LP Gagal Tumbuh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS GAGAL TUMBUH DI RUANG DAHLIA RSUD PROVINSI NTB TANGGAL 27-31 OKTOBER 2015



OLEH NI KOMANG INTAN NOVITAYANTI (P07020313035) NI KOMANG WINDA DWI LATRI (P07020313036) RESTU RIZKIANI (P07020313042) SILVIA OKTA HERLIANI (P07020313045)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN MATARAM TAHUN 2015



LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL TUMBUH I.



KONSEP TEORI A. Pengertian Gagal Tumbuh: tanda pertumbuhan yang tidak adekuat akibat ketidakmampuan memperoleh dan/atau memanfaatkan kalori yang diperlukan tubuh untuk tumbuh. B. Klasifikasi Kategori umum gagal tumbuh: 1. Gagal tumbuh organik (Organic Failure to Thrive – OFTT) Timbul akibat penyebab fisik seperti defek jantung kongenital, lesi neurologis, mikrosefali, gagal ginjal kronis, refluks gastroesofageal, sindrom malabsorpsi, difungsi endokrin, kistik fibrosis, atau AIDS. 2. Gagal tumbuh non-organik (Non-organic Failure to Thrive – NFTT) Memiliki penyebab definitif yang tidak berhubungan dengan penyakit. NFTT paling sering diakibatkan oleh faktor-faktor psikososial, seperti informasi nutrisi yang tidak adekuat oleh orang tua; defisiensi asuhan maternal atau gangguan kelekatan maternal-anak; atau gangguan kemampuan anak untuk berpisah dari orang tua, yang mengakibatkan penolakan makan untuk menarik perhatian. 3. Gagal tumbuh idiopatik Tidak dapat diterangkan dengan etiologi organik atau lingkungan yang biasa, tetapi dapat juga diklasifikasikan sebagai NFTT. C. Etiologi Secara umum gagal tumbuh dibagi menjadi gagal tumbuh organik dan non organik. Kelainan organik dan non organik bisa terjadi bersamaan. Penyebab ketidak normalan pertumbuhan pada si kecil meliputi 3 kelompok: 1. Penyebab-penyebab menurunnya asupan kalori meliputi: a. Si kecil kurang bernafsu untuk makan atau menolak makan karena masalah medis kronis (penyakit ginjal, kanker, penyakit jantung bawaan, kelainan-kelainan metabolik penyakit hati, AIDS, gastroesophageal reflux) b. Diet membatasi makanan tertentu. c. Pemberian susu/makanan yang kurang dari semestinya d. Ketidak-normalan fisik yang menyebabkan kesulitan menelan, misalnya gangguan syaraf (palsi serebral), luka pada mulut, kelainan bawaan e. Kemiskinan 2. Penyebab-penyebab meningkatnya kehilangan kalori: a. Penyakit-penyakit yang menyebabkan anak muntah terus (saluran cerna kaku, sumbatan pada saluran cerna, tumor otak).



b. Keadaan yang berhubungan dengan gangguan penyerapan makanan, diare, misalnya intoleransi, alergi, kecacingan, dll c. Penyakit gula dan keadaan penyakit metabolik yang lain. 3. Penyebab-penyebab meningkatnya kebutuhan kalori: a. Infeksi kronis, hipertiroidisme, penyakit jantung bawaan, penyakit paru kronis Selain itu, Sekitar 5-10% dari bayi dengan berat badan lahir rendah dan bayi yang hidup dengan kemiskinan kemungkinan akan berkembang menjadi gagal tumbuh. Keluarga yang berantakan, bulan-bulan pertama kehidupan si kecil yang kurang menguntungkan/banyak masalah (misalnya: infeksi, bayi kuning berlebihan, susah minum, mondok lama dsb), berat badan lahir yang rendah kurang dari 2500 g. Keadaan ibu juga berhubungan dengan munculnya gagal tumbuh pada si kecil, misalnya: 1. keadaan ibu yang mengalami depresi 2. ibu perokok 3. ibu mengkonsumsi alkohol, obat-obatan 4. ibu sakit-sakitan sewaktu hamil D. Manifestasi Klinis Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberapa waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit (Nelson, 2000). Selain itu, manifestasi dari penyakit marasmus antara lain badan kurus kering tampak seperti orangtua, lethargi, irritable, kulit keriput (turgor kulit jelek), ubun-ubun cekung pada bayi, jaingan subkutan hilang, malaise, kelaparan dan apatis. E. Patofisiologi Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet (Arisman, 2004). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi



kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan.Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya, katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh (Muchsan Lubis, 2002) F. Pathway



G. Kecepatan Pertumbuhan Normal Kecepatan pertumbuhan si kecil secara normal adalah sebagai berikut: 1. pada 3 bulan pertama: 30g/hari 2. bayi berumur 3-6 bulan: 20g/hari 3. bayi berumur 6-12 bulan: 12-15g/hari 4. anak berumur 1-3 tahun: 8g/hari 5. anak berumur 3-6 tahun: 6g/hari H. Penatalaksanaan 1. Cari penyebab kegagalan pertumbuhannya dengan berkonsultasi kepada dokter. Lakukan penanganan sesuai petunjuk dokter. 2. Pantau asupan makanan dan keluaran si kecil; apakah sudah mencapai keseimbangan yang positif. 3. Jangan lupa untuk selalu menimbang berat badan si kecil dan memasukkanya kedalam grafik pertumbuhan secara periodik (bisa menggunakan KMS) untuk memantau keberhasilan penanganan. I. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.



II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA GAGAL TUMBUH (L.Wong, 2004) A. PENGKAJIAN 1. Lakukan pengkajian fisik—terutama pertumbuhan 2. Dapatkan riwayat yang mendetil—terutama mengenai perilaku 3. Observasi adanya manifestasi gagal tumbuh nonorganic: a. Gagal tubuh—tinggi badan dan berat badan, atau berat badan saja di bawah persentil kelima b. Retardasi perkembangan—sosial, motorik, adaptif, bahasa c. Apatis d. Hygiene buruk e. Perilaku menarik diri f. Gangguan makan atau pemberian makan, seperti muntah, anoreksia, pika, ruminasi g. Tidak takut pada orang asing (pada usia dimana ketakutan pada orang lain merupakan hal yang normal h. Pandangan mata menerawang dan pengamatan yang kontinu terhadap lingkungan (“radar gaze”) i. Kaku dan tidak bergerak atau flaksid dan tidak responsive j. Senyum sedikit 4. Observasi adanya buti-bukti perilaku maladaptive orang tua terhadap bayi: a. Ambivalen menetap atau perasaan negatif tentang janin dan kehamilan selama periode prenatal b. Tidak membuat perencanaan untuk memenuhi bahan-bahan dasar yang dibutuhkan bayi c. Tampak tidak memperhatikan bayi pada saat melahirkan; mungkin tampak sedih atau marah; tanpa ekspresi d. Tidak berupaya untuk membuat kontak dengan bayi e. Memegang bayi hanya bila perlu f. Tidak bicara pada bayi g. Membuat sedikit sekali gerakan spontan bersama bayi atau tidak sama sekali h. Mengajukan sedikit pertanyaan tentang perawatan i. Melihat bayi sebagai sesuatu yang jelek, gemuk atau tidak menarik j. Menunjukkan rasa jijik terhadap penetesan air liur bayi dan bunyi isapan; merasa jijik pada cairan tubuh bayi k. Mengabaikan penggantian popok l. Merasakan bau bayi sebagai sesuatu yang menjijikkan m. Menggendong bayi dengan sedikit sanggahan pada kepala dan tubuh n. Menggendong bayi jauh dari tubuh selama menyusui atau memegang botol susu; jarang menimangnya o. Tidak berbicara pada bayi p. Merujuk bayi dengan sikap acuh



q. Mengembangkan respon yang tidak tepat terhadap kebutuhan bayi seperti meninggalkan bayi disatu tempa untuk periode yang lama, meninggalkan anak sendiri diruangan, memberi makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, melakukan stimulasi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit pada bayi, memaksakan atau menolak kontak mata, mengguncang atau menggelitik bayi ketika bayi sedang letih r. Tidak dapat membedakan antara tanda-tanda bayi merasa marah, nyaman, istirahat, kontak tubuh s. Merasa yakin bahwa bayi mempunyai kecacatan atau penyakit bahkan setelah bayi tersebut dikaji ulang untuk memastikan kondisinya t. Membuat pernyataan negatif mengenai peran orang tua u. Merasa yakin bahwa bayi itu menghakimi mereka dan upayanya sebagai orang dewasa v. Meyakini bahwa bayi tersebut tidak mencintainya w. Mengembangkan sikap dan perilaku paradoksis terhadap bayi 5. Kaji interaksi orangtua-anak selama pemberian makan 6. Kaji perilaku pemberian makan anak, tempramen 7. Kaji keluarga untuk adanya stress perkawinan, penyakit fisik atau mental, kematian atau penyakit pada anak sebelumnya, alkoholisme, penggunaan obat, krisis financial, retardasi mental 8. Tentukan apakah kehamilan direncanakan atau tidak direncanakan, adanya kejadian mengganggu yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinan anak 9. Lakukan tes perkembangan 10. Bantu dengan prosedur diagnostic dan pengujian, termasuk untuk mengesampingkan penyakit organic 11. Observasi adanya bukti-bukti karakteristik orangtua, seperti: a. Riwayat deprivasi maternal sebagai anak b. Harga diri rendah, perasaan tidak adekuat c. Keinginan untuk tergantung d. Kesepian, isolasi e. Keterbatasan sistem pendukung f. Krisis dan stress hidup ganda B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN : 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan devriaasi kebutuhan dan devriasi emosional SASARAN PASIEN 1: Pasien mengalami penambahan berat badan. HASIL YANG DIHARAPKAN a. Berespon secara positif pada praktik pemberian makan (uraikan) b. Anak mengalami peningkatan berat badan (uraikan) (biasanya minimal 1-2 oz/hari) INTERVENSI KEPERAWATAN / RASIONAL a. Kenalkan lingkungan makan yang positif b. Berikan makanan tanpa batas diet yang teratur untuk usia anak (makanan yang disukai anak untuk mendorong penerimaan anak terhadap makanan). c. Hindari gangguan pada saat pemberian, seperti pemeriksaan laboratorium atau radigrafi untuk mempertahankan pemberian makan rutin.



d. Buat catatan masukan yang akurat untuk memastikan pemasukan kalori harian sesuai hitungan. e. Timbang dan catat berat badan setiap hari untuk menetahui dengan pasti penambahan berat badan pada anak 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN : 2. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pembatasan lingkungan secara social (deprivasi bayi), pengabaian fisik. SASARAN PASIEN 1: pasien menunjukkan respon positif terhadap intervensi perkembangan. HASIL YANG DIHARAPKAN a. Anak menunjukkan respon yang positif terhadap intervensi (mis., senyum social) b. Anak menunjukkan pencampaian perkembangan. INTERVENSI KEPERAWATAN / RASIONAL a. Terapkan konsep asuhan primer dengan jumlah pemebri perawatan yang minimum untuk menjamin kontinuitas perawatan. b. Berikan perawatan dengan lembut, percaya diri , dan rasa saying untuk memenuhi kebutuhan emosional bayi c. Lakukan perawatan fisik anak dengan sebanyak mungkin mengendong, mengayun, dan menimang sebagai cara untuk memberikan stimulasi taktil. d. Dorong kontak mata agar anak tidak menarik diri. e. Terapkan jadwal yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan anak untuk makan, higine, perawatan , dan istirahat. f. Tugaskan orang tua angkat atau spesialis anak untuk memberikan stimulasi yang tepat. g. Berikan stimulasi sensoris dan mainkan dengan tepat sesuai tingkat perkembangan anak untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. 3. DIAGNOSA KEPERAWATAN : 3. Perubahan menjadi orang tua (parenting) berhubungan dengan (uraikan, mis., kurang pengetahuan, kemiskinan). SASARAN PASIEN (KELUARGA) 1 : pasien (keluarga) mengalami penurunan kecemasan. HASIL YANG DIHARAPKAN a. Orangtua menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawatan yang tepat pada anak. INTERVENSI KEPERAWATAN / RASIONAL a. Sambut orang tua dan beri dorongan, bukan tekanan pada mereka untuk terlibat dalam peerawatan anak, agar tidak menciptakan stress tambahan. b. Ajari orangtua untuk perawartan fisik anak, keterampilan perkembangan, dan kebutuhan emosional melalui contoh, bukan teori-teori belaka untuk mencegah menurunkan harga diri. c. Beri kesempatan pada orangtua untuk mendiskusikan hidup dan perasaan mereka terhadap anak untuk memberikan pemahaman dan empati.



d. Berikan dorongan emosional tanpa mendorong ketergantunagn untuk meningkatkan rasa keadekuatan. e. Puji pencapaian orang tua bersama anak untuk meningkatkan rasa harga diri dan percaya diri mereka. f. Siapkan orangtua menyesuaikan diri pada pedoman antisipasi untuk meningkatkan keterampilan koping SASARAN PASIEN (KELUARGA) 2 : Pasien (keluarga) siap untuk perawatan dirumah. HASIL YANG DIHARAPKAN a. Anak menunjukkan penambahan berat badan kontinu kontinu sesuai dngan usia. b. Keluarga mengikuti program aktivitas c. Lembaga lain terlibat sesuai kebutuhan INTERVENSI KEPERAWATAN / RASIONAL a. Kaji lingkungan rumah dan hubungan untuk mengidentifikasi kebutuhan untuk intervensi. b. Lanjutkan intervensi yang sudah dimulai di rumah sakit untuk menjamin perawatan yang adekuat setelah pemulangan. c. Buat system perawatan tindak lanjut (mis., perawat kesehatan masyarakat) agar rencana perawatan tersebut dapat diteruskan dirumah. d. Buat program stimulasi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. e. Berikan pelayanan pereda stress pada keluarga untuk membantu keluarga mengatasi masalah. f. Rujuk kelembaga yang tepat untuk bantuan financial, social, kesehatan mental, atau kebutuhan keluarga lainnya untuk menjamin bahwa terpenuhinya seluruh kebutuhan mereka.



DAFTAR PUSTAKA Hockenberry, M., Wilson, D. (2001). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing 6th edition. St. Louis: Mosby, Inc



Wong Donna L, 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4 Jakarta : EGC Camp Bonnie W., Headley Roxan : Developmental Delay Under 6 years of age, in Pediatric Decision making, edited by Berman, 2nd edition, B.C. Decker Inc., Philadelphia, 1991