Refleksi Tentang Fransiskus Xaverius [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FRANSISKUS XAVERIUS SURI TELADAN PARA XAVERIAN Oleh: Marselus Masterdam Bapa Pendiri Serikat Misionaris Xaverian, Yaitu St. Guido Maria Conforti menjadikan St. Fransiskus Xaverius sebagai pelindung bagi Serikat yang ia dirikan, maka setiap tanggal tiga Desember para Xaverian mengadakan pesta untuk memperingati sang pelindung, dan bergembira bersama dengan para sahabat-sahabat serta para penderma yang dengan murah hati membagikan sedikit dari rejeki yang mereka dapatkan untuk kebutuhan Serikat ini. Maka perayaan tahunan seperti pesta pelindung, dijadikan suatu moment pertemuan khusus kekeluargaan dan kesempatan untuk bergembira bersama. Serikat Xaverian ini memakai nama St. Fransiskus Xaverius yang merupakan model dan pelindungnya. Nama asli dari serikat ini adalah: “Pia Societa di San Fransesko Saverio per le Missioni Estere”. Selain kepada para Rasul dan St. Yosep, para Xaverian memiliki ikatan khusus dengan St. Fransiskus Xaverius yang telah menderita dan bekerja demi penyebaran kerajaan Allah. KETELADANAN ST. FRANSISKUS XAVERIUS BAGI PARA XAVERIAN 1. Bagi semua orang yang menamakan diri sebagai Xaverian, dituntut untuk memiliki relasi yang mendalam, intim dan mesra dengan Pribadi Kristus. Tujuan mengapa ditekankan betapa pentingnya pengalaman ini adalah agar dapat mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenalnya secara lebih meyakinkan, dan agar mereka yang mendengar pewartaan kita tentang Kristus dapat diyakinkan. Selama hidupnya, St. Fransiskus Xaverius selalu meluangkan waktunya untuk membangun relasi yang lebih intim, mesra, dan mendalam dengan Pribadi Kristus, hidup doa, mati raga, pelayanan sakramen-sakramen, dan praktek hidup rohani lainnya selalu ia jalankan dengan sepenuh hati. Itulah cikal bakal mengapa karya kerasulannya menuai banyak kesuksesan, ia banyak membawa orang-orang kepada Injil. Tujuan lain mengapa Bapa pendiri mengingatkan para misionarisnya akan pentingnya relasi yang mesra dan mendalam dengan Kristus adalah agar para Xaverian tidak hanya menyibukan diri untuk membawa orang banyak kepada keselamatan, tetapi dengan relasi yang mendalam dengan Kristus ia juga dapat membawa diri sendiri kepada keselamatan. Melalui hidup doa, seorang Xaverian dapat menjiwai batinnya, dan justru melalui doa juga ia dapat memperoleh daya atau kekuatan untuk usaha-usaha yang lainnya.



Seperti semboyan St. Fransiskus Xaverius: 100% milik Tuhan, 100% milik semua, dan 100% milik diri sendiri, inilah cara memuliakan Allah secara total. 2. Selain semangat doa dan kehidupan rohani yang begitu besar dan tinggi, Fransiskus juga memiliki semangat yang berkobar-kobar untuk mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya. Dalam lukisan-lukisan tentang St. Fransiskus Xaverius, khususnya pada bagian dada Fransiskus biasanya diberi simbol api, itulah simbol dari seorang Xaverius yang mempunyai semangat yang membara dalam memperkenalkan Kristus bagi mereka yang belum mengenal-Nya. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, mungkin karena relasi Fransiskus dengan Kristus yang begitu dekat yang membuat dia terdorong dan antusias untuk membawa Kristus untuk mereka yang belum mengenal-Nya. Tujuan tunggal dan eksklusif Serikat Xaverian adalah “mewartakan kabar gembira kerajaan Allah kepada orang-orang bukan Kristiani”, maka semangat iman yang hidup itulah yang mendorong para Xaverian untuk memiliki hasrat untuk menyebarkan kerajaan-Nya ke mana saja. 3. Para Xaverian diutus kepada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok orang yang bukan Kristen di luar lingkungan, kebudayaan, dan gereja-gereja asal, secara khusus mengabdikan diri kepada orang-orang yang diistimewakan dalam kerajaan Allah, yaitu: kaum miskin, lemah, tersingkir dari masyarakat, dan mereka yang menjadi korban dari ketidakadilan dan penindasan. St. Fransiskus Xaverius selama hidupnya selalu memperhatikan mereka yang dalam keadaan seperti yang telah disebutkan di atas, bahkan ia tidak segan-segan mengemis untuk meminta makanan dari mereka yang berkecukupan untuk kesejahteraan kaum yang tidak mampu atau miskin ini. Maka para Xaverian juga selalu berusaha untuk menghidupi semangat dari St. Fransiskus, misalnya dalam memegang paroki-paroki, para Xaverian selalu berusaha untuk memegang paroki-paroki yang kurang mampu, alasannya agar paroki-paroki yang kurang mampu ini bisa mandiri, dan jika paroki-paroki ini dan itu sudah mandiri, Xaverian dengan gembira dan tulus meninggalkan, dan menyerahkannya kepada keuskupan dan memberikan kebebasan kepada kesukupan untuk memberikan kepada siapa parok-paroki tersebut. Dan dalam kehidupan sehari-hari, para Xaverian selalu berusaha membantu mereka yang miskin, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.



4. Dalam riwayat hidup St. Fransiskus yang pernah saya baca, saat bersama sahabatsahabatnya, maupun saat ia berada di daerah misi, ia selalu mensharingkan apa yang ia alami, seperti saat ia dalam kesulitan dan saat ia dalam situasi bahagia dan bersukacita, kepada sahabat-sahabatnya. Saat ia berada di daerah misi, ia selalu menulis



surat



kepada



para



konfraternya



untuk



menceritakan



mengenai



pengalamannya dalam melayani sesama yang ingin mengenal Kristus. Sejauh yang saya lihat, para Xaverian juga memiliki tradisi yang sama seperti yang dilakukan oleh St. Fransiskus yang sangat mencintai para konfraternya. Contohnya, saat ada confrater yang sakit, confrater lain sangat memperhatikan dan merawat si sakit dengan setia, saat Adorasi setiap hari kamis selalu mendoakan saudara-saudara setarekat, saat ada konfrater yang pulang cuti dari daerah misi selalu mensharingkan pengalamanpengalaman mereka selama di misi kepada para confrater yang sedang dalam masa formasi, dan masih banyak lagi. Inilah beberapa contoh yang mengambarkan betapa para Xaverian menjadikan St. Fransiskus sebagai contoh dan teladan dalam hidup berkomunitas, khususnya dalam hal mencintai confrater. Ada satu kalimat dalam tulisan Bapa pendiri untuk mengingatkan para misionarisnya untuk selalu mencintai sesama confrater, kalimat itu berbunyi demikian “hargailah confratermu sebagai saudara, dan hormatilah confratermu sebagai pangeran”. 5. Dalam menjalankan karya kerasulannya di daerah misi, khususnya dalam mewartakan Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal-Nya, tidak sedikit tantangan dan kesulitan yang dialami oleh St. Fransiskus Xaverius. Tantangan itu antara lain: tantangan fisik, cuaca, berbagai peraturan yang menghambatnya untuk mewartakan iman Kristiani kepada mereka yang belum mengenalnya, gelombang laut yang tinggi ketika dalam pelayaran mengunjungi daerah-daerah yang jauh untuk karya pelayanan, para perompak yang siap menjarah kapal-kapal, dan masih banyak lagi. Tetapi, tantangan tersebut tidak membuat semangat Fransiskus Xaverius untuk mewartakan Kristus kendor, ia tetap semangat dan pantang menyerah dihadapan kesulitankesulitan itu. Bisa jadi hubungannya yang mesra dan mendalam, juga kedekatannya dengan Kristus itulah yang memampukan dia melewati segala kesulitan dan tantangan itu. semangat yang hidup mendorong para Xaverian pergi ke tanah misi untuk mewartakan kasih Kristus dan kabar sukacita Injil kepada mereka yang belum mengenal-Nya. Tentu banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi dan temukan



dalam menjalankan karya kerasulan mereka di misi, seperti belajar bahasa, beradaptasi dengan iklim yang berbeda, belajar kebudayaan setempat, belum lagi ada segelintir orang yang menentang ajaran-ajaran yang mereka sampaikan, bahkan sampai tantangan yang berkaitan dengan nyawa, tetapi kembali lagi kedekatan, kebersamaan dengan Dia yang memanggil dan mengutus, yaitu Kristus, itulah yang memampukan para Xaverian mampu bergulat dan mengalahkan segala tantangan dan kesulitan-kesulitan tersebut. 6. Penghayatan kaul-kaul, khususnya kaul ketaatan, dan kaul kemiskinan. Selama hidupnya, khususnya dalam penghayatan kaul-kaul, bagi saya yang paling nampak dalam diri Fransiskus adalah dua kaul yang telah saya sebutkan di atas, yaitu kaul ketaatan dan kemiskinan. Saat Bapa Suci memberi mandat kepada Bobadila, dan salah satu dari antara para sahabat untuk pergi ke India, tetapi Bobadila berhalangan pergi yang disebabkan oleh kondisi kesehatannya yang kurang stabil, maka St. Iganatius meminta kepada Fransiskus untuk mengantikan Bobadila untuk menjalankan mandat dari Bapa Suci untuk pergi ke tanah India. Ketika Fransiskus mendengar kabar ini, ia dengan cepat dan gembira menerima tugas ini. inilah sikap Fransiskus yang mengambarkan betapa ia sangat taat menerima apa yang ditugaskan kepadanya. Saat Fransiskus pergi ke Vatikan untuk menerima berkat dari Bapa Suci, ia pergi dengan mengenaka pakaian yang ditambal, saat ia hendak berangkat ke India untuk menjalankan mandat dari Bapa Suci, ia hanya membawa sehelai jubah, ketika orangorang mau mengantikan jubahnya yang lama karena sudah kelihatan kusam dengan jubah yang baru, ia menolak, dan meminta kepada mereka agar jubahnya yang lama dikembalikan kepadanya, begitupun dengan sepatu, saat ada yang mau membelikan sepatu baru untuknya, ia mengatakan bahwa sepatu lama yang ia kenakan masih laya dipakai, walaupun nyatanya sepatu yang ia kenakan itu sudah sobek, saat bepergian ke India, ia tidak terikat oleh kedekatannya dengan sahabat-sahabatnya, dan jabatan guru besar yang ia peroleh, ia rela melepaskan semuanya itu, dan pergi dengan lepas bebas demi karya pelayanannya untuk membawa Kristus bagi mereka yang belum mengenal-Nya, dan masih banyak lagi hal-hal lainnya yang semuanya mengambarkan betapa Fransiskus sangat menghidupi dan menghayati kaul kemiskinan ini. Dalam menapaki jalan panggilan yang khusus ini, para Xaverian juga menghayati kaul kemiskinan, ketaatan dan kemurnian. Para Xaverian dituntut untuk taat pada atasan,



taat pada tugas apa yang dipercaya kepadanya. Dalam kaul kemiskinan, para Xaverian selalu mempercayakan seluruh kebutuhan serikat pada penyelenggaraan ilahi, para Xaverian dianjurkan untuk tidak mengusahakan segala sesuatu yang dapat menghasilkan uang, seperti mendirikan sekolah, dan yang lainnya, dan menyerahkan apa saja yang diperoleh dari kegiatan tertentu, kepada komunitas, bukan menjadi milik diri sendiri, tetapi menjadi kepunyaan komunitas. Inilah cara-cara yang dilakukan oleh seorang Xaverian untuk menghayati kaul-kaul yang ada.