit kulit dan Kelamin RSUP Denpasar. Denpasar: Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulitdan Kelamin. 4. Gudjonsson JE, Elder JT: Psoriasis, in: Katz GS, Paller BG, Wolff K. (eds), Fitzpatrick Dermatology in general Medicine, 9th ed. The McGraw Hill Companies. 2019. Chapter 28. p. 457-497. 5. Harvey, N. T., Chan, J., & Wood, B. A. (2017). Skin biopsy in the diagnosis of inflammatory skin disease. Australian family physician, 46(5), 283-288. 6. Krisnarto E, Novitasari A, Aulirahma DM. Faktor Prediktor Kualitas Hidup Pasien Psoriasis: Studi Cross Sectional. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah. 2016;5(1). 7. Lui H. Plaque Psoriasis, Emedicine. Available at: http://www.emedicine.com/article/topic365.htm. September 30, 2011 (Accessed: February 12, 2021). 8. Nestle FO, Kaplan DH, Barker J. Mechanisms of Disease Psoriasis. N Engl J Med.2009;361:496-509. 9. Rosenberg, J. N., Johnson, G. D., & Holborow, E. J. (1979). Antinuclear antibodies in ankylosing spondylitis, psoriatic arthritis, and psoriasis. Annals of the rheumatic diseases, 38(6), 526-528. 10. Siregar RS. 1996. Atlas Berwarna: Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.