Refrat Gagal Tumbuh Baru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 1.1 Pendahuluan Anak merupakan generasi mendatang suatu bangsa, untuk itu harus dipersiapkan secara intensif agar dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, baik jasmani, psikis, sosial dan intelektual. Hal tersebut tidak terjadi begitu saja, namun dipersiapkan sedini mungkin mulai dari masa kehamilan. Kualitas seorang anak dinilai dari proses tumbuh kembang. Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering disebut sebagai fase “Golden Age”. Fase ini merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan anak secara cermat agar sedini mungkin dapat dideteksi kelainan atau penyimpangan yang terjadi, seperti masalah pertumbuhan.1 Pertumbuhan adalah suatu proses bertambah besarnya ukuran fisik dan struktur tubuh. Indikatornya adalah berat badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Pertumbuhan merupakan suatu indikator sensitif kesehatan, status nutrisi dan latar belakang genetik anak. Penyimpangan rata-rata tinggi badan dan berat badan dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan. Proses tumbuh kembang, termasuk pertumbuhan, merupakan proses utama dan terpenting pada anak. Gangguan, hambatan, maupun penyimpangan yang terjadi pada pertumbuhan anak akan berdampak buruk terhadap masa depan anak.1,2 Salah satu gangguan pertumbuhan yang terjadi pada anak adalah gagal tumbuh (Failure to thrive). Gagal tumbuh (failure to Thrive) adalah suatu keadaan



1



yang ditandai dengan kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth) atau bahkan turun dibandingkan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik pertumbuhan). Gagal tumbuh merupakan tanda yang paling sering terjadi pada anak yang mengalami gizi kurang. Berat badan dan tinggi badan gagal untuk bertambah dengan kecepatan yang diharapkan. Hal ini dapat terjadi karena satu atau kombinasi dari berbagai faktor, seperti asupan gizi tidak adekuat, absorbsi zat gizi terganggu, kegagalan penggunaan zat gizi, dan  meningkatnya kebutuhan zat gizi. Faktor-faktor utama yang ikut mempengaruhi gagal tumbuh adalah kemiskinan, kurangnya asuhan emosional dan sosial serta infeksi terutama infeksi parasit pada saluran cerna.3,4 Prevalensi gagal tumbuh pada anak secara pasti tidak diketahui karena anak dengan gagal tumbuh sering tidak teridentifikasi terutama di negara berkembang. 3 Di Amerika Serikat, diperkirakan gagal tumbuh terjadi pada 5 sampai 10 persen dari populasi anak kecil dan sekitar 3 sampai 5 persen dari anak tersebut dibawa ke rumah sakit.5 Berdasarkan data riskesdas 2007 prevalensi gagal tumbuh di Indonesia berkisar antara sekitar 20 sampai lebih dari 50 persen per propinsi dan mayoritas propinsi lebih dari sepertiga dari anak usia 6



sampai 15 tahun terganggu



pertumbuhannya. Di Sumatera Barat, sekitar 40 persen anak usia 6 sampai 15 tahun mengalami gagal tumbuh.6 Gagal tumbuh paling sering didiagnosis 18 bulan pertama kehidupan, hal ini disebabkan penambahan berat badan maupun panjang badan yang tidak sesuai dengan potensi genetiknya. Jika terdapat pergeseran persentil yang tidak sesuai



2



dengan faktor potensi genetiknya atau menetap setelah usia 18 bulan, maka perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya.4 Penyebab gagal tumbuh bervariasi dan berhubungan dengan komplikasi di kemudian hari, oleh karenanya setiap dokter harus dapat mengenal dan menangani gagal tumbuh secara tepat untuk menurunkan risiko atau komplikasi jangka panjang.4 1.2 Batasan Masalah Referat ini membahas tentang gagal tumbuh pada anak 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang dan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai gagal tumbuh pada anak. 1.4 Manfaat Penulisan Referat ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai penilaian dan tatalaksana gagal tumbuh pada anak. 1.5 Metode Penulisan Metode penulisan referat ini menggunakan metode studi kepustakaan dari berbagai literatur.



BAB 2 2.1



Pertumbuhan Normal Pertumbuhan adalah suatu proses bertambah besarnya ukuran fisik dan



struktur tubuh, adapun indikatornya adalah berat badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga



3



dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram) dan satuan panjang (centimeter, meter).1 Fase pertumbuhan tercepat terjadi pada masa intrauterin. Berat badan lahir bayi cukup bulan rata-rata 3,3 kg, sedangkan panjang badan rata-rata 50 cm. Pada beberapa hari pertama berat badan akan turun 10% disebabkan karena kehilangan cairan, namun kembali meningkat dalam dua minggu setelah lahir.4 Pertumbuhan anak setelah lahir dibagi dalam 3 fase yaitu4: 1. Bayi Pada fase ini terjadi pertumbuhan yang cepat dari berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi. Rata-rata pertambahan panjang badan adalah 25 cm pada tahun pertama, 12 cm pada tahun kedua dan 8 cm pada tahun ketiga. Diantara usia 2 sampai 3 tahun panjang badan anak telah mencapai 50% tinggi badan akhir. Berat badan pada 3 bulan pertama bertambah sebesar 1 kg/bulan, pada usia 3 sampai 6 bulan bertambah sebesar 0,5 kg/bulan, pada usia 6 sampai 9 bulan bertambah sebesar 0,33 kg/bulan dan pada usia 9 sampai 12 bulan sebesar 0,25 kg/bulan. Saat usia 5 bulan berat badan bayi bertambah dua kali lipat dari berat badan lahir, menjadi tiga kali lipat dari berat badan lahir pada usia 1 tahun dan empat kali lipat pada usia 2 tahun. Pada fase ini pertumbuhan kepala mengalami pertambahan yang cepat yaitu bertambah rata-rata 12 cm selama tahun pertama kehidupan dan 5 cm selama tahun kedua kehidupan sehingga pada akhir tahun kedua ukuran lingkar kepala anak telah mencapai 80% ukuran lingkar kepala dewasa, sedangkan pada bayi prematur harus menggunakan usia koreksi. Catch up lingkar kepala tercapai pada usia 18 bulan, berat badan pada usia 24 bulan dan tinggi badan pada usia 40 bulan. Setelah batas waktu



4



ini maka perlu diperhitungkan usia koreksi dan pertumbuhan bayi dipantau dengan menggunakan kurva pertumbuhan anak normal. Pada beberapa bayi, dengan berat badan lahir sangat rendah, catch up tidak terjadi sampai awal usia sekolah. 4 2. Anak Pada fase ini pertumbuhan relatif konstan yaitu sebesar 5-7 cm per tahun sampai menjelang usia pubertas. Pada akhir fase ini, tinggi badan anak telah mencapai 85% tinggi akhir. Berat badan pada fase ini bertambah 2,3-2,5 kg per tahun.4 3. Pubertas Pubertas di mulai pada usia 10-18 tahun untuk wanita dan 12-20 tahun pada lakilaki. Pada fase ini terjadi grow spurt yang ditandai dengan adanya akselerasi dan deselerasi pertumbuhan. Setelah puncak percepatan tumbuh maka akan terjadi perlambatan dan akhirnya pertumbuhan akan berhenti. Kecepatan tumbuh pada anak perempuan dapat mencapai 8,5 cm/tahun sedangkan pada anak laki-laki 9,5 cm/tahun. Selama fase pubertas tinggi badan anak perempuan dapat mencapai 22 cm, sedangkan anak laki-laki dapat mencapai 25 cm.4



2.1.1



Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Normal Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap



pertumbuhan anak.7 1. Faktor Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses



5



pertumbuhan anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang dibuahi dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. 2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi: a. Faktor Prenatal Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin mulai dari konsepsi hingga lahir, seperti gizi ibu ketika masa kehamilan, hormon yang berperan pada janin, infeksi, radiasi dan imunitas. b. Faktor Postnatal Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak secara umum dapat digolongkan menjadi faktor biologis, faktor fisik, dan faktor psikososial serta faktor keluarga dan adat istiadat.



2.1.2



Parameter Penilaian Pertumbuhan



2.1.2.1 Ukuran Antropometrik Penilaian pertumbuhan anak dapat digunakan ukuran antropometrik yang dibedakan menjadi dua kelompok.7 1. Tergantung Umur (Age dependent) Penilaian dengan menggunakan Berat badan (BB) terhadap umur (BB/U), tinggi/panjang badan (TB) terhadap umur (TB/U), lingkar kepala (LK) terhadap umur (LK/U), lingkar lengan atas (LiLA) terhadap umur (LiLA/U). 2. Tidak Tergantung Umur Penilaian pertumbuhan menggunakan BB terhadap TB (BB/TB) dan LILA



6



terhadap TB (LILA/TB). Ukuran antropometrik yang digunakan dalam penilaian pertumbuhan adalah sebagai berikut. A. Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, di pakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, dan cairan tubuh. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan pertumbuhan anak. Sensitif terhadap perubahan yang sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Indikator berat badan di manfaatkan dalam klinik sebagai bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang kronis, memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit, dan dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.7 B. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting. Keuntungan indikator tinggi badan ini adalah pengukurannya obyektif dan dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa, merupakan indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisik. Kerugiannya adalah perubahan tinggi badan relatif pelan, sukar mengukur tinggi badan yang tepat, kadang diperlukan lebih dari seorang tenaga dan dibutuhkan 2 macam teknik pengukuran (pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur telentang dan pada anak umur lebih dari 2



7



tahun dengan posisi berdiri).7 C. Lingkar Kepala Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil sehingga pada lingkar kepala (LK) juga akan kecil dari normal. Sampai saat ini yang dipakai sebagai acuan untuk LK adalah kurva LK dari Nellhouse yang diperoleh dari 14 penelitian di dunia, dimana tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suku bangsa, ras, maupun secara geografi.7 Pertumbuhan LK paling pesat adalah pada 6 bulan pertama kehidupan yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan. Sedangkan umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi pertambahan lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm, atau sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala dari lahir sampai dewasa terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan.7 D. Lingkar Lengan Atas (LiLA) Lingkar lengan atas (LiLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh oleh cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LiLA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi atau pertumbuhan pada kelompok umur pra sekolah. Kecepatan pertumbuhan LiLA dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada umur 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak perubahan selama 1 – 3 tahun.7 2.1.2.2 Gejala dan tanda pada pemeriksaan fisik a. Keseluruhan fisik Dilihat dari bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, badan dan anggota gerak tubuh b.



Jaringan tubuh



8



Pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat, dan paha dengan cara cubitan tebal c. Jaringan Lemak Jaringan lemak diperiksa pada kulit dibawah trisep dan subskapular dengan cara cubitan tipis d. Rambut Pada rambut yang diperiksa adalah pertumbuhannya, warna, diameter (tebal atau tipis), sifat (keriting atau lurus), dan akar rambut (mudah dicabut atau tidak). e. Gigi-geligi Saat erupsi gigi susu, saat tanggal, dan erupsi gigi permanen.7 2.1.2.3 Gejala dan tanda pada pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan darah yaitu kadar Hb, serum protein (albumin dan globulin) dan hormon.7 2.1.2.3 Gejala dan tanda pada pemeriksaan radiologis Pemeriksaan radiologis terutama untuk menilai umur biologis yaitu umur tulang (bone age) biasanya dilakukan kalau ada kecurigaan gangguan pertumbuhan.7 2.2



Gagal Tumbuh



2.2.1



Definisi Gagal tumbuh (failure to Thrive) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan



kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth) atau bahkan turun dibandingkan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik



9



pertumbuhan). Istilah yang lebih tepat adalah fail to gain weight, tidak tepat jika diterjemahkan sebagai gagal tumbuh, karena dalam hal ini yang dinilai hanyalah berat badan terhadap umur pada minimal 2 periode pengukuran, sedangkan tinggi badan dan lingkar kepala yang juga merupakan parameter pertumbuhan mungkin masih normal. Oleh sebab itu definisi yang tepat adalah perpindahan posisi berat badan terhadap umur yang melewati lebih dari 2 persentil utama atau 2 standar deviasi ke bawah jika diplot pada grafik BB menurut umur. Gagal tumbuh juga belum tentu gizi kurang atau gizi buruk.4,8 Gagal tumbuh bukan merupakan suatu diagnosis tersendiri, akan tetapi gagal tumbuh dapat menggambarkan bahwa seorang anak yang tidak dapat mencapai potensi pertumbuhan sesuai usianya. Meskipun hal ini sering ditemukan pada usia di bawah 2 tahun, tetapi gagal tumbuh dapat terjadi kapan saja pada masa anak-anak.4 Semua peneliti sepakat bahwa gagal tumbuh pada anak dapat dinilai secara akurat dengan membandingkan tinggi dan berat badan menggunakan kurva pertumbuhan. Sejauh ini, belum ada konsensus yang membahas mengenai kriteria antropometri yang spesifik, untuk mempermudah hal tersebut, beberapa ahli menyimpulkan bahwa gagal tumbuh dapat ditentukan dengan berat badan dibawah persentil 3 untuk umur pada kurva pertumbuhan atau lebih dari dua standar deviasi dibawah rata-rata untuk anak dengan umur dan jenis kelamin yang sama atau skor Z berat badan untuk umur (berat badan untuk tinggi badan) lebih kecil dari -2 SD.3 Berbagai rekomendasi telah dikemukakan oleh para ahli untuk mendefinisikan



10



seorang anak dengan gagal tumbuh. Ada tiga kriteria umum untuk menentukan gagal tumbuh dengan menggunakan kurva pertumbuhan NCHS/CDC-2000 4: 1. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan berat badan di bawah persentil ke-3 sesuai usianya pada lebih dari satu pengukuran. 2. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan berat badan per umur kurang dari 80% 3. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan penurunan berat badan memotong 2 persentil mayor atau lebih pada kurva pertumbuhan.



2.2.2



Epidemiologi Insiden gagal tumbuh pada anak belum diketahui karena banyak anak dengan



gagal tumbuh tidak terdiagnosa, bahkan di negara maju sekalipun. Diperkirakan bahwa gagal tumbuh terjadi pada 5–10% dari populasi anak kecil dan sekitar 3–5% dari anak tersebut di bawa ke rumah sakit. Mitchel et al, menemukan bahwa hampir 10% pasien di bawah 5 tahun yang mengunjugi pelayanan kesehatan primer menderita gagal tumbuh. Sekitar 5% dari rawatan dokter anak di Amerika Serikat menderita gagal tumbuh. Prevalensi gagal tumbuh pada anak bahkan lebih besar di negara berkembang dengan angka kemiskinan dan angka malnutrisi yang tinggi. Dari data nasional, gagal tumbuh berkisar antara 20 hingga 50 persen per provinsi, dan pada mayoritas provinsi lebih dari sepertiga anak usia 6-15 tahun terganggu pertumbuhannya. Angka kejadian gagal tumbuh di tingkat provinsi Sumatera barat



11



berkisar 40%. Anak yang lahir dari ibu remaja dan ibu yang bekerja dalam waktu lama berisiko utuk menderita gagal tumbuh. Risikonya juga sama pada anak yang tumbuh di lembaga seperti panti asuhan, dengan angka kejadian diperkirakan sekitar 15%. Sembilan puluh lima persen dari kasus gagal tumbuh disebabkan oleh tidak adekuatnya makanan yang tersedia atau yang dimakan dan hal ini disebabkan oleh faktor kemiskinan. Kejadian gagal tumbuh pada anak antara umur 9 – 24 bulan tanpa perbedaan gender yang signifikan. Mayoritas anak yang gagal tumbuh berumur kurang dari 18 bulan. 3,6,9



2.2.3



Klasifikasi



Gagal tumbuh dapat diklasifikasikan sebagai berikut.3 a. Non organic (psychosocial) failure to thrive Pada gagal tumbuh non organik, tidak diketahui kondisi medis yang menyebabkan gagal tumbuh, namun penyebabnya diantaranya karena kemiskinan, masalah psikososial di dalam keluarga, kurangnya pengetahuan tentang nutrisi dan cara pemberian makan anak, penelantaran anak, dan single parent. b. Organic failure to thrive Gagal tumbuh organik diketahui kondisi medis yang menyebabkan gagal tumbuhnya. Biasanya disebabkan oleh infeksi (HIV, tuberkulosis), gangguan pada saluran cerna (diare kronik, stenosis pilorus, gastroesofageal refluks), gangguan saraf (serebral palsy, retardasi mental), gangguan pada



12



traktus urinarius (infeksi saluran kemih, gagal ginjal kronik), penyakit jantung bawaan dan kelainan kromosom. c. Mixed failure to thrive Gagal tumbuh disebabkan oleh kombinasi antara penyebab organik dan non organik. d. Failure to thrive with no spesific etiology Dilihat dari literatur tentang gagal tumbuh terdapat 12-34% anak gagal tumbuh tidak memiliki etiologi yang spesifik. 2.2.4



Etiologi dan Faktor Predisposisi Etiologi pada anak dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab, yaitu



prenatal dan postnatal.3 1. Penyebab prenatal Penyebab prenatal gagal tumbuh diantaranya sebagai berikut. a. Prematuritas dan komplikasinya b. Paparan uterus terhadap toxic agents seperti alkohol, rokok, obat-obatan c. Infeksi (Rubella, CMV, HIV, dll) d. Intra uterine growth retardation (IUGR) karena berbagai penyebab e. Abnormalitas kromosom (Down syndrome, turner syndrom). 2. Penyebab postnatal a. Intake kalori yang tidak adekuat Intake kalori yang tidak adekuat merupakan penyebab gagal tumbuh pada anak yang paling banyak. Pada anak usia di bawah 8 minggu, gangguan intake (cara hisapan atau cara menelan yang salah) dan gangguan menyusui merupakan penyebab terbanyak. Pada anak yang lebih besar, perubahan pola makan ke makanan padat, ASI yang tidak lagi mencukupi, konsumsi susu formula, dan orang tua yang menghindari pemberian makanan tinggi kalori sering menyebabkan anak menderita gagal tumbuh.



13



Faktor keluarga dapat berkontribusi terhadap intake kalori yang tidak adekuat pada anak, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan nutrisi dan masalah keuangan keluarga, yang tidak kalah pentingnya, child abuse dan penelantaran anak harus dipertimbangkan, karena anak yang menderita gagal tumbuh berkemungkinan menjadi korban child abuse 4 kali lipat lebih besar dibandingkan anak normal. b. Absorpsi yang tidak adekuat Absorpsi kalori yang tidak adekuat mencakup penyakit yang menyebabkan sering muntah seperti intoleransi makanan, alergi susu sapi atau malabsorpsi (diare kronis, necrotizing enterocolitis). c. Peningkatan kebutuhan kalori Pengeluaran kalori yang berlebihan biasanya muncul pada kondisi kronis seperti penyakit jantung kongenital, penyakit paru kronis dan hipertiroidisme. d. Gangguan penggunaan kalori. Gangguan penggunaan kalori misalnya seperti pada penyakit diabetes melitus tipe 1 atau renal tubular asidosis. Faktor predisposisi gagal tumbuh dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Faktor predisposisi gagal tumbuh pada anak Kongenital Displasia Skletal Metabolik Sistem Imun



Kelainan Kromosom (Sindrom Down, Sindrom PraderWilli) Disgenesis Gonad (Sindrom Turner) Akondroplasia In born error of metabolism Imunodefisiensi kronik HIV TB Infeksi berulang



14



ISK kronik (pyelonephritis) Stenosis pylorus Kelainan anatomi oral atau esophagus Trauma oral atau esophagus GERD Inflamatory Bowel Disease (IBD) Alergi Penyakit saluran empedu Penyakit hepar kronik Insufisiensi pancreas Parasite atau infeksi usus kronik Karies dentis Renal Tubular Asidosis Gagal ginjal kronik Gagal jantung Asma Displasia bronkopulmoner Fibrosis kistik Tonsilitis dan adenoid kronik Cerebral Palsy Gangguan perkembangan Anosmia Buta Diabetes Mellitus Hipotiroid Insufisiensi Adrenal Kelainan Hipofisis Defisiensi GH Kanker Sindrom Diensefalik Penyakit Rematik Keracunan timbal



Gastrointestinal



Renal Kardiopulmonal



Neurologi Sensoris Endokrin



Lain lain



Sumber : Buku ajar Endokrinologi Anak Edisi 1, 2010



2.2.5



Manifestasi Klinis dan Deteksi Dini Pengamatan dapat dilakukan saat balita memasuki ruang pemeriksaan



bersama orang tuanya,



tumbuh kembang anak sudah dapat dideteksi dengan



memperhatikan penampilan wajah, bentuk kepala, tinggi badan, proporsi tubuh, pandangan matanya, suara, cara bicara, berjalan, perilaku, aktivitas dan interaksi dengan lingkungannya. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita sebaiknya dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan skrining perkembangan yang sistematis agar lebih obyektif.



15



2.2.5.1 Anamnesis Terkadang orangtua tidak menyadari perlambatan pertumbuhan pada anak mereka. Oleh karena itu anamnesis secara teliti penting dilakukan untuk mengevaluasi gagal tumbuh pada anak. Anamnesis yang perlu diperhatikan adalah8 : 1. Pemberian asupan: asupan makanan baik ASI, kekuatan menghisap ASI, susu formula, makanan lunak atau makanan lain, jumlah asupan yang diberikan dan frekuensi pemberian asupan. 2. Riwayat perkembangan: riwayat kehamilan ibu dan riwayat kelahiran anak (usia ketika ibu hamil, komplikasi kehamilan ibu, penggunaan obat-obatan ketika ibu hamil, konsumsi alkohol ketika ibu hamil, komplikasi ketika melahirkan), riwayat merokok ibu, milestones perkembangan anak. 3. Perilaku anak: gangguan tidur pada anak, pola makan anak, perilaku penolakan. 4. Riwayat psikososial: komposisi keluarga, status pekerjaan dan ekonomi dan kekerasan dalam rumah tangga. 5. Pengasuh: sangat penting untuk mengamati pengasuh anak ketika bermain dan memberi makan. Hal ini memberikan petunjuk mengenai interaksi pengasuh dengan anak seperti cara pengasuh menyuapi anak, respon pengasuh terhadap prilaku anak ketika bermain atau menangis dan interaksi anak dengan pengasuh.



16



2.2.5.2 Pemeriksaan Fisik 1. Tinggi badan Tinggi/panjang badan pasien harus diukur pada tiap kunjungan. Hasil pengukuran tinggi badan jika dikaitkan dengan hasil pengukuran berat badan akan memberikan informasi yang bermakna tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisis anak.9 Pengukuran tinggi/panjang badan pada bayi dilakukan dengan cara bayi ditidurkan terlentang tanpa sepatu dan topi di atas tempat tidur yang keras, diusahakan agar tubuh bayi dalam keadaan lurus. Panjang badan bayi dapat diukur secara akurat dengan melekatkan verteks bayi pada kayu yang tetap, sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi. Pada anak tinggi badan diukur dalam posisi berdiri tanpa sepatu dan telapak kaki dirapatkan dengan punggung bersandar pada dinding.9 Tinggi badan dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan yaitu dengan mengukur panjang/tinggi badan secara periodik, kemudian dihubungkan menjadi sebuah garis pada kurva pertumbuhan. Dapat diinterpretasikan dengan9 : 1. TB/U pada kurva :  < persentil 5 : defisit berat  persentil 5-10 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah perawakan pendek akibat defisiensi nutrisi kronik atau konstitusional 2. TB/U dibandingkan standar baku (%)  90-110% : baik / normal  70-89% : tinggi kurang  persentil 90 : kelebihan 2. BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam persentase  > 120% : gizi lebih  80-120% : gizi baik  60-80% : tanpa edem : gizi kurang dengan udem : gizi buruk (kwashiorkor) 



< 60 %



: gizi buruk : tanpa udem (marasmus)



18



dengan udem (marasmus-kwashiorkor) 3. BB/TB  >120%  110-120%  90-110%  70-90% 