Regulasi Pelayanan Sedasi Hal 88 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEDOMAN PELAYANAN UNIT BEDAH SENTAL



RUMAH SAKIT ISLAM AMINAH BLITAR Jl. Kenari No. 54 Blitar Telp (0342) 803552-801662 TAHUN 2021



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page i



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page ii



KATA PENGANTAR Puji syukur kepada tuhan yang maha esa, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada tim penyusun, sehingga buku Pedoman Pelayanan Unit Bedah Sentraldi RSI Aminah Blitar ini dapat diselesaikan. Buku Pedoman Pelayanan Unit Bedah Sentral merupakan pedoman bagi pengguna kamar operasi atau pedoman bagi semua pihak yang terkait dengan pelayanan kamar bedah di lingkungan RSI Aminah Blitar, dalam tata cara pelaksanaan penyelenggaraan tindakan anastesi dan sedasi. Sebagai pelayanan khusus yang diberikan kepada pasien dengan berbagai masalah kesehatan yang membutuhkan tindakan pembedahan sehingga panduan pelayanan kamar bedah diharapkan dapat mencegah komplikasi dan kejadian yang tidak diinginkan. Dalam buku ini diuraikan tentang persiapan pasien, persiapan ruang operasi, tim operasi sebelum tindakan operasi dilakukan, persiapan yang meliputi persiapan pasien dari unit dimana pasien tersebut dirawat sampai pasien tersebut dikirim kembali ke unit perawatan. Tidak lupa tim penyusun menyampaikan terimakasih sedalam-dalamnya atas bantuan semua pihak dalam membuat Buku Pedoman Pelayanan Unit Bedah Sentral di RSI Aminah Blitar ini dapat diselesaikan. Blitar,14 Sepetember 2021



Tim Penyusun RSI Aminah Blitar



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page iii



LAMPIRAN



: Keptusan Direktur Rumah Sakit Islam Aminah Blitar



NOMOR



: 795/KEP/III.6.AU/2021



TANGGAL



: 7 Safar 1443h/ 14 September 2021M



TENTANG



: Pedoman Pelayan Unit Bedah Sentral BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Keberhasilan rumah sakit dalam menjelaskan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan bagi setiap orang. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Buku Pedoman Pelayanan Unit Bedah Sentral, dimaksudkan sebagai acuan untuk memudahkan pengguna Unit Bedah Sentral memahami dan menjalankan tugasnya sebagaimana yang seharusnya dijalankan dan yang dikerjakan di Unit Bedah Sentral. Buku pedoman Pedoman Pelayanan Unit Bedah Sentral, bertujuan memberi petunjuk agar suatu perencanana, pengelolaan dan pelaksanaan pembedahan berjalan sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di Unit Bedah Sentral. Buku Pedoman pelayanan/pengolahan unit kerja diperuntukkan bagi semua pengguna kamar bedah/Unit Bedah Sentral. B. Ruang Lingkup Pelayanan Pelayanan tindakan pembedahan merupakan suatu tindakan kedokteran yang dilakukan oleh tim Bedah dan anastesi yang sebelumnya pasien telah melalui tahapan-tahapan prosedur pemeriksaan yang intensif dan merupakan harapan kesembuhan bagi pasien, termasuk resiko besar yang menyertai salah satu prosedur pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan adalah sudah terdiagnosa penyakit yang dideritanya serta rencana penanganannya. Dengan dasar ini seharusnya tim kesehatan sesudah



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 1



mengetahui program setiap pasien, sehingga prosedur tindakan pre operasi bisa dipersiapkan sejak dini agar pelaksanaan tindakan pembedahan dapat berjalan dengan lancar. Persiapan yang teratur memudahkan tiap tahap pembedahan sehingga mempercepatdan memberikan hasil yang lebih baik. Persiapan meliputi: 1. Persiaan pasien baik dari poli, dokter praktik dan ruang rawat inap 2. Unit Bedah Sentral 3. Tim Bedah 4. Persiapan alat dan bahan habis pakai 5. Perawatan Pre operasi, Intraoperasi dan post operasi Oleh karenanya tindakan pembedahan termasuk sebagai salah satu tindakan kedokteran yang beresiko tinggi, karena tujuan akhirnya adalah pasien dapat bebas dan rasa nyeri dan stres psikis serta pasien dapat pulih kembali pasca operasi sesuai dengan derajat berat ringannya jenis pembedahan yang dialami pasien serta mempertahankan status fisiologis pasien secara optimal terhadap stressor tindakan pembedahan. Adanya resiko yang tinggi tersebut menuntut adanya manajemen terhadap resikotersebut agar pelayanan pembedahan dapat berjalan aman, lancar dan sukses denganmemperhatikan kaidah-kaidah patient safety. Berdasarkan kondisi di lapangan khususnya di ruang operasi RSI Aminah Blitar,maka perlu petunjuk pedoman yang diperlukan oleh setiap penggunaan Unit Bedah Sentral. C. Batasan Operasional Dalam batasaan operasional disini akan duraikan: 1. Pengertian Unit Bedah Sentral 2. Pelayanan anastesi 3. Pelyanan bedah 4. Syarat-syarat Unit Bedah Sentral 5. Peralatan yang ada 6. Keseterilan dan pemeliharaan Unit Bedah Sentral 7. Penanganan limbah Unit Bedah Sentral D. Landasan hukum Landasan hukum berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 19 Tahun 2013 tentang tata Kelola RS pasal 30 (1). guna penyelenggaraaan kegiatan pelayanaan, pendididkan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan kesehatan dibentuk instansi yang merupakan Unit Pelayananan non PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 2



struktural” dan pasal 32 disebutkan “Kepala Instansi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi serta melaporkan kegiatan pelayanan di instalasinya masing-masing kepada Direktur melalui Wakil Direktur yang membidangi”. Serta keputusan direktur RSI Aminah tentang pembuatan Pedoman Pelayanan Unit Bedah Sentral . Yang mengacu pada Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi SNARS 1.1 Sebagai dasar diterapkannya panduan Anestesi dan Sedasi adalah peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang menyangkut Anestesi dan Sadasi, yaitu: 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan. 3. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 4. Permenkes Nomor 251 tahun 2015 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedoktoran Anestesi Dan Terapi Intensif Di Rumah Sakit. 5. Permenkes Nomor 519 tahun 2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif Di Rumah Sakit. 6. Perkonsil Kedokteran Indonesia nomor 38 tahun 2015 tentang Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif. Dasar hukum pelayanan bedah meliputi : Landasan hukum yang digunakan dalam buku pedoman ini adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-undang RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 148 Tahun 2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Keperawatan. 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1144 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan. 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1691 Tahun2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit 6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1045 Tahun 2006 tentang Pedoman Organisasi RS Umum 7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit. BAB II SUMBER DAYA MANUSIA PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 3



A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 1.



Unit Bedah Sentral RSI Aminah Blitar adalah Unit Kerja dibawah tanggung jawab Dokter Spesialis.



2.



Kepala Unit Bedah Sentral adalah seorang tenaga profesional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam pengelola kegiatan pelayanan keperawatan di Unit Bedah Sentral.



3.



PJ Shift yaitu, seorang perawat yang bertugas mengkoordinasikan kegiatan asuhan keperawatan disetiap shift.



4.



Perawat Instrumen adalah seorang tenaga perawatan profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan paket alat pembedahan, selama tindakan pembedahaan berlangsung



5.



Perawat sirkuler, adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membantu kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.



6.



Perawat Anastesi / penata anastesi, adalah seorang tenaga perawatan yang diberi wewenang dan tanggung jawab membantu terselenggaranya pelaksanaan tindakan pembiusan di Unit Bedah Sentral.



7.



Tenaga teknisi adalah seorang tenaga teknik untuk memelihara dan perbaikan sarana dan prasarana di Unit Bedah Sentral



8.



Tenaga Tata Usaha adalah tenaga yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaaan administrasi di Unit Bedah Sentral(tenaga tata usaha disini dihandle oleh perawat).



9.



Tenaga Rumah Tangga adalah tenaga yang diberi tugas dalam mengelola kerumah tanggaan di Unit Bedah Sentral (tenaga rumah tangga dihandle oleh perawat). Kerumah tanggaan yang dimaksudkan disini adalah seperti misalnya barang non Alkes, Mebelir, ATK, Linen.



10. Tenaga Depo Farmasi adalah tenaga dan Unit Farmasi yang diberi tugas dalam mengelola bahan habis pakai dan obat-obatan di Unit Bedah Sentral. Kualifikasi dokter yang memberikan pelayanan anestesi dan sadasi meliputi: 1. Ijasah S2 anestesi. 2. Mempunyai STR dan Surat kompetensi. 3. Memiliki SK, SPK, RKK kecuali dokter spesialis anestesi lain yang mendapat delegasi. Kualifikasi tenaga perawat yang membantu memberikan anestesi dan sadasi meliputi: 1. Ijasah D3 atau S1 Keperawatan. PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 4



2. Pengalaman kerja 3 tahun. 3. Pelatihan anestesi, dibuktikan dengan sertifikat pelatihan. 4. Mampu dan komponen dalam membantu Dokter Spesialis Anestesi. a. Teknik berbagai modus anestesi. b. Respon terhadap komunikasi yang timbul. c. Penggunaan obat-obatan reversal. 5. Monitoring intra sadasi dan anestesi. 6. Mampu melakuan bantuan hidup dasar. B. Distribusi Ketenagakerjaan Pendistribusian tenaga Unit Bedah Sentral baik dokter dan Non-dokter dilakukan berdasarkan area pelayanan Unit Bedah Sentral yang ada di Instalasi Bedah Sentral. Pelayanan Anastesi di Rumah Sakit Islam Aminah Blitar dapat dilaksanakan di: 1. Unit Bedah Central (UBS) 2. ICU (Intensive Care Unit) 3. IGD (Instalasi Gawat Darurat) C. Pengaturan Jaga Pengaturan jaga tenaga Unit Bedah Sentral dilakukan dan ditentukan oleh kepala Ruang Unit Bedah Sentral. Dengan jadwal jaga Bulanan yaitu shift pagi, sore dan malam. Dikarenakan dalam 1 shift masih belum bisa 1tim maka: Anestesi yaitu shift pagi (08.00 -15.00 ) dan petugas dari luar sesuai jadwal, jika ada operasi maka akan dipanggil sesuai jadwal On Call Untuk menjadwalkan dokter spesialis anestesi, Dr. Agung Hidayatullah Sp.An, FIP mulai Pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00. Jika dokter anestesi berhalangan hadir, maka akan digantikan oleh dokter spesialis anestesi lainnya. Untuk tim bedah setiap shift terbagi menjadi asisten, instrumen dan cirkuler. Jika dalam 1 shift tidak ada salah 1 diatas maka akan dipanggil jadwal yang On Call atau dipanggil shift selanjutnya sesuai kebutuhan. E. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 5



Pembinaan/pengembangan kompetensi tenaga rekam medik dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Tujuan pendidikan dan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pelaksanaan tugas sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja. a.



Pendidikan



Jenjang pendidikan secara formal untuk petugas di Unit Bedah Sentral adalah sebagai berikut : 1)



S2 Keperawatan



2)



S1 Keperawatan



3)



DIII Keperawatan



b. Pelatihan Pelatihan untuk peningkatan kompetensi tenaga Unit Bedah Sentral dilaksanakan melalui: 1) Inhouse training, yaitu program pelatihan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Selaras meliputi: a)



Pelatihan Kegawatdaruratan Pelatihan Service excellent



b) Pelatihan EKG dan RJP c) 2)



Pelatihan BLS Eksternal course, yaitu program pelatihan diluar rumah sakit yang diikuti sesuai dengan kebutuhan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit khususnya Unit Bedah Sentral



F. EVALUASI KERJA SDM Kriteria Penilaian Prestasi Kerja 1. Hasil Kerja a.



Kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan dibandingkan dengan waktu yang telah ditentukan. Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Tabel 2.1 Nilai Kecepatan Kerja



Cepat Jauh lebih cepat Lebih cepat Susuai Lebih lama Jauh lebih lama



Catatan :



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 6



Nilai 5 4 3 2 1



-



Waktu untuk menyelesaikan pekerjaan diukur dengan time motion study atau rencana



kerja operasional bila tidak dapat diukur dengan time motion study. -



Time motion study dibuatnya sesaui dengan jenis pekerjaannya, serta harus terlebih



dahulu mendapat persetujuan direksi. b. Ketepatan : mengerjakan pekerjaan sesuai dengan peraturan perusahaan (Standar Prosedur Operasional) Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali



Cepat ≥ 99 % 96 % - 98 % 95 % 93 % - 94 % ≤ 92 %



Nilai 5 4 3 2 1



Tabel. 2.2 Nilai Ketepatan Kerja c.



Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan



Mengerjakan jumlah pekerjaan jauh lebih banyak dari volume pekerjaan yang diharapkan. Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali



Cepat Jauh lebih banyak Lebih banyak Susuai Lebih sedikit Jauh lebih sedikit



Nilai 5 4 3 2 1



Tabel 2.3 Nilai Banyaknya Pekerjaan Yang Dikerjakan Catatan : Standar jmlah pekerjaan dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh masing-masing kabag sesuai dengan jenis pekerjaannya dan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan direksi. d. Kepuasan pemakai hasil kerja Kualitas hasil kerja diukur berdasarkan survey dari kepuasan pemakai hasil kerja. Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali



Cepat Jauh lebih banyak Lebih banyak Susuai Lebih sedikit Jauh lebih sedikit



Nilai 5 4 3 2 1



Tabel 2.4 Nilai Kepuasan Pemakai Hasil Kerja PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 7



Catatan : Atasan langsung bertanggung jawab untuk membuat survey kepuasan dari para pemakai hasil kerja yang dalam hal ini diwakili oleh penaanggung jawab dari masing-masing unit. e.



Kerja sama



1) Komunikasi Menjadi pendengar yang baik, dapat menyampaikan buah pikirannya (setelah mempertimbangkan pemikiran orang lain) dengan jelas, lugas dan tepat waktu. Penilaian



Pendengar



Baik Sekali Baik



Yang baik Selalu Selalu



Jelas



Lugas



Tepat



Nilai



Selalu Selalu



Selalu Selalu



Waktu Selalu Kadang-



5 4



Selalu



Selalu



Kadang-



kadang Selalu



4



Cukup



Selalu



Selalu



kadang Kadang-



Kadang-



3



Kurang



Kadang-



Selalu



kadang Kadang-



kadang Kadang-



2



kadang Selalu



kadang Kadang-kadang Kadang-



kadang Kadang-



2



Kurang



Kadang-



kadang Kadang-kadang Kadang-



kadang Kadang-



1



Sekali



kadang



kadang



kadang



Tabel 2.5 Komunikasi 2) Keterbukaan Tulus dalam menerima kritik & saran dan memberikan pemikirannya konstruktif yang berpengaruh pada kepentingan perusahaan. Penilaian



Menerima



Menerima



Memberi



kritik



saran



pemikiran 5 4 3 2



Baik Sekali Baik Cukup



Selalu Hampir Selalu Kadang-



Selalu Selalu Selalu



konstruktif Selalu Hampir Selalu Kadang-



Kurang



kadang Sesekali



Hampir Selalu



kadang Sesekali



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 8



Nilai



Kurang Sekali



Sesekali



Kadang-



Sesekali



1



kadang



Tabel. 2.6 Keterbukaan 3) Kebanggaan Bangga bekerja diperusahaan, dalam setiap pemikiran & tindakan menjaga citra/nama baik perusahaan dan membela kepentingan perusahaan secara konstruktif.



Penilaian



Bangga



Jaga citra



Membela



Nilai



Baik Sekali Baik Cukup Kurang



Selalu Selalu Selalu Kadang-



perusahaan Selalu Hampir Selalu Kadang-kadang Kadang-kadang



perusahaan Selalu Hampir Selalu Kadang-kadang Kadang-kadang



5 4 3 2



Kurang Sekali



kadang Kadang-



Sesekali



Sesekali



1



kadang



Tabel 2.7 Kebanggaan



4) Kepercayaan Yakin atas kemampuan dan kejujuran yang bersangkutan pada perusahaan.



Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali



Bertindak Adil Selalu Hampir selalu Kadang-kadang Sesekali Tidak pernah



Tabel 2.8 kepercayaan 5) Keadilan PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 9



Nilai 5 4 3 2 1



Bertindak adil dalam pekerjaannya berdasarkan peraturan dan urutan kepentingan perusahaan.



Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali



Bertindak Adil Selalu Hampir selalu Kadang-kadang Sesekali Tidak pernah



Nilai 5 4 3 2 1



Tabel 2.9 Keadilan f.



Kepribadian



1) Keramahan Dalam segala situasi selalu ramah murah senyum dan manis budi bahasanya. Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali



Murah Senyum Selalu Hampir selalu Kadang-kadang Sesekali Tidak pernah



Nilai 5 4 3 2 1



Tabel. 2.10 Keramahan 2)



Kerapihan



Selalu rapih (baik, teratur, bersih) dalam penampilan, cara dan hasil kerjanya. Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali



Rapi Selalu Hampir selalu Kadang-kadang Sesekali Tidak pernah



Nilai 5 4 3 2 1



Tabel.2.11 Kerapihan 3) Disiplin Patuh pada peraturan & tata tertib perusahaan dalam melaksanakan pekerjaannya.



Penilaian



Pelanggaran & Tata



Nilai



Baik Sekali Baik Cukup



tertib Ox 3x 5x



5 4 3



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 10



Kurang Kurang Sekali



7x >7x



2 1



Tabel 2.12 disiplin 4) Sikap mental positif Dalam segala situasi, berpikir dan berperilaku positif pada saat melaksanakan pekerjaannya.



Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali



Berpikir dan berperilaku Selalu Hampir selalu Kadang-kadang Sesekali Tidak pernah



Nilai 5 4 3 2 1



Tabel 2.13 Sikap Mental Positif 5) Inisiatif Memberikan gagasan yang dapat direalisasikan atau melakukan tindakan yang diperlukan & bermanfaat bagi perusahaan tanpa menunggu perintah atasan atau dari manapun juga. Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali



Memberikan Gagasan >3x 3x 2x 1x Tidak pernah



Nilai 5 4 3 2 1



Tabel.2.14 Inisiatif Cara perhitungan penilaian prestasi kinerja karyawan adalah dengan menjumlahkan seluruh nilai/score dari kriteria yang sudah ditentukan, kemudian dilihat dari jumlah total nilai yang diperoleh tersebut termasuk kategori baik sekali, baik, cukup, kurang atau kerang sekali dengan berpedoman pada sebagai berikut: Baik Sekali



= 57-70



Baik



= 43-56



Cukup



= 29-42



Kurang



= 15-28



Kurang sekali = 0-14



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 11



R. Persiapan



R. Ganti



Toilet



BAB III FASILITAS



R. Istirahat



A. Denah Ruang Dan Fasilitas Ruangan



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 12



R. Karu OK 2 R.Penyimpanan alkes R.Penyimpanan Alat



R. Cuci Tangan



R. Penyimpanan Anestesi



OK 1



R.Sterilisasi



Resusitasi



R. Pulih (RR)



1) Ruang persiapan / premidikasi ruang koridor 2) Ruang Tindakan 3) RR 4) Ruang penyimpanan alat steril 5) Ruang Sterilisasi 6) Ruang pencucian instrument hekas pakai 7) Ruang depo farmasi 8) Ruang Istirahat 9) Ruang Karu a. Aseptik Area Ketat / Terbatas / Restrected Area Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus Unit Bedah Sentral lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic, area ketat meliputi: 1) Ruang cuci tangan PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 13



2) Ruang tindakan pembedahan (OK) Pembagian daerah sekitar Unit Bedah Sentral / area aseptic dibagi lagi menjadi tiga, yaitu: Aseptik 0 : yaitu daerah lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya tindakan pembedahan Aseptic 1 : yaitu daerah tempat rnemakai gaun steril, daerah tempat linen / kainsteril, tempat instrument dan tempat para perawat instrument mengatur dan mempersiapkan alat. Aseptik 2 : yaitu daerah tempat mencuci tangan, koridor pasien masuk dan daerahsekitar ahli anastesi. b. Bangunan Unit Bedah Sentral Bangunan Unit Bedah Sentral di RSI Aminah Blitar letaknya dilantai bawah (lantai 1) berdekatan dengan VK dan ICU. 1) Ukuran Unit Bedah Sentral 



OK 1 : 6 meter x 6,5 meter







OK 2 : 6 meter x 6,5 meter



2) Perlengkapan sarana dan pasarana yang ada di dalam ruang tindakan pembedahan adalah: i. Meja operasi ii. Meja instrument iii. Meja mayo iv. Mesin cauter v. Mesin anastesi vi. Suction pump vii. Lampu operasi viii. Lampu baca foto ix. Lampu UV x. Ekshouse xi. AC Sentral xii. Trolly Obat xiii.



Trolly untuk tempat tulis-menulis dan tempat lembar kertas



xiv.



Tempat sampah media



xv. Standart Infus PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 14



xvi.



Ruang cuci tangan (dibatasi dengan pintu)



3) JUMLAH OK ADA 2, YAITU: i.



OK 1 untuk operasi kotor



ii. OK 2 untuk operasi bersih 4) PINTU i.



Pintu masuk dan keluar pasien berbeda



ii. Pintu masuk keluar petugas sendiri 5) SISTEM VENTILASI i.



AC Sentral dan harus dapat diukur dengan alat thermostat



ii. Udara yang masuk melalui penyaringan dengan filter, sehingga tekanan udara di dalam Unit Bedah Sentral menjadi positif. 6) SUHU DAN KELEMBABAN i.



Suhu 19 - 24oC



ii. Kelembaban 45 % - 60 % 7) SISTEM INSTALASI GAS i.



Pipa dan konektor N2O dan O2 dibedakan warnanya.



ii. Tidak bocor, dilengkapi sistem pengisap udara untuk mencegah penimbunan gas anastesi, yaitu dengan dipasang ekshouser. 8) SISTEM LISTRIK i.



Tombol disamping aman mm 1.40m



ii. Tiap Unit Bedah Sentral dilengkapi dengan sirkuit listrik. iii. Bila banyak tombol sebaiknya berbeda sirkuitnya. 9) SISTEM KOMUNIKASI i.



Alat komunikasi diUnit Bedah Sentral menggunakan wireless, dimana untuk no extensionnya adalah 123 ( OK ), 112 ( Ruang Post Op ), dan 110 ( untuk admnistrasi).



10) SISTEM PENERANGAN i.



Lampu operasi khusus : tidak panas, terang, tidak silau, arah sinar mudah diatur posisinya



ii. Lampu ruangan ; menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan. 11) PERALATAN i.



Semua peralatan beroda



ii. Alat elektrik ada petunjuk yang menempel PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 15



iii. Sistem kelistrikan aman dari bahaya kebakaran. 12) PEMBAGIAN AREA i.



Ada batasan tegas area bebas, ketat dan semi ketat



ii. Ada ruargan premidikasi (serah terima pasien) dan ruangan perawatan dengan Unit Bedah Sentral. 13) AIR BERSIH Tidak berwarna, tidak berbau dan berasa, tidak mengandung zat kimia, tidak mengandung zat beracun. Air berasal dari sumur Bor dan PDAM yang telah di treatment. c. Pemeliharaan Unit Bedah Sentral Pemeliharaan Unit Bedah Sentral merupakan proses pembersihan ruangan beserta alat-alat standart yang ada di Unit Bedah Sentral, dilakukan teratur sesuai jadwal. a.



TUJUAN:



1) Mencegah adanya infeksi silang dari atau ke pasien dan mempertahankan sterilitas. 2) Dilakukan secara teratur tiap 6 bulan, dengan melakukan swab untuk uji mikrobiologi, baik instrument, dinding, lantai, linen, kasa, air, dan udara. b.



Cara pembersihan Unit Bedah Sentral ada 3:



1) Pembersihan harian 2) Pembersihan mingguan 3) Pembersihan sewaktu  PEMBERSIHAN RUTIN HARIAN Pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan Unit Bedah Sentral agar siap pakai. Dengan cara: Permukaan peralatan dibersihkan dengan antiseptic Permukaan meja operasi dan matras dibersihkan Tempat sampah diberi plastik dan dibersihkan setiap waktu. Peralatan yang digunakan untuk pembedahan dibersihkan: meja instrument, cairan botol suction dibuang, alat anastesi dibersihkan. Noda noda pada dinding dibersihkan. Lantai dibersihkan dan di pel Lubang angin, kaca, jendela, dan kusen dibersihkan. PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 16



Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari Unit Bedah Sentral. Lampu operasi dan alas dibersihkan tiap hari.  PEMBERSIHAN MINGGUAN Pembersihan secara keseluruhan. Dilakukan teratur setiap minggu, pada hari Sabtu. Semua peralatan kamir operasi dikeluarkan. Peralatan dibersihkan dan dicuci dengan desinfektan. Permukaan dinding dicuci dengan sikat dan detergen dan dilap secara berulang-ulang. Lantai disikat dengan detergen, bilas antiseptic dan dikeringkan.  PEMBERSIHAN SEWAKTU Bila ada tindakan operasi Bila Unit Bedah Sentral digunakan untuk kasus infeksius tertentu Dinding, meja instrument dan semua peralatan dibersihkan Instrument dan alat bekas pakai diberi desinfektan Unit Bedah Sentral bisa digunakan lagi setelah disterilkan d.



STERILISAS UNIT BEDAH SENTRAL Dapat dilakukan dengan cara: 1) Sinar UV yang dilakukan dalam 24 jam 2) Fogging: desinfektan yang disemprotkan dalam waktu 1 jam, baru 1 jam berikutnya Unit Bedah Sentral bisa digunakan lagi (sudah jarang dilakukan di OKsentral).



e.



Standart Mikrobiologi NO



PARAMETER



STANDART RUANG



1.



SUHU(°C)



19-24



2



Kelembaban (%)



45-60



3



Pencahayaan (lux)



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 17



NO



PARAMETER



STANDART RUANG



a.



Ruang



300-500



b.



Meja operasi



1000-2000



4



Kebisingan (dBA)



45



5



Angka kuman (kol/m3)



10



6



Jamur



Negative



7



Tekanan



Positif



8



Usap lantai (Kol/m3)



0–5



9



Jumlah personal



Max 10 orang



f. Penanganan Limbah Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait pembersihan: Pembuangan sisa sisa bekas operasi, ketika menangani sisa-sisa bekas operasi, petugas yang bertugas rnengumpulkan termasuk petugas kebersihan harus memakai alat pelindung diri untuk mencegah pajanan. Setelah sisa-sisa tersebut terkumpul, harus ditransport ke area penyimpanan yang sesuai. Selama transport harus diperhatikan bahwa benda terkontaminasi tidak kontak dengan alat steril. Untuk mencegah penyebaran infeksi, kereta pembawanya harus dibersihkan dan didesinfeksi sesuai jadwal. Adapun sisa-sisa bekas operasi meliputi: 1. Limbah benda jarum (jarum suntik, ampul, pipet, pisau, jarum beserta spuit, scaple) dimasukan dalam wadah safety box tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak. Penggantian safety box dilakukan jika sudah terisi 3/4 bagian atau maximal 3 hari 2. Limbah infeksius (kassa penutup luka, pampers, bahan habis pakai yang terkontaminasi cairan tubuh pasien)dimasukkan ke dalam sampah media ataukantong plastik warna kuning, pastikan tidak ada sampah yang tercecer di lantai. 3. Transportasi laundry terkontaminasi 4. Sebelum membersihkan ruangan, linen kotor harus diangkat terlebih dahulu 5. Tekstil, linen, dan kain terkontaminasi harus dipindahkan dengan kontak seminimal mungkin dengan udara, permukaan personel dalam ruangan



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 18



6. Sebelum memindahkan laundry dari permukaan, harus dipastikan benda-benda tajarn dan barang nonlaundry lainnya telah dipisahkan untuk memastikankeamanan transportasi dan trauma benda tajam. 7. Laundry terkontaminasi ditempatkan di container berwarna merah atau yang bertanda biohazard. 8. Laundry yang basah harus ditempatkan di kantong-kantong yang anti bocor 9. Dalam transportasi, personel tidak boleh memegang kantong berisi laundry terkontaminasi dengan tubuhnya atau meremas kantongnya untuk mencegah tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang tanpa sengaja tertinggal 10. Membersihkan ruangan operasi 11. Unit Bedah Sentral minimal harus dibersihkan setiap 24 jam bila tidak ada kegiatanatau ruangan tidak dipakai 12. Bila area terkontaminasi, maka kontaminasi harus dibersihkan/ diangkat terlebih dahulu baru area dibersihkan dengan desinfektan 13. Bila kontaminasi basah, luas, dan infeksius, maka harus diletakkan kain yang bisa menyerap cairan dari desinfektan dituang keatas kain tersebut sampai semua basah terendam. Dapat juga digunakan bubuk penyerap yang memadatkan cairan. 14. Bahan desinfektan terhadap darah dan cairan tubuh yang direkomendasikan adalah yang efektif terhadap virus hepatitis B dan HIV, tuberkolosis, dan yang cocok untuk segala macam jenis permukaan misalnya berpori maupun non pori 15. Debu harus ditangani dengan menggunakan kain khusus debu atau alat pel yang mencegah terbanganya debu. Untuk area yang lebih tinggi dari bahu, petugas kebersihan harus menggunakan alat yang khusus di desain untuk permukaan tinggi (vacuum cleaner). Alat pembersih debu tidak boleh digoyang-goyangkan karena spora jamur bisa beterbangan di udara. 16. Untuk menghindari terpleset atau tersandung, ada beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : a) Area yang licin harus ditutup untuk sementara untuk semua karyawan, kecuali petugas kebersihan b) Tutup pintu dan tempatkan tanda dilarang masuk c) Mulai dari area yang paling bersih ke daerah yang paling kotor d) Gunakan wax atau alas bergerigi untuk menciptakan permukaan anti slip e) Pindah penghalang atau tanda-tanda dilarang masuk hanya setelah lantai kering sempurna PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 19



f) Tim boleh harus rnenggunakan alas kaki anti slip g) Pastikan kabel-kabel tidak melintang di tengah jalan. Kabel harus dibundel sebaiknya dilagit-langit jika memungkinkan. h) Alat-alat dan monitor harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga akses jalan tidak terhalang danlantai dapat terlihat i) Pencahayaan harus diatur dengan baik agar dapat melihat dengan jelas di dalam ruang operasi. B. STANDART FASILITAS ANASTESI Dalam pelayanan anestesi standar minimal fasilitas yang harus diperhatikan adalah sarana dan prasarana dalam manajeman sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler, untuk sistem lainnya dapat sebagai pelengkap. Standar minimal fasilitas yang harus ada adalah: 1. Airway Managemant Kit Tersedianya alat untuk penanganan kegawatan nafas, antara lain: a. Ambubag sesuai ukuran. b. Jackson Reese. c. Ventilasi Breathing Mask (VBM) sesuai ukuran. d. Oro-Pharingel Airway (OPA) atau guedel sesuai ukuran. e. Naso-Pharingeal Airway (NPA). f. Laringeal Mask Airway (LMA) sesuai ukuran. g. Laringoskop. h. Endo-Tracheal Tube (ETT) dan introduser/stylet sesuai ukuran. i. Masker oksigen (NRBM) 2. Gas oksigen Di dalam ruangan pelayanan anestesi harus tersuplai gas oksigen, dalam hal ini bisa berupa gas oksigen dalam tabung atau gas sentral lengkap dengan konektor humidifier. 3. Alat pijat jantung atau Defibrillator 4. Bedside monitor



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 20



Bedside monitor yang harus ada mencakup alat pemantauan saturasi oksigen (oksimetri), alat pengukur tekanan darah (tensimeter), alat pengukur nadi, alat rekam jantung (ECG minimal 2 lead), alat pengukur suhu tubuh. 5. Mesin ventilator mekanik Mesin anestesi yang sudah disesuaikan dengan kondisi lingungan unit bedah sentral, konektor gas input harus sudah disesuaikan, selang gas sudah diatur beda waran antara oksigen dan nitrogen. 6. Mesin suction Mesin yang sudah siap dengan perlengkapannya, antara lain: tabung, selang suction dan catheter suction (sesuai ukuran). 7. Obat emergensi Obat-obatan emergensi yang harus tersedia di ruang pelayanan anestesi atau sadasi, antara lain: a. Sulfas Atrophine (SA) b. Ephineprine c. Epedrine d. Lidokain e. Dexamethason f. Aminophilyne C. STANDART FASILITAS BEDAH Peralatan perlu distandarisasikan dengan tujuan agar tersedianya alat sesuai dengan jumlah dan jenis kebutuhan untuk memperlancar pelaksanaan tindakan pembedahan serta menciptakan suasana yang harmonis dan kepuasan kerja. 1) Jenis alat Alat tenun Alat kesehatan Kedokteran Alat rumah tangga 2) Alat tenun Syarat umum: Bahan terbuat dari katun 100% Warna bahan tidak menyolok PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 21



Warna khusus (hijau,biru,ungu), berbeda dengan warna bahan yang dipakai di ruang perawatan. Panjang linen harus menutup daerah steril dan tidak boleh menyentuh lantai. 3) Syarat model baju di Unit Bedah Sentral ( untuk petugas Unit Bedah Sentral) Panjang lengan baju 7-8 cm diatas siku Panjang celana sepanjang mata kaki, tidak boleh menyentuh lantai Cukup longgar untuk memudahkan bergerak. 4) Syarat model jas operasi Panjang lengan baju menutup Jari tangan Bermanset elastic Panjang jas lebih kurang 10 cm di atas mata kaki Jas operasi bagian belakang saling menumpu 5) Ukuran alat tenun Laken besar, kepala 210x150 cm Laken besar, kaki 240x200 cm Laken kecil 150x100 cm Alas meja instrument 200x 150 cm Sarung meja Mayo 100x150 cm Handuk steril 20x25 cm 6) Selain alat tersebut di atas juga yang diperlukan di Unit Bedah Sentral adalah: Topi Masker Underpad Perlak Schort plastic Pembungkus alat, Waskom 7) Alat kesehatan: Benang Jarum berbagai bentuk dan ukuran Alat disposibel seperti : berbagai macam ukuran spuit, sarung tangan, berbagai ukuran kateter, NGT, drainage, lina pen, dan suction Kasa, kapas, alcohol PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 22



Obat-obatan seperti atibiotic,dosinfektan,antiseptic dll. 8) Alat rumah tangga Alat kebersihan sapu, sikat lantai,lap kerja, mesin penghisap debu(vacum cleaner, alat penyemprot, slang airember/kaleng dan setrika. Alat makan dan minum Meubeler.  SET INSTRUMEN a.



b.



Set instrumen dasar 1) Antiseptic klem/desinfektan klem



= 2 bh



2) Scaple hadle no 3 dan no 4



= 1/1



3) Pincet anatomis



= 2



4) Pincet chirurgis



= 2



5) Gunting benang



= 1



6) Gunting kasar/ mayo



= 1



7) Gunting metzenbaum



= 1



8) Duk klem



= 5 bh



9) Mosquito klem



= 2



10) Arteri klem pean bengkok



= 10



11) Arteri klem kocher



= 8



12) Klem jaringan/allis klem



= 2



13) Needle holder



= 4



14) Langenback



= 2



15) Wound haak bergigi



= 1



16) Canula suction



= 1



17) Bengkok



= 2



18) Mangkok antiseptic



= 2



19) Slang suction



= 1



20) Jarum dan tempatnya



= 1 set



Penyusunan instrumen untuk digunakan



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 23



Kita siapkan dua meja yaitu meja instrument, meja mayo dan Waskom besertastandarnya.Di masing-masing institusi memiliki standar yang berbeda-beda. c.



d.



Di meja mayo, yang disiapkan secara berurutan adalah: 1) Scaple handle no. 3 /4



= 1 /1



2) Gunting metzembaum



= 1



3) Gunting mayo



= 1



4) Pinset anatomis



= 2



5) Pincet chirurgic



= 2



6) Dukklem



= 1



7) Antiseptic klem



= 1



8) Mosquito



= 2



9) Arteri klem pean bengkok



= 6



10) Arteri klem cokher lurus/bengkok



= 2 /4



11) Needle holder



= 2



12) Gunting benang



= 1



13) Ring klem



= 4



14) Peritoneum klem



= 4



15) Double langenbeck



= 2



16) Haak/retractor



= 1-2



17) Canua suction



= 1



18) Klem cantik



= 1



19) Curettage



= 2



20) Allis klem



= 1



Di meja instrument 1) Bahan dari linen : schort steril, duk besar,dukkecil 2) kom berisi larutan betadin 10% 3) Kom NS/aquabidest 4) Kasa biasa 10 5) Big kasa 5 6) Sisa instrument set



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 24



7) Instrument tambahan bila diperlukan e.



Di Waskom dengan standartnya: 1) Bengkok 2) Selang suction 3) Thermo cauter



D. Teknik aseptik dan antiseptik Unit Bedah Sentral 



Pengertian teknik aseptic Teknik aseptic adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh



mikroorganisme



pada



jaringan



atau



bahan-bahan



menghambat/menghancurkan tumbuHnya mikro organism dalam jaringan. 







Tujuan penerapan teknik aseptic di Unit Bedah Sentral 1.



Mencegah penyebaran bakter



2.



Membunuh kuman/mikroorganisme



3.



Mencegah infeksi.



Prinsip aseptic dan anaseptik 1) daerah steril harus tegas batasannya 2) harus dijaga kestrilannya 3) mencegah terjadinya kontaminasi 4) selalu bersih 5) tim bedah tidak menjadi sumber kontaminasi







aspek untuk mempertahankan kesterilan 1) lingkungan alas kaki dibedakan (k. Op,toilet) pintu Unit Bedah Sentral selalu di tutup membuat jadwal pembersihan. Uji bakteriologi minimal & bulan Air yng dipakai bebas kuman Pengontrolan debu 2) Petugas Hanya tim steril yang berada di daerah steril



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 25



dengan



cara



Mentaati batasan tegas 3 area di Unit Bedah Sentral Memakai baju khusus, topi dan masker Tidak boleh melintas di depan tim bedah yang steril Tim bedah harus steril melakukan prosedur pemakaian topi, masker, cuci tangan, pemakaian jas steril dan drapping dengan cara sebagai berikut : 2.1 Cara memakai topi operasi: a.



Topi dipakai bersamaan pada waktu mengganti pakaian dengan baju khusus.



b.



Topi harus menutupi seluruh rambut kepala.



c.



Tali diikatkan cukup kuat



2.2 Cara memakai masker Masker harus dipakai baik dan benar, dan selama memakai masker bicara seperlunya. Caranya: a.



Memasang masker harus bercermin sehingga terpasang dengan tepat di tengah



dan



menutupi



bagian



hidung



dan



mulut.



Bila



ada



jamban/jenggotharus di tutup, bila perlu harus memakai masker khusus. b.



Masker dipasang bersamaan pada waktu mengganti pakaian dengan baju khusus



c.



Tali diikatkan cukup kuat



d.



Satu masker untuk satu kali pemakaian



e.



Bila masker lembab harus segera diganti



f.



Setelah dipakai harus dibuang di tempat yang telah disediakan.



2.3 Cuci tangan Prosedur cuci tangan bedah 2.3.1 Pengertian: Cuci tangan bedah adalah membersihkan tangan dengan menggunakan sikat dan sabun atau antiseptic di bawah air mengalir dengan prosedur tertentu agar tangan dan lengan bagian bawah bebas dari mikroorganisme. 2.3.2 Tujuan 1) Menghindari terjadinya infeksi nosokomial PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 26



2) Mencegah ILO ( Infeksi Luka Operasi) 3) Mempercepat penyembuhan luka operasi 2.3.3 Cuci tangan bedah Persiapan: 1) Air mengalir 2) Sikat steril dan spon steril 3) Sabun antiseptic 4) Handuk steril 5) Kuku pendek dan bersih serta tidak ada cat kuku 6) Lepaskan semua perhiasan tangan 2.3.4 Prosedur: 1) Sebelum mencuci tangan 2) Pastikan topi, masker tepat pemakaiannya 3) Lepas cincin, gear dll 4) Periksa kuku, bila perlu dipotong 5) Gulung lengan baju sampai 2 inci di atas siku. 6) Nyalakan kran, atur aliran air sesuai kebutuhan 7) Basahi tangan dan lengan mulai dari ujung jari sampai di atas siku.Gunakan sabun entiseptic ± 3 cc kemudian gosok tangan dan lengan sampai berbusa kira-kira 1 menit. Basuh tangan secara menyeluruh mulai dari ujung jari sampai di atas siku di bawah air mengalir. 8) Teteskan sabun antiseptic ±3 cc gosok sampai berbusa kemudian ratakan keseluruhan tangan dan lengan sampai di atas siku, ambil sikat untuk membersihkan kuku kira-kira 1 menit.Bilas dengan air mengalir mulai dari ujung kuku sampai di atas siku. 9) Teteskan sabun antiseptic ±5 cc mulailah mencuci tangan dengan terlebih dahulu metarakan anti septic pada kedua telapak tangan (berputar). Kemudian langkah-langkah sebagai berikut: 1.



Langkah 1: gosoklah kedua telapak tangan hingga merata



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 27



2.



Langkah 2: gosok punggung dan sela-selajari tangan dengan tangan kanan dan sebaliknya.



3.



Langkah 3: gosoklah kedua tangan dan sela-sela jari.



4.



Langkah 4: gosoklah jari-jari sisi dalam dan kedua tangan dan saling mengunci.



5.



Langkah 5: gosoklah ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya



6.



Langkah 6: gosoklah dengan memutar ujung-ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya.



7.



Setelah melakukan gerakan 6 langkah tersebut, dengan gerakan memutar gosok punggung tangan kanan,pergelangan tangan, lengan sampai di atas siku lakukanpada tangan kiri, masingmasing 0,5 menit.



8.



Kemudian bilas lagi mulai dari ujung jari sampai di atas siku, ambil antiseptic 0,5 cc / secukupnya ratakan mulai ujung Jari, sampai di atas siku(jangan lebih dari siku atau jangan sampai ke lengan atas)



9.



Kemudian tangan di lap dengan handuk steril.



2.4 Cara memakai schort/jas/baju steril 1) Cuci tangan pembedahan 2) Buka bungkusan steril yang berisi jas operasi 3) Ambil jas steril secara aseptic teknik yaitu pegang pada garis leher dengan menggunakan tangan kiri dan posisi tangan kanan tetap setinggi bahu. 4) Buka lipatan jas dengan caramelepas bagian yang terjepit tangan dan perhatikan sampai terkontaminasi 5) Tangan kiri tetap memegang bagian leher jas dan memasukkan tangan kanan ke lubang lengan jas kanan, diikuti dengan tangan kiri dimasukan ke lubang lengan jas kiri. 6) Perawat sirkuler berdiri di belakangnya untuk membantu mengikatkan tali jas, dengan menarik leher jas dan bagian sebelah dalam dan selanjutnya ikut semua tali bagian betakang, buka ikatan tali pinggang dan berikan salah satu PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 28



ujung



tali



tersebut



kepada



sirkuler,



dengan



korentang



tali



tersebutdijepitorang yang memakai jas steril memutarkan badannya kemudian ambil tali dari jepitan serta ikatan tali tersebut, pada saat memutar badan tidak boleh terjadi kontaminasi (tidak dianjurkan meletakkan tali jas di bawah tumpukan jas / duk steril lainnya lalu memutarkan badan untuk mengikatkan talinya, karena potensial terjadi kontaminasi pada jas/ duk steril yang lainnya karena membelakangi baju yang tidak steril). 2.5 Urutan melepas jas kotor 1) Urutan petugas Unit Bedah Sentral melepas jas kotor pada akhir operasi, usahakan lengan dan baju perawat tersebut terlindungi dari bagian luar jas yang terkontaminasi. 2) Dengan tetap memakai sarung tangan, kendorkan manset dan goyangkan jas kebawah sampai turun ke pergelangan tangan. 3) Kemudian tahan jas di bagian bahu kanan (membuka kancing atau melepaskan ikatan dengan tangan kiri. Saat melepaskan jas dan lengan, tarik lengan jas dan tubuh dengan merefleksikan siku. 4) Pegang bahu yang lainnya dengan tangan satunya dan lepaskan semua jas, lepaskan dengan terbalik sehingga lengan tetap bersih. d.



Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesterilan 1) Kuku petugas harus pendek 2) Batasi gerakan tubuh dengan steril 3) Jaga jarak dan alat on steril (min.30 cm) 4) Perhatikan sterilitas bagian depan, dan punggung badan sebatas pinggang ke atas 5) Selalu rnenghadap ke area steril 6) Posisi tangan paling rendah sebatas pinggang, lipat kedua tangan di depan dada 7) Berbicara sepenlunya 8) Cuci tangan sesuai prosedur 9) Periksa keutuhan baju steril 10) Pakai sarung tangan setelah memakai jas (sesuai ukuran, periksa kebocoran) 11) Jika bersisipanjalan, posisi badan harus saling membelakangi.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 29



12) Pada saat dan selama memakai sarung tangan, tidak boleh menyentuh badan yang tidak steril 13) Setiap ganti operasi jas harus ganti. e.



Pasien Pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan pada daerah pembedahanyaharus bebas dari debu, mikroorganisme dan minyak yang menempel di kulit, gunamenekan seminimal mungkin bahaya infeksi akibat sayatan kulit. 1) Persiapan daerah operasi Daerah operasi & sekitarnya harus dibersihkan dengan antiseptic 1.1 TUJUAN Mengurangi jumlah rnikroorganisme dengan cepat. Aman terhadap kulit tanpa menimbulkan iritasi Mampu menghilangkan sisa alkohol, organik lain & lemak. 1.2 CARA MELAKUKAN ANTISEPTIK Siapkan alat (mangkok tempat cairan antiseptic,bengkok,forcepantiseptic,deppers). Desinfeksi mulai dari tengah menuju ke perifer(memutar) deppers sekalipakai harus dibuang. Lakukan minimal tiga kali putaran. 1.3 DRAPPING 



Pengertian Adalah suatu prosedur penutupan pasien yang sudah berada diatas meja operasi dan telah dilakukan pembiusan dengan menggunakan alat tenun stenil, dengan tujuan member batas teqas daerah steril pada daerah pembedahan setelah perrnukaan kulit di desinfeksil antiseptic.







Prinsip drapping: Teliti dan hati-hati Paham prosedurnya Drape tidak boleh dipindah sampai operasi selesai. Pakailah duk klem setiap sudut.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 30



Tim bedah dengan baju steril selalu menghadap area steril Ganti alat tenun yang terkontaminasi. Pastikan tidak ada genagan air di lantai Jangan mengibas alat tenun steril terlalu tinggi Jika ragu-ragu dianggap terkontaminasi E. STERILISASI DAN DESINFEKTAN 1.



Pengertian Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran mikroorganisme fungi dan spora



2.



Teknik sterilisasi Panas (autoklaf,oven,suhu rendah dan rebus) Penyinaran (sinar ultraviolet,sinar electron) Kimia ( formalin,cidex ethelyn oxide)



3.



Hal-hal yang harus diperhatikan Penyusunan alat dalam autoklaf harus ada sela, posisi alat tenuntegak/miring Klern/kokker/sejenisnya tidak boleh terkunci Diberi pita autoklaf Jika pembungkusan steril masih lembab maka harus disterilkan lagi Perhatikan perubahan warna pita autoklaf Sterilisator harus siap pakai Alat steril harus segera diangkat Instrumen yang berujung tajam dan runcing harus dibungkus dengan kassa Cantumkan tanggal jam saat disterilkan (atau label yang sudah disediakan) Cek Ulang pengaturan suhu dan waktu sterilisator.



4.



Waktu sterilisasi 1) Autoclave kering Suhu



: 150°C = 2,5 jam 160°C = 2jam



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 31



170°C = 1 jam 5.



Waktu kadaluarsa Tergantung dari: 1) Teknik pengemasan, pemilihan jenis pembungkusan 2) Teknik sterilisasi 3) Pelaksanaan sterilisasi dan pengawasan 4) Tempat penyimpanan



6.



Sarana penunjang/pengaman 1) Dilandasi dengan pita autoclave a.



Tanggal dan jam mensteril



b.



Kadaluarsa



c.



JenisAlat



d.



Nama yang mensterilkan



e.



Nama Alat / instrumeri



2) Adanya ruang penyimpanan alat steril a.



Bersih



b.



Tidak lembab



c.



Bebas debu dan serangga



d.



Ruangan khusus



3) Beberapa hal penentu sterilisasi a.



Perubahan warna pita autoclave



b.



Tingkat kekeringan pernbungkus



c.



Keutuhan pembungkus (kertas,alat tenun, plastic)



d.



Kontarninasi dan luar



4) Desinfeksi Adalah semua tindakan untuk membunuh mikroorganisme tidak termasuk sporanya. 7.



Prinsip pemakaian antiseptic 1) Prinsip pokok Pilih desinfektan yang tepat Jangan tercampur protein, darah dan nanah Alat jangan direndam melebihi atas petunjuk pemakaian desinfektan



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 32



Pakai pelarut aquades, air matang, alkohol 70% Desinfektan diganti sesuai petunjuk 2) Alasan Desinfektan tidak dapat membunuh semua jenis kuman Efek desinfektan menjadi lemah Dapat merusak alat Untuk menjamin sterilisasi Kuman menjadi lebih kuat F.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 33



BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. MANAGEMENT UBS/TEMPAT TINDAKAN a.



Tujuan Manajemen Unit Bedah Sentral atau tempat tindakan ini bertujuan untuk meningkatkanlayanan penanganan pasien, meni ngkatkan kepuasan pasien, meningkatkan kepuasantimbedah yang mencakup didalamnya doker bedah, dokter anestesi, dan perawat.



b. Pengaturan jadwal operasi Pengturan ini dibuat dalam bentuk penyusunan jadwal setiap harinya, sesuaidengan Kebijakan Direktur RSI Aminah Blitar. Bahwa pada setiap hari, jadwal pasien operasi untuk yang disusun oleh Kepala Ruang atau PJ Shift dengan seksi-seksinya diUnit Bedah Sentral paling lambat 6 jam sebelum operasi untuk diketahui dan disetujuioleh Kanit IBS dan Tim Unit Bedah Sentral.Dan bila ada revisi segera disampaikan kepada ruang OK, agar preoperasi untuk anestesi dapat dilakukan dengan baik. Dan Kebijakan Direktur RSI Aminah tentang kebijakan penyusunan jadwal operasi antara lain: a.



Semua tindakan operasi yang akan dilakukan di ruang operasi operator harus mematuhi jadwal yang ada.



b.



Pasien dengan kasus operasi elektif sekurang kurangnya 24 jam sebelum dilakukan tindakan operasi harus sudah dirawat inapkan.



c.



Dalam waktu tersebut bisa dilakukan untuk persiapan pasien (cek laborat, cek radiologi, penegakan diagnosa oleh DPJP sebelum pembedahan, konsul internist, konsul anetesi, dan konsul dokter jantung bila diperlukan, serta persiapan pre op pasien sendiri),



d.



Tindakanoperasi elektif pasien rawat inap harus dijadwalkan (dilaporkan) minimal 6 (enam) jam sebelum terjadwal kepada ruang operasi.



e.



Untuk pasien ODC minimal 6 (enam) jam sebelum terjadwal harus sudah dikonsulkan dokter Penyakit Dalam (Internist) atau dokter spesialis Anak sesuai advis DPJP (operator) dan dokter anestesi.



f.



Pasien operasi elektif (termasuk ODC) yang belum rawat inap harus datang minimal 6 jam sebelum operasi.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 34



g.



Pasien operasi elektif (termasuk ODC) jika belum datang maka dapat diisi oleh pasien lain yang sudah datang dan dapat dijadwal ulang dengan tidak mengganggu jadwal yang sudah ada.



h.



Bila pasien elektif yang sudah terjadwal dapat digeser apabila ada kasus operasi yang gawat (Emergency).



i.



Jika pasien dan operator tidak mengikuti ketentuan diatas maka operasi bisa digantikan oleh operasi berikutnya dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada operator baik yang digantikan maupun yang menggantikan dengan syarat pasien dan operator yang mengantikan sudah siap untuk melaksanakan operasi.



j.



Jika masih terjadi benturan dalam jadwal operasi maka dokter Anestesi diberikan kewenangan



menentukan



mana



yang



harus



didahulukan



berdasarkan



tingkat



Emergencynya. Bila terjadi pembatalan operasinya yang sudah dijadwalkan maka sesuai aturandan kebijakan RS dokter operator dan dokter anestesi dibantuoleh timbedahmenyampaikan kepada pasien dan keluarganya. c.



Durasi operasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut 1) Emergency: prosedur yang mengancam nyawa dan harus selesai dikerjakan dalam30 menit. 2) Prioritas: prosedur yang harus dikerjakan dalam 30 menit sampai 4 jam. 3) Urgent: prosedur yang harus dikerjakan dalam 4 jam sampai 24 jam. 4) Non-Urgent: prosedur yang bisa dikerjakan setelah 24 jam.



d. Berdasar kasus pembedahan yang bisa dilakukan untuk kasus ODC a) Berdasarkan jenis pembedahan Kasus Bedah Umum, seperti misalnya : biopsi kelenjar, eksisi fibroadenoma payudara, eksterpasi (gang lion, lipoma, dll), eksisi, menjahit luka, herniotomi tanpa penyulit dan endoskopi. Kasus Bedah Tulang, seperti misalnya : tindakan reposisi patah tulang tertutup, cabut fiksasi kawat dan cabut plat dan scew. Kasus Gynekologi. seperti misalnya : dilatasi/kuretase, biopsi konus/konisasi, laparatopi, tubektomi, dan eksterpasi tumor labia/vagina. b) Berdasarkan status fisik PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 35



Pasien yang termasuk dalam status fisik ASA 1-2. e.



Memonitor performa Unit Bedah Sentral / ruang tindakan Sebelum prosedur dimulai, harus diakukan persiapan ruangan.Hal ini meliputi menciptakan lapangan steril, menyiapkan alat-alat bahan habis pakai dan memeriksa kelengkapannya. 1) Penciptaan lapangan steril: Menempatkan duk steril di sekeliling situs operasi dan pada tempat alat-alat Semua personel harus mengenakan pakaian steril Jangan menempatkan alat-alat steril di dekat pintu yang terbuka Jedela harus di tutup Letakkan alat steril hanya pada lapangan steril Pastikan tangan telah di scrub sebelum menyentuh alat steril Orang yang telah steril tidak diperkenankan menyentuh alat-alat tidak steril Perlu diingat bahwa ujung kemasan dan alat-alat steril adalah tidak steril Perlu diingat bahwa sekali batas steril telah dilewati, hal ini telahdianggap terkontaminasi. Jika ada keraguan tentang status sterilisasi sesuatu alat atau area, harus dianggap telah terkontaminasi. 2) Persiapan alat: Ada 4 tahapan persapan alat, yaitu : pencucian dan dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi, dan penyimpanan atau pemindahan ke lapangan steril. Ada beberapa jenis sterilisasi, yaitu menggunakan steam (autoclave), panas kering (oven), dan gas plasma.Dimana RSI Aminah saat ini hanya menggunakan sterilisator panas kering. 3) Persiapan perlengkapan anastesi 4) Memastikan kualitas udara dan ventilasi: Ventilasi Unit Bedah Sentral harus positive-pressure Udara harus masuk ke ruangan melalui ventilasi langit-langit yang tinggi dan keluar dari ruangan melalui exhaust air outlet dekat lantai yangberseberangan dengan ventilasi masuk. Ruangan hanya diijinkan dibuka untuk perpindahan alat, personel tim bedah, dan pasien; selebihnya pintu dijaga agar selalu ditutup.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 36



5) Area di Unit Bedah Sentral zone dibagi menjadi 3, yaitu  Unrestricted zone: hanya orang-orang yang berkepentingan yang boleh berada di zona ini, tetapi baju luar bisa diperbolehkan.  Semiresfricted zone : zona iniadalah area yang terhubung dengan Unit Bedah Sentral (contohnya: lorong, kantor, kamar alat) orang-orang yang berada di sini harus mengenakan pakaian scrub dengan lengan panjang, penutup rambut, dan sepatu bersih atau penutup sepatu  Restricted zone : zona ini terdiri dari Unit Bedah Sentral dan area cuci tangan, orangorang yang memasuki zone ini harus mengenakan kostum bedah lengkap termasuk masker. Mereka yang tidak di scrub harus mengenakan jaket berlengan panjang lengkap dengan kancing tertutup. Masker khususnya harus dikenakan dirungan dengan peralatan steril yang terbuka f. Manajemen Pasien Beberapa poin penting dalam mengkaji factor resiko pasien: 1. Alergi 2. Riwayat kesehatan sebelumnya (misalnya tekanan darah tinggi,asma, masalah jantung atau pernafasan) 3. Penggunaan tembakau (karena rokok meningkatkan resiko infeksi) 4. Penggunaan alkohol dan narkotika 5. Pengalaman pribadi pasien dalam sedasi dan anastesi sebelumnya 6. Berat badan 7. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini 8. Ada tidaknya resiko untuk anastesi dan sedasi 9. Permintaan khusus dari pasien untuk jenis anastesi dan sedasi 10. Kecemasan pasien 11. Status nutrisi 12. Obat-obatan yang diberikan pada pasien



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 37



13. Pasien diterma di ruang penerimaan/premedikasi OK oleh petugas anastesi dan dilakukan serah terima dengan petugas ruangan. g. Manajeman tim bedah 1. Semua personal harus memakai pakaian lengkap (pakaian Unit Bedah Sentral) topi dan masker (masker harus menutupi seluruh bagian mulut dan hidung). 2. Dalam kasus-kasus tertentu yang beresiko terciprat (misalnya kasus trauma) tim bedah harus mengenakan alat-alat proteksi tambahan. 3. Tim operasi harus melakukan scrubs/cuci tangan sebelum operasi 4. Melakukan surgical safety checklist yaitu sign ini, time out, dan sign out 5. Kostum bedah harus sesuai ketentuan. h. Beberapa prinsip penggunaan sarung tangan 1. Sarung tangan harus menjadi barier yang efektif terhadap material infeksius, termasuk darah dan cairaan tubuh. 2. Sarung tangan harus diganti setiap habis kontak dengan pasien atau setiap sarung tangan tersebut rusak. 3. Sarung tangan tidak boleh dicuci atau di reuse. 4. Untuk prosedur invasive pada pasien dengan kasus Hepatitis, HIV tenaga kesehatan bisa memakai dua lapis sarung tangan. i. Penandaan/site marking Penandaan dilakukan oleh DPJP sedapat mungkin penandaan harus melibatkan pasien untuk menghindarkan kekeliruan. Meskipun jarang, pasien boleh menolak penandaan setelah dijelaskan maksud dan tujuannya. Penandaan harus dibuat menggunakan surgical marking pen yang tidak hilang bila dicuci saat preparasi lapangan operasi. Untuk pasien dengan warna kulit gelap, boleh menggunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah.  Manajemen Preoperative A. Pengertian Preoperative Kata “preoperative” adalah suatu istilah yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan pra operatif, intra operatif, pasca operatif.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 38



Keperawatan Operatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. (brunner&suddarth 2002) B. Bertujuan Untuk 1. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien atau tim bedah yang lain 2. Mengkaji merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien preoperative 3. Memahami dan mengetahui daerah dan prosedur pembedahan. 4. Mengetahui akibat pembedahan dan pembiusan yang dilakukan terhadap pasien. 5. Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang timbul. 6.



Mengevaluasi



pengadaan,



penggunaan,



pemeliharaan



alat



serta



tindakan,



secara



berkesinambungan.  Alur Pendaftaran dan Tindakan Operasi di Unit Bedah Sentral. 1. Pasien sudah rawat inap (operasi elektif) a. Perawat ruang inap setelah DPJP (operator) menyetujui tindakan operasi, mendaftarkan jadwal operasi ke ruang operasi (ok) paling lambat 6 jam sebelumoperasi via telepon. b. Perawat ruang operasi (OK) mengkonfirmasi jadwal operasi untuk memastikan jadwal operasi untuk memastikan jadwal bisa atau tidak. c. Perawat ruang rawat inap dan kamar (OK) mengkonfirmasi penjadwalan ke dokter jaga setiap ada penjadwalan baru atau ulang oleh operator. 2. Pasien belum rawat inap (operasi elektif) a. Operator mendaftar jadwal operasi paling lambat 2 hari sebelum operasi melalui telefon. b. Perawat ruang operasi (OK) mengkonfirmasi penjadwalan bisa atau tidaknya dengan jadwal yang sudah ada. c. Perawat ruang operasi (OK) mengkonfirmasi jadwal baru kepada dokter jaga setiap ada penjadwalan baru atau ulang oleh operator. d. Pasien datang minimal 24 jam sebelum operasi dengan melakukan proses administrasi serta persyaratan operasi dan sudah mendapatkan kamar atau rawat inap. 3. Operasi one day care (ODC) a. Operator mendaftar operasi minimal 6 jam sebelum operasi dijadwalkan.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 39



b. Pasien datang minimal 6 jam sebelum operasi untuk melakukan proses admistrasi dan persyaratan sebelum operasi dengan lengkap. c. Perawat OK mengkonfirmasi penjadwalan ke dokter jaga setiap ada jadwal baru. d. Rekam medis (pendaftaran) wajib menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai administrasi perawatan ODC dan kemungkinan bila pasien harus rawat inap. 4. Operasi Emergency a. penjadwalan operasi emergency dilakukan atas indikasi kegawat daruratan. b. Operator melalui perawat atau dokter jaga mendaftarkan ke ruang operasi c. Dokter jaga segera melaporkan kepada operator, dokter anastesi, operator lain bila ada tindakan operasi yang diundur atau digeser.  Perawatan Pre Operasi Di Unit Bedah Sentral Dimulai pada saat pasien diserah terimakan kepada perawat Unit Bedah Sentral dan berakhir saat pasien dipindah ke meja operasi Perawatan Pre Operasi Meliputi: 1). MENERIMA PASIEN a. Memeriksa kembali persiapan pasien yang mencangkup:  Identitas pasien termasuk tanda/pengenal pada pergelangan tangan  Kelengkapan rekam medis/status  Informed consent  Laboratorium, foto rontgen, EKG, USG  Gigi palsu,kontak lens,perhiasan, cat kuku, peniti, jepit rambut, lipstik  Mengganti baju pasien dan memberi extra selimt.  Menilai keadaan umum dan tanda-tanda vital  Pastikan pasien dalam keadaan puasa  Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih (jika tidak memakai kateter). b. Melakukan pengkajian untuk asuhan keperawatan c. Memberi pre medikasi PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 40



d. Mendorong pesien ke kamar tindakan sesuai dengan jenis pembedahan e. Memindahkan pasien ke meja tindakan sesuai dengan sign in  MANAJEMEN INTRA OPERATIF A. PERAWATAN INTRA OPERASI Dimulai pada saat pasien diatas meja operasi sampai pasien dipindah ke RR. Meliputi: a. Melakukan oerientasi kepada pasien. Komunikasi kepada pasien untuk memberikan penjelasan mengenai tenaga situasi dan peralatan yang ada peralatan yang ada di Unit Bedah Sentral, yaitu:  Memberikan asuhan keperawatan  Memberikan dukungan mental  Jelaskan kembali tentang fasilitas yang ada di sekitar Unit Bedah Sentral.  Mengenalkan pasien kepada ahli anastesi, operator, asisten dan instrumentor.  Memberikan penjelaskan tentang tahap-tahap pembiusan secara singkat dengan bahasa yang mudah dimengerti. b. Melaksanakan fiksasi (sabuk pengaman pasien) c. Memasang alat-alat pemantau hemodinamik (infus, EKG, tensi, kateter, alat monitoring) d. Membantu melaksanakan pembiusan e. Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan pembedahan f. Menyiapkan bahan dan alat untuk antisepsis g. Drapping h. Membantu melaksanakan tindakan pembedahan i. Memeriksa kelengkapan instrument dan alat lain agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien sebelum lika operasi ditutup j. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan k. Menyiapkan label, etiket tempat bahan dan formulir permintaan l. Bahan spesimen dikumpulkan oleh scrub nurse dan diserahkan ke circulating nurse m. Circulating nurse mencatat di buku, surgeon mengisi formulir permintaan n. Penyerahan bahan spesimen dengan buku ekspedisi PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 41



o. Semua spesimen dipindahkan dari Unit Bedah Sentral p. Menutup luka q. Menyambung pipa drain r. Mengatur posisi pasien  PERAWATAN POST OPERASI Dimulai sejak pasien dipindahkan ke RR sampai diserah terimakan kapada perawat di ruang rawat inap. 1) Tujuan a. Mengawasi kondisi pasien selama masa pemulihan b. Mencegah timbulnya komplikasi pehanmbed c. Segera mengatasi komplikasi yang timbul d. Mempertahankan jalan nafas dengan posisi kepala extensi e. Mengawasi tingkat kesadaran pasien pasca anastesi dengan scoring aldert. Pasien sudah dapat dipindah jika nilai sudah mencapai 8 f. Menberi O2 bila perlu g. Mengukur setiap 15 menit sampai keadaan stabil h. Melaksanakan perawatan pasien yang terpasang infus i. Mengukur dan mencatat produksi urine j. Mengukur intake dan output cairan k. Mengawasi warna dan kelembaban kulit l. Mengatur posisi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien m. Memberi obat sesuai program pengobatan n. Mengawasi adanya perdarahan pada luka operasi o. Segera melakukan tindakan bila terjadi komplikasi perdarahan. 2) Perawatan pasien a. Pasien diterima di ruang tindakan dan diidentifikasi pasien dengan mencatat di buku register masing-masing Unit Bedah Sentral. b. Atur posisi pasien sesuai dengan jenis operasinya. c. Lakukan pembiusan oleh tim anastesi d. Lakukan sign in PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 42



e. Lakukan cuci tangan secara bedah (tim bedah) f. Pakailah scort/gaun steril dan sarung tangan steril g. Cuci area operasi oleh perawat sirkuler h. Lakukan antiseptik i. Lakukan drapping j. Lakukan time out k. Lakukan insisi oleh operator lanjutkan sampai insisi selesai l. Monitoring keadaan pasien oleh anastesi dan tim bedah 3) Hal-hal yang harus di perhatikan oleh tim bedah a. Mengkomunikasikan resiko sebelum memulai prosedur b. Menyiapkan obat-obat emergensi dan antidontum c. Mempersiapkan efek-efek samping obat (medication error) d. Memantau TTV (tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan ritme, frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, akses intravena yang adekuat, nyeri) e. Awareness anastesi: kasus-kasus dimana pasien bangun di tengah-tengah anastesi (intra operasi) 4) Hal-hal lain yang perlu dimonitor secara ketat salama operasi: a. Kadar glukosa b. Suhu tubuh c. Pengguna darah d. Mencegah tertinggalnya benda-benda di dalam luka operasi dengan metode perhitungan alat-alat dan kasa e. Menangani spesimen secara benar (meliputi container dan alat pengambilan spesimen, identifikasi spesimen, labeling, transportasi spesimen, komunikasi, pembuangan spesimen). f. Bagaimana memindahkan pasien secara aman g. Mengontrol oksigen 5) Perawatan pasien a. Melakukan sign out sebelum menutupluka operasi b. Hitung alat dan kasa sampai cocok atau sesuai dengan intervensinya



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 43



c. Bersihkan lapangan operasi dan tutup luka operasi dengan supratul kasa steril lalu di plester dengan hypafix d. Tulis jenis tindakan yang telah dilakukan e. Rawat drainage f. Lakukan ekstubasi atau ekstubasi di RR g. Pindahkan pasien ke recovery room h. Monitoring jalan nafas dan TTVnya i. Bila ada pemeriksaan spesimen beri label j. Bila perlu diberi tanda atau gelang pada tangan pasien mungkin yang beresiko jatuh atau posisi tertentu k. Rawat alat dengan dekontaminasi, cuci dengan air mengalir, keringkan dan dipak/kemas lalu sterilkan. l. Bersihkan Unit Bedah Sentral dan lingkungannya. 6) Membersihkan lingkungan operasi Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait membersihkan lingkungan operasi: a. Pembuangan sisa-sisa bekas operasi: sisa patologi manusia yang meliputi jaringan, organ, bagian tubuh, dan cairan. b. Darah manusia dan komponen darah yang meliputi serum, plasma dan komponen darah. c. Benda tajam dimasukkan kedalam box safety yang sudah disediakan d. Sisa-sisa alat atau benda terkontaminasi pasien e.



Ketika menangani sisa-sisa bekas operasi, petugas yang bertugas mengumpulkan termasuk petugas kebersihan harus memakai alat pelindung diri untuk mencegah pajanan.



f. Setelah sisa-sisa itu terkumpul harus di transport ke area penyimpanan yang sesuai g. Selama di transport harus diperhatikan bahwa benda terkontaminasi tidak kontak dengan alat steril h. Untuk mencegah penyebaran infeksi, kereta pembawanya harus dibersihkan dan didesinfeksi sesuai jadwal i. Sebelum membersihkan ruangan, linen kotor harus diangkat terlebih dahulu j. Tekstil,linen dan kain terkontaminasi harus dipindahkan dengan kontak seminal mungkin dengan udara, permukaan, dan personal dalam ruangan. PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 44



k. Sebelum memindahkan laundry dari permukaan, harus dipastikan benda tajam dan barang nonlaundry lainnya telah dipisahkan untuk memastikan keamanan transportasi dan trauma benda tajam. l. Dalam melipat linen, pastikan bagian terkontaminasi berada ditengah sehingga bagian yang bersih berperan sebagai barier terhadap bagian yang kotor. m. Laundry terkontaminasi ditempatkan di container berwarna merah atau yang bertanda biohazard n. Laundry yang basah harus ditempatkan di kantong yang anti bocor o. Dalam transportasi, personel laundry tidak boleh memegang kantong berisi laundry terkontaminasi dengan tubuhnya atau meremas kantongnya untuk mencegah tertusuk jarum atau benda tajam lain yang tanpa sengaja tertinggal 7) Membersihkan area operasi a. Unit Bedah Sentral harus dibersihkan minimal 24 jam bila tidak ada kegiatan atau ruangan tidak terpakai b. Bila area terkontaminasi, maka kontaminasi harus dibersihkan/ diangkat terlebih dahulu baru area dibersihkan dengan desinfentan karena banyak kontaminan mengaktifkan desinfektan c.



Bila kontaminasi basah, luas dan infeksius, maka harus diletakkan kain yang bisa menyerap cairan dan desinfektan dituang ke dalam kain tersebut sampai semuanya basah terendam.



d. Bahan desinfektan terhadap darah dan cairan tubuh yang direkomendasikan adalah efektif terhadap virus hepatitis B dan HIV, Tuberkulosis dan yang cocok untuk segala jenis permukaan, misalnya berpori atau pori-pori Debu harus ditangani dengan menggunakan kain khusus debu atau alat pel yang mencegah terbangnya debu. Untuk daerah yang lebih tinggi dari bahu, petugas kebersihan harus menggunakan alat yang khusus didesain untuk permukaan tinggi. Alat pembersih debu tidak boleh digoyang-goyangkan karena spora jamur bisa terbang diudara.



B. PELAYAN ANASTESI DAN SEDASI PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 45



Anastesi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya kesadaran dan atau persepsi nyeri (bersama atau terpisah), yang dapat dilakukan secara temporer dengan menggunakan obat anastesi. Prosedur pemberian sedasi dilakukan secara seragam ditempat pelyanan di dalam RS. Pelayanan anastesi sedasi moderat dan dalam dan terintegrasi diseluruh tempat pelayanan di RS dan dibawah tanggung jawab dokter anastesi sesuai peraturan dan perundanng-undangan.



Tanggung



Jawab Pelayanan Anastesi Sedasi Moderat Dan Dalam Meliputi : 1. Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi 2. Melakukan pengawasan administratif 3. Menjalankan program pengendalian mutu yang dibutuhkan 4. Memonitoring dan evealuasi pelayanan anastesi,sedari moderat dan dalam. 1. Anastesi Umum singkat, anastesi umum dapat diartikan suatu tindakan yang menyebabkan perubahan fisiologik yang reversibel yang dikondisikan untuk memungkinkan pasien menjalani berbagai prosedur medis. Dahulu dikenal dengan istilah “Trias Anastesi”, yaitu hipnotis, analgesia dan arefleksia. Sekarang anastesi umum komponen yang ada dalam anastesi umum adalah : hipnotis (hilangnya kesadaran), analgesia (hilangnya rasa sakit), arefleksia (hilangnya reflek-reflek motorik tubuh memungkinkan imobilisasi pasien), amnesia (hilangnya memori pasien selama menjalani prosedural). Tidak semua pasien atau prosedur medis ideal untuk dijalani dibawah anastesi umum. Namun demikian, semua tehnik anastesi harus dapat sewaktu-waktu di konversikan menjadi anastesi umum. Oleh karena itu di semua tempat pelayanan anastesi, meskipun hanya monitored anasthesia care (MAC) harus tersedia perlengkapan untuk anastesi umum. Adapun kelebihan dan kekurangan anastesi umum, yaitu: a. Kelebihan anastesi umum 1. Pasien tidak sadar, mencegah ansietas pasien selama prosedur medis berlangsung. 2. Efek anastesia efek amnesia meniadakan memori buruk pasien yang di dapat akibat ansietas dan berbagai kejadian intraoperatif yang mungkin memberikan trauma psikologis. 3. Memungkinkan dilakukannya prosedur yang memakan waktu lama. 4. Memudahkan kontrol penuh ventilasi pasien. b. Kekurangan anastesi umum 1. Sangat mempengaruhi fisiologi, hampir semua regulasi tubuh menjadi tumpul di bawah anastesi umum. PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 46



2. Memerlukan pemantauan yang lebih holistik dan rumit. 3. Tidak dapata mendeteksi gangguan susunan saraf pusat, misalnya perubahan kesadaran. 4. Memerlukan persiapan pasien yang lebih seksama. 2. Stadium Anastesi Umum Stadium anastesi (anasthesia stages) dibuat berdasarkan efek ether. Ether merupakan zat anastesi volatil yang paten dan digunakan luas pada zamanya. Selama penggunaan ether yang cukup lama, dilakukan observasi dan pencatatan lengkap mengenai anastesi yang terjasi. Klasifikasi Guedel dibuat oleh Arthur Ernest Guedel pada tahun 1937, meliputi : 1) Stadium (stage) 1 : disebut juga “stadium induksi”. Ini adalah periode sejak masuknya obat induksi hingga hilangnya kesadaran, yang antara lain ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata. 2) Stadium (stage) 2 : disebut stadium eksitasi. Setelah kesadaran hilang, timbul eksitasi dan delirium. Pernafasan menjadi iregular, dapat terjadi pasien menahan nafas. Terjadi REM. Timbul gerakangerakan involuntari, sering kali spasik. Pasien juga dapat muntah dan ini dapat membahayakn jalan nafas. Pada stadium ini aritmia jantung pun dapat terjadi. Pupil dilatasi sebagai tanda peningkatan tonus simpatis. Stadium 2 adalah stadium yang beresiko tinggi. 3) Stadium (stage) 3 : disebut juga stadium pembedahan (surgical anasthesia), dibagi menjadi empat plana (planes), yaitu: Plana 1



: mata berputar, kemudian terfiksasi



Plana 2



: reflek kornea dan refleks laring hilang



Plana 3



: dilatasi pupil, reflek cahaya hilang



Plana 4



: kelumpuhan otot intercostal, pernafasan menjadi abdominal dan dangkal. Pada stadium ini otot-otot skeletal akan relaks, pernafasan menjadi teratur, pembedahan dapat dimulai.



4) Stadium (stage) 4 : merupakan stadium overdosis obat anastesi. Anastesi menjadi terlalu dalam. Terjadi depresi berat semua sistem tubuh, termasuk batang otak. Stadium ini letal



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 47



Gambar stadium-stadium anastesia Potensi bahaya yang demikian besar mendorong usaha-usaha berkembang untuk memperbaiki tehnik anastesi. Anastesi modern telah berkembang menjadi prosedur yang mengutamakan keselamatan pasien. Obat induksi masa kini bekerja cepat dan melampaui stadium 2. Sekarang hanya dikenal tiga stadium dalam anastesi umum, yaitu induksi, rumatan (maintenance) dan emergence.



3. Anastesi Regional Tehnik Anastesi atau analgesia regional adalah tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara menyuntikan obat anastesi lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu, yang menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer. Pada analgesia jenis ini obat yang disuntikkan jauh dari lapangan operasi. Cara ini dilakukan untuk tindakan operasi didaerah ektremitas dan untuk area yang diinervasi oleh saraf tertentu. Blok spinal dan epidural menghasilkan blokade sistem saraf simpatis, analgesia atau anastesi sensorik dan blokade motorik yang bergantung pada dosis, konsentrasi atau volume anastesi lokal setelah pemberian melalui jarum ke plana neuraksial. Walaupun terlihat serupa, ketiga teknik tersebut berbeda secara fisiologis dan farmakologis. Anastesi spinal membutuhkan jumlah obat yang lebih sedikit dengan efek blok yang lebih nyata dalam jangka waktu singkat dibandingkan dengan epidural yang membutuhkan sejumlah besar anastesi lokal dengan efek blok saraf yang lebih lemah tetapi dengan durasi yang lebih lama. Potensi toksisitas juga lebih besar pada anastesi epidural dibanding spinal karena jumlah yang besar ini. Sejak dikenalkannya teknik kombinasi spinal epidural, batasan antara keduanya semakin tidak jelas tetapi teknik ini memiliki efek klinis yang lebih sesuai harapan.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 48



Penggunaan anastesi regional sangat bermanfaat, terutama bagi kasus yang merupakan indikasi kontra anastesi umum atau beresiko terlalu tinggi untuk anastesi umum. Anastesi regional juga memiliki keterbatasan dalam setiap anastesi regional selalu ada kemungkinan konversi ke anastesi umum. Oleh sebab itu sebelum melakukan anastesi regional semua kelengkapan anastesi umum sudah harus siap tersedia. a. Jenis anastesi regional 1) Blok Saraf Tindakan analgesia regional dengan cara menyuntikkan obat analgesia lokal didaerah urat saraf yang melayani daerah yang akan dieksplorasi. 2) Blok Fleksus Brakhialis Tindakan analgesia regional dengan cara menyuntikkan obat analgesia lokal didaerah perjalanan fleksus brakhialis yang melayani ektrimitas superior. 3) Blok Sub Arakhnoid 



Blok Sub Arakhnoid adalah blok regional yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anastesi lokal ke dalam ruang sub arakhoid melalui tindakan fungsi lumbal.







SAB intrahecal labour anastesi merupakan blok regional yang dilakukan dengan jalan menyuntikkanobat anastesi dosis rendah ke dalam ruang sub arakhoid pada ibu hamil yang akan melahirkan pada pembukaan 4 atau lebih pada multipara primigravida.



4) Blok Epidural Blok Epidural adalah tindakan blok regional yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat analgesia lokal ke dalam ruang epidural. 5) Blok Regio Intravena Blok Regio Intravena adalah blok yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anastesi lokal ke dalam vena yang telah di eksangunasi secara tertutup baik pada ekstrimitas inferior 6) Komplikasi tindakan 1.



Hipotensi berat akibat blok simpatis terjasi venouspooling pada dewasa dicegah dengan memberikan cairan infus cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.



2. Bradikardi dapat terjadi disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi akibat blok sampai T-2 3. Hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas 4. Trauma pembuluh saraf 5. Trauma saraf PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 49



6. Mual-muntah 7. Gangguan pendengaran 8. Blok spinal tinggi atau spinal total 7) Komplikasi pasca tindakan 1) Nyeri tempat suntikan 2) Nyeri punggung 3) Nyeri kepala karena kebocoran likuor 4) Retensio urine 5) Meningitis 8) Kontra Indikasi Anastesi Spinal Dan Epidural 1. Hipovolemia 2. Curah jantung rendah yang menetap 3. Sepsis kulit lokal 4. Koagulopati 5. Peningkatan tekanan intrakranial 6. Riwayat alergi terhadap obat-obat anastesi golongan amida 7. Pasien yang sangat tidak kooperatif 8. Penyakit SSP penyerta 9. Pembedahan spinal sebelumnya atau anatomu spinal yang abnormal. 4. Asesment Pra Anastesi Asesment atau penilaian sebelum tindakan anastesi dilakukan sebelum operasi efektif atau sesaat sebelum operasi emergensi. A. Anamnesa Anamensa bisa diperoleh dari pasien atau keluarga pasien. Anamnesa meliputi: pemeriksaan tandatanda vital, riwayat pemberian obat sedasi yang pernah didapatkan, riwayat alergi obat-obatan, riwayat penyakit yang diderita pasien sebelumnya, riwayat merokok, riwayat minum alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan. Pengkajian data dasar (AMPLE) meliputi: 1) Pengumpulan data berkaitan dengan riwayat anastesi dan riwayat alergi terhadap makanan atau obat dan lainya (A).



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 50



2) Riwayat pengobatan/ medikasi yang saat ini digunakan berkaitan dengan kondisi pasien saat ini (M). 3) Riwayat penyakit masa lalu / Past Ilness (P). 4) Riwayat terakhir intake oral (Last Meal) pasien baik padat maupun cair sebelum dilakukan tindakan anastesi (L). 5) Kondisi sekarang pasien yang menghasruskan dilakukan tindakan / event (E). B. Penilaian fungsi organ meliputi: 1) Fungsi pernafasan i.



Dilakukan penilaian patensi jalan nafas, dilihat adakah sumbatan jalan nafas atas sebagian atau total oleh karena penurunan kesadaran, benda asing berupa padat atau cair.



ii.



Bila terjadi sumbatan jalan nafas segera dibebaskan baik tanpa a;at atau menggunakan alat pembebas jalan nafas sederhana sampai definitif. Dilakukan suctioning / penghisapan dengan kateter suction besar bila terjadi sumbatan dari cairan misalnya darah atau muntahan.



iii.



Segera pasang alat untuk membebaskan jalan nafas menggunakan orofaring airway bahkan bila perlu intubasi.



iv.



Dilihat apakah ada tanda-tanda retraksi dinding dada, nafas cuping hidung.



v.



Dilihat apakah gerakan dada kiri dan kanan simetris waktu inspirasi dan ekspirasi. Bila asimetris manakah yang tertinggal.



vi.



Dilihat apakah gerakan dada see saw seperti orang menggergaji.



vii.



Didengarkan adakah suara nafas tambahan :



viii. ix.



-



Snoring (mengorok)



-



Gurgling (berkumur)



-



Stridor (suara serak)



-



Crowing (melengking)



-



Tidak ada suara nafas



Dirasakan adakah hembusan udara dari hidung atau mulut bila pasien tidak sadar. Dilakukan perkusi untuk menilai adakah kelainan suara, seperti hipersonor pada kasus pneumothorax atau suara redup pada hematothorax. Bila ditemukan tension pneumothorax segera lakukan needle thoracosintesis untuk dekompresi menggunakan jarum terbesar yang tersedia di ICS 2 MCL ispilateral.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 51



x.



Dilakukan auskultasi suara nafas paru kanan dan kiri.



xi.



Melakukan penilaian untuk mengetahui adanya sulit intubasi dengan cara menentukan mallampati score, jarak mentohyoid, gerak leher, masa di leher. Apabila dijumpai adanya kemungkinan intubasi maka merujuk pada skema manajemen



pengelolaan jalan nafas sulit (Difficult Management Airway) 2) Fungsi Cardiovascular i.



Pemeriksaan fungsi jantung / EKG



ii.



Dilihat apakah pasien tampak pucat



iii.



Dilihat apakah ditemukan sumber perdarahan



iv.



Dieriksa apakah perfusi di ujung jara Hangat Kering Merah (normal) atau Dingin Basah dan Pucat.



v.



Diperiksa apakah capilary refil time kurang dari 2 detik.



vi.



Raba pulsasi nadi pada pasien sadar, bisa pada nadi radialis atau brachialis, dihitung frekuensinya, bagaimana iramanya, apakah kuat angkat. Pada pasien tidak sadar diraba nadi carotisnya, dirasakan apakah ada denyutan nadi.



vii.



Dilakukan pengukuran tekanan darah bila perlu dilakukan pengukuran tenganan darah pada lengan kiri dan kanan.



viii.



Dilakukan auskultasi untuk evaluasi suara jantung



3) Fungsi neuro / muskuloskeletal i.



Menilai kesadaran dengan Glascow Coma Scale



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 52



ii.



Kaji adanya kelemahan otot, paralisis, arthritis, kejang, riwayat CVA dan neuromuscular desease.



iii.



Dalam kondisi emergency cukup diperiksa APVU (alert, respon to verbal, respon to pain, unrespon)



4) Fungsi Ginjal Mengevaluasi fungsi ginjal dapat dilakukan menggunakan urine tampung atau dengan kateter. Penilaian produksi urine tiap 6 jam sedang dalam kondisi gawat evaluasinya tiap satu jam (produksi urine normal apabila volumenya 0.5-1 ml /kgBB/jam). Kaji tentang penyakit DM, gagal ginjal, retensi urine dan ISK. 5) Fungsi hepato/ gastrointestinal Dilakukan pemeriksaan apakah ditemukan perubahan bising usus, distensi abdomen yang berasal dari suatu ileus obstruktif dan waspada akan terjadinya extra cellular fluid deficit , bila berasal dari cairan waspadai timbulnya gejolak hemodinamik intra operasi, bila berasal dari massa waspadai perdarahan banyak intra operasi. Kaji adanya sirosis, hepatitis/ikerus dan mual muntah. 6) Lain-lain Kaji adanya anemia, kanker, hemophia, penyakit imunosupresan, kehamilan, riwayat tranfusi dan anti koagulan. 7) Laboratorium PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 53



Dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi: ii.



Darah lengkap, faal pembekuan darah (PTT-APTT), ureum-creatinin. SGOT-SGPT, gula darah, elektrolit, bila perlu pemeriksaan virology.



iii.



Dievaluasi apabila terdapat nilai yang abnormal segera diambil tindakan dan evaluasi ulang.



8) Radiologi Dilakukan pemeriksaan radiologi meliputi: Foto thorax, foto polos abdomen, foto tulang, USG, IVP, EKG, echocardiografi, CT Scan, MRI, dll. 5. Simpulan evaluasi pre anastesi Dari hasil pemeriksaan tersebut disimpulkan bahwa pasien tersebuty termasuk kategori ASA 1/2/3/4/5 ASA 1 : pasien penyakit beda tanpa diserta penyakit sistemik. ASA 2 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang ASA 3 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak mengancam nyawa. ASA 4 : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang langsung mengancam nyawa. ASA 5 : pasien penyakit bedah yang disertai dengan penyakit sistemik berat yang sudah tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak tahan 24 jam. Apabila kasus emergency dicantumkan E dibelakang ASA. Pada kedaruratan anastesi, penangan emergency yang utama adalah penanganan segera terhadap circulation, airway dan breathing. 6. Jenis Anastesi Dari semua pemeriksaan tersebut akhirnya dapat diambil keputusan jenis anastesi apakah yang aman untuk pasien tersebut. Anastesi menurut jenis operasinya sebagai berikut: a. Regio Kepala Dan Leher: 1) General anastesi untuk operasi bedah saraf, operasi bedah plastik, operasi THT, operasi mata, operasi bedah umum, operasi bedah onkologi. 2) Regional anastesi Peripheral Blok. 3) Lokal Anastesi Untuk Operasi Kecil PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 54



b. Regio Dada Pungung 1) General anastesi untuk bedah umum, operasi bedah plastik, operasi bedah onkologi, operasi bedah saraf, operasi Bedah Thorax Kardio Vaskuler. 2) Regional anastesi Peripheral Blok. 3) Lokal Anastesi Untuk Operasi Kecil c. Regio Extremitas Atas 1) General anastesi. 2) Lokal Anastesi Untuk Operasi Kecil. d. Regio abdomen atas (diatas pusar) 1) General anastesi untuk operasi bedah digestif, operasi bedah anak, operasi bedah umum, operasi bedah urologi. 2) Dapat dikombinasikan dengan regional anastesi yaitu Epidural Blok untuk manajemen nyeri intra dan pasca operasi. 3) Lokal Anastesi Untuk Operasi Kecil e. Regio abdomen bawah dan urogenitalia: 1) Regional anastesi (Sub Arachnoid Blok, Epidural Blok) untuk operasi bedah urologi, operasi kandungan, operasi bedah umum, operasi bedah digestive. 2) General anastesi bila ada indikasi lain seperti ditemukannya penyulit saat dilakukan anastesi regional. 3) Lokal Anastesi Untuk Operasi Kecil f. Regio extremitas bawah : 1) Regional anastesi. 2) General anastesi apabila ada indikasi lain seperti ditemukannya penyulit saat dilakukan anastesi tersebut. 3) Lokal Anastesi Untuk Operasi Kecil. g. Evaluasi Pra Induksi Kaji ulang makan dan minum terakhir pasien, pemeriksaan TTV pra induksi, dan adakah perubahan rencana anastesi. Jika ada perubahan rencana anastesi catat penyebabnya. Dokumenntasikan obatobatan yang diberikan selama pra induksi. h. Induksi Anastesi



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 55



Pada tahab ini pasien sudah siap dan akan segera dilakukan pembiusan. Catat teknik intubasi dan teknik induksi, posisi pasien, dan penggunaan ETT. 7. Monitoring Intra Anastesi Setelah dilakukan induksi, pasien akan disiapkan posisi operasi sesuai kebutuhan operasinya. Pada masa operasi ini selalu dilakukan penilaian ulang yang terus menerus terhadap fungsi vital pasien agar tetap dalam batas normal oleh dokter ahli anastesi dibantu dengan perawat anastesi. Adapun tugas perawat anastesi yaitu: a. Membebaskan jalan nafas dengan cara mempertahankan posisi kepala tetap ekstensi, mempertahankan posisi endotracheal tube. b. Mengukur tanda-tanda vital. c. Memberi obat-obat sesuai program pengobatan dari dokter anastesi. d. Melaporkan hasil pemantauan kepada dokter anastesi. e. Menjaga keamanan pasien dari bahaya jatuh. f. Menilai efek hilangnya obat anastesi pada pasien. g. Memenuhi keseimbangan oksigen dan N2O dengan cara memantau flowmeter pada mesin anastesi. h. Mempertahankan keseimbangan cairan dengan cara mengukur dan memantau cairan tubuh yang hilang selama pembedahan. i. Memberi obat-obat sesuai progam pengobatan dari dokter anastesi. j. Melaporkan hasil pemantauan kepada dokter anastesi. k. Menjaga keamanan pasien dari bahaya jatuh. l. Menilai efek hilangnya obat anastesi pada pasien. Semua monitoring fungsi vital dan tindakan anastesi dicatat pada status anastesi dan melakukan observasi fungsi vital selama operasi, perawat anastesi harus berespon dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital pasien selama anastesi atau pembedahan. Adanya perdarahan serta kegawatan fungsi vital pasien harus segera dilaporkan pada dokter ahli anastesi agar segera mendapatkan tindakan penanganan. Selama anastesi berlangsung harus selalu diawasi: a. Kedalaman anastesi. b. Kardiovaskular i.



Tekanan darah



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 56



ii.



EKG



iii.



CVP



c. Ventilasi respirasi: i.



Gunakan stetoskop



ii.



Pulse oksimetri



d. Suhu: hypertermia: naiknya suhu tubuh sangat cepat e. Produksi urine : ½ - 1 cc/kgBB/jam f. Terapi cairan: maintenance cairan dan cairan pengganti perdarahan bila diperlukan, lebih dari 20% perdarahan diberikan tranfusi “Whole Blood”. g. Sirkuit anastesi pada mesin anastesi Semua monitoring fungsi vital (tekanan darah, nadi, SpO2, dan pernafasan) dan tindakan anastesi dicatat pada lembar laporan anastesi. Monitoring anastesi menggunakan sistem berkala dan kontinyu. Dalam melakukan observasi fungsi vital selama operasi, perawat anastesi merespon dan mendokumentasikan dalam rekam medis pasien (status anastesi) semua perubahan fungsi vital pasien selama anastesi atau pembedahan secaran terus menerus setiap 5 menit sekali atau sesuai kondisi pasien setiap 1-10 menit. Catat semua cairan yang dimasukkan (cairan kristaloid, koloid, produk darah dan lain-lain) dan cairan yang keluar (urin, S&I, darah, EBV) selama pra anastesi dan intra anastesi. Dalam keadaan tertentu dimana doker spesialis anastesi harus meninggalkan unit bedah sentral untuk melakukan tindakan anastesi di tempat lain dengan kondisi yang lebih emergency, maka perawat anastesi dapat melakukan monitoring durante atau selama operasi dan selalu berkomunikasi dengan dokter spesialis anastesi untuk melaporkan perkembangan status pasien serta tindakan yang harus dilakukan. 8. Monitoring pasca anastesi Catat TTV pasien selama diruang pulih sadar meliputi : tekanan darah, suhu, SpO2 dan RR. Untuk pasien anak yang diobservasi hanya pernafasan, kesadaran, dan pergerakan menggunakan steward score. Pada pasien dewasa menggunakan alderete score untuk pasien post operasi dengan anastesi umum dan menggunakan bromage score untuk anastesi regional (SAB). 9. Perencanaan Pelayanan Anastesi A. Anastesi Umum 1. Persiapan pasien PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 57



Dilakukan penilaian ulang terhadap : a) B1 ( airway dan fungsi pernafasan) b) B2 ( fungsi cardiovascular) c) B3 (fungsi kesadaran) d) B4 (fungsi ginjal) e) B5 (fungsi pencernaan) f) B6 (tulang) g) Puasa h) Obat yang digunakan Bila ditemukan masalah segera diambil tindakan. Pembagian Alkes dan obat berdasar usia 1. Pasien Anak : Sebelum operasi dimulai selalu dicek persiapan alat yang meliputi: a) Sumber oksigen, cek tekanannya antara 4-5 bar. b) Alat untuk membebaskan jalan nafas 



Orofaring airway / Mayo ukuran 40mm s.d. 60mm







Laryngoscope dengan ukuran blade no. 0 MAC dicek lampu menyala terang berwarna putih dan disediakan laryngoscope jenis Baby Miller.







Endotrakeal tube dengan tiga ukuran, dicek tidak ada kebocoran cuff. Ukuran yang dipakai mulai 2,5 untuk bayi s.d. 5,5 untuk anak.







Masker ukuran 0 untuk bayi s.d. 3







Magyl forcep







Stylet







Spuit 10cc



c) Meja troli anastesi untuk meletakkan semua perlengkapan di atas. d) Mesin suction dicek apakah berfungsi dengan baik dan pilih kateter suction yang sesuai. Ukuran 6 FR untuk bayi s.d. 10 FR untuk anak. e) Alat bantuan nafas cadangan, dicek BVM dengan bag ukuran 250cc dan Jackson Reese bag 250cc f) Monitor: ECG, saturasi PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 58



g) Mesin anastesi meliputi: 



Cek tekanan oksigen normalnya antara 4-5 bar







Sambungkan dengan tekanan oksigen







Sambungkan dengan sumber listrik bila dilengkapi dengan ventilator







Tes kebocoran







Cek isi gas inhalasi







Cek perubahan warna sodalime







Cek fungsi ventilator



1. Persiapan obat meliputi: a. Obat induksi Midazolam Ketamin Golongan narkotik :



disiapkan dalam spuit 5cc dengan sediaan 1mg/cc. disiapkan dalam spuit 10 cc dengan sediaan 10 mg/cc. Fentanyl : disiapkan dalam spuit 2,5 cc dengan



Gas inhalasi



sediaan 50 mg/cc. Sevoflurane: vaporizer diberi label berwarna kuning,



Obat pelumpuh otot:



dicek isinya. Actracurium : disiapkan dalam spuit 10cc dengan



sediaan 2,5mg/cc. Untuk keamanan obat-obatan tersebut dimasukan dalam spuit yang berbeda ukurannya serta diberi label dan tanggal. b. Obat emergency 



Epineprine







Sulfas Atropin







Dexametasone



2. Pasien Dewasa Sebelum operasi dimulai selalu dicek persiapan alat yang meliputi: a.



Sumber oksigen, cek tekanannya antara 4-5 bar.



b.



Alat untuk membebaskan jalan nafas 



Orofaring airway ukuran 80mm s.d. 100mm







Laryngoscope dengan dua ukuran, dicek lampu menyala terang berwarna putih



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 59







Endotrakeal tube dengan ukuran 6,5 s.d. 7, dicek tidak ada kebocoran cuff. Siapkan non kingking untuk operasi/tindakan daerah wajah dan jalan nafas.







Masker ukuran 3, 4, 5







Magyl forcep







Stylet







Plester/hipafix







Spuit 10cc







Kassa tampon



c.



Meja troli anastesi untuk meletakkan semua perlengkapan di atas.



d.



Mesin suction dicek apakah berfungsi dengan baik dan pilih kateter suction yang sesuai. Ukuran 12 FR s.d. 16 FR



e.



Alat bantuan nafas cadangan, Jackson Reese bag 2L dan BVM bag 2L



f.



Monitor: ECG, saturasi, Tensimeter.



g.



Meja operasi dicek fungsingnya sengan berbagai posisi.



h.



Mesin anastesi meliputi:







Cek tekanan oksigen normalnya antara 4-5 bar







Sambungkan dengan tekanan oksigen







Sambungkan dengan sumber listrik bila dilengkapi dengan ventilator







Tes kebocoran







Cek isi gas inhalasi







Cek perubahan warna sodalime







Cek fungsi ventilator



2.



Persiapan obat meliputi:



a.



Obat induksi Midazolam Propofol



: :



disiapkan dalam spuit 5cc dengan sediaan 1mg/cc. disiapkan dalam spuit 10 cc dengan sediaan 10



Ketamin



:



mg/cc. disiapkan dalam spuit 10 cc dengan sediaan 10



Golongan narkotik :



-



mg/cc. Pethidine : disiapkan dalam spuit 2,5 cc dengan sediaan 50 mg/cc. Biasanya perlu



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 60



diencerkan lagi dalam spuit 5cc dengan sediaan 5mg/cc.



Gas inhalasi



:



-



Fentanyl : disiapkan dalam spuit 2,5 cc dengan



-



sediaan 50 mg/cc. Isoflurane: vaporizer diberi label berwarna ungu, dicek isinya.



-



Sevoflurane: vaporizer diberi label berwarna kuning, dicek isinya.



Obat pelumpuh otot :



-



Etrane, desflurane, halothane. Actracurium : disiapkan dalam spuit 3cc dengan sediaan 10 mg/cc.



Untuk keamanan obat-obatan tersebut dimasukan dalam spuit yang berbeda ukurannya serta diberi label dan tanggal. b.



Obat emergency







Epineprine







Sulfas Atropin







Ephedrine







Lidokaine







Furosemide







Aminophylin







Dexametasone



c. Cairan infus 



Crystaloid ( Ringer Laktat, normal saline), dan







Colloid (Haes 6%, Gelatin)



3. Induksi Anastesi Pada tahap ini pasien sudah siap dan akan segera dilakukan pembiusan umum. Diberikan pramedikasi dilingkungan unit bedah sentral atas indikasi. Diberikan loading dose obat anastesi agar pasien mulai tidur serta dilanjutkan dengan dosis maintenance untuk memelihara kadar obat anastesi. Pada tahap ini gas inhalasi dapat diberikan lewat face mask maupun intubasi. Dalam melakukan intubasi, dokter dibantu perawat anastesi. Tahapanya adalah: PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 61



a. Dokter anastesi dan perawat anastesi melakukan cek persiapan alat dan obat b. Siapkan dan pilih ukuran serta macam endotrakeal tube sesuai dengan yang dikehendaki. c. Pasang stylet, atur panjang dan bentuk lengkungnya d. Lakukan tes kemudahan stylet dapat keluar masuk pipa e. Lakukan tes cuff dengan meniupkan udara memakai spuit, biarkan sesaat, lihat kembali adakah kebocoran cuff atau tidak. f. Posisikan pasien pada kondisi normal, pada pasien dewasa berikan bantal setebal 10-12cm padat dibawah kepalanya. g. Dokter anastesi telah siap memegang masker dengan ukuran yang sesuai dan oksigen telah dinyalakan h. Perawat anastesi memberikan obat induksi sesuai advis dokter anastesi dan diawasi oleh dokter anastesi i. Setelah obat bekerja dan pasien siap maka dilakukan intubasi. j. Perawat anastesi menyerahkan laryngoscope serta endotrakeal tube k. Perawat anastesi membantu melakukan sellick manuver saat dokter anastesi melakukan intubasi. l. Pipa ETT sudah pada tempatnya cabut stylet hati-hati, pegang pipa erat erat agar tidak bergeser. m. Endotrakeal tube dihubungkan dengan mesin anastesi n. Dokter anastesi menilai apakah dada mengembang simetris saat diberi inhalasi dan suara nafas diauskultasikan apakah terdengar sama antara kanan dan kiri. o. Bila terjadi intubasi endotrakea tarik pipa ETT pelan-pelan ambil lakukan penilaian diatas. p. Bila letak pipa ETT sudah tepat, masukkan pipa orofaring sebagai bite blok dan selanjutnya dilakukan fiksasi endotrakeal tube di pipi pasien menggunakan plester. q. Buka vaporizer / obat inhalasi, Selanjutnya maintenance. r. Akhiri tindakan anastesi dengan benar dan tepat setelah tindakan operasi selesai. 4. Monitoring Ada beberapa jalan untuk memonitor pasien selama anastesi: a. Pulse oximetry : pengukuran kecukupan kebutuhan oksigenasi dengan pulse oxymetri. b. Kapnografi : 1. Pengukuran dari CO2 akhir ekspirasi secara langsung berkolerasi dengan konsentrasi CO2 2. Kapnografi digunakan untuk : PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 62



-



Penilaian keberhasilan ventilasi alveloar,



-



Pemeliharaan normokapia selama ventilasi mekanik,



-



Memperlihatkan bahwa peralatan pernafasan tersambung dengan tepat,



-



Memperhatikan bahwa ETT ada di trakea bukan di esofagus,



-



Untuk tanda awal hipertermi malignant,



-



Indikasi penurunan cardiac output pada pasien dengan frekuensi nafas normal (emboli paru, henti jantung atau hipovolemia berat). Manifest sebagai penurunan gradual CO2 , karena jika sedikit CO2 yang mencapai paru dari sirkulasi maka terjadi V/Q mismatch



-



Alarm dapat diatur untuk mengingatkan ketika level CO2 turun ke batas yang berbahaya.



c. ECG 1. ECG memantau detak jantung dan ritme, hal ini penting untuk memperlihatkan iskemia, gangguan elektrolit, blok jantung, henti jantung. 2. ECG 3 lead sering kali digunakan. d. Tekanan darah non invasif Tekanan darah secara kontinue diukur menggunakan cuff tekanan darah, untuk memperkirakan perfusi end-organ. e. Tekanan darah invasif 1. Indikasi : -



Kelainan kardiovaskuler



-



Penggunaan inotropik/vasodilator



-



Obesitas



2. Tekanan darah dinilai dengan memasukkan line arteri perifer. 3. Keuntungan: kontinue dan pengukuran segera. 4. Kelemahan: prosedur yang sulit, salah penempatan line menimbulkan perdarahan. 5. Sumber eror : gumpalan darah, emboli udara. f. Temperatur Anastesi mempengaruhi homeostatis temperatur. Oleh karena itu, pasien berisiko untuk mengalami fluktuasi temperatur saat di anastesi. g. Kedalaman anastesi Kedalaman anastesi ini harus dinilai selama induksi dan pemeliharaan. Konsebtrasi plasma agen induksi akan mencapai puncak dan menurun dalam hitungan menit yang menyebabkan fluktuasi. PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 63



h. Cevtral venous pressure Tekanan vena central (CVP) digunakan untuk memberikan hasil yang lebih representatif untuk status volume dibandingkan tekanan cuff. i. Kehilangan darah Kehilangan darah harus dimonitor untuk memastikan tata laksana cairan yang tepat. Meskipun demikian kehilangan sulit dihitung secara akurat, jadi anastesis harus menilainya dengan kontinue secara klinis. j. Peripheral nerve stimulator Peripheral nerve stimulator digunakan: ketika memasukkan obat pelumpuh otot, untuk menilai apakah masih ada residu pelumpuh otot setelah pembedahan. 5. Pemulihan Di akhir pembedahan, dokter anastesi harus memulihkan proses anastesi, sering disebut sebagai “membangunkan pasien”. Andai saja hal itu sedemikian sederhananya sebagai konsekuensi variasi teknik anastesi yang digunakan, tidak ada protokol absolut bagi stadium anastesi ini. Namun terdapat dua prioritas utama, pemulihan kesadaran dan pemeliharaan jalan nafas yang paten. Disini, kedua hal tersebut akan dibahas dalam hubungannya dengan pasien yang bernafas secara spontan dan mereka yang diberi ventilasi bantuan. a. Observasi sampai pasien terbebas dari resiko depresi sistem kardiorespirasi b. Oksigenasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien terbebas dari risiko hipoksemia c. Ventilasi dan sirkulasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien diperbolehkan pulang. d. Gunakan kriteria pemulangan yang sesuai untuk meminimalisir resiko depresi kardiovaskuler atau pernapasan setelah pasien dipulangkan. B. Anastesi Regional 1. Anamnesa Dilakukan pengkajian ulang pasien terhadap ; 



B1 (airway dan fungsi pernafasan)







B2 (fungsi cardiovaskuler)







B3 (fungsi kesadaran)



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 64







B4 (fungsi ginjal)







B5 (fungsi pencernaan)







Puasa







Obat yang digunakan



2. Induksi anastesi Pada tahap ini pasien sudah siap dan akan segera dilakukan pembiusan. Diberikan premedikasi di lingkungan unit bedah sentral atas indikasi. 3.



Macam-macam anastesi regional a. Blok saraf Tatalaksananya adalah: 



Desinfeksi area







Suntikkan obat anastesi lokal pada lokasi yang paling mudah dicapai dari perjalanan saraf tersebut, misalnya blok nervus ulnaris pada siku ulnaris







Sebelum obat dimasukkan aspirasi terlebih dahulu untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak berada didalam pembuluh darah







Tunggu 5-10 menit guna menunggu mulai kerja obat



b. Blok fleksus brakhialis intersklaeni 



Pasang alat pantau yang diperlukan







Pasien tidur terlentang dengan bantal di punggung







Apabila blok dilakukan dikanan, kepala miring ke sebelah kiri dan sebaliknya







Desinfeksi area







Suntikkan obat anastesi lokal sebanyak 20-30 ml pada celah intersklaeni







Sebelum obat dimasukkan, dilakukan aspirasi terlebih dahulu







Tunggu 5-10 menit untuk menunggu kerja obat



c. Blok fleksus brakhialis supraklavikula Tata laksananya adalah: 



Pasang alat pantau yang diperlukan







Pasien tidur terlentang dengan bantal di punggung







Apabila blok dilakukan dikanan, kepala miring ke sebelah kiri dan sebaliknya







Desinfeksi area



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 65







Suntikkan obat anastesi lokal sebanyak 20-30 ml pada titik yang berjarak satu centi meter diatas titik sepertiga tengah klavikula ke arah tulang iga pertama







Sebelum obat dimasukkan, dilakukan aspirasi terlebih dahulu







Tunggu 5-10 menit untuk menunggu kerja obat



d. Blok fleksus brakhialis aksiler Tatalaksanaanya adalah 



Pasang alat pantau yang diperlukan







Pasien tidur terlentang dengan bantal di punggung







Apabila blok dilakukan dikanan, kepala miring ke sebelah kiri dan sebaliknya







Desinfeksi area







Suntikkan obat anastesi lokal sebanyak 20-30 ml pada puncak aksila disekitar pembuluh darah







Sebelum obat dimasukkan, dilakukan aspirasi terlebih dahulu







Tunggu 5-10 menit untuk menunggu kerja obat



e. Blok sub arakhnoid Tatalaksanaanya adalah: 



Pasang alat pantau yang diperlukan







Pungsi lumbal dapat dilakukan dengan posisi pasien tidur miring ke kiri , kanan atau duduk sesuai dengan indikasi







Desinfeksi area pungsi lumbal dan tutup dengan doek lubang steril







Lakukan pungsi lumbal dengan jarum ukuran paling kecil pada celah interspinosum lumbal 3-4 atau 4-5 sampai keluar cairan likuor







Masukkan obat anastesi lokal yang dipilih sambil melakukan barbotase







Tutup luka tusukan dengan kassa steril







Atur posisi pasien sedemikian rupa agar posisi kepala dan tungkai lebih tinggi dari badan







Nilai ketinggian blok dengan skor “bromage”







Segera pantau tekanan darah dan denyut nadi



f. Blok sub arakhnoid intratecal labor anastesi Tatalaksanaanya adalah: PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 66







Pasang alat pantau yang diperlukan







Pungsi lumbal dapat dilakukan dengan posisi pasien tidur miring ke kiri , kanan atau duduk sesuai dengan indikasi







Desinfeksi area pungsi lumbal dan tutup dengan doek lubang steril







Lakukan pungsi lumbal dengan jarum ukuran paling kecil pada celah interspinosum lumbal 3-4 atau 4-5 sampai keluar cairan likuor







Masukkan obat anastesi lokal dengan dosis rendah yang dipilih sambil melakukan barbotase







Tutup luka tusukan dengan kassa steril







Atur posisi pasien sedemikian rupa agar posisi kepala dan tungkai lebih tinggi dari badan







Nilai ketinggian blok dengan skor “bromage”







Segera pantau tekanan darah dan denyut nadi



g. Blok epidural lumbal Tata laksananya adalah: 



Pasang alat pantau yang diperlukan







Posisi pasien tidur miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan posisi untuk melakukan pungsi lumbal







Desinfeksi area pungsi lumbal dan tutup dengan doek lubang steril







Lakukan uji bebas tahanan (sebagai tanda bahwa ujung jarum sudah berada di ruang epidural) dengan spuit berisi udara atau cairan isotonis







Masukkan kateter epidural melalui jarum epidural ke arah kranial sampai kateter yang berada diruang epidural sepanjang 20-30 cm







Masukkan obat lidokain 2% atau obat yang lain sebanyak 20-30 ml sambil melakukan aspirasi







Setelah selesai tindakan, posisi pasien diatur sedemikian rupa agar posisi kepala dan tungkai lebih tinggi dari badan







Nilai ketinggian blok dengan skor “bromage”







Segera pantau tekanan darah dan denyut nadi



h. Blok epidural kaudal Tatalaksanaanya adalah: 



Pasang alat pantau yang diperlukan



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 67







Posisi pasien tidur miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan posisi untuk melakukan pungsi lumbal, atau kaki yang di bawah lurus sedangkan kaki yang diatas ditekuk maksimal







Desinfeksi area pungsi lumbal dan tutup dengan doek lubang steril







Lakukan suntikan pada hiatus sakralis dengan jarum suntik 10 ml ke arah kranial







Lakukan uji bebas tahanan (sebagai tanda bahwa ujung jarum sudah berada di ruang epidural) dengan spuit berisi udara atau cairan isotonis







Masukkan obat lidokain 2% atau obat yang lain sebanyak 20-30 ml sambil melakukan aspirasi







Setelah selesai tindakan, posisi pasien dikembalikan terlentang datar







Pantau tekanan darah dan denyut nadi



i. Blok regional intravena Tatalaksananya adalah: 



Pasang alat pantau yang diperlukan







Pasien tidur terlentang







Apabila blok dilakukan pada ekstrimitas superior, pasang torniket manset ganda pada lengan atas, apabila blok dilakukan pada ektrimitas inferior, pasang torniket manset ganda pada paha







Lakukan eksaguinasi tertutup, selanjutnya pompa torniket proksimal sampai tekanannya mencapai 2x tekanan sistolik ( untuk ekstrimitas atas, atau 3x tekanan sistolik ( untuk ekstrimitas bawah)







Masukkan obat anastesi lokal yang dipilih melalui “wing nedle” atau kanul intravena yang telah terpasang secara pelan-pelan







Tunggu kurang lebih 5-10 menit untuk memberikan kesempatan obat mulai bekerja (onset of action)



C.







Apabila pasien sudah mengalami bebas nyeri pada area bagian distal.







Tindakan/prosedur pembedahan sudah bisa dimulai. KONFERSI ANASTESI



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 68



Apabila dalam proses anastesi dilakukan didalam durante operasi trias anastesi tidak tercapai maka dilakukan konfersi anastesi. Yaitu regional anastesi tidak mencukupi maka dilakukan general anastesi. 10. Pasca Anastesi Berdasarkan masalah- masalah yang akan dijumpai pasca anastesi atau bedah, pasien pasca anastesi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : a. Kelompok I Pasien yang mempunyai resiko tinggi gagal nafas dan goncangan kardiovaskuler pada anastesi atau bedah, sehingga perlu nafas kendali pasca anastesi atau bedah. Pasien yang termasuk kelompok ini langsung di rawat di Unit Terapi Intensif pasca anastesi atau bedah tanpa menunggu pemulihan di ruang pulih. b. Kelompok II Sebagian besar pasien pasca anastesi atau bedah termasuk dalam kelompok ini. Tujuan perawatan pasca anastesi atau bedah adalah menjamin agar pasien secepatnya mampu menjaga keadekuatan respirasinya. c. Kelompok III Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan rawat jalan. Pasien pada kelompok ini bukan hanya fungsi respirasinya adekuat tetapi harus bebas dari rasa kantuk, ataksia, nyeri dan kelemahan otot, sehingga pasien bisa kembali pulang. Tugas dari perawat anastesi pasca anastesi antara lain : a. Mempertahankan jalan nafas pasien. b. Memantau tanda- tanda vital untuk mengetahui sirkulasi pernapasan, dan keseimbangan cairan. c. Memantau tingkat kesadaran dan refleks pasien. d. Memantau dan mencatat perkembangan pasien perioperatif. e. Menilai respon pasien terhadap efek obat anastesi. f. Memindahkan pasien ke recovery room. g. Merapikan alat – alat anastesi ke tempat semula agar siap pakai. Pemindahan pasien dari unit bedah sentral ke ruang pemulihan memerlukan pertimbangan– pertimbangan khusus. Periode segera sesudah anastesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 69



dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anastesi mulai berkurang dan kondisi mulai stabil. Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anastesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan, meliputi : a. Mempertahankan ventilasi pulmonari -



Saluran nafas buatan, saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anastesi umum untuk mempertahankan saluran nafas tetap terbuka dan lidah ke depan sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction. Terapi oksigen O2 sering diberikan pada pasien pasca operasi, karena obat anastesi dapat



-



menyebabkan hipoksemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar. b. Memepertahankan sirkulasi -



Hipotensi yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari posisi satu ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi telentang. Bahkan memindahkan pasien yang masih dalam keadaan anastesi , dapat menimbulkan masalah vaskuler juga. Untuk itu memindah pasien harus secara berhati-hati, perlahan dan cermat.



-



Hipotensi dan aritmia merupakan komplikasi kardiovaskuler yang peling sering terjadi pada pasien post anastesi.



-



Pemantauan tanda- tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekalil selama pasien berada diruang pemulihan.



c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. -



Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.



-



Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus di monitor.



d. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan -



Pasien post operasi atau post anastesi sebaiknya diselimuti dan pada tempat tidurnya dipasang pengaman side rail sampai pasien sadar penuh untuk menghindari injury. Posisi pasien sering di ubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 70



-



Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter.



-



Linen yang basah oleh darah atau cairan yang lainnya harus segera diganti dengnan yang kering dan bersih untuk menghindari kontaminasi.



-



Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.



Hal lain yang juga harus diperhatikan diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler. Letak insisi bedah harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operasi dipindahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi dan setiap pergerakan dilakukan untuk mencegah adanya komplikasi pada luka operasi atau perdarahan luka operasi. Pasien selalu diposisikan dengan posisi tertentu, sehingga tidak menyumbat drain yang terpasang. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter ahli anastesi yang bertanggung jawab. a. Pemindahan Pasien dari unit bedah sentral i.



Pemindahan pasien dilakukan dengan hati-hati mengingat : Pasien yang belum sadar baik atau belum pulih dari pengaruh anastesi, posisi kepala diatur sedemikian rupa agar kelapangan jalan nafas tetap adekuat sehingga ventilasi terjamin.



ii.



Apabila dianggap perlu, pada apsien yang belum bernafas spontan, diberikan nafas bantuan.



iii.



Gerakan pada saat memindahkan pasien dapat menimbulkan atau menambah rasa nyeri akibat tindakan pembedahan dan bisa terjadi dislokasi sendi.



iv.



Pada pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa terjadi syok atau hipotensi.



v.



Pasien yang dilakukan blok spinal, posisi penderita dibuat sedemikian rupa agar aliran darah dari tungkai ke proksimal lancar.



vi.



Yakinkan bahwa infus, pipa nasogastrik dan kateter urin tetap berfungsi dengan baik atau tidak lepas.



vii.



Tidak perlu mendorong kereta tergesa-gesa karena hal tersebut dapat mengakibatkan : -



Rasa nyeri daerah bekas lapangan operasi.



-



Perubahan posisi kepala, sehingga dapat menimbulkan masalah ventilasi.



-



Muntah atau regurgitasi.



-



Kegoncangan sirkulasi.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 71



b. Serah Terima Pasien di Ruang Pulih Sadar Ruang pulih sadar adalah ruangan khusus pasca anastesi atau bedah yang berada di kompleks unit bedah sentral yang sudah dilengkapi dengan tempat tidur khusus, alat pantau, alat atau obat resusitasi, tenaga terampil dalam bidanng resusitasi dan gawat darurat serta di supervisi oleh dokter spesialis anastesiologi dan spesialis bedah. Syarat-syarat ruang pulih sadar : -



Berada didalam kompleks unit bedah sentral atau satu atap dengan unit bedah sentral dan satu koridor.



-



Ruangan cukup memadai untuk 4-6 tempat tidur.



-



Jarak tempuh dari masing-masing unit bedah sentral ke ruang pulih kurang lebih 5 menit.



-



Dilengkapi dengan tempat tidur khusus, penerangan yang cukup dan tempat cuci.



-



Dilengkapi dengan monitor, mesin suction, dan obat resusitasi.



-



Personilnya terampil dalam bidang resusitasi, dengan jumlah minimal 1 orang untuk 2 tempat tidur.



Ruang pulih sadar dilengkapi dengan tenaga perawat yang khusus dengan kompetensi mampu merawat pasien pada masa pemulihan dari pembiusan. Alat-alat untuk kondisi emergensi tersedia seperti masker dan ambu bag, suction. Yang harus di observasi diruang pulih sadar antara lain : -



Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan umum, sedang pada pasien dengan anastesi regional posisi semi fowler.



-



Pasang pengaman apda tempat tidur.



-



Monitor tanda-tanda vital : Tekanan darah, Nadi, Respirasi tiap 15 menit.



-



Penghisapan lendir daerah mulut dan trakea.



-



Beri O2 2-3 liter sesuai program.



-



Observasi adanya muntah.



-



Catat intake dan output cairan.



-



Catat fungsi vital pasien.



-



Adanya perdarahan yang mungkin terjadi.



-



Evaluasi derajat nyeri pasca operasi.



Adanya kegawatan terhadap fungsi vital pasien harus segera dilaporkan kepada dokter ahli anastesi. Observasi pasca operasi dilakukan selama lebih kurang 2 jam. Apabila fungsi vital bagus dan stabil



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 72



serta alderete score bagus , maka pasien bisa dikembalikan ke ruangan rawat inap atau Unit Perawatan Intensif bila diperlukan. Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Terutama untuk resusitasi pernafasandan kardiovaskuler. Alat di ruang pulih sadar seperti O2, suction, obat-obatan, alat-alat untuk keadaan darurat. Untuk pasien anak-anak kalau perlu salah satu keluarga boleh menunggu diruang pulih sadar, untuk membantu mengawasi teutama paasien anak-anak akan merasa tenang jiak orang tua atau keluarga hadir. 11. Komplikasi Dan Resiko Pasca Anastesi Ada beberapa pengelompokan komplikasi pasca anastesi, diantaranya adalah : a. Komplikasi umum 1) Langsung -



Nyeri



-



Perdarahan



-



Syok



-



Atelektasis basal



-



Keluaran urin sedikit



2) Segera -



Nyeri



-



Mual dan muntah pasca operasi (PONV)



-



Syok



-



Kebingungan akut



-



Gangguan jantung



-



Infeski ( Pneumonia, Infeksi saluran kencing, Infeksi luka )



-



Dehinscence vena dalam (DVT) atau emboli paru (PE)



-



Retensi urin



-



Ileus paralitik



3) Lambat -



Pembentukan adhesi



-



Hernia insisional



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 73



-



Kehilangan mobilitas



-



Nyeri kronis



-



Kegagalan pembedahan atau patologi awal muncul kembali



b. Sepsis c. Nyeri (pain) d. Analgesia e. Mual muntah pasca operasi f. Kehilangan darah akut Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat serah terima adalah : a. Masalah–masalah tatalaksana anastesi, penyulit selama anastesi atau pembedahan, pengobatan dan reaksi alergi yang mungkin terjadi. b. Tindakan pembedahan yang di kerjakan, penyulit saat pembedahan, termasuk jumlah perdarahan. c. Jenis anastesi yang diberikan dan masalah-masalah yang terjadi, termasuk cairan infus yang diberikan selama operasi, diuresis serta gambaran sirkulasi dan respirasi. d. Posisi pasien di tempat tidur. e. Hal-hal lain yang perlul mendapat pengawasan khusus sesuai dengan permasalahan yang terjadi selama anastesi atau pembedahan. f. Apakah pasien perlu mendapat penanganan khusus di ruang terapi intensif (sesuai dengan instruksi dokter) 12. Tatalaksana Komplikasi Pasca Ananstesi a. Respirasi Parameter respirasi yang harus dinilai pasca anastesi adalah : Parameter Suara nafas paru Frekukensi nafas Irama nafas Volume tidal Kapasitas vital Inspirasi paksa PaO2 pada FiO2 30% PaCO2 PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 74



Normal Sama pada kedua paru 10 – 35 x/menit Teratur Minimal 4 - 5 ml/kgbb 20 - 40 ml/kgbb -40 cmH2O 100 mmHg 30 - 45 mmHg



Apabila dalam penilaian tersebut di atas dijumpai tanda-tanda insufisiensi respirasi, segera dicari penyebabnya sehingga dengan cepat dilakukan usaha untuk memulihkan fungsinya. 1) Sumbatan Jalan Nafas Pada pasien tidak sadar sangat mudah mengalami sumbatan jalan nafas akibat jatuhnya lidah ke hipofaring, timbunan air liur atau sekret, bekuan darah, gigi yang lepas dan isi lambung akibat muntah atau regurgitasi. Sumbatan bisa terjadi pada daerah : Supra laring



Lidah jatuh ke hipofaring, air liur, bekuan darah lambung akibat muntah



Laring Infra laring



atau regurgitasi. Benda asing, spasme, edema dan kelumpuhan pita suara. Trakeo – malasea, aspirasi benda asing, dan spasme bronkus.



Usaha penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya : Tanpa alat Dengan alat 1. Tiga langkah jalan nafas Pipa oro/nasooofaring 2. Posisi miring stabil Pipa orotrakea 3. Sapuan pada rongga mulut Alat isap Atau kalau perlu dilakukan bronkoskopi atau trakeostomi. 2) Depresi nafas : -



Depresi sentral : paling sering akibat efek sisa obat, disamping itu juga disebabkan oleh keadaan hipokanea, hipotermia, dan hipoperfusi.



-



Depresi perifer : karena efek sisa pelumpuh otot, nyeri, distensi abdomen dan rigditas otot.



b. Sirkulasi Parameter hemodinamik yang perlu diperhatikan adalah : 1) Tekanan Darah Tekanan darah normal berkisar 90/50 -160/100 mmHg. Aldreta menilai perubahan tekanan darah pasca anastesi dengan kriteria sebagai berikut : - Perubahan sampai 20% dari nilai pra bedah



= 2



- Perubahan antara 20-50% dari nilai pra bedah



= 1



- Perubahan melebihi 50% dari nilai pra bedah



= 0



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 75



Penyebab hipertensi pasca bedah adalah hipertensi yang diderita prabedah, nyeri, hipoksia, dan hiperkarbia, penggunaan vasopresor, dan kelebihan cairan. Penyebab hipotensi atau syok pasca bedah adalah perdarahan defisit cairan, depresi otot jantung dan dilatasi pembuluh darah yang berlebihan. Penanggulangannya disesuaikan dengan penyebabnya. 2) Denyut jantung Denyut jantung normal berkisar 55-120x/menit, dengan irama yang teratur. Sebab-sebab gangguan irama jantung : -



Takikardia, disebabkan oleh hipoksia, hipovolumia, akibat obat simpatomimetik, demam, dan nyeri. Penanganannya disesuaikan dengan penyebabnya.



-



Bradikardia, disebabkan oleh blok subarakhnoid, hipoksia (pada bayi) dan reflek vagal. Penanganannya disesuaikan dengan penyebab, umumnya diberikan sulfas atropin.



-



Disritmia (diketahui dengan EKG), paling sering disebabkan karena hipoksia. Penanggulangannya adalah memperbaiki ventilasi dan oksigenasi. Apabila sangat mengganggu dapat diberikan obat anti disritmia seperti lidocain.



c. Suhu tubuh Penyulit hipotermi pasca bedah, tidak bisa dihindari terutama pada pasien bayi atau anak dan usia tua. Beberapa penyebab hipotermi di unit bedah sentral adalah : -



Suhu unit bedah sentral yang dingin



-



Penggunaan desinfektan



-



Cairan infus dan tranfusi darah



-



Cairan pencuci rongga-rongga pada daerah operasi



-



Kondisi pasien (bayi dan orang tua)



-



Penggunaan halotan sebagai obat anastesi



Usaha untuk menghangatkan kembali di ruang pulih sadar adalah dengan cara : -



Pada bayi, segera dimasukkan ke dalam inkubator



-



Pasang selimut penghangat



-



Lakukan penyinaran dengan lampu



Di samping hipotermi, kemungkinan hipertermi harus diwaspadai terutama yang menjurus pada hipertermi malignan. Beberapa hal yang bisa menimbulkan hipertermi adalah : -



Septikemia, terutama pada pasien yang menderita infeksi pra bedah



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 76



-



Penggunaan obat-obatan , seperti : atropin, suksinil kholin dan halotan.



Usaha penanggulangannya adalah : -



Pasien didinginkan secara konduksi menggunakan es



-



Infus dengan cairan infus dingin



-



Oksigenasi adekuat



-



Antibiotika, bila diduga sepsis



-



Bila dianggap perlu, rawat di unit terapi intensif.



d. Pulse oksimetry Pengukuran kecukupan kebutuhan oksigenasi dengan pulse oximetry. e. Kesadaran Pemanjangan pemulihan kesadaran, merupakan salah satu penyulit yang sering dihadapi di ruang pulih sadar. Banyak faktor yang terlibat dalam penyulit ini. Apabila hal ini terjadi, diusahakan memantau tanda-tanda vital dan mempertahankan fungsinya agar tetap adekuat. Disamping itu pasien yang belum sadar tidak merasakan adanya tekanan, jepitan atau rangsangan pada anggota gerak, mata atau pada kulitnya sehingga mudah mengalami cedera, oleh karena itu posisi pasien harus diatur sedemikian rupa, mata ditutup dengan plester atau kassa yang basah sehingga terhindar dari cedera sekunder. Penyebab gaduh gelisah pasca bedah : 1) Pemakaian ketasmin sebagai obat anastesia. 2) Nyeri yang hebat. 3) Hipoksia. 4) Buli-buli yang penuh. 5) Stress yang berlebihan pra bedah. 6) Pasien anak-anak, seringkali mengalamai hal ini. Penanggulangannya, disesuaikan dengan penyebabnya. f. Aktifitas Motorik



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 77



Pemulihan aktifitas motorik pada penggunaan obat pelumpuh otot, berhubungan erat dengan fungsi respirasi. Bila masih ada efek sisa pelumpuh otot, pasien mengalami hipoventilasi dan aktifitas motorik yang lain juga belum kembali normal. Petunjuk yang sangat sederhana untuk menilai pemulihan otot adalah dengan menilai kemampuan pasien untuk membuka mata dan kemampuan untuk menggerakkan anggota gerak terutama pada pasien menjelang sadar. Kalau sarana memadai, dapat dilakukan uji kemampuan otot rangka dengan alat perangsang saraf. g. Masalah nyeri Trauma akibat luka operasi sudah pasti akan menimbulkan rasa nyeri. Hal ini harus disadari sejak awal dan bila pasien mengeluh rasa nyeri atau ada tanda-tanda pasien menderita nyeri, segera berikan analgetika. Diagnosis nyeri ditegakkan melalui pemeriksaan klinis berdasarkan pengamatan perubahan perangai, psikologis, perubahan fisik antara lain pola nafas, denyut nadi dan tekanan darah, serta pemeriksaan laboratorium yaitu kadar gula darah. Intensitas nyeri pada pasien anak usia > 6 tahun dan pasien dewasa dinilai dengan Wong Baker Face Pain Scale dan Numerical Pain Scale (FPS) dengan rentang nilai dari 1-10 yang dibagi menjadi : -



Nyeri ringan ada pada skala 1-3



-



Nyeri sedang ada pada skala 4-7



-



Nyeri berat ada pada skala 8-10



Sedang untuk pasien anak 29 hari sampai dengan 6 tahun menggunakan FLACC Behaviour Pain Assesment adalah alat ukur pengkajian tingkah laku nyeri pasien yang dapat digunakan untuk pengkajian nyeri pada pasien anak usia 29 hari sampai dengan 50% dari normal Sadar penuh Respon terhadap panggilan Tidak ada respon SpO2 >92% (dengan udara bebas) SpO2 >90% (dengan supplemen O2) SpO2 8, pasien boleh keluar ruang pemulihan. Pada pasien anak-anak, kriteria pemulihan yang digunakan adalah Skor Stewart, yang dinilai antara lain pergerakan, pernafasan, dan kesadaran. Bila skor total di atas 5, pasien boleh keluar dari ruang pemulihan. Tabel skor pemulihan paska anastesi “Steward Score” (Anak-anak) Obyek Pergerakan Pernafasan Kesadaran



Kriteria Gerak bertujuan Gerak tak bertujuan Tidak bergerak Batuk, menangis Pertahankan jalan nafas Perlu bantuan Menangis Bereaksi terhadap rangsangan Tidak bereaksi



Nilai 2 1 0 2 1 0 2 1 0



NILAI TOTAL Tabel skor pemulihan pasca anastesi “Bromage Score” (Spinal Anastesi ) Kriteria Nilai Gerakan penuh dari tungkai 0 Tidak mampu ekstensi tungkai 1 Tidak mampu fleksi lutut 2 Tidak mampu fleksi pergerakan kaki 3 Untuk pasien dengan spinal anastesi selain menggunakan kriteria aldrette score juga menggunakan kriteria bromage skor, yang dinilai adalah pergerakan kaki, lutut dan tungkai, apabila total skor diatas



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 82



2, pasien dipindahkan diruang rawat inap. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum memulangkan atau memindahkan pasien ke ruangan adalah : -



Observasi minimal 30 menit setelah pemberian narkotik atau obat penawarnya (nalokson) secara intravena.



-



Observasi minimal 60 menit setelah pemberian antibiotik, antiemetik atau narkotik secara intramuskular.



-



Observasi minimal 30 menit setelah oksigen dihentikan



-



Observasi 60 menit setelah ekstubasi



-



Tindakan lain akan ditentukan kemudian oelh Dokter Spesialis Anastesi dan Dokter Spesialis bedah. Selama pemulihan terus dilakukan pemantauan atau monitoring, jika ditemukan masalah



keperawatan maka di dokumentasikan di form monitoring pasca anastesi yang sudah disediakan. Selain mendokumentasikan masalah yang muncul dalam proses pemantauan pasca anastesi atau selama pemulihan waktu dimulai dan diakhirinya monitoring, didokumentasikan di form monitoring pasca anastesi. Tanggung jawab dokter anstesi terhadap pasien tidak berakhir pada penghentian anastesi. Walaupun perawatan diserahkan ke staf pemulihan (perawat atau staf yang setara), tanggung jawab tersebut tetap berada dibawah dokter anastesi hingga pasien dikeluarkan dari ruang pemulihan. Apabila jumlah staf pemulihan tidak memadai untuk merawat pasien yang baru masuk, dokter anastesi harus menjalani peran ini. Lamanya waktu yang dihabiskan pasien di ruang pemulihan tergantung pada berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan, tehnik anastesi, dan timbulnya komplikasi. Sebagian unit memiliki kebijakan yang menentukan lama minimal di ruang pemulihan dan kriteria pengeluaran. Pada pasien ambulatory dengan pembiusan umum dapat dipulangkan bila sudah tidak ada keluhan dan pada alderete score/ steward score. Diberi catatan pesanan tentang diet, aktifitas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama dalam masa penyembuhan, dan jadwal kontrol dokter. Dengan menggunakan form yang sudah disediakan. 13. Anastesi Lokal Anastesi lokal adalah obat yang disuntikkan pada jaringan agar mati rasa. Anastesi lokal menghentikan kerja syaraf untuk sementara sehingga pasien tidak merasakan sakit. Bentuk paling PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 83



sederhana dari anastesi lokal adalah dengan menyuntikkan obat anastesi hanya pada bagian dimana operasi akan dilakukan. Dapat juga dilakukan pada seluruh syaraf pada lengan atau kaki (nerve block). Di RSI Aminah Blitar anastesi lokal dilakukan oleh dokter bedah atau DPJP yang akan melakukan tindakan pembedahan atau operasi minor. Penanggung jawab monitoring lokal anastesi adalah dokter operator atau dokter yang melakukan anastesi lokal.



A. SEDASI 1. Definisi Sedasi Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresi dari sistem saraf pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan medis. Secara garis besar ada tingkatan sedasi yaitu: a. Sedasi ringan/ minimal (anxlolysis) adalah kondisi dimana pasien masih dapat merespon dengan normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi dapat terganggu, ventilasi dan fungsi kardiovaskuler tidak terpengaruh. b. Sedasi sedang / moderat ( pasien sadar) adalah suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien memberikan respon terhadap stimulus sentuhan. Tidak diperlukan intervensi untuk mempertahankan patensi jalan nafas dan pernafasan spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskuler tidak terganggu c. Sedasi berat / dalam adalah suatu kondisi depresi tingkat kesadaran di mana pasien memberikan respon terhadap stimulus berulang/nyeri. Pasien sulit dibangunkan. Fungsi pernafasan dapat terganggu / tidak adekuat. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk mempertahankan patensi jalan nafas. Fungsi kardiovaskuler pada umumnya terjaga dengan baik. Pasien tidak dapat mengingat proses yang terjadi (amnesia).



Respons



sedasi ringan / Sedasi



Sedasi berat /



Anastesi



minimal



dalam



umum



sedang/moderat



(anciolysis) (pasien sadar) Respon normal Merespon



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 84



Merespon setelah



Tidak sadar



terhadap



terhadap stimulus



stimulus verbal sentuhan



Jalan nafas



Ventilasi spontan



diberikan



meskipun



stimulus



dengan



berulang /



stimulus



Tidak



Tidak perlu



setimulus nyeri Mungkin perlu



terpengaruh



intervensi



intervensi



Tidak



Adekuat



intervensi Sering tidak adekuat Sering tidak adekuat



Fungsi



Biasanya dapat



adekuat Biasanya dapat



kardiovaskuler



terpengaruh



dipertahankan



dipertahankan dengan baik



2. Tujuan Pemberian Sedasi Tujuan pemberian sedasi antara lain: a. Mengurangi kecemasan dan rasa tidak nyaman b. Meminimalkan rasa nyeri c. Mendukung keberhasilan prosedur tindakan atau diagnostik 3. Faktor Resiko Dan Komplikasi Sedasi Faktor resiko sedasi antara lain adalah: a. Riwayat gagal sedasi b. Mengalami efek samping pada pemberian obat sedasi c. Riwayat sulit intubasi atau ventilasi d. Bentuk jalan nafas tidak normal e. Status ASA 3 dan 4 f. Pengosongan lambung terganggu dan refluk gastro-esphageal yang tinggi g. Neonatus, infant dan prematuritas h. Kehamilan i. Geriatri j. Gangguan fungsi organ vital yang berat (jantung, paru, hati atau ginjal).



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 85



memerlukan



Dapat tidak



terpengaruh Tidak



dengan baik Tabel 1. Perbedaan sedasi dan anastesi umum



nyeri Sering



4. Prosedur Yang Dapat Dilakukan Dengan Sedasi Sedasi sedang atau moderat : prosedur diagnostik yang memerlukan ketenangan pasien. CT-Scan, MRI dan EEG (Elektro Encephalo Graph). Prosedur tindakan pada anak-anak yang tidak kooperatif atau gelisah. Prosedur tindakan pada pasien tua maupun pikun. Sedasi dalam: prosedur yang menimbulkan nyeri, misalnya : tindakan obstetric gynecology ringan, mengangkat jaringan dari bagian tubuh (biopsy), tindakan perawatan luka bakar luas. a. Pra Sedasi 1) Anamnesa Anamnesa bisa diperoleh dari pasien atau keluarga pasien. Anamnesa meliputi riwayat pemberian obat sedasi yang pernah diberikan, riwayat obat-obatan, riwayat penyakit yang diderita pasien sebelumnya, riwayat merokok, riwayat minum alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan. 2) Pemeriksaan fisik -



Pemeriksaan tanda-tanda vital



-



Pengukuran berat badan



-



Pemeriksaan fungsi organ



-



Pemeriksaan jalan nafas



3) Pemeriksaan penunjang Memeriksa/ menganalisa hasil pemeriksaan penunjang dan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan apabila ada hasil yang abnormal, pemeriksaan penunjang meliputi: -



Laboratorium



-



Thorax foto



-



EKG



4) Persiapan puasa Intruksi tentang puasa diberikan kepada pasien sebagai persiapan sebelum tindakan sedasi dan harus dilakukan pengecekan dengan memberikan pertanyaan- pada pasien mencangkup jam berapa pasien terakhir kali makan dan minum. Dan data ini harus didokumentasikan. Pemberian sedasi pada situasi emergensi berpotensi terjadi pnemonia aspirasi, pertimbangkan dalam menentukan tingkat atau kategori sedasi, apakah perlu penundaan prosedur dan apakah perlu proteksi trakea dengan intubasi.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 86



Adapun panduan puasa sebelum pasien menjalani prosedur sedasi menurut AMERICAN SOCIETY OF ANASTHESIOLOGIST adalah sebagai berikut: JENIS MAKANAN Cairan jernih / jernih tanpa ampas Air susu ibu (ASI) Susu formula untuk bayi Susu sapi Makanan padat Tabel 2. Kriteria puasa



PERIODE PUASA MINIMAL 2 jam 4 jam 6 jam 6 jam 6-8 jam



5) Status ASA Status ASA pasien dinilai sebelum dilakukan tindakan sedasi (sedasi moderat dan dalam). Adapun penilaian klasifikasi fisik ASA adalah sebagai berikut: ASA 1 ASA 2



Pasien sehat dan normal Pasien dengan sistem penyakit penyakit ringan dan tidak ada batasan fungsional (contoh: penggunaan tembakau, darah tinggi yang terkontrol,



ASA 3



diabetes yang terkendali) Pasien dengan sistem penyakit berat yang membatasi aktifitas, batasan



ASA 4



fungsional, CHF, CRF, diabetes yang tak terkendali) Pasien dengan sistem penyakit berat dan ancaman bagi hidup (contoh:



metastatik kanker, cardiomiopati) ASA 5 Pasien yang hampir mati, tidak mungkin bertahan dalam 24 jam D Pelaksanaan darurat Tabel 3. Penilaian Klasifikasi ASA 6) Persetujuan tindakan Sebelum memberikan persetujuan sedasi, pasien dan keluarga harus mendapatkan informasi tentang komponen rencana tindakan sedasi yang mencakup: jenis tindakan, tata cara, tujuan, resiko, komplikasi dan alternatif dari tindakan sedasi. -



Jenis tindakan sedasi



-



Durasi/lamanya dari tindakan sedasi



-



Tata cara pelaksanaan sedasi



-



Respon terhadap reaksi sedasi yang bervariasi



-



Tujuan dilakukan sedasi



-



Kemungkinan terjadinya kegagalan pada saat dilakukan tindakan sedasi



-



Kemungkinan timbulnya komplikasi/efek samping dari tindakan sedasi



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 87



-



Alternatif lain apabila pasien tidak bisa/ kegagalan saat dilakukan tindakan sedasi



-



Kemungkinan observasi ketat yang akan dilakukan oleh perawat setelah tindakan sedasi



-



Adanya penilaian/ kriteria apabila pasien pulang.



Lembar inform consent sedasi tersebut harus diisi dengan lengkap dan didokumentasikan pada rekam medis pasien. Dalam asesment pra sedasi ini, dokter spesialis anastesi mengkaji status fisik pasien, mengkaji resiko dan menyusun rencana teknik sedasi yang sesuai dengan kondisi pasien dan jenis prosedur yang akan dijalani. Rencana yang disusun haruslah mempertimbangkan populasi dewasa dan anak, karena ada perbedaan perlakuan dalam pelayanan. Setiap pasien anak dianggap beresiko mengalami penurunan reflex protektif apabila menjalani sedasi. Oleh karena itu pemilihan tehnik sedasi, obat sedasi dan kedalaman sedasi harus tepat sesuai jenis tindakan yang akan dijalani dab kondisi pasien. Setiap pasien anak sangat mudah dipengaruhi suhu udara di sekitar dan hipotermia dapat menyebabkan depresi sirkulasi dan depresi pernafasan. Oleh karena itu bungkus dan selimuti pasien anak tersebut dengan baik. Setiap pasien anak sangat sensitif bila terjadi dehidrasi. Sebagian besar pasien anak tidak kooperatif dalam menjalani prosedur medis sehingga perlu melibatkan orang tua pada saat anamnesa. b. Persiapan Alat Dan Obat Standart minimal fasilitas yang harus ada adalah: 1. Airway Management Kit Tersedianya alat untuk penanganan kegawatan nafas, antara lain: a. Amboebag sesuai ukuran b. Jackson reese c. Ventilasi Breathing Mask (BVM) d. Oro pharingeal Airway (OPA) / guedel sesuai ukuran e. Naso Pharingeal Airway (NPA) f. Laringeal Mask Airway (LMA) sesuai ukuran g. Laringoskop h. Endo Trakheal Tube (ETT) dan introduser / stylet sesuai ukuran i. Masker Oksigen (NRBM) 2. Gas Oksigen PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 88



Di dalam ruang pelayanan sedasi harus tersedia suplai gas oksigen, dalam hal ini bisa berupa gas oksigen dalam tabung atau gas central lengkap dengan konektor hunidifer. 3. Defibrilator (berada di area rumah sakit) 4. Bedside monitor Bedside Monitor yang harus mencakup alat pemantauan saturasi oksigen (oksimetri), alat pengukur nadi, alat pengukur tekanan darah (tensimeter), alat rekam jantung ( ECG minimal 2 lead), alat pengukur suhu tubuh 5. Mesin suction Mesin suction yang sudah siap dengan perlengkapannya antara lain: tabung, slang suction dan catheter suction (sesuai ukuran) 6. Obat emergency Obat-obatan emergency yang harus tersedia di ruang pelayanan sedasi, antara lain: a. Sulfas Atropin (SA) b. Ephineprine c. Epedrine d. Lidokain e. Dexamethasone f. Aminophilyne 7. IV kanul dan infus set 8. Cairan infus 9. Lembar rekam medis Lembar rekam medis yang diperlukan adalah: a. Form laporan sedasi b. Form informed consent c. Pemberian Sedasi atau Intra Sedasi 1.



Pemberian obat-obatan sedasi yang dilakukan harus sesuai dengan prinsip 7 benar,



meliputi: benar obat, benar dosis, benar waktu, benar waktu pemberian obat dan aturan pakai, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar dokumentasi. Adapun pedoman macam obatobatan sedasi dan dosisnya: a. Intravena PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 89



OBAT



DOSIS



EFEK SAMPING



midazolam



0,5-0.2 mg/kgBB



Apnue mungkin terjadi Amnesia



diazepam Fentanyl



0,1-0,5 mg/kgBB



Gangguan perilaku dapat terjadi Diazemuls=lipid formulasi



0,5 mcg/kgBB



Waktu paruh panjang, beresiko pemulihan tertunda Termasuk opioid Jika injeksi terlalu cepat, menimbulkan batuk



Propofol



0,5-1 mg/kgBB



Durasi kerja singkat Onset cepat Durasi kerja cepat



Ketamin



0,5-1 mg/kgBB



Apneu mungkin terjadi Efek halusinasi Mual-muntah



b. Obat inhalasi OBAT Isoflurane



DOSIS 2 vol%



EFEK SAMPING Pemulihan cepat dibanding halotane Analgesia kurang



Sevoflurane



2 vol%



Membutuhkan mesin anastesi Onset cepat Membutuhkan mesin anastesi



2. Selama pemberian sedasi harus dilakukan monitoring secara kontinue. Hal-hal yang harus dimonitor: a. Kedalaman sedasi Dengan mengamati atau mengajak komunikasi verbal dengan pasien b. Pernafasan 1. Mengamati gerak dada/ diafragma 2. Menghitung respiratory rate setidaknya setiap 5 menit 3. Saturasi oksigen perifer dengan oksimetri 4. Suara dan hembusan nafas c. Sirkulasi 1) Inspeksi warna kulit terhadap perfusi jaringan (merah/pucat) PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 90



2) Menghitung denyut nadi setidaknya 5 menit, jika da oksimetri pemantauan kontinue 3) Memeriksa tekanan darah, setidaknya setiap 5 menit, atau lebih sering jika ada indikasi hemodinamik tidak stabil. 4) ECG monitor untuk psien khusus sesuai indikasi. 3. Pemberian obat reversal Obat reversal adalah obat pembalikan dari obat sedasi yang telah diberikan. Tersedia nalokson jika pasien diberikan obat opioid dan benzodiazepine. Pemberian melalui intravena, pada pasien dewasa dosis pemberian nalokson 0,4 mg. Pengulangan diijinkan setiap 2-3 menit sampai titik maksimum 10mg. Pada pasien anak-anak dosis 0.05-0.1 mg/kgBB. d. Pasca Sedasi Setelah prosedur selesai, monitoring terus dilakukan pasca sedasi setidaknya 30 menit atau hingga tercapai kriteria pemulihan. Kriteria pemulihan pasca sedasi menggunakan alderette skor untuk pasien dewasa dan steward skor untuk pasien anak-anak. 1. Kriteria pemulihan a. Alderette score (Dewasa) Penilaian: 1. Sirkulasi a. Tekanan darah +/- 20mmHg dari normal b Tekanan darah +/- 20-50mmHg dari normal . c. Tekanan darah +/- >50% dari normal 2. Kesadaran



:2 :1 :0



a. Sadar penuh b Respon terhadap panggilan



:2 :1



. c. Tidak ada respon



:0



3. Oksigenasi a. SpO2 >92% (dengan udara bebas) b SpO2 >90% (dengan supplemen O2)



:2 :1



. c. SpO2 8, pasien dapat dipindahkan ke ruangan. b. Steward Score (anak-anak) Penilaian: 1. Pergerakan a. Gerak bertujuan:



2



b. Gerak tak bertujuan:



1



c. Tidak bergerak:



0



2. Pernafasan a. Batuk, menangis :



2



b. Pertahankan jalan nafas :



1



c. Perlu bantuan :



0



3. Kesadaran a. Menangis:



2



b. Bereaksi terhadap rangsangan: 1 c. Perlu bantuan:



0



Jika jumlah >5, pasien dapat di pindahkan ke ruangan. 2. Kriteria pemindahan pasien pasca anastesi dan sedasi a. Pasien harus sadar dan memiliki orientasi yang baik. Bayi dan pasien dengan gangguan status mental harus kembali ke status semula/awal (sebelum menjalani anastesi/analgesik). Dokter dan keluarga harus menyadari bahwa pasien anak-anak memiliki resiko obstruksi jalan nafas harus duduk dengan kepala menunduk ke depan. b. Tanda-tanda vital harus stabil PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 92



c. Penggunaan sistem scoring dapat membantu pencatatn untuk kriteria pemulangan d. Telah melewati waktu yang cukup berdasarkan monitoring scoring dan lama evaluasi untuk memastikan bahwa pasien tidak masuk ke fase sedasi kembali setelah efek obat antagonis menghilang. e. Pasien dipindahkan (atau pemonitoran pemuliahn dihentikan) oleh dokter anastesi. f. Pasien dipindahkan ( atau pemonitoran pemulihan di hentikan) oleh penata/perawat anastesi sesuai ktiteria yang ditetapkan rumah sakit, dan rekam medis pasien membuktikan bahwa criteria yang dipakai dipenuhi. g. Pasien dipindahkan ke unit yang mampun memberikan asuhan pasca anastesi atau pasca sedasi pasien tertentu, seperti ICCU atau ICU. B. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup di RSI Aminah Blitar memerlukan anestesi dan sedasi selain unit bedah sentral. a. Instalasi Gawat Darurat (IGD) Tahap obat yang digunakan di IGD yang boleh dilakukan oleh dokter umum/dokter jaga meliputi: 1) Tahap 1: analgesik non-opiat, yaitu AINS (anti inflamasi non steroid) Yaitu: a) Parasetamol b) Asam asetil salisilat: asetosal salisinamid, aspirin, metal salisilat 2) Tahap 2: analgesik AINS + ajuvan (anti depresan) a) Ibuprofen, natrium diklofenak, kalium diklofenak, piroxicam, meloxicam, celecoxib. b) Derivate-antranilat : asam mefenamat c) Derivate-pirazolinon: propifenazon, metamizol b. Poli Gigi Tahap obat yang digunakan oleh dokter gigi, meliputi: 1) Tahap 1: analgesik non-opiat, yaitu AINS (anti inflamasi non steroid) a) Parasetamol b) Asam asetil salisilat: asetosal salisinamid, aspirin, metal salisilat 2) Tahap 2: analgesik AINS + ajuvan (anti depresan) a) Ibuprofen, natrium diklofenak, kalium diklofenak, piroxicam, meloxicam, celecoxib. PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 93



b) Derivate-antranilat : asam mefenamat c) Derivate-pirazolinon: propifenazon, metamizol c. Ruang Ginekologi Tahap obat yang digunakan oleh dokter obgyn, meliputi: 1) Tahap 1: analgesik non-opiat, yaitu AINS (anti inflamasi non steroid) 2) Tahap 2: analgesik AINS + ajuvan (anti depresan) 3) Tahap 3: anelgesik opiate lemah + AINS + ajuvan d. Intensive Care Unit (ICU) Tahap obat yang digunakan oleh dokter spesialis anestesi, meliputi: 1) Tahap 1: analgesik non-opiat, yaitu AINS (anti inflamasi non steroid) 2) Tahap 2: analgesik AINS + ajuvan (anti depresan) 3) Tahap 3: anelgesik opiate lemah + AINS + ajuvan a) Benzodiasepin b) Kodein c) Tramadol 4) Tahap 4: analgesik opiate kuat + AINS + ajuvan a) Fentanyl b) Morphin c) Metadon



C. PELAYANAN BEDAH a. Pelayanan Administrasi Pelayanan administrasi di Instalasi Bedah Sentral melayani 24 jam. Instalasi Bedah Sentral melayani semua operasi elektif (terjadwal), cito dan emergency. Administrasi Instalasi Bedah Sentral melayani semua pendaftaran pasien operasi dari IGD, Ruang Rawat Inap, pendokumentasian rekam medic pasien. b. Pembagian Pelayanan Bedah Pelayanan Bedah adalah pelayanan yang diberikan pada pasien dengan tindakan pembedahan mulai dari pra bedah, durante/intra bedah dan paska bedah. Proses asesmen dikerjakan sesegera mungkin bagi pasien darurat, asuhan untuk pasien bedah dicatat direkam medis. Untuk pasien PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 94



yang langsung dilayani dokter bedah, asesmen prabedah menggunakan asesmen awal rawat inap, pada pasien yang diputuskan dilakukan pembedahan dalam proses perawatan, asesmen dilakukan dan dicatat dalam rekam medis, sedangkan pasien yang dikonsultasikan ditengah perawatan oleh dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP) lain dan diputuskan operasi, maka asesmen pra bedah juga dicatat di rekam medis (dengan isi berbasis IAR) sesuai regulasi RS, termasuk diagnosis pra operasi dan pasca operasi dan nama tindakan operasi.



1.



Pra Bedah/Operasi Pra Bedah adalah perawatan sebelum pembedahan di kamar operasi dimulai saat pasien di serah terimakan kepada perawat kamar operasi dan berakhir saat pasien di pindahkan ke meja operasi, yang selanjunya didokumentasikan dalam asuhan bedah oleh perawat kamar operasi. Asesmen pra bedah meliputi: a. Menerima pasien Dalam menerima pasien ada beberapa hal yang harus dilakukan : a) Memeriksa kembali persiapan pasien yang mencangkup:  Identifikasi pasien sesuai dengan gelang pasien  Kelengkapan status atau rekam medik  Surat persetujuan tindakan operasi, anastesi dari pasien atau keluarga  Penandaan lokasi operasi  Pemeriksaan laboratorium, rongent, EKG dll (pemeriksaan penunjang)  Memeriksa gigi palsu, kontak lens, perhiasan, cat kuku, peniti, penjepit rambut, lipstik dll.  Mengganti baju pasien dengan memberi ekstra selimut  Menilai keadaan umum pasien/tanda-tanda vital  Pastikan bahwa pasien dalam keadaan puasa  Anjurkan pasien untuk mengkosongkan kandung kemih (jika pasien tidak menggunakan DC) b) Memberikan pre medikasi



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 95



 Mengecek nama pasien sebelum memberikan obat jangka waktu antara pemberian premedikasi (anastesi) tidak boleh lebih dari dari 10 menit  Memberikan obat premedikasi sesuai program anastesi dan mencatat nama obat, dosis obat, cara dan waktu pemberian, tanda tangan dan nama jelas perawat yang memberikan c) Mendorong pasien ke ruang tindakan d) Memindahkan pasien ke meja operasi Pendokumentasian diagnosa pre operasi dan rencana tindakan dalam rekam medis dilakukan oleh perawat kamar operasi. Dalam pendokumentasian tersebut tidak berupa nama dari prosedur bedah saja.



2. Intra Operasi/Durante Bedah Intra/durante bedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak pasien berada diatas meja operasi sampai pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar. Dimana implementasi rencana asuhan bedah sesuai informasi pasien dan dilakukan oleh perawat kamar operasi. Hal-hal yang harus dilakukan: a. Melaksanakan orientasi  Member penjelasan mengenai tenaga, situasi dan peralatan yang ada di kamar operasi  Memberikan dukungan mental b. Melaksanakan sign in Prosedur sign in dilakukan sebelum pembiusan dilakukan. proses ini harus dihadiri oleh perawat instrument, anastesi dan operator. Adapun hal yang dikonfirmasi adalah :  Apakah pasien telah dikonfirmasi nama, lapangan operasi, prosedur dan inform consent  Apakah lapangan operasi sudah diberi tanda  Apakah mesin anastesi dan premedikasi telah diperiksa  Apakah pulse oksimetri yang terpasang pada pasien telah berfungsi dengan baik  Apakah pasien mempunyai riwayat alergi/infeksi/HIV/Hepatitis/TB  Kesulitan menjaga jalan napas atau resiko aspirasi PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 96



 Resiko kehilangan darah > 500 ml (7ml/kg pada anak) c. Melakukan fiksasi Memasang sabuk pengaman agar pasien tidak jatuh dari meja operasi dan tidak mengganggu jalannya operasi. d. Memasang alat-alat e. Membantu pelaksanaan pembiusan Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi dan perawat anastesi f. Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan pembedahan Posisi Pasien Supine Thyroiditas



Jenis Tindakan Pembedahan Operasi otak, jantung, abdomen, ekstermitas Operasi daerah leher (tiroidektomi, esophagus,



Cholitiasis Trandelenburg Fouler



laring, trakeostomi) Operasi liver, bladder Operasi uterus, ovarium, rectum Memberikan enasresi pada pasien yang full



Litotomy Prone



stomach Operasi obgyn, hemoroid Operasi daerah belakang kepala, punggung,



Lateral



belakang lutut, ginjal, adrenal glend Operasi paru-paru esophagus, daerah bahu, sebelah dada, pinggang, femur, hip joint atau



Nepholithotomy Jack knife



panggul Operasi ginjal, adrenal glands Operasi rectum, anus, daerah sakum



g. Menyampaikan bahan/alat untuk antisepsis area pembedahan Antisepsis lapangan operasi dapat dilakukan oleh ahli bedah atau asistennya, dapat dilakukan pula oleh perawat instrument. Prinsip anti sepsis area pembedahan:  Bahan yang digunakan dapat mengurangi mikroorganisme dengan cepat, aman terhadap kulit, tanpa menimbulkan iritasi, mampu menghilangkan atau menghapus sisa dari alkohol, sabun detergen, ataupun lemak  ccdxPencucian daerah pembedahan di mulai dari tengah menuju ke perifer dengan cara memutar PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 97



 Kain kasa yang sudah dipakai sampai perifer harus dibuang h. Memasang duk steril atau drapping Drapping adalah suatu prosedur menutup pasien yang sudah berada di atas meja operasi dengan menggunakan alat tenun steril, dengan tujuan batas tegas area steril pada area pembedahan setelah permukaan kulit di desinfeksi. Prinsip drapping:  Harus melaksanakan dengan teliti dan hati-hati  Alat tenun yang sudah terpasang tidak boleh dindah-pindah sampai operasi berakhir dan harus dijaga sterilanya  Pakailah duk klem pada setiap sudut sayatan agar alat tenun tidak bergeser  Tim bedah yang sudah memakai baju steril harus selalu menghadap alat tenun yang sudah steril  Bila alat tenun steril terkontaminasi harus diganti  Sekitar lantai tidak boleh ada genangan air  Hindari mengibas duk steril terlalu tinggi sehingga dapat menyentuh lampu operasi atau alat lain  Lindungi sarung tangan dengan cara meletakkan tangan dibawah lipatan pada saat drapping, hindari menyentuh kulit pasien.  Jika ragu-ragu terhadap sterilitas alat tenun maka harus dinyatakan sudah terkontaminasi



i. Melaksanakan time out Prosedur time out dilaksanakan setelah pasien didrapping dan sebelum dilakukan insisi, adapun hal yang dikonfirmasi adalah:  Konfirmasi bahwa semua tim operasi telah memperkenalkan diri dan tugas masingmasing  Konfirmasi nama pasien, prosedur dan dimana insisi akan dilakukan  Apakah antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit terakhir (tulis jam pemberian, jenis obat, dosis obat yang diberikan) PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 98



 Untuk operator, adakah antisipasi langkah kritis: keadaan kritis/langkah yang tidak rutin dan antisipasi kehilangan darah  Untuk anastesi, adakah kondisi khusus pada pasien  Untuk instrument, apakah semua peralatan sudah steril sesuai indikatr, adakah masalah pada peralatan  Adakah foto-foto pasien yang penting telah ditampilkan  Berapa jumlah kassa yang disiapkan j. Membantu pelaksanaan tindakan pembedahan  Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis pembedahan dan bekerjasama dengan petugas anastesi  Bekerjasama dengan seluruh tim untuk memastikan segala kebutuhan untuk prosedur operasi tersedia dikamar operasi dan kesterilan tetap terjaga  Meyakinkan dokter bedah dapat melakukan tugasnya dengan baik  Membantu dan mampu mengidentifikasi setiap instrument yang digunakan dikamar bedah agar dapat memberikan instrument yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan dokter bedah selama prosedur  Harus memahami fungsi setiap instrument untuk membantu agar prosedur berjalan lancar dan tepat waktu  Membantu mengukur dan mencatat kehilangan darah dan cairan k. Melaksanakan sign out Perawat secara lisan menyampaikan:  Nama dari prosedur  Apakah instrumen, alat habis pakai (kasa) dan jarum telah dihitung dan sesuai  Menghitung jumlah kasa yang terpakai.  Labeling dari spesimen (baca label spesimen dengan keras termasuk nama pasien)  Adakah masalah terhadap peralatan yang dipakai  Terhadap ahli bedah, anastesi dan perawat adakah hal yang penting untuk pulih, sadar dan perawatan pasien telah diperhatikan l. Menutup luka



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 99



Setelah selesai pembedahan luka ditutup dengan kasa steril atau opsite kemudian sekitar luka dibersihkan dari bekas-bekas bekuan darah dengan NaCl 0,9% kemudian di plester. m. Laporan yang tercatat tentang operasi memuat: a. Diagnosis pasca operasi b. Nama dokter bedah dan asistenya c. Prosedur operasi yang dilakukan dan rincian temuan d. Ada dan tidak adanya komplikasi e. Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa f. Jumlah darah yang hilang dan jumlah yang masuk lewat transfusi g. Nomor pendaftaran dari alat yang dipasang (implant) h. Tanggal, waktu, tanda tangan dokter yang bertanggung jawab 3. Paska Bedah/Operasi Perawatan paska bedah dimulai sejak pasien di pindahkan ke ruang pulih sadar sampai diserah terimakan kepada perawat di ruang rawat inap. a. Tujuan 



Mengawasi kondisi selama pemulihan







Mencegah dan mengatasi timbulnya komplikasi akibat tindakan pembedahan atau pembiusan







Segera mengatasi komplikasi



b. Langkah-langkah di ruang pulih sadar meliputi: 



Mempertahankan jalan napas dengan ekstensi kepala







Mengawasi tingkat kesadaran pasien berdasarkan scoring Alderet, Bromage, dan Steward paska Anastesi







Memberi oksigen bila perlu







Mengukur tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan sampai keadaan stabil







Meneliti, menghitung, dan mencatat obat-obatan serta cairan yang diberikan kepada pasien



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 100







Mengukur dan mencatat produksi urin tiap jam







Mengukur cairan yang masuk dan keluar







Mengawasi warna dan kelembapan kulit



c. Hal-hal yang harus dikerjakan masing-masing tim kesehatan saat paska operasi: Rencana asuhan pasca operasi juga memuat kebutuhan pasien yang segera. Rencana asuhan dicatat di rekam medis pasien dalam waktu 24 jam dan di verifikasiu DPJP sebagai pimpinan tim klinis untuk memastikan kontiuntas asuhan selama waktu pemulihan dan masa rehabilitasi. Rencana asuhan pasca operasi yang meliputi : 1. Rencana asuhan pasca bedah oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) 2. Rencana asuhan oleh perawat 3. Rencana asuhan oleh PPA lainya sesuai kebutuhan 



Operator mengisi laporan operasi di lembar operasi yang telah tersedia meliputi : 1. Dokter operator menulis laporan operasi pada lembar laporan operasi RM 36.1 (K) 2. Mengisi lapora sesuai juknis lapora operasi 3. Menjelaskan tehnik operasi secara kronologis sesuai isi laporan yang memuat diantaranya : a) Diagnose pasca operasi b) Nama dokter bedah dan asisten c) Nama prosedur d) Specimen bedah untuk pemeriksaan catatan spesifik komplikasi atau tidak adanya komplikasi selama operasi e) Jumlah kehilangan darah dan tanggal,waktu dan tanda tangan dokter yg bertanggung jawab 4. Tulis alat dan bahan pembedahan 5. Berikan tanda tangan dan nama terang







Operator/DPJP mengisi instruksi paska operasi di lembar tindakan pelayanan terintegrasi



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 101







Untuk monitor kondisi pasien selama 24 jam paska operasi tim kesehatan yang terkait mendokumentasikan di lembar catatan perkembangan masing-masing dan lembar tindakan pelayanan terintegrasi







Keperawatan melaksanakan tindakan sesuai SOP keperawatan paska operasi







Apabila paska operasi pasien membutuhkan kolaborasi PPA lainnya yang belum terkait



maka



operator/DPJP



mengisi



lembar



konsultasi,



selanjutnya



jika



direncanakan rawat bersama tim kesehatan tersebut mendokumentasikan di lembar catatan perkembangan masing-masing dan lembar tindakan pelayanan terintegrasi



d. Pembersihan kamar operasi Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait pembersihan lingkungan operasi: 1. Pembuangan sisi bekas operasi Ketika menangani sisa-sisa bekas operasi, petugas yang bertugas mengumpulkan termasuk petugas kebersihan harus memakai alat perlindungan diri untuk mencegah pajanan. Setelah sisa-sisa tersebut terkumpul, harus ditranspot ke area penyimpanan yang sesuai. Selama transport harus di perhatikan bahwa benda terkontaminasi tidak kontak dengan alat steril. Untuk mencegah penyebaran infeksi, kereta pembawanya harus dibersihkan dan di desinfeksi sesuai jadwal. Adapun sisa-sisa bekas operasi meliputi: 



Limbah benda jarum (jarum suntik, ampul, pipet, pisau, jarum beserta spuit, scaple)



dimasukkan



dalam



wadah



safety



box



tanpa



memperhatikan



terkontaminasi atau tidak. Penggantian safety box dilakukan jika sudah terisi 3/4 bagian atau maksimal 3 hari. 



Limbah infeksius (kasa penutup luka, pempers, bahan habis, pakai yang terkontaminasi cairan tubuh pasien) dimasukkan ke dalam sampah medis atau kantong plastik warna kuning, pastikan tidak ada sampah yang tercecer di lantai.



2. Transportasi laundry (linen) terkontaminasi 



Sebelum membersihkan ruangan, linen kotor harus diangkat terlebih dahulu



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 102







Tekstil, linen dan kain terkontaminasi harus dipindahkan dengan kontak seminimal mungkin dengan udara, permukaan personel dalam ruangan.







Sebelum memindahkan laundry dari permukaan, harus dipastikan benda tajam dan barang non laundry lainnya telah dipisahkan untuk memastikan keamanan transportasi dan trauma benda tajam







Linen terkontaminasi ditempatkan di container berwana merah atau yang bertanda biohazard







Linen yang basah harus ditempatkan di kantong-kantong yang anti bocor







Dalam tranportsi, personel tidak boleh memegang kantong berisi laundry terkontaminasi dengan tubuhnya atau meremas kantongnya untuk mencegah tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang tanpa sengaja tertinggal



3. Membersihkan ruang operasi 



Kamar operasi minimal harus dibersihkan setiap 24 jam bila tidak ada kegiatan atau ruangan tidak dipakai.







Bila area terkontaminasi, maka kontaminasi harus dibersihkan/ diangkat terlebih dahulu baru area dibersihkan dengan desinfektan.







Bila terkontaminasi basah, luas, dan infeksius, maka harus diletakkan kain yang harus diletakkan kain yang bisa menyerap cairan dan desinfektan di tuang ke atas kain tersebut sampai semua basah terendam. Dapat juga digunakan bubuk penyerap yang memadatkan cairan







Bahan desinfektan terhadap darah dan cairan tubuh yang direkomendasikan adalah yang efektif terhadap virus hepatitis B dan HIV, tuberkolosis, dan yang cocok untuk segala macam jenis permukaan misalnya berpori maupun non pori.







Debu harus ditangani dengan menggunakan kain kusus debu atau alat pel yang mencegah terbangnya debu. Untuk area yang lebih tinggi dari bahu, petugas kebersihan harus menggunakan alat yang khusus di disain untuk permukaan tinggi (vacuum cleaner). Alat pembersih debu tidak boleh digoyang-goyang karena spora jamur beterbangan di udara.



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 103







Untuk menghindari terpleset atau tersandung, ada beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: 1) Area yang licin harus ditutup untuk sementara untuk semua karyawan, kecuali petugas kebersihan 2) Tutup kain dan tempatkan tanda dilarang masuk 3) Mulai dari area yang paling bersih ke daerah yang paling kotor 4) Gunakan wax atau alas bergerigi untuk menciptakan permukaan anti slip 5) Pindah penghalang atau tanda-tanda dilarang masuk hanya setelah lantai kering sempurna 6) Tim harus menggunakan alas kaki anti slip 7) Pastikan kabel-kabel tidak melintang di tengah jalan. Kabel harus dibendel sebaiknya dilangit-langit jika memungkinkan 8) Alat-alat dan monitor harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga akses jalan tidak terhalang dan lantai dapat terlihat 9) Pencahayaan harus diatur dengan baik agar dapat melihat dengan jelas di dalam ruang operasi.



e. Dekontaminasi dan sterilisasi 1. Dekontaminasi Dekontaminasi adalah semua tindakan untuk membunuh mikroorganisme tidak termasuk sporanya. a. Prinsip pokok dalam proses desinfeksi adalah 



Harus memilih desinfektan yang tepat







Tidak boleh tercampur protein, darah maupun pus







Instrument tidak boleh direndam melebihi batas tertera pada petunjuk pemakaian desinfektan







Caiaran pelarut desinfektan yang dipakai harus aquabides atau air matang atau alcohol 70%







Cairan desinfektan harus selalu diganti dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk pemakaian



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 104







Cairan desinfektan harus bervariasi untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap cairan desinfektan







Saat merendam alat semua bagian harus terendam desinfektan







Penyimpanan harus baik, aman dan benar untuk mempertahankan efektifitas bahan desinfektan



b. Proses pencucian alat 



Rendamlah instrument habis pakai operasi kedalam larutan enzymatik dengan waktu 10 menit







Cuci dan sikat instrument







Kemudian rendam lagi instrument habis pakai operasi kedalam larutan desinfektan dengan waktu 10 menit







Bilaslah instrument dengan air mengalir







Keringkan instrument dengan kain kering







Hitunglah instrument dan rapikan dalam bak instrument







Bungkuslah instrument dengan linen sebanyak 3 lapis







Proses selanjutnya adalah sterilisasi



2. Sterilisasi Sterilisasi adalah suatu proses atau teknik penghancuran mikroorganisme termasuk fungi, spora dan virus dengan tujuan membunuh mikroorganisme dan mencegah timbulnya infeksi akibat pemakaian instrument pembedahan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat sterilisasi: a. Penggunaan sterilisator 



Cara menyusun alat di sterilisator harus ada sela ruang untuk lewatnya hawa panas, posisi alat tenun yang paling tepat adalah dalam posisi tegak atau miring







Alat harus diberikan tanda : indikator steril dan stiker steril meliputi jenis alat, nama petugas, tanggal penyeterilan, tanggal expired dan unit.







Jika alat yang sudah steril tetapi pembungkus dalam kondisi lembab, perlu di steril ulang



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 105







Pada saat akan memakai alat yang sudah steril harus diperhatikan sekali lagi adanya perubahan warna indikator steril



b. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi Dengan menggunakan autoclave kering: -



Suhu 170˚ celcius, lama 1 jam



-



Suhu 160˚ celcius, lama 2 jam



-



Suhu 150˚ celcius, lama 2,5 jam



c. Sarana penunjang atau pengamanan terhadap alat yang sudah di steril: 







Dilandasi dengan mamakai indikator steril -



Tanggal mensterilkan alat



-



Kadaluarsa



Adanya ruang penyimpanan alat steril yang: -



Bersih



-



Tidak lembab



-



Bebas debu atau serangga



-



Dilemari khusus



d. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan sterilisasi adalah: 



Periksa ada tidaknya perubahan warna indikator steril







Periksa tingkat kekeringan pembungkus







Periksa keutuhan pembungkus alat -



Pembungkus dari kertas



-



Pembungkus dari alat tenun



-



Pembungkus dari plastik







Ada tidaknya kontaminasi dari luar







Batas tanggal kadaluarsa



c. Jenis pembedahan yang dilakukan Tipe Pembedahan : 1. Menurut fungsinya ( tujuannya), Potter & Perry 92005) membagi menjadi: 1.1 Diagnostik



: biopsy,laparatomi eksplorasi



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 106



1.2 Kuratif ( ablatif)



: tumor, appendiktomi



1.3 Reparatif



: memeperbaiki luka multiple



1.4 Rekonstruktif



: mamoplasti, perbaikan wajah



1.5 Paliatif



: menghilangkan nyeri



1.6 Transplantasi



: penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur



tubuh yang malfungsi ( cangkok ginjal, kornea) 2. Menurut tingkat urgensinya : 2.1



Kedaruratan Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang di akibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa ( kematian atau kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.



2.2



Urgen Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24-30 jam.



2.3



Diperlukan Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan.



2.4



Elektif Klien harus dioperasi ketika diperlukan , tidak terlalu membahayakan jika tidak dilakukan. 2.5 Pilihan Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien ( pilihan pribadi klien ) 3. Menurut Luas atau Tingkat Resiko :



3.1 Mayor Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien. 3.2 Minor Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Aminah Blitar Nomor :135.2/KEP/III.6.AU/A/2018 tentang daftar tindakan medis yang bisa dilakukan di Rumah Sakit Islam Aminah Blitar. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 107



i. Bedah umum: 



Eksisi kista jinak kulit kepala







Eksisi tumor jinak dengan anastesi local







Ekstirpasi/eksisi tumor jinak jaringan lunak ukuran < 2 cm







Ekstirpasi kista dermoid







Insisi abses dengan anastesi local







Eksplorasi vaskuler(trauma/non trauma)







Apendiktomi







Hemoroidektomi







Herniotomy







Jejunostomy/ileostomy







Laparatomi dengan penyulit minor







Laparatomi tanpa penyulit







Potong kolostomi







Epispadia







Hipospadia Subkoronal







Orkhidektomi







Orkhidopeksi(Torsio Testis)







Orkhidopeksi(UDT)







Pasang Kateter







Prostatektomi Terbuka







Sirkumsisi







Eksisi fibroadenomaLokal Anastesi Single Satu Sisi







Eksisi fibroadenoma Multiple Narkose







Insisi Absces Mastitis Lokal







Operasi Tumor Kulit



j. Bedah orthopedi dan traumatologi :  Achillotenotomy PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 108



 Amputation and disarticulation of finger-general anaesthesia  Amputation ant disarticulation of finger-local anaesthesia  Amputation ant disarticulation of thumb-general anaesthesia  Amputation ant disarticulation of thumb-local anaesthesia  Amputation of ankle through malleoli of tibia and fibula  Amputation of toe – general anaesthesia  Amputation through foot  Amputation through forearm  Application of external fixator device  Application of Close reduction of dislocation  External fixator device,monoplanar system  Close reduction of dislocation-general anaesthesia  Close reduction of dislocation of ankle  Close reduction of dislocation of elbow  Close reduction of dislocation of foot and toe-general anaesthesia  Close reduction of dislocation of foot and toe-local anaesthesia  Close reduction of dislocation of hand and finger – general anaesthesia  Close reduction of dislocation of hand and finger – local anaesthesia  Close reduction of dislocation of hip  Close reduction of dislocation of knee  Close reduction of dislocation of other specified sites-general anaesthesia  Close reduction of dislocation of shoulder  Close reduction of dislocation of wrist  Close reduction of fracture with internal fixation-intraarticular major bone  Close reduction of fracture with internal fixation – phalang of foot  Close reduction of fracture with internal fixation- phalang of hand  Exploration Open reduction of dislocation of tendon sheath  Exploration of tendon sheath of hand  Fasciotomy PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 109



 Injection of therapeutic subatance into joint or ligament  Open reduction of dislocation of elbow – fresh dislocation  Open reduction of dislocation of hand and finger -fresh dislocation  Open reduction of dislocation of hip- neglected dislocation  Open reduction of dislocation of knee-fresh dislocation  Open reduction of dislocation of shoulder – fresh dislocation  Open reduction of dislocationof ubspecified site-fresh dislocation  Open reduction of fracture with internal fixation -radius and ulna-simple fracture  Open reduction of fracture with internal fixation-carpals and metacarpals-plate & screws hand NOS- Plate & Screws  Open reduction of fracture with internal fixation-carpals and metacarpals- simple implants(K-wire) Hand NOS—implant sederhana(K-wire)  Open reduction of fracture with internal fixation-femur-comminutive or segmental  Open reduction of fracture with internal fixation-femur simple fracture  Open reduction of fracture with internal fixation-humerus-simple fracture  Open reduction of fracture with internal fixation-humerus-communutive or segmental  Open



reduction



of



fracture



with



internal



fixation-other



specifiet



bone(intraarticular major bone)  Open reduction of fracture with internal fixation-phalanges of foot -plate &screws  Open reduction of fracture with internal fixation-phalanges of hand -plate & screws  Open reduction of fracture with internal fixation phalanges of hand-simple implants  Open reduction of fracture with internal fixation-tarsals and metatarsals-plate & screws  Open reduction of fracture with internal fixation-tarsals and metatarsals-simple implants PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 110



 Open reduction of fracture with internal fixation-tibia and fibula-simple fracture  Open reduction of fracture with internal fixation-tibia and fibula -communutive or segmental  Open reduction of fracture without internal fixation  Open reduction of separated epiphysis  Other amputation below knee  Removal of implanted devicesfrom bone-carpals and metacarpals -plate&screw  Removal of implanted devicesfrom bone-carpals and metacarpals-siple (K-wire)  Removal of implanted devicesfrom bone-external fixator device (invasive)  Removal of implanted devicesfrom bone-femur  Removal of implanted devicesfrom bone-humerus  Removal of implanted devicesfrom bone-radius and ulna  Removal of implanted devicesfrom bone-scapula,clavicle and thorax(ribs and sternum)  Removal of implanted devicesfrom bone-unspecified site (phalanges(of foot) (of hand))-palte & screw  Removal of implanted devicesfrom bone- unspecified site (phalanges(of foot) (of hand))-simple implants(K-wire)  Removal of implanted devicesfrom bone- patella  Removal of implanted devicesfrom



bone-tarsals andmetatarsals-simple



implants(K-wire)  Removal of implanted devicesfrom bone-tibia and fibula  Removal of implanted devicesfrom bone- tarsalis and metatarsals-plate&screw  Removal of pedicle screw(s) used in spinal fusion  Repair of mallet finger  Sequestrectomy k. Kebidanan & penyakit kandungan: 



Cauter serviks



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 111







Eksplorasi vagina







Extirpasi + kuret polip endoserviks







Extirpasi geboren mioma







Extirpasi geboran mioma + kuiretasi







Histerektomi pada mola/chorio ca







Kistektomi







Kuret abortus incompletes







Laparatomi dengan penyulit mayor







Laparatomi dengan penyulit minor







Laparatomi tanpa penyulit







LEEP







Micro kuretase DUB







Mikrokuret







Miomectomy







Overectomi







Salfingektomi unilateral







Salvingooverektomi unilateral







Seksio sesaria







Seksio sesaria dengan penyulit







Sirklase serviks







Supra vaginal hysterectomy







TAH + BSO dengan penyulit







TAH + BSO dengan penyulit pemasangan tampon abdomen







Total abdominal hysterectomy + bilateral salfingektomi







Tubektomi klinik



l. Mata :  IOL  PACHO PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 112



 Peteregium d. Pemasangan implant 1. Definisi Sebuah implant adalah suatu peralatan medis yang dibuat untuk menggantikan struktur dan fungsi suatu bagian biologis, Permukaan implant yang kontak dengan tubuh bisa terbuat dari bahan biomedis seperti titanium, silicon atau apatit atau bahan lain tergantung pada fungsinya. Pada bidang orthopedic, implant adalah perangkat yang ditempatkan sbagai pengganti tulang untuk menyangga fraktur. Implant dapat ditempatkan didalam tubuh ( internal ) ataupun diluar tubuh ( eksternal ). Pemasangan implant juga bisa dilakukan oleh bidang pelayanan lain seperti, bedah digestif, urologi, bedah syaraf, mata dan poli gigi. 2. Ruang Lingkup Panduan ini berlaku untuk Rumah Sakit Islam Aminah Blitar dan dipatuhi oleh semua profesi yang terkait dalam pelayanan. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan implant adalah Pemasangan implant dilakukan Dokter Penanggungjawab Pasien ( DPJP ) Bedah / Dokter Operator yang sesuai dengan spesialisasi dan jenis tindakan ( implant ) 1.



penanggung jawab (DPJP) bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan implant sebelum dilakukan pemasangan



2.



Tim kamar operasi melaksanakan prosedur checklist keselamatan pembedahan untuk pemastian lokasi operasi yang akan dilakukan pemasangan implant.



3. Dokter Tindakan pembedahan yang menggunakan implant prostetik harus mempertimbangkan factor khusus antara lain: a) Pemilihan implant berdasar atas peraturan perundangan b) Modifikasi surgical safty checklist untuk memastikan ketersediaan implant dikamar operasi dan penandaan khusus untuk penandaan lokasi operasi c) Kualifikasi dan pelatihan staf dari luar yang dibutuhkan untuk pemasangan implant (staf dari pabrik atau perusahaan implant untuk mengkalibrasi) d) Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implant PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 113



e) Proses pelaporan malfungsi implant sesuai dengan standar / aturan pabrik f) Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus g) Instuksi khusus kepada pasien setelah operasi h) Kemampuan penelusuran (Tracebility) alat jika terjadi penarikan kembali (Recall) alat dengan melakukan antara lain menempelkan barcode alat di rekam medis. 3. Tata Laksana Pemasangan Implant a.



Pemasangan implant dilakukan oleh dokter operator sesuai spesialisasi dengan jenis tindakan ( implant) yang akan dipasang pada pasien.



b.



Pemasangan implant bisa dilakukan di kamar operasi, ruang kebidanan dan poli gigi.



c.



Jenis implant yang ada di rumah sakit antara lain : 1) Kamar opeasi Dokter penanggung jawab (DPJP) - Implant orthopedi ( plate screw) - Implant mata ( IOL) - Implant untuk operasi digestif ( mess hernia ) 2) Ruang kebidanan dan Poli Kandungan - IUD d.



Penandaan lokasi pemasangan implant dilakukan sesuai prosedur marking site



e.



Ketersediaan jenis implant sesuai dengan tindakan yang dilakukan harus sudah tersedia sebelum tindakan dilakukan. Di RSI Aminah Blitar untuk saat ini, alat implant yang akan dipasangkan pada pasien disediakan sendiri oleh DPJP.



f.



Tata cara pemasangan implant 1)



Identifikasi pasien yang akan dilakukan tindakan



2)



Pastikan jenis dan keseterilan implant yang akan dipasang



3)



Melengkapi informed consent



4)



Melakukan



cekhlist



keselamatan



pembedahan



untuk



memastikan



ketersediaan implant dan penandaan operasi 5)



Menempel barcode jenis implant yang dipakai pada checklist keselamatan pembedahan dan form laporan operasi status rekam medis pasien



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 114



6)



Mendokumentasikan pemakaian implant pada buku regester pasien sesuai dengan tempat tindakan pemasangan implant dikerjakan meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, no telp yang bisa dihubungi, diagnosa tindakan, jenis implant (barcode), dokter operator



7)



Bila ada kejadian malfungsi implant dilakukan pelaporan sesuai standar aturan pabrik



8)



Memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga setelah pemasangan implant, bila terjadi infeksi segera konsultasi pada dokter



9)



Mendokumentasikan bahan habis pakai dalam lemabar pemakaian bahan alat/bahan, diserahkan ke bagian depo farmasi



4.



Tata Laksana Pelepasan Implant a.



Pelepasan implant dilakukan oleh dokter spesalis yang menjadi operator sesuai dengan jenis tindakan pelepasan implant.



b.



Pemasangan implant bisa dilakukan di kamar operasi dan ruang kebidanan.



c.



Penandaan lokasi pelepasan implant dilakukan sesuai prosedur marking site



d.



Tata cara pelepasan implant 1) Identifikasi pasien yang akan dilakukan tindakan 2) Pastikan jenis dan keseterilan alat bedah yang akan digunakan 3) Melengkapi informed consent 4) Melakukan



cekhlist



keselamatan



pembedahan



untuk



memastikan



ketersediaan alat bedah dan penandaan operasi 5) Melakukan



pembedahan



dan



pelepasan



implant



sesuai



checklist



keselamatan bedah dan form laporan operasi status rekam medis pasien. 6) Mendokumentasikan pelepasan implant pada buku register pasien dan laporan sesuai dengan tempat tindakan pelepasan implant yang dikerjakan meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, no telp yang bisa dihubungi, diagnosa tindakan, dokter operator 7) Memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga setelah pelepasan implant, bila terjadi infeksi segera konsultasi pada dokter



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 115



8) Mendokumentasikan bahan habis pakai yang telah selesai dalam lembar pemakaian bahan alat/bahan, diserahkan ke bagian depo farmasi



BAB V MUTU Pengendalian mutu instalasi bedah sentral mengacu pada standart pelayanan minimal rumah sakit, dalam pedoman ini meliputi jenis-jenis pelayanan, indikator dan standart pencapaian kinerja pelayanan rumah sakit. Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 116



ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Standrat pengendalian unit bedah sentral terdiri dari pengendalian mutu anastesi sedasi dan pengendalian mutu bedah, dengan uraian sebagai berikut. Standat Pengendalian Mutu Anastesi Dan Sedasi: 1. Pelaksanaan assesmen pra sedasi dan pra anastesi 2. Proses monitoring status fisioligis selama anastesi 3. Proses monitoring proses pemulihan anastesi dan sedasi dalam 4. Evaluasi ulang bilaterjadi konversi tindakan dari lokal/reginal ke general anastesi. 5. Jenis anastesi dan obat yang dipakai Standart Pengendalian Mutu Bedah : 1.



Pelaksanaan assesmen pra bedah



2.



Penandaan lokasi operasi/marking



3.



Pelaksanaan surgical safety check list



4.



Pemantuan diskrepansi diagnosa pre dan post operasi



5.



Waktu tunggu operasi



6.



Respon time team



7.



Kepatuhan identitas pasine



8.



Kepatuhan cuci tangan



9.



Tidak adanya benda asing tertinggal



10. Kejadiaan kematian dimeja operasi



BAB VI KESELAMATAN A. STANDAR KESELAMATAN PASIEN a. Pengertian Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 117



risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi. b. Tujuan Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.   c. Tata Laksana Keselamatan Pasien Dalam



melaksanakan



keselamatan



pasien



terdapat



tujuh



langkah



menuju



keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah: 1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. 2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien. 3. Mengintegrasikan



aktivitas



pengelolaan



risiko.



Mengembangkan



sistem



dan



proses



pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial bermasalah 4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit). 5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. 7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan. PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 118



Dalam



melaksanakan



keselamatan



pasien



standar



keselamatan



pasien



harus



diterapkan.Standar tersebut adalah: 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien 6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien. 7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit: 1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasien rumah sakit. 2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun. 3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit. 4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan karyawan. 5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien) 6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut diatas 7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas) dan melakukan self  assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit 8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit 9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakitdan kejadian tidak diharapkan. d. Sasaran Keselamatan Pasien Pada Pelayanan Bedah di Rumah Sakit “RSI AMINAH” 1. Ketepatan Identifikasi Pasien Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien. 2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 119



Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan prosedur: Write back, Read back dan  Repeat Back (reconfirm). 3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert) Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) 4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi - Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum tindakan pembedahan oleh dokter spesialis bedah untuk memberikan tanda di lokasi yang akan dibedah pada semua pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan. - Tepat lokasi adalah melaksanakan tindakan pembedahan secara tepat pada lokasi yang diharapkan. - Tepat prosedur adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. - Tepat pasien adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan pasien yang tepat yang terjadwal operasi (perawat harus selalu melakukan identifikasi pasien sebelum pasien dimasukkan kamar operasi). 5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi laina dalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. 6. Pengurangan risiko pasien jatuh Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya B. STANDART KESELAMATAN KERJA Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 120



pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Pelayanan Anastesp Sedasi Dan Bedah Dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. UndangUndang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin: a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : a. Kondisi dan lingkungan kerja b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan c. Peranan dan kualitas manajemen Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila: - Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus - Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi - Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panasatau terlalu dingin PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 121



- Tidak tersedia alat-alat pengaman - Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain. a.



Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan  Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.  Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.  Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.



b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan  Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.  Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.  Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi. BAB VI DOKUMENTASI DAN PELAPORAN A. ANASTESI SEDASI Semua kegiatan pelayanan anastesi dicatat pada lembar edukasi anastesi, lembar asesment pra anastesi, monitoring selama anastesi dan monitoring pasca anastesi. Semua monitoring fungsi vital dan PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 122



tindakan anastesi dicatat pada lembar laporan anastesi. Kegiatan anastesi dan sedasi dibawah pertanggung jawaban dokter anastesi dan minimal penata atau perawat anastesi. 1. Lembar Informed Consent Tindakan Anastesi Dan Sedasi (BRM 29 K) Lembar ini harus di isi dengan lengkap dan ditanda tangani oleh penerima informasi / pemberi persetujuan / penolakan baik itu pasien sendiri ataupun keluarga pasien, ditandatangani juga oleh dokter pelaksana tindakan anastesi / pemberi informasi . Dokter spesialis anastesi memberikan informasi dan



melakukkan edukasi yang selanjutnya akan didokumentasikkan. Informed consent



dilakukan sesuai dengan panduan informed consent. 2. Status Anastesi (BRM 40 K) 1. Halaman 1 dan 2 Pada halaman 1 dan 2 ini berisi informasi mengenai identitas pasien, informasi tentang pemeriksaan pra anastesi, analisis dari hasil pemeriksaan, rencana program anastesi yang akan dilakukan, evaluasi pra induksi sampai dengan induksi dan di tanda tangani oleh dokter anastesi. 2. Halaman 3 Halam 3 berisi dokumentasi monitoring selama anastesi. Lembar ini harus terisi dengan lengkap, meliputi : waktu mulai dan akhir anastesi, kondisi klinis pasien selama anastesi, pemberian jenis dan dosis obat anastesi serta waktu pemberiannya, tanda-tanda vitalnya harus dicatat setiap menit selama pemberian anastesi, status bayi yang dilahirkan per abdominal (pada tindakan section caesaria) serta resume tentang cairan yang masuk dan keluar. 3. Halaman 4 dan 5 Halam 4 dan 5 berisi dokumentasi monitoring pasca anastesi yang dimulai dari pencatatan waktu masuknya pasien ke ruang pemulihan, hasil pemantauan tanda-tanda vital, skala nyeri, tindakan selama diruang pulih sadar, instruksi pasca anastesi oleh dokter anastesi, penilaian kriteria pemindahan/pemulangan pasien, dischange summary, waktu pasien keluar dari ruang pemulihan. Lembar ini ditanda tangani oleh dokter pemberi anastesi dan perawat ruang pulih sadar. 3. Monitoring Anastesi Lokal (BRM 47 K) Berisi mengenai identitas pasien, keadaan sebelum tindakan, observasi TTV, obat-obatan yang diberikan, jam mulai dan jam selesai dan tanda tangan dokter operator. PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 123



A. Sedasi Semua informasi yang penting dalam pelayanan sedasi harus di dokumentasikan dalam status sedasi (BRM 43 K), termasuk catatan klinis yang mencakup: 1. Asesmen pra sedasi 2. Monitoring intra sedasi 3. Monitoring pasca sedasi Catat semua informasi selama pra sedasi, intra sedasi, pasca sedasi dan prosedur pada status sedasi. Pencatatan meliputi : 1. Obat-obatan 2. Observasi Hasil dari pemberian sedasi B. BEDAH 1. Dilakukan monitoring pemilahan dan pewadahan limbah tiap satu bulan sekali 2. Dilakukan monitoring pelaksanaan hand hygine (5 momen cuci tangan dan 6 langkah cuci tangan) 3. Dilakukan pengisian format Surgical Safety Checklist (SSC) setiap tindakan operasi 4. Dilakukan pengisian lembar serah terima pasien dari ruangan-ruangan primedikasi-kamar operasi setiap tindakan operasi 5. Dilakukan pengisian lembar serah terima pasien dari kamar operasi-ruangan pulih sadar – HCU ruang rawat INAP setiap tindakan operasi 6. Dilakukan pengisian lembar laboratorium bahan patologi anatomi setiap ada pemeriksaan 7. Dalam pelaksanaannya pembuatan laporan operasi di dokumentasikan dalam: 



Setelah dokter spesialis bedah menulis laporan operasi, lembar laporan operasi ini desertakan dalam status pasien







Sebelum dokter spesialis bedah mininggalkan kamar operasi, laporan operasi harus sudah ditulis dan ditandatanani.







Tenaga yang berkompetensi membuat atau menulis laporan operasi: - Dokter Spesialis Bedah Umum - Dokter Spesialis Bedah Obstetri dan Ginekologi - Dokter Spesialis Bedah Orthopedi



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 124



- Dokter Gigi



BAB VIII PENUTUP Kesimpulan: Seluruh Prinsip Pelayanan Anastesi Dan Bedah



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 125



1) Tim bedah mengoperasi pasien yang benar pada lokasi yang benar pada lokasi tubuh (situs) yang tepat. 2) Tim bedah menggunakan cara-cara yang tepat untuk mencegah hal-hal yang membahayakan yang diakibatkan penggunaan anastesi dalam melindungi pasien dari nyeri. 3) Tim bedah mengenali dan siap secara efektif menangani terhadap keadaan-keadaan jalan nafas atau fungsi respirasi yang mengancamnya. 4) Tim bedah mengenali dan siap secara efektif menangani resiko pasien kehilangan darah massif. 5) Tim bedah menghindari mencetuskan reaksi alergi atau efek samping obat dimana pasien telah diketahui memiliki resiko. 6) Tim bedah secara konsisten menggunakan cara-cara yang tepat untuk meminimalisasi resiko infeksi dilokasi/ lapangan. 7) Tim bedah mencegah ketidaksengajaan meninggalkan kassa atau instrument bedah didalam luka operasi. 8) Tim bedah mengamankan dan mengidentifikasi secara akurat semua spesimen bedah 9) Tim bedah mengkomunikasikan secara efektif segala informasi pentingnya yang diperlukan demi keamanan penanganan operasi 10) Rumah Sakit dan sistem kesehatan menetapkan surveilens rutin tentang surgical, volume, dan result Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan kedokteran berdampak pula pada bidang medis dan perawatan. Pelayanan anastesi dan sedasi yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Aminah Blitar tentunya perlu senantiasa disesuaikan dengan perkembangan jaman. Dalam menyongsong era globalisasi dan menghadapi persaingan bebas di bidang kesehatan, maka pelayanan anastesi dan sedasi juga harus disiapkan secara benar dan berkualitas. Buku panduan anastesi dan sedasi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan anastesi dan sedasi di Rumah Sakit Islam Aminah Blitar. Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama pimpinan Rumah Sakit Islam Aminah Blitar agar mutu pelayanan anastesi dan sedasi dapat senantiasa di tingkatkan dan dipertahankan sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi di bidang anastesi dan sedasi dan tetap terbuka untuk di evaluasi dan disempurnakan. Blitar, 14 September 2021



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 126



Menyetujui Direktur RSI Aminah Blitar



dr. Mutia Farah Fawziah DF, Sp.A, M.Kes NBM : 1354 870



PEDOMAN PELYANAN UNIT BEDAH SENTRAL Page 127