Rekayasa Ide AGAMA KRISTEN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH REKAYASA IDE TENTANG MANUSIA SEBAGAI PENJAGA CIPTAAN ALLAH



Disusun oleh: Kelompok I ADP A & PKO A



UNIVERSITAS NEGERI MEDAN PROVINSI SUMATRA UTARA 2021/2022



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang”Penjaga Ciptaan Allah” tanpa ada suatu masalah. Makalah ini terdapat bahasan yang membahas Hubungan Ekonomi dan Ekologi, Manusia dan Alam, Pandangan Alkitab mengenai Keutuhan Ciptaan, Sikap Manusia terhadap Alam berdasarkan Pandang Alkitab. Kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan maka kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.



Medan, 25 Mei 2021



Kelompok 1



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... 2 DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. 3 BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….. 4 A. Rasionalisasi Permasalahan…………………………………………………........ 4 B. Tujuan TRI…….………………………………………………………………….. 4 C. Manfaat TRI…………………………………………………………….………… 5 BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN A. Permasalahan Umum Manusia Sebagai Penjaga Ciptaan Allah…………………..6 BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………... 9 A. Pengertian dan Definisi Ekonomi………………………………………………… 9 B. Pengertian dan Definisi Ekologi………………………………………………….. 11 C. Hubungan Ekonomi dan Ekologi…………………………………………………. 14 D. Tindakan Manusia yang Merusak Alam………………………………………….. 21 E. Tindakan Manusia yang Menjaga Alam………………………………………….. 24 F. Manusia dalam Alam………………………………………………………………28 G. Hubungan Manusia dengan Alam………………………………………………… 32 H. Hubungan Manusia dengan Hewan, manusia…………………………………….. 36 I.



Hubungan Manusia dengan Manusia……………………………………………...38



J. Kedudukan Manusia dalam Lingkungan Alam………………………………….. 41 K. Pandangan Alkitab Mengenai Keutuhan Ciptaan………………………………... 45 L. Sikap Manusia Terhadap Ciptaan Allah Berdasarkan Pandangan Alkitab……….. 47 BAB III PENUTUP………………………………………………………………………... 50 3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………… 50 3.2 Saran……………………………………………………………………………….. 51 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………........ 52 3



BAB I PENDAHULUAN A. Rasionalisasi Permasalahan Teknologi canggih yang diterapkan dalam dunia bisnis tidak semuanya bersahabat dengan lingkungan alam. Sejak tahun 1960-an, kita sudah sangat sering mendengar teriakan tentang menipisnya sumber alam, pengotoran udara, air dan tanah, pemanasan bumi, musim yang berubah tanpa aturan lagi, hutan- hutan menjadi gundul, efek rumah kaca dan lain-lain. Semuanya itu membuat kita berpikir untuk menemukan suatu relasi yang benar dalam perspektif hubungan yang tidak saling mematikan antara dunia bisnis, manusia dan alam lingkunga. Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (WCC), yang pada bulan Februari 1992 menyelenggarakan Sidang Raya yang ke-8 di Canberra-Australia, menyerukan agar upaya kita tidak berorientasi lagi kepada manusia (man oriented) tetapi kepada kehidupan (life oriented). Manusia diserukan supaya sadar bahwa dia bukanlah tujuan penciptaan. Upaya-upaya untuk mengeksploitasi bumi bagi kepentingannya sendiri harus diganti oleh sikap dasar bahwa manusia pada hakikatnya tidak mempunyai arti apa-apa bila dilepaskan dari makhluk-makhluk lainnya dalam suatu lingkaran ekologis yang tidak putus-putusnya



B. Tujuan Tugas Rekayasa Ide 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Keristen 2. Untuk memberikan gambaran mengenai rekayasa ide pada permasalahan manusia sebagai penjaga ciptaan Allah. 3. Mengetahui bagaimana penerapan rekayasa ide ini dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat diambil manfaatnya.



4



C. Manfaat Tugas Rekayasa Ide 1. Manfaat bagi penulis Rekayasa ide ini diharapkan dapat melatih penulis dalam mengeluarkan ide dan sisi kreatif sehingga menyumbang suatu manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai permasalahan manusia sebagai penjaga ciptaan Allah. 2. Manfaat bagi pembaca Rekayasa ide ini diharapkan dapat memberikan sebuah informasi dan masukan bagi para mahasiswa pada umumnya, khususnya demi mengetahui masalah kepemimpinan dalam organisasi dan bagaimana merekayasa ide solusi itu agar lebih mudah diterapkan bagi diri masing-masing.



5



BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN A. Permasalahan Umum Manusia Sebagai Penjaga Ciptaan Allah. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah memungkinkan manusia untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang merupakan Ciptaan Allah secara besar-besaran demi kesenangan dirinya sendiri dan salah satu akibatnya adalah terjadinya kerusakan pada lingkungan di mana manusia tinggal. Sekedar untuk memperoleh gambaran tentang kerusakan yang dihasilkan oleh pencemaran lingkungan, U.S. World wacht Institute pada tahun 1984 melaporkan suatu prediksinya tentang kerusakan lingkungan hidup, menurutnya jika manusia tidak serius memperhatikan pencemaran lingkungan yang ada maka pada tahun 1990 ada 10 spesies dalam sehari akan hilang, pada tahun 2000 ada satu spesies dalam sehari yang akan hilang, sejak tahun 1950 kita kehilangan 5% per tahun lahan untuk bercocok tanam dan hutan tropis untuk menarik hujan. Indonesia menghancurkan hutan kira-kira 51 kilometer persegi setiap hari, artinya kira-kira 300 lapangan sepak bola yang hancur setiap jam yang rusak karena penebangan hutan yang tidak terkendali. Data ini kiranya dapat memberikan gambaran tingkat keseriusan kerusakan lingkungan yang dialami pada saat ini. Kepulan asap kendaraan dan pabrik, penyebaran limbah pabrik pencemar sungai, tumpukan sampah yang tidak terurus, penjarahan kandungan alam dengan semena-mena dan akibatnya adalah munculnya polusi, bau busuk, hutan yang gundul dan lingkungan hidup yang rusak parah. Itulah keadaan yang ada pada saat ini, keadaan lingkungan yang rusak parah. Dan masalah lingkungan paling serius yang kini mengancam bumi adalah penggundulan hutan, jika dibiarkan tanpa ada pengawasan, pengaruhnya hampir pasti tidak hanya membawa kesulitan ekologi tetap terhadap biosfer, tetapi dalam jangka panjang dan tak dapat diubah lagi adalah perubahan iklim. Menurut survey Litbang 2018; menuliskan bahwa banyak masalah yang terjadi terhadap kerusakan lingkungan tiga contoh yang biasa kita lihat dalam lingkungan kita adalah “produksi sampah dan pembuangannya karena menurut data kementerian lingkungan, Indonesia memproduksi sampah 65 juta ton kurang lebih setiap tahunnya, banjir yang masih terjadi di beberapa daerah di Indonesia, sungai tercemar, yang di mana kita tahu bahwa Indonesia menjadi 6



salah satu perhatian dunia karena salah satu sungai tercemar di dunia ada di Indonesia”, dan masih banyak data-data terkait dengan masalah-masalah yang lainnya. Melihat hal tersebut kita tahu bahwa penyebab dari lingkungan hidup menjadi rusak adalah dikarenakan cara pandang dan sikap manusia yang telah salah terhadap alam, karena memang benar pemahaman dan cara pandang orang terkait lingkungan hidup akan mempengaruhi sikap mereka dan bagaimana mereka akan memperlakukan lingkungan. Pemikiran bahwa manusia yang paling memiliki kepentingan yang dianggap akan paling menentukan tatanan ekosistem, karena alam ini dapat dilihat sebagai objek, alat, dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia, alam atau lingkungan hanya dapat bernilai sejauh memenuhi kepentingan manusia, adanya pemikiran seperti itu akan berakibat sikap yang tidak bersahabat dengan lingkungan dan tidak menghargai adanya lingkungan hidup untuk kepentingan banyak orang. Padahal sudah jelas dituliskan dalam Kitab Kejadian, kita tahu bahwa Allah menciptakan seluruh alam semesta termasuk bumi dengan segala isinya. Allah menciptakan bumi selama 6 hari dan manusia diciptakan pada hari terakhir yaitu hari keenam, sedangkan pada hari pertama sampai kelima Tuhan menciptakan alam, termasuk tumbuh-tumbuhan, dan setiap Allah melihat apa yang telah Dia ciptakan, disebutkan bahwa Allah melihat semuanya itu baik, jadi Allah menciptakan lingkungan atau alam dalam keadaan semua baik. Dan manusia diciptakan pada hari terakhir untuk menguasai dan memelihara yang telah Tuhan ciptakan seperti tertulis dalam kitab Kejadian 1:26 “Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Dari ayat tersebut kita belajar agar kita menjadi penguasa di bumi ini bukan atas hewan saja atau tumbuhan melainkan seluruh bumi dan Allah bukan hanya meminta kita untuk berkuasa tetapi mengurusnya seperti dalam Kejadian 2:15 dituliskan “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”. Sudah jelas bahwa Tuhan memerintahkan manusia untuk memelihara dan merawat ciptaanNya. Inilah dasar utama bagi manusia untuk tidak merusak alam ciptaan Tuhan, tetapi apa yang terjadi, kebanyakan kita sebagai manusia hanya merusak dan lupa akan tugas kita terhadap lingkungan. Persoalan ini menjadi sangat penting karena menyangkut kualitas kehidupan di masa datang.



7



Oleh karena itu Allah sesuai rencanaNya telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya masing-masing. Jadi sikap eksploitasi terhadap alam merupakan bentuk perusakan dan juga ketidakpatuhan kita terhadap Firman Allah atau terhadap karya Allah yang agung, padalah Allah sendiri telah memberikan contoh kepada kita bagaimana Tuhan memperlakukan ciptaanNya yaitu lingkungan hidup, bisa di baca di Mazmur 104: 13, 16-18 ini menggambarkan ketakjuban pemazmur yang telah menyaksikan bagaimana Tuhan yang tidak hanya menciptakan, tetapi juga memelihara ciptaanNya, yang menarik adalah bukan hanya manusia yang menanti kasih dan berkat Allah, tetapi seluruh ciptaan atau lingkungan hidup. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa bukan hanya manusia yang diberi kehidupan, tapi juga ciptaan lainnya, hal itu terlihat bahwa betapa berharganya seluruh ciptaan di hadapan Tuhan. Jadi setelah mengetahui hal tersebut bagaimana sikap kita, apa yang sudah kita lakukan? Apakah kita akan diam saja? Atau kita menjalankan tugas kita sebagai penguasa dengan baik yaitu sebagai pemelihara bumi dan setiap kita memiliki tanggung jawab untuk ikut memelihara bumi, karena dengan kita memelihara ciptaanNya itu berarti kita sudah memuliakan Sang Pencipta, maka dari itu tugas kita untuk menjaga dan bukannya malah merusak, tugas kita untuk memelihara bukan untuk menrusaknya.



8



BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Definisi Ekonomi Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos dan nomos. oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti, tata, aturan. Dengan demikian secara sederhana ekonomi dalam pengertian bahasa berarti Ekonomi atau tata aturan rumah tangga. Hal ini mengacu pada pengertian dasar mengenai kebutuhan ekonomi rumah tangga meliputi pengeluaran dan pendapatan. Sementara menurut kamus Bahasa Indonesia, Ekonomi berarti segala hal yang bersangkutan dengan penghasilan, pembagian dan pemakaian barang-barang dan kekayaan (keuangan). Ekonomi berkenaan dengan setiap tindakan atau proses yang harus dilaksanakan untuk menciptakan barang-barang dan jasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia. Secara lebih spesifik istilah ini dipakai untuk menyebutkan efesiensi relatif proses produksi, pengorganisasian administratif, atau penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Pada perkembangannya ilmu ekonomi ini mencakup beberapa ilmu sosial yang lain seperti sejarah, geografi, sosiologi maupun antropologi yang kesemuanya saling berkaitan dan saling menimbulkan sebab dan akibat. Mengikuti perkembangan zaman lagi sesuai dengan penerapan bidang-bidang baru, ilmu ekonomi juga berkembang dalam cakupan ilmu keuangan, ilmu administrasi, ilmu perdagangan, ilmu bisnis, ilmu produksi, ilmu distribusi, ilmu menajemen, ilmu teknik, sains terapan, dan lain-lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia mengelompokkan ekonomi ke dalam 5 sektor ekonomi kebutuhan yaitu: 1. Sektor Primer merupakan sektor ekonomi tradisional yang mana memanfaatkan langsung dari alam yang langsung bisa memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dalam suatu bangsa. Sumber daya alam disini bisa diperoleh dari sektor pertanian, perhutanan, 9



perikanan, pertambangan, dan lain lain. Industri yang mengolah hasil dari sektor primer ini juga bisa disebut dengan industri di sektor primer, contohnya seperti tengkulak pengumpul hasil bumi/ sumber daya alam, penyulingan, pengepakan, dll. 2. Sektor Sekunder mendapat suplai bahan mentah dari sektor primer dimana sektor inilah yang memproduksi hasil dari sektor primer untuk dijadikan produk final untuk dapat dimanfaatkan atau dikonsumsi. Contoh sektor sekunder adalah usaha produksi, usaha konstruksi yang masing-masing dapat dibagi lagi menjadi industri berat dan ringan. 3. Sektor Tersier berbeda dengan sektor primer maupun sekunder dimana produk akhir dari sektor tersier ini adalah produk yang tidak berwujud atau tidak berbentuk. Produk ini bisa diwujudkan dalam bentuk jasa, layanan, servis, konsultasi, sumber daya manusia dan lain-lain. Lebih banyak melibatkan ilmu pengetahuan dan keahlian pelakunya yang diharapkan mampu meningkatkan hasil kerja dari sektor lain yang memanfaatkan jasanya. 4. Sektor Quartener lebih dalam lagi dari sektor tersier dimana pelaksanaanya fokus pada kegiatan-kegiatan



intelektual.



Pada



sektor



ini



meliputi



kebudayaan,



kepustakaan, pemerintahan, riset ilmiah, informasi maupun kependidikan. 5. Sektor Quiner merupakan sektor-sektor dari quartener yang bertindak sebagai pengambil keputusan utama yang dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat Pengertian ekonomi menurut para ahli: 1. Adam Smith ekonomi adalah “Ilmu kekayaan atau ilmu yang khusus mempelajari sarana-sarana kekayaan suatu bangsa dengan memusatkan perhatian secara khusus terhadap sebabsebab material dari kemakmuran, seperti hasil-hasil industri, pertanian dan sebagainya”



10



2. Abraham Maslow Menurut Abraham Maslow Ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien. 3. Paul A. Samuelson Ekonomi merupakan cara-cara yang dilakukan oleh manusia dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat. 4. Marshall mengemukakan : “Ekonomi adalah: Ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu dalam ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu ekonomi membahas kehidupan manusia yang berhubungan dengan bagaimana ia memperoleh pendapatan dan bagaimana pula ia mempergunakan pendapatan itu” 5. Ruenez “Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhannya dengan sarana-sarananya yang terbatas yang memmpunyai berbagai macam fungsi”.



B. Pengertian dan Definisi Ekologi Pengertian Ekologi adalah ilmu yang menyidik jauh hubungan saling ketergantungan dan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan tak hidup dalam satu ekosistem. Istilah Ekologi berasal dari kata yunani yaitu Oikos yang berarti habitat, dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiahPengertian Ekologi adalah ilmu mengenai interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem merupakan suatu sistem yang terjadi hubungan (interaksi) dengan 11



saling ketergantungan antara komponen-komponen di dalamnya, baik makhluk hidup maupun tidak hidup. Setiap komponen ekosistem memiliki makna yang khusus bagi komponen yang lain dengan sangat terorganisir dan berlangsung secara dinamis untuk terbentuk suatu ‘keseimbangan lingkungan’. Ekologi pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan yang bernama Ernst Haeckel (1834-1914) dalam pertengahan tahun 1960. Ekologi berkaitan dengan ekosistem dengan komponen-komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. faktor abiotik komponennya adalah air, cahaya, suhu, kelembaban dan topografi. sedangkan pada faktor biotik komponennya adalah tumbuhan, hewan, manusia dan mikroba. Ekologi merupakan studi yang menyidik jauh hubungan antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Ekologi berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologi yang artinya sebagai studi yang menyidik jauh baik hubungan timbal balik antar makhluk hidup maupun hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Ekologi adalah ilmu yang menyidik jauh interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang menyidik jauh baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatantingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.



12



Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi menyidik jauh kaya gimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan Hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik. Pengertian Ekologi Menurut Definisi Para Ahli Selain definisi umum mengenai pengertian ekologi, ada pula pengertian ekologi yang dikemukakan menurut para ahli. Pengertian ekologi menurut definisi para ahli adalah sebagai berikut : 1. Pengertian Ekologi Menurut Miller (1975) Ekologi merupakan suatu studi tentang hubungan timbal balik diantara organisme serta sesamanya dan juga dengan lingkungannya. 2. Pengertian Ekologi Menurut Resosoedarmo Ekologi merupakan suatu studi yang menyidik jauh mengenai interaksi timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan 3. Pengertian Ekologi Menurut Andrewartha Ekologi ialah suatu ilmu yang membahas penyebaran dan juga kemelimpahan organisme 4. Pengertian Ekologi Menurut Krebsekologi Ekologi merupakan suatu studi pengetahuan yang membahas suatu hubungan yang menentukan adanya penyebaran dan juga kemelimpahan organisme 5.



Pengertian Ekologi Menurut Otto Soemarwoto Ekologi ialah suatu ilmu tentang hubungan timbal balik diantara makhluk hidup dengan l ingkungan sekitarnya 13



6. Pengertian Ekologi Menurut C. Elton Ekologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji sejarah alam atau juga perkehidupan alam dengan secara ilmiah 7. Pengertian Ekologi Menurut Eugene P. Odum Ekologi merupakan suatu analisis sistematis serta fungsi alam, tentang suatu struktur dan juga hubungan diantara sesama organisme dengan lingkungannya.



C. Hubungan Ekonomi dan Ekologi Hubungan antara ekonomi dan ekologi menjadi pusat perhatian, sebab pada dasarnya masalah ekologi timbul sebagai akibat serta menjadi korban dari kegiatan ekonomi (Sumartana 1994, 110). Kegiatan ekonomi yang menjadi tulang punggung pembangunan sering dianakemaskan sebegitu rupa sehingga ia menjadi terlalu manja dan kurang diawasi, kenakalan



mereka dibiarkan.



Hubungan



antara ekonomi



dan



ekologi



kemudian



menampakkan wajah yang buruk. Dalam tayangan televisi dapat disaksikan rusaknya lingkungan laut yang menyebabkan matinya ikan, kerang dan kepiting, serta merugikan para nelayan dan petani kerang. Mereka sangat dirugikan oleh pembuangan limbah pabrik yang seenaknya sehingga mematikan dan merusak lingkungan. Tingkah para pencari untung tersebut mencerminkan sikap etik tertentu yang perlu dipertimbangkan secara kritis. Mereka menganggap seolah-olah mereka hidup tanpa tetangga, tanpa orang lain, tidak mau tahu bahwa perilaku mereka telah amat merugikan orang lain, merusak lingkungan hidup. Para pemilik pabrik yang tidak bertanggung jawab dan pencari untung tersebut telah berbuat seolah-olah mengejar keuntungan diri sendiri layak membuat rugi orang lain. Hubungan antara ekonomi dan ekologi dalam praktik dipertentangkan satu terhadap yang lain. Inilah awal dari malapetaka itu. Sebenarnya hubungan antara ekonomi dan ekologi bisa dijabarkan dari pengertian etimologis yang justru bisa saling membantu dan membina. Ekonomi berasal dari kata oikos dan nomos. Oikos berarti ’rumah tangga‘ dan nomos berarti’aturan, hukum.’Ekonomi bisa diartikan sebagai upaya untukmengatur atau penatalayanan rumah tangga (housekeeping). 14



Sedang ekologi gabungan dari kata oikos dan logos. Oikos berarti ’rumah tangga‘, logos berarti ‘perkataan, pemahaman dan pengertian.’ Hubungan antara ekonomi dan ekologi tergabung dalam pemahaman bahwa kita tidak bisa menata masyarakat dan alam ini tanpa mengerti dan memeliharanya. Dengan kata lain, maka usaha untuk melakukan housekeeping harus dibarengi naturekeeping. Berbicara tentang ekonomi dan ekologi, khususnya dari perspektif Indonesia, harus dimulai dengan mengatakan bahwa ia tidak merupakan masalah pilihan “ini atau itu,” seolaholah dengan bebasnya dapat dipilih antara ekonomi atau ekologi. Atau andai dipaksa untuk memilih, yang harus kita katakan adalah bahwa ini bukanlah pilihan yang mudah atau sederhana. Akar masalahnya memiliki sejarah yang cukup panjang. Selama lebih dari 200 tahun, pertumbuhan industri yang menjadi sakaguru pertumbuhan ekonomi Barat, telah didukung oleh tersedianya bahan bakar yang murah, sumber alam yang melimpah ruah serta lingkungan yang seakan-akan tanpa batas mampu menyerap semua limbah (Daraputera 1996, 120). Keadaan seperti ini tidak hanya terjadi di Barat. Selama dasawarsa pertama pembangunan di Indonesia, kita juga dibuai oleh asumsi yang sama: persediaan minyak dan gas bumi yang melimpah, simpanan sumber alam yang kaya raya, dan tidak sedikit pun terpikirkan bahwa limbah industri akan menjadi masalah. Kesadaran bahwa industrialisasi juga menciptakan masalah datangnya amat lambat. Pengalaman Amerika Serikat memberikan ilustrasi yang menarik. Pada tahun 1960-an, mereka telah mulai menyadari terjadinya degradasi lingkungan yang disebabkan oleh industrialisasi. Namun demikian, pada waktu itu, mereka masih yakin bahwa teknologi pada akhirnya pasti akan mampu memecahkan masalah tersebut. Baru kemudian, sebelum dasawarsa itu berakhir, mereka menyadari bahwa walaupun teknologi mampu membantu dalam menemukan sumber daya alternatif, teknologi menciptakan masalah lingkungan yang amat serius. Oleh karena itu, pada awal tahun 1970-an, disahkanlah beberapa perangkat peraturan untuk mengendalikan polusi serta melindungi kelestarian alam. Pada pertengahan tahun 1970-an, kembali terjadi titik balik. Pada waktu itu, Amerika Serikat menderita akibat embargo minyak dan resesi ekonomi. Menghadapi keadaan seperti itu, banyak orang beranggapan bahwa masalah energi serta pertumbuhan ekonomi jauh lebih penting



15



ketimbang masalah lingkungan. Pada akhir tahun 1970-an, peraturan mengenai lingkungan mulai dikendorkan demi pertumbuhan ekonomi. Indonesia juga mempunyai cerita yang hampir sama. Selama Pelita I-III, fokus pembangunan Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi. Baru kemudian kita terkejut menyadari betapa tingginya harga yang harus dibayar untuk itu: kelestarian ekologi yang telah kita kurbankan demi pertumbuhan ekonomi. Didorong oleh kesadaran ini lahirlah konsep “Pembangunan Berwawasan Lingkungan,” “Amdal” (Analisis dampak atas lingkungan), dan sebagainya. Belakangan ini, untuk lebih menarik para investor asing ke Indonesia, ada kecenderungan untuk mengendurkan masalah ekologi lagi. Alasan yang paling banyak dikemukakan untuk mengendurkan aturan- aturan mengenai lingkungan hidup adalah ekonomi: demi pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing, industrialisasi, menciptakan lapangan kerja, persaingan global dan sebagainya. Alasan-alasan itu ada benarnya. Namun demikian, harus dipertanyakan alasannya yang paling dasar: apakah memang dapat dibenarkan bila kita mengurbankan ekologi demi ekonomi? Mengurbankan sesuatu hanya sah apabila: kita harus melakukannya demi tujuan yang lebih luhur dan kita yakin bahwa manfaatnya lebih besar daripada yang kita kurbankan. Tampak jelas bahwa di balik isu ekonomi dan ekologi, sesungguhnya ada konflik-konflik kepentingan, konflik-konflik kekuasaan, dan konflik-konflik nilai- nilai yang pelik. Betapa sulitnya menentukan kebijakan yang secara seimbang sekaligus menjamin baik lingkungan hidup, pertumbuhan ekonomi, tersedianya lapangan kerja, maupun kesehatan manusia. Di satu sisi, tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi dan industri untuk menciptakan lapangan kerja. Indonesia juga membutuhkan teknologi pertanian yang baru untuk memproduksi bahan pangan yang lebih banyak, bahkan teknologi tinggi untuk mampu bertahan dalam persaingan global. Pada sisi lain, kita mengetahui bahwa semua itu juga akan menguras habis sumber daya alam kita, menciptakan polusi terhadap lingkungan hidup kita, serta membahayakan kesehatan manusia, dan sebagainya. Kompleksitas masalah ini penting kita sadari terus-menerus, agar kita tidak terjerembab pada penyederhanaan masalah yang berlebihan. Namun demikian, kita juga tidak boleh 16



hanya berhenti dalam frustasi lalu tidak mampu bertindak apa-apa, sementara tindakan begitu dibutuhkan. Untuk mampu bertindak secara benar dan tepat, kita perlu melakukan analisis biaya dan manfaat. Analisis ini akan membantu Anda untuk mengetahui kerumitan permasalahannya. Namun demikian, analisis ini hanyalah awal saja, yang segera harus diikuti dengan analisis etis. Analisis etis akan membantu menentukan tindakan yang benar, baik dan tepat. Analisis biaya dan manfaat mengasumsikan bahwa semuanya dapat dihitung dengan pasti. Di dalam beberapa kasus, kalkulasi seperti itu memang mungkin. Misalnya, kita dapat menghitung dengan hampir pasti berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membersihkan air laut dari tumpahan minyak mentah dari sebuah kapal tanker yang tenggelam. Dalam banyak kasus yang lain, terutama apabila polusi itu melibatkan kerugian bagi kesehatan manusia atau kematian, kerugian itu tidak pernah dapat diukur dengan angka. Berapakah harga sebuah kehidupan? Masalah pokoknya adalah bagaimana memperkirakan dan menghitung risiko. Penghitungan risiko merupakan masalah karena ada begitu banyak teknologi mutakhir yang tidak pernah dapat kita perkirakan risikonya dengan tepat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Contohnya penggunaan teknologi nuklir. Persoalan etis mendasar yang harus kita kemukakan sehubungan dengan analisis biaya dan manfaat adalah sebagai berikut. Misalnya diasumsikan bahwa kita dapat membuktikan manfaat dari teknologi tertentu memang jauh lebih besar dari kerugiannya. Apakah ini dengan sendirinya memperbolehkan kita memaksakannya kepada semua orang, termasuk kepada mereka yang berkeberatan? Bagaimana dengan hak-hak moral mereka yang paling dasar? Bukankah setiap orang mempunyai hak untuk diperlakukan atas sesuatu oleh orang lain, hanya setelah ia menyatakan persetujuannya? Bila orang dengan jelas telah menyatakan ketidaksetujuannya, bukankah hak moral dasar mereka itu dilanggar bila dipaksakan juga? Ketika analisis biaya dan manfaat tidak mampu memberikan petunjuk yang pasti mengenai bagaimana harus bertindak, keputusan mengenai hal itu haruslah diserahkan kepada masyarakat yang bersangkutan. Ini tentu saja benar! Namun demikian, di dalam kenyataan, prinsip ini amat sulit diterapkan. Orang akan dapat memberikan persetujuannya hanya apabila ia sebelumnya mengetahui benar apa yang harus disetujuinya dan apa saja risiko dari 17



persetujuannya itu. Harus diingat bahwa teknologi mutakhir itu sering begitu kompleksnya sehingga masyarakat awam tidak mungkin menguasai seluk-beluk persoalannya, apalagi risiko-risiko yang mungkin dapat ditimbulkannya. Bahkan di kalangan para ahli pun, ketidaksepakatan mengenai ini adalah sesuatu yang lazim. Bila kita tidak mampu mengetahui, bagaimana kita harus mengambil keputusan? Kita memerlukan pendekatan yang lain, yakni pendekatan yang tidak sepenuhnya cuma bergantung pada analisis biaya dan manfaat. Kehidupan, pada akhirnya, selalu melampaui kalkulasi angka-angka. Dalam hal ini, yang kita butuhkan adalah sebuah komitmen moral. Komitmen moral yang menghormati kehidupan di atas segala-galanya, termasuk melampaui keuntungan ekonomi. Bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa keuntungan ekonomi itu tidak penting bagi kehidupan. Sebaliknya, ekonomi adalah bagian kehidupan yang amat penting. Ekonomi mempunyai fungsi yang amat vital bagi kehidupan, dan oleh karena itu jangan kita meremehkannya. Yang hendak dikatakan adalah ekonomi itu penting sepanjang menopang kehidupan. Oleh sebab itu, persoalan kita bukanlah ekonomi atau kehidupan, melainkan ekonomi untuk kehidupan Walaupun bermanfaat, suatu tindakan tidak dapat digantungkan sepenuhnya pada kalkulasi untung rugi. Ketika biaya atau risiko tidak dapat dipastikan sebelumnya, kehidupan harus ditempatkan di depan, menjadi pertimbangan kita satu-satunya. Bagaimana menerjemahkan prinsip ini ke dalam tindakan? Ada beberapa kemungkinan. Beberapa ahli mengusulkan bahwa ketika risiko tidak mungkin diperkirakan dengan pasti, jalan terbaik adalah memilih proyek-proyek yang tidak mengandung risiko kerusakan yang tidak mungkin diperbaiki. Sekalipun sebuah teknologi baru dapat diharapkan memberikan manfaat yang maksimum, tetapi bila ia juga mengandung risiko penghancuran yang fatal, proyek ini harus mutlak kita tolak. Beberapa ahli lain mengusulkan cara lain, demi keadilan diidentifikasikan siapa-siapa yang akan paling dibahayakan atau menanggung risiko yang terbesar sekiranya kemungkinan yang paling buruk terjadi, dan kemudian direncanakan langkah-langkah untuk memastikan bahwa mereka terlindungi. Generasi mendatang dan anak-anak, misalnya, termasuk dalam kategori yang mesti dijamin perlindungannya. 18



Pendekatan lain lagi adalah sebagai berikut. Ketika risiko tidak mungkin diperhitungkan dengan pasti sebelumnya, harus diasumsikan kemungkinan yang paling buruk, dan kemudian mempertanyakan apakah dalam situasi yang seperti itu, kehidupan terlindungi. Tentu saja risiko adalah bagian yang tidak terelakkan dari kehidupan. Namun demikian, hidup ini bukan permainan untung-untungan. Ketika yang dipertaruhkan adalah kehidupan itu sendiri, kita tidak punya pilihan lain. Ketika hidup itu sendirilah yang menghadapi risiko kehancuran, manfaat apa lagi yang masih mungkin kita harapkan? Bisnis memang bertujuan untuk mencari untung. Dan harus diakui bahwa mencari untung tidak haram. Seorang pengusaha bekerja untuk mencari untung. Tujuan hidup (termasuk pengusaha) adalah mencari untung serupa dengan analogi bahwa tujuan hidup adalah bernafas. Kita tidak bisa hidup tanpa bernafas, tetapi agaknya sulit diterima kalau dikatakan bahwa tujuan hidup “hanya” untuk bernafas. Di samping itu, ada batasan moral mengenai keuntungan, sebab jual beli manusia, jual beli obat terlarang, jual beli minuman keras, jual beli pornografi, sekalipun mungkin amat menguntungkan; jelas-jelas bertentangan dengan moral masyarakat. Termasuk di dalamnya menipu pajak, memperkerjakan anak-anak, menindas buruh, memanipulasi peraturan; semuanya bisa menguntungkan, akan tetapi bukan itu bisnis yang bercorak etis. Dalam kaitan dengan ekologi, ekonomi sering berjalan sendiri. Ekonomi sering dikelola dengan naluri atau dorongan ketamakan, ketidaksabaran, kerakusan, kebodohan dan kecerobohan. Kalangan bisnis sering menganggap bahwa alam ini adalah suatu aset modal yang didapat dengan gratis. Di pihak lain, tenaga manusia yang melimpah menyebabkan sumber daya manusia itu dihargai seminimal mungkin, ditekan serendah mungkin sebagai “faktor produksi.” Bisnis dijalankan seolah-olah “tidak ada hari esok,” mengeruk dan mengeruk keuntungan, seolah-olah manusia tidak mempunyai anak-anak yang harus tetap hidup. Bisnis dilakukan seolah-olah perusahaan sedang mengalami likuidasi. Cara kita mengeksploitasi alam dan sesama manusia, bagaikan menjelang mengalami proses kebangkrutan, sehingga dilakukan pengurasan habis-habisan terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia Kebebasan dalam berbisnis, ternyata ada batas-batasnya. Kebebasan itu berakhir ketika ia mengancam kehidupan orang lain, dan sekarang ini dengan amat nyata ditambahkan aspek baru yang sangat menonjol yaitu kelestarian lingkungan. Hubungan 19



antara ekonomi dan ekologi berkenaan dengan batas-batas ini. Kebebasan kita berakhir ketika kebebasan itu sudah mulai mengancam hak hidup orang lain. Menyangkut soal lingkungan, lebih fundamental lagi, karena yang dipertaruhkan bukan hanya kehidupan orang lain belaka, akan tetapi seluruh umat manusia dalam seluruh sejarahnya. Untuk menghadapi destruksi alam dan kemanusiaan di masyarakat, pendekatan etika ekologis dimulai dari asumsi mengenai keterikatan yang menyatu antara semua unsur kehidupan di muka bumi. Kehidupan ini bukan hanya kehidupan untuk manusia (lebih-lebih bukan untuk segelintir orang), akan tetapi semuanya merupakan sebuah komunitas, yaitu “komunitas biotik.” Kita perlu mencari keseimbangan antara kebebasan individu yang merupakan asumsi dari dunia bisnis, dengan seluruh lingkungan biotik, baik dalam bentuk alam lingkungan dan masyarakat. Dilihat dari perspektif ekologis, setiap individu berada dalam suatu jaringan kehidupan yang saling bergantung satu dengan yang lain. Keseluruhan kehidupan itu merupakan satu kesatuan organis yang memberikan kepada setiap “warganya” hak yang sama untuk hidup. Ada “kodeterminasi” yang dinamis antara individu dan masyarakat, ada saling ketergantungan antara ekonomi dan ekologi, antara manusia dan alam, antara buruh dan majikan. Pada akhirnya, segala persoalan yang kita hadapi berkaitan dengan kerusakan lingkungan, adalah bertemu dengan musuh terbesar kita, yaitu diri kita sendiri. Manusia yang batil, serakah dan yang tidak mempedulikan alam serta sesama. Manusia berada di dalam sistem, struktur serta institusi yang ia ciptakan sendiri, yang menguras sesamanya dan alam sekitarnya. Dalam segala upaya kita untuk memperbaiki kualitas lingkungan, kita juga bertemu dengan partner yang terbaik dan terpercaya, yaitu diri kita sendiri. Manusia merindukan perbaikan dirinya dan percaya pada kebaikan, baik sebagai lawan maupun sebagai kawan. Kita disadarkan bahwa alam lingkungan sekitar kita dan mereka yang menjadi korban dari penganiayaan adalah tanggung jawab seluruh warga masyarakat bersama. Etika haruslah kritis terhadap segala keputusan yang kena-mengena dengan manusia dan menyangkut integritas alam. Kelemahan-kelemahan manusiawi dalam dirinya maupun institusinya haruslah tetap ditempatkan di bawah kritik etika terus-menerus. Etika lingkungan menuntut agar kita belajar untuk menghormati alam. Kita juga harus membatinkan suatu perasaan tanggung jawab khusus terhadap lingkungan lokal kita sendiri. 20



Kita harus merasa bertanggung jawab terhadap kelestarian biosfer. Etika lingkungan memuat larangan keras untuk merusak, mengotori dan meracuni. Selain itu, sikap solidaritas dengan generasi-generasi yang akan datang juga dituntut oleh etika lingkungan. Kita harus menolak pandangan bahwa bila diperlukan kita harus mengurbankan ekologi demi ekonomi, seolah-olah ekonomi itu lebih luhur daripada ekologi. Sebaliknyalah, dalam mempertimbangkan situasi ekologis.secara global sekarang ini, kita harus mengatakan ekonomilah yang harus melestarikan ekologi! Apabila kita mesti mengurbankan ekologi, pengurbanan ini hanya dapat dibenarkan apabila itu benar-benar diperlukan demi kehidupan itu sendiri. Kehidupan adalah sesuatu yang lebih luhur ketimbang ekonomi ataupun ekologi. Kehidupan itu lebih dari sekadar “ada” secara fisik. Yang kita maksudkan dengan “kehidupan” adalah apa yang dijanjikan oleh Yesus “hidup dalam segala kepenuhannya.” Dengan demikian, jelaslah bahwa baik ekonomi maupun ekologi adalah bagian-bagian yang penting dari kehidupan. Pentingnya masing-masing ditentukan oleh sumbangan masingmasing, baik kuantitatif maupun kualitatif bagi hidup dalam segala kepenuhannya itu. D. Tindakan Manusia yang Merusak Alam Manusia dan lingkungan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagian besar aktivitas manusia melibatkan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan atau interaksi antara manusia dengan lingkungan ini jika dilakukan dengan tidak bertanggung jawab akan mengganggu keseimbangan dan kelestarian alam. Terganggunya keseimbangan dan kelestarian alam akan berdampak pada kehidupan manusia. Berikut beberapa contoh di antaranya: 1. Penebangan pohon Pepohonan sangat penting bagi kehidupan di Bumi. Jadi, penebangan pohon harus dilakukan secara hati-hati dan disertai dengan usaha pelestariannya. Penebangan hutan harus disertai dengan penanaman kembali benih-benih pohon yang telah ditebang. Benihbenih



ini



akan



tumbuh



dan



dapat



menggantikan



pohon-pohon



yang



telah



ditebang. Penebangan hutan liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Hilangnya habitat dan makhluk hidup 21



serta musnahnya spesies hewan dan tumbuhan dapat terjadi akibat penebangan pohon yang tidak terkendali. Ada lagi masalah yang timbul, misalnya tanah longsor, banjir, dan kebakaran hutan. 2. Penambangan pasir di laut Kegiatan penambangan juga dapat mengubah permukaan bumi. Sebagian besar bahan tambang berada di dalam tanah. Pengambilan bahan tambang dengan cara digali atau ditambang. Selain penambangan terbuka dan penambangan bawah tanah, ada juga cara lainnya yaitu pengerukan. Pengerukan merupakan cara lain yang digunakan untuk mengumpulkan logam-logam yang terendap di dalam batuan di dasar sungai atau sumber air lainnya. Kegiatan ini menyebabkan abrasi dan rusaknya pantai sehingga merusak ekosistem laut. Kegiatan ini juga dapat menenggelamkan pulau dan memengaruhi keseimbangan ekosistem ikan dan makhluk air lainnya 3. Pembakaran Hutan Karena lahan di kota atau di kawasan pertanian semakin sempit, maka hutan pun dikorbankan. Hutan digunduli dan dijadikan kawasan perumahan atau perkebunan. Apalagi dengan cara dibakar. Bisa saja kawasan hutan yang tidak perlu digunduli malah ikut terbakar. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada keanekaragaman hayati karena banyak jenis tumbuhan yang mati serta hewan yang kehilangan tempat tinggal. 4. Membuang Sampah ke Sungai Kebiasaan membuang sampah ke sungai juga dapat merusak keanekaragaman hayati. Karena sampah yang menumpuk di sungai membuat sungai menjadi kotor dan tidak sehat bagi makhluk hidup yang berhabitat disana. Akibatnya banyak ikan yang mati karena sungai yang tercemar. 5. Penggunaan Bahan-bahan Kimia dan Pestisida secara Berlebihan Salah satu contoh penggunaan bahan kimia adalah penggunaan detergen sebagai bahan pembersih. Detergen menghasilkan busa yang dapat mencemari lingkungan. Busa 22



detergen akan menutupi permukaan perairan sehingga sinar matahari tidak dapat menembus perairan. Proses fotosintesis tumbuhan air menjadi terganggu. Akibatnya tumbuhan kekurangan makanan dan akhirnya mati. Contoh lainnya adalah penggunaan pestisida yang berlebihan untuk memberantas hama tanaman. Penggunaan pestisida berlebihan dapat membunuh hewan lain yang lebih menguntungkan. 6. Polusi Polusi merupakan masuknya zat atau bahan-bahan berbahaya lainnya ke dalam lingkungan pada kadar membahayakan manusia. Polusi juga dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan sehingga membahayakan makhluk hidup yang ada di dalam lingkungan tersebut. Zat-zat atau bahan yang menyebabkan terjadinya polusi dinamakan polutan. a. Polusi udara Sumber polutan penyebab polusi udara umumnya berasal dari sisa pembakaran bahan bakar, seperti pembakaran batu bara di pabrik dan pembakaran BBM dari kendaraan bermotor. Sumber lain polutan udara yaitu pembakaran lahan dan hutan. Polusi udara dapat menyebabkan sesak napas, batuk, dan aneka penyakit mata. b. Polusi air Polutan penyebab polusi air dapat berasal dari limbah cair pabrik, limbah pertanian, limbah rumah tangga, sampah organik, dan logam berat. c. Polusi tanah Sampah dapat menjadi polutan yang menyebabkan terjadinya polusi tanah. Bahanbahan seperti plastik, kaca, logam, dan insektisida merupakan polutan yang sukar diuraikan oleh dekomposer. Akibatnya, bahan-bahan tersebut akan menumpuk dan terbenam dalam tanah. Tanah seperti ini akan berkurang porositasnya. Insektisida dalam tanah juga dapat menyebabkan terbunuhnya makhluk hidup lain yang justru berguna bagi manusia. Tanah yang tercemar logam berat pun dapat mengganggu organisme yang hidup di dalam tanah. 23



7. Penangkapan Ikan dengan Bahan Peledak Ini tentu saja sangat merusak habitat di laut. Bahan peledak tidak hanya dapat membunuh ikan, tetapi juga dapat merusak terumbu karang. Padahal terumbu karang adalah habitat alami hewan-hewan di laut. Hal ini berdampak pada kerusakan keanekaragaman hayati di laut.



E. Tindakan Manusia yang Menjaga Alam Alam semesta ini adalah tempat tinggal bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya. Dengan alam juga mereka dapat hidup hingga saat ini yang tentunya telah melalui banyak perubahan, seperti perubahan penggunaan lahan, perubahan penggunaan air dan lain sebagainya. Sebagian besar makhluk di bumi ini bergantung dari alam, seperti bergantung pada air, kayu, sayur-sayuran, pepohonan dan sebagainya. Jika alam ini tidak dijaga dengan sebaik-baiknya, maka akan terjadi kerusakan maupun kepunahan dimana-mana. Maka dari itu perlu melestarikan alam ini agar tetap terjaga ketersediaan sumber dayanya dan berikut adalah beberapa cara untuk melestarikan alam semesta ini Berikut adalah beberapa cara melestarikan alam : 1. Penanaman Hutan Kembali (Reboisasi) Reboisasi ini merupakan kegiatan penanaman kembali hutan yang sudah ditebang. Kegunaan reboisasi itu sendiri, seperti : 



Meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan menyerap polusi dan debu dari udara







Membangun kembali habitat dan ekosistem alam







Mencegah pemanasan global dengan menangkap karbondioksida dari udara.



24







Reboisasi ini hanya bisa dilakukan pada hutan atau lahan yang kosong atau gundul, hutan yang dimaksud di sini adalah hutan yang sudah ditentukan pada peraturan. Reboisasi



ini



erat



kaitannya



dengan penghijauan.



Dengan



mencanangkan



penghijauan, maka lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal kita menjadi lebih sejuk, ketersediaan air tahan menjadi terjamin dan mampu meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, dengan adanya reboisasi ini juga berguna menurunkan pemanasan global, atau juga biasa disebut dengan nama global warming 2. Membuang Sampah pada Tempatnya Hal ini berkaitan erat dengan tidak membuang sampah di sungai, yang membahayakan keselamatan bagi diri sendiri maupun orang lain dan juga lingkungannya. Dengan membuang sampah sesuai dengan tempatnya, maka kita juga ikut melestarikan dan menjaga alam yang ada di sekitar kita.Manfaat dari membuang sampah pada tempatnya adalah tempat yang ada di sekitar menjadi bersih, tidak ada sampah yang berserakan di mana-mana dikarenakan sampah tersebut sudah dibuang dengan semestinya. Hal ini memang terlihat sepele, namun apabila kita melihat manfaatnya, ternyata manfaatnya sangat besar. Hal yang besar pasti berawal dari hal-hal yang kecil.Salah satu contohnya saja adalah plastik. Plastik adalah material yang sulit diuraikan oleh tanah dan apabila dibuang ke sungai, maka akan terjadi penyumbatan pada aliran sungai, inilah masalahnya, banjir akibatnya.Dengan kita membuang sampah pada plastik, itu adalah hal yang terpuji. Bisa saja, kalian memanfaatkan plastik ini didaur ulang lagi untuk menghemat proses produksi. 3. Mendirikan Cagar Alam serta Suaka Margasatwa Cagar alam merupakan suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya memiliki kekhasan tumbuhan, satwa dan juga ekosistem tertentu yang dirasa perlu untuk dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.Kawasan cagar alam yang



25



ada di Indonesia itu sendiri seperti Cagar Alam Nusakambangan Barat, Cagar Alam Nusakambangan Timur dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Sementara itu, apabila kalian ingin memasuki cagar alam, maka diperlukan yang namanya SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi), di mana SIMAKSI ini bisa kalian dapatkan di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Sedangkan Suaka Margasatwa adalah kawasan hutan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan atau memiliki keunikan jenis satwa yang memang membutuhkan suatu perlindungan atau suatu pembinaan untuk kelangsungan hidupnya terhadap habitat mereka.Pelestarian bisa dilakukan secara sengaja atau secara alami guna menjaga kelangsungan hidupnya.Melalui adanya upaya konservasi inilah, diharapkan keberadaan dari flora dan juga fauna itu bisa tetap terjaga dari kepunahan sehingga kelestarian keanekaragaman hayai flora dan fauna Indonesia masih tetap bisa terjaga pada masa yang akan datang. 4. Melarang Perburuan Liar Perburuan liar merupakan suatu kegiatan pengambilan hewan dan tanaman liar secara ilegal yang bertentangan dengan peraturan konservasi serta manajemen kehidupan liar.Perburuan liar ini merupakan suatu tindak pelanggaran terhadap peraturan dan hukum perburuan.Di Indonesia ini, perburuan liar yang ada malah semakin meningkat dan sulit untuk ditanggulangi. Motif-motif yang digunakan untuk melakukan perburuan liar sangatlah beragam, contohnya hanya sebagai hobi, untuk biaya hidup keluarga, dan masih banyak lagi motif yang lain.Maka dari itu, kembali lagi seperti di atas, lakukan tindakan hukum yang tegas terhadap perburuan liar seperti pada SK Menhut no. 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran tumbuhan dan satwa liar.



26



5. Menerapkan Sistem Tebang Pilih Tebang pilih ini istilah yang merujuk pada kegiatan memanen hasil terbaik dan membiarkan yang lain. Biasanya, istilah ini biasa digunakan pada kehutanan, namun juga bisa digunakan pada penangkapan ikan serta pertambangan.Dalam kehutanan, tebang pilih ini memiliki arti menebang kayu yang berkualitas pada suatu area hutan. Dengan adanya tebang pilih ini bisa memberikan kesempatan untuk area hutan dalam mempertahankan spesies pohon tertentu.Tujuan dari tebang pilih ini sendiri tak lain ualah menjaga keselamatan, baik itu dari segi keselamatan manusia dan juga makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Dengan penggunaan atau penerapan dari sistem tebang pilih ini, bisa memberikan keuntungan yang lebih bagi si penebang. Karena, beberapa kayu yang sudah tua bisa digunakan untuk berbagai macam hal. Akan lebih menguntungkannya lagi jika pohon yang ditebang merupakan pohon yang bisa diperjualbelikan dan diperlukan bagi kebanyakan orang. Akan tetapi, ada beberapa kekurangan juga jika menggunakan sistem tebang pilih ini, yang mana produksi menjadi kecil, memusnahkan bakteri yang baik, tenaga kerja yang kian dipersempit hanya membutuhkan beberapa orang saja, dan lebih banyak lagi yang lain. 6.



Menanam Pepohonan di Pinggir Sungai Kegiatan ini dilakukan dengan memiliki manfaat agar mencegah terjadinya abrasi yang menyebabkan



rumah



masyarakat



menjadi



longosr



dan



hanyut



ke



sungai.



Tidak hanya itu saja, dengan hal ini juga bisa mencegah terjadinya abrasi. Abrasi adalah proses pengikisan pantai yang dikarenakan tenaga gelombang laut dan arus laut yang memiliki sifat merusak. Biasanya, abrasi sering disebut juga dengan nama erosi pantai. Yang menjadi pemicu timbulnya abrasi adalah keseimbangan alam yang terganggu di daerah sekitar sungai atau pantai.



27



7. Menjaga ekosistem laut Laut merupakan sumber penghasil ikan terbanyak di negara ini yang kemudian dijual demi kebutuhan masyarakat maupun untuk di ekspor ke negara lain. Maka dari itu kita perlu menjaga ekosistem laut agar keanekaragaman hayati dalam laut tetap terjaga. Selain itu perlu diingat untuk melarang para nelayan dalam menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak, karena hal ini akan sangat merugikan bagi ekosistem laut. Apabila memang ada yang melakukannya, sebaik mungkin untuk segera ditindak lanjuti untuk diberi sanksi agar jera. F. Manusia dalam Alam Skala pencemaran lingkungan pada abad ke-21 ini menjadi semakin besar. Pada masa lampau masalah lingkungan itu nyata di kota-kota besar saja, misalnya dalam hal pencemaran udara dan air. Jumlah perusahaan dan industri memang masih sangat terbatas. Sementara dalam abad ke-21 ini pengaruh pencemaran lingkungan memang meningkat dengan sangat pesat dan bukan hanya terjadi di kota-kota besar saja. Di samping itu, laju perkembangan produksi sintetis-organis dari bahan- bahan kimia tidak dapat dibendung, dan merupakan suatu hal yang baru. Semakin meningkatnya jumlah kebutuhan produksi kimia ikut mendorong agar penanganan atas masalah lingkungan dilakukan pada tingkat internasional. Masalah lingkungan juga semakin rumit: bukankah rumah kaca untuk pembibitan tanaman juga mengandung berbagai macam bahan kimia yang dapat merusak kesehatan, belum lagi robeknya lapisan ozon, hujan asam, peracunan udara, air dan dasar bumi dan sebagainya. Penyebab utama krisis ekologi adalah keserakahan manusia yang pernah diungkapan sebagai mendapat laba ekonomis melalui rugi ekologis. Mahatma Gandhi menyatakan, “Bumi ini mempunyai cukup untuk memenuhi kebutuhan semua orang, namun tidak cukup untuk memenuhi keserakahan semua orang.” Sumbersumber alam secara global cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar semua orang, apabila dimanfaatkan secara bijak dan didistribusikan secara adil. Kecukupan bagi semua orang harus didahulukan ketimbang kelimpahan bagi segelintir orang (Darmaputera 1996, 128). Perusakan lingkungan hidup mempunyai banyak sebab. Polusi dari industri dan kendaraaan bermotor merupakan salah satu sebab yang ditemukan di mana-mana. Ada juga sebab yang 28



berlaku khusus untuk suatu wilayah tertentu. Sampai sekarang kita mendapat kesan bahwa persoalan spesifik bagi Indonesia di bidang lingkungan hidup adalah penebangan hutan tropis (dengan izin maupun liar) dan kebakaran hutan yang hampir setiap musim kemarau terjadi di beberapa tempat. Tanah air kita sebagai negara kepulauan dulu dianggap diganggu oleh penebangan hutan bakau yang secara alamiahmelindungi keutuhan pantai di belakangnya. Kini kita menyadari bahwa ada sebab lebih dahsyat lagi, yaitu pengerukan pasir laut yang menghilangkan ratusan hektar tanah dari tujuh pulau kecil di Kalimantan Timur dan merusak seluruh ekosistem di sekitarnya sehingga para nelayan pun banyak dirugikan, karena menangkap ikan menjadi semakin sulit (Bertens 2004, 213-214). Sekaligus kita dengar bahwa cara merusak ini sudah berlangsung lama dan tidak sebatas Kalimantan Timur saja. Di Kepulauan Riau rupanya sebelumnya sudah terjadi hal yang sejenis. Tenggelamnya Pulau Nipah disebut sebagai contohnya. Di daerah perbatasan ini akibat perusakan jelas lebih parah lagi sebab selain pengaruh destruktif atas lingkungan hidup, hilangnya pulau, timbulnya persoalan territorial. Sebuah pulau berperanan pula sebagai titik pangkal penentuan batas RI dengan negara-negara tetangga. Pada bulan Juni 1992, di Rio de Janairo, Brazilia, diselenggarakan KTT Bumi yang dihadiri oleh hampir seluruh Kepala Negara di dunia. KTT tersebut mencetuskan tekad untuk menyelamatkan bumi dari malapetaka yang bakal datang oleh ulah manusia. Bersamaan dengan KTT tersebut, diselenggarakan pula pertemuan tokoh-tokoh agama yang terkenal di dunia: Katolik, Protestan, Islam, Buddha dan Yahudi. Tokoh agama tersebut secara bersamasama mengaku dosa mereka atas kealpaan mereka selama ini. Mereka mengaku bahwa selama ini mereka sibuk dengan pertentangan dan pertengkaran di antara mereka untuk memperebutkan anggota-anggota, sedangkan masalah bumi yang tercemar sangat diabaikan. Mereka bertekad untuk memperbarui komitmen. Mereka sepakat untuk bekerja sama seerateratnya untuk mencari jalan bagaimana caranya menyelamatkan “Ibu Bumi” yang setia mengayomi dan merangkul anak-anaknya, kendati anak-anaknya telah memperkosanya selama bertahun-tahun. Sesuatu yang dipercayakan kepada kita tentu kita jaga baik-baik. Merawat kehidupan tidak cukup hanya dengan pengendalian polusi. Kita juga harus berbicara mengenai konservasi. Memelihara kelestarian sesuatu itulah yang disebut konservasi. Ancaman terbesar terhadap 29



umat manusia bisa saja pada akhirnya bukan perang nuklir, melainkan risiko yang datangnya dari suatu masa damai, yakni perusakan sumber daya alami bumi oleh kebodohan, kerancuan berpikir dan keserakahan manusia. Konservasi merupakan tindakan penyelamatan atau penjatahan sumber-sumber alam untuk penggunaan yangkemudian. Oleh karenanya, konservasi melihat ke depan: kebutuhan untuk membatasi konsumsi sekarang agar kita mempunyai persediaan bagi hari esok, bagi generasi-generasi yang akan datang. Dua pertanyaan dapat dikemukakan sehubungan dengan konservasi. Pertama, mengapa kita mesti melakukan konservasi bagi generasi-generasi mendatang? Kedua, berapa banyak yang harus kita konservasikan? Pertanyaan ini kedengarannya aneh. Namun demikian, pertanyaan ini harus kita sampaikan sebab ada beberapa ahli yang mengemukakan bahwa kita tidak mempunyai dasar rasional untuk menyesuaikan tindakan kita sekarang demi kepentingan generasi yang akan datang. Kita tidak dapat dengan pasti mengetahui, begitu kata mereka, apakah generasi yang akan datang itu akan betul-betul ada, kita juga tidak dapat mengetahui secuil pun bagaimana mereka itu nanti. Apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan, bisa saja amat berbeda dari kita. Siapa tahu mereka sudah dapat memperkembangkan sumber-sumber daya pengganti yang murah dan cukup banyak guna menggantikan sumber-sumber yang langka yang kita miliki sekarang. Karena kita tidak mengetahui dengan pasti mengenai hal-hal ini, begitu kata mereka selanjutnya, salahlah kita bila kita mesti mengurbankan kebutuhankebutuhan kita sekarang dengan risiko menghancurkan seluruh peradaban hanya demi kepentingan masa depan yang sama sekali di luar pengetahuan kita. Tentu saja benar untuk mengatakan bahwa kita tidak memiliki kepastian apa-apa mengenai generasi-generasi yang akan datang. Namun demikian, tidak berarti kita lalu tidak mempunyai kewajiban moral untuk bersikap adil terhadap mereka. Tentu saja tidak adil bila kita secara berlebihan mengurbankan generasi sekarang demi kepentingan generasi-generasi yang akan datang. Sama tidak adilnya apabila generasi sekarang tidak meninggalkan apa pun bagi generasi- generasi mendatang. Kita mempunyai kewajiban moral untuk mewariskan kepada generasi yang akan datang suatu kondisi kehidupan yang lebih baik daripada kondisi sewaktu kita menerimanya dahulu dari generasi yang sebelum kita. Sudah waktunya kita menyadari tanggung jawab kita terhadap generasi-generasi yang akan datang. Setiap orang 30



tua yang baik berusaha untuk menjaga rumah, perabot, dan tanah yang dimiliki sebagai warisan bagi anak cucu mereka. Sikap ini harus menjadi sikap umum manusia terhadap generasi-generasi yang akan datang. Kita dibebani kewajiban berat untuk mewariskan ekosistem bumi ini dalam keadaan baik dan utuh kepada anak, cucu, dan cicit kita. Kalau begitu, berapa banyak yang mesti kita konservasikan agar kebutuhan-kebutuhan kita sekarang terpenuhi dan sekaligus hak-hak generasi mendatang terlindungi? Apakah Anda dapat mengusulkan angka-angka? Sebenarnya yang dibutuhkan bukanlah angka-angka, tetapi sebuah pergeseran paradigma. Perubahan seluruh cara berpikir kita. Kita mesti bergeser dari paradigma lama ke paradigma baru. Paradigma lama adalah paradigma era industri yang memiliki komponen-komponen sebagai berikut: harapan akan kemajuan material yang tidak terbatas serta konsumsi yang terus bertumbuh, keyakinan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi akan mampu memecahkan semua persoalan, mencapai sasaran efisiensi, pertumbuhan dan produktivitas dalam segala hal, penguasaan atas alam, serta hidup yang diwarnai oleh persaingan dan individualisme. Paradigma inilah yang telah menyeret dunia kepada degradasi lingkungan, pengurasan sumber-sumber alam, hilangnya makna hidup, distribusi yang tidak merata serta tidak terkendalinya teknologi dengan efektif. Paradigma baru adalah paradigma era pascaindustri yang memiliki komponen-komponen sebagai berikut: kecukupan material yang didasarkan pada terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar, hemat dalam pemanfaatan sumber- sumber alam, sedikit demi sedikit beralih kepada sumbersumber yang dapat didaur ulang, pergeseran dari hak milik pribadi kepada pemerataan melalui pembayaran pajak, dari orientasi jangka pendek ke jangka panjang, dari isu-isu nasional ke isu-isu global, tekanan kepada etika lingkungan dan penatalayanan terhadap alam, tujuan diarahkan kepada perkembangan dan realisasi diri manusia, serta pertumbuhan kesadaran dan kreativitas dan kerja sama serta solidaritas sebagai pengganti persaingan dan individualisme. Paradigma era pascaindustri sebagai dasar bagi terbentuknya sebuah masyarakat yang lestari. Kita harus berusaha berpikir dan bertindak ekologis. Kita bertobat dari segala tindakan yang bersifat menghambur-hamburkan sumber daya alam, mencemarkan dan merusak tanpa alasan. Kita sadar bahwa bagi manusia lebih mudah menaklukkan bumi daripada menaklukkan dirinya sendiri 31



G. Hubungan Manusia dengan Alam Sebelum manusia hadir, alam semesta telah ada. Alam telah terbentuk, jauh sebelum ada manusia; dan manusia dengan “sok tahunya,” menyatakan bahwa TUHAN Allah lah yang menciptakan alam semesta dengan sungguh amat baik; dan itu disediakan untuk manusia; alam semesta disediakan sebagai pesemaian manusia. Dan menurut yang empunya kisah, manusia di tempakan di Taman Eden. Di tempat itu, manusia belajar dan berhasil membangun hubungan yang harmonis dengan sesamanya, lingkungan, flora, fauna. Jadi, ada hubungan timbal balik antara manusia dan alam. Tercipta hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara manusia-alam. Ketika manusia berdosa, keharmonisan hubungan tersebut menjadi rusak, termasuk lingkungan hidup. Pemberdayaan alam, tidak terbatas pada memenuhi kebutuhan manusia, melainkan untuk mencapai semua keinginannya. Jika setiap (hari masa, saat, era), pada diri manusia terus menerus muncul berbagai keinginan baru, maka ia pun berupaya untuk mendapatkannya. Dan cara terbaik untuk itu adalah mengambil dari alam, akan tetapi, setelah itu bukan berarti membiarkan alam dalam keadaan rusak dan porak poranda. Pada umumnya, tiga kategori hubungan manusia-alam atau alam-manusia, yaitu alam harus ditakuti; alam harus ditaklukan; dan menjaga keselarasan alam.Alam harus ditakuti. Relasi manusia-alam seperti ini, muncul karena kesadaran bahwa dirinya [manusia bersangkutan] hanya merupakan bagian terkecil dari alam semesta; lemah dan tak berdaya; sedangkan alam mempunyai kekuatan dan kuasa yang maha dasyat. Sehingga tidak ada seorang pun mampu menguasai dan menakklukan kekuatan alam tersebut. Bahkan, pada komunitas masyarakat tertentu, memahami bahwa ada bagian-bagian pada alam merupakan pribadi yang harus dihormati; ataupun ada pribadi tertentu yang menguasai alam; ia bisa mencurahkan murkanya jika manusia merusak wilayah kekuasaannya. Pada konteks komunitas masyarakat alam harus ditakuti, biasanya membangun serta menghasilkan unsur-unsur budaya yang berakar dari relasi tersebut, Misalnya, agama-agama suku asli; salah satu ciri khas masyarakat penganut agama suku adalah berhubungan dengan alam. Mereka memahami bahwa alam (gunung, pohon, hutan, sungai, dan lain-lain) 32



mempunyai penunggu atau penguasa; ia adalah pribadi yang mempunyai kekuatan, bisa marah, memberi berkah, dan lain-lain. Oleh sebab itu, manusia harus sesering mungkin memberi sedekah kepada parapenunggu atau penguasa tersebut; manusia tidak boleh atau dilarang memasuki dan merusak area kekuasaan sang penunggu dan penguasa itu, karena merupakan wilyah suci serta keramat; jika wilayah suci serta keramat tersebut rusak maka manusia akan mengalami berbagai bencana karena amarah sang penunggu atau penguasa alam. Namun, pada sisi lain, karena adanya pembatasan itu, maka manusia cenderung apatis, menyerahkan segala sesuatu pada kebaikan dan kemurahan alam. Manusia hanya menggunakan hal yang tersedia di alam untuk kebutuhan hidup dan kehidupannya. Di samping kecenderungan apatis, relasi ini menghasilkan penyembahan kepada alam atau ciptaan. Manusia memberi sedekah kepada penunggu atau penguasa alam agar mendapat berkah, keselamatan, dijauhkan dari berbagai malapetaka, dan lain sebaginya. Jadi, muncul agama-agama asli yang bersifat animisme, dinamisme, spiritisme, dan totemnisme. Alam harus ditaklukan. Karena TUHAN Allah tidak mencabut kemampuan untuk mengembangkan



hidup



dan



kehidupannya,



maka



manusia



tetap



menggunakan



mandat menaklukan ciptaan serta memanfaatkannya untuk bertahan hidup. Tujuan menaklukkan alam agar hidup dan kehidupan manusia tetap ada dan terus berlangsung, merupakan sesuatu yang harus terjadi. Manusia tidak bisa hidup dengan tanpa menggunakan segala sesuatu yang ada pada alam. Ketergantungan manusia-alam atau alam-manusia, menjadikan manusia menggunakan hasil alam untuk kelangsungan hidup dan kehidupannya. Manusia-alam atau lingkungan hidup-manusia, kedua-duanya tak dapat dipisahkan satu sama lain. Dan dalam perkembangannya, sebagai upaya menaklukan alam, manusia mengeksploitasi serta mengeksplorasi alam untuk mencapai keingingan dan tujuannya. Dengan kemampuan dan kemajuan yang ada, manusia melakukan eksploitasi dan eksplorasi dalam perut Bumi, di permukaan Bumi, serta di luar Bumi atau alam semesta. Sebelum manusia menemukan tekhnologi tinggi untuk masuk ke dalam perut bumi, Alkitab telah mengungkapkan bahwa ada manusia menambang dan menemukan mineral dari dalam 33



Bumi. Mereka melakukan hal tersebut dengan tujuan yang jelas dan penuh keteraturan. Oleh sebab itu, untuk menemukan yang dicari dari perut bumi, manusia tidak meninggalkan pelbagai kerusakan dan kehancuran. Akan tetapi, kenyataannya, ketika menemukan apa yang diinginkan misalnya, setelah merambah dalam perut Bumi. Dan akibat dari semua itu, adalah terjadi kerusakan dan ketidakseimbangan ekosistem. Demikian juga, eksploitasi dan eksplorasi di permukaan Bumi, misalnya, membendung air sungai; mengambil hasil hutan dan laut; merubah struktur alam dengan pembangunan, dan lain-lain. Semuanya itu, menjadikan Bumi, pada satu sisi tertata baik; namun pada pihak lain, Bumi dibiarkan dalam keadaan yang berantakan karena ketidakpedulian manusia. Sifat dan sikap egois dan keserakahan, pada umumnya telah mendorong manusia mengeksploitasi alam sehingga keharmonisan ekosistem menjadi terganggu dan rusak. Manusia menjadi lupa [atau pura-pura tidak tahu?] bahwa ulahnya akan menghancurkan lingkungan di mana ia berada. Keteraturan ekosistem menjadi rusak akibat penetrasi manusia. Karena itu, alam bereaksi terhadap tindakan manusia, hingga mengakibatkan kehancuran hidup dan kesengsaraan manusia. Pada konteks kekinian, pada banyak tempat, terjadi ekploitasi dan eksplorasi terhadap alam [dalam, di atas, dan luar Bumi]. Hal tersebut manusia lakukan dengan tekhnologi sederhana maupun tinggi; memakai perlengkapan atau alat-alat bantu manual dan mekanis [mesin] yang rumit. Kesemuanya itu meninggalkan sampah tekhnologi [sederhana dan tinggi] dan dibiarkan tercecer, sehingga merusak lingkungan, dan ketidakaturan serta ketidaksimbangan ciptaan. Kerusakan dan ketidakseimbangan tersebut, ditambah dengan penggunaan hasil tekhnologi yang tidak ramah lingkungan, berdampak pada [perubahan] iklim dan musim; serta kerusakan pada alam. Akibatnya, muncul berbagai bencana alam [dan berbagai penyakit] karena kesengajaan struktural serta terencana yang dilakukan manusia. Misalnya, banjir akibat eksploitasi hasil hutan, tanpa reboisasi; gelombang pasang yang mencapai darat, karena tanaman pesisir pantai dirusak; lenyapnya berbagai spesies flora dan fauna karena lingkungan hidupnya dirusak; naiknya suhu Bumi, akibat pemanasan global, dan lain-lain.



34



Menjaga keselarasan dengan alam. Relasi terbaik manusia-alam pada konteks lingkungan hidup, adalah manusia harus menjaga keselarasan dengan alam. Ada kesadaran pada tiap orang bahwa peran sebagai pemegang mandat dari TUHAN Allah, sekaligus mempunyai tanggungjawab penataan lingkungan hidup dan kehidupan. Kesadaran seperti itu, mungkin hanya ada pada sedikit umat manusia. Pada sikon tertentu, hubungan manusia-alam, seperti pada budaya dan agama suku, lebih baik dari mereka yang berasal dari masyarakat kota dan industri. Pada penduduk pedesaan dan terpencil, yang menjaga hubungan dengan alam melalui larangan-larangan memasuki wilayah tertentu, paling tidak menunjukkan penataan dan kelestarian lingkungan hidup dan kehidupan. Dengan itu akan tercipta keteraturan ciptaan yang memuliakan TUHAN Allah. Menurut ajaran agama-agama, kelangsungan alam semesta karena adanya pemeliharaan TUHAN Allah terhadap ciptaan. Namun, Ia telah memberi mandat kepada manusia untuk mengelola dan menata alam semesta. Dan karena mandat tersebut, di samping memunculkan atau adanya kemajuan, manusia pun telah merusak lingkungan hidup. Dengan demikian, upaya untuk menjaga serta menjaga keselarasan alam merupakan tanggungjawab mereka yang telah merusaknya. Menjaga dan menciptakan keselarasan dengan alam, sekaligus mencerminkan adanya penatalayanan untuk melanjutkan karya pemeliharaan dan pelestarian atau konservasi alam. Juga memperlihatkan bahwa, manusia (sekarang atau di saat ini) masih mempunyai kepedulian pada generasi yang akan datang. Karena jika generasi masa kini [sekarang] membiarkan lingkungan hidup dalam keadaan berantakan, tidak tertata, rusak, maka bisa dipastikan di era akan datang [setelah hidup dan kehidupan sekarang], hidup dan kehidupan manusia akan menjadi atau semakin sulit. Kesulitan berupa penyakit-penyakit yang muncul akibat kesalahan menggunakan hasil iptek. Manusia diberikan kebebasan untuk berkuasa dan sekaligus mengolah dan menata lingkungan hidup. Semua karya hidup dan kehidupan manusia, dalam hubungan dengan lingkungan hidup, juga merupakan tugas manusia di dunia milik TUHAN. Oleh sebab itu, ia harus melakukan semuanya dengan penuh ketaatan kepada TUHAN Allah. Akan tetapi, agaknya manusia telah memilah-milah bumi dan menjadikan milik pusakanya. 35



Upaya menjaga keselarasan dengan alam atau menata lingkungan hidup dan kehidupan dapat dilakukan oleh semua orang, seluruh lapisan masyarakat; bisa dikerjakan oleh semua umat manusia tanpa membedakan perbedaan SARA, tingkat pendidikan, status sosial, dan lainlain. Upaya itu bisa dimulai dengan hal-hal yang sederhana, misalnya penyediaan tempat sampah di area-area umum dan terbuka; menanam bunga atau pohon di sepanjang jalan raya; membuat taman-taman kota atau menciptakan hutan dalam kota. Upaya menjaga keselarasan alam, bisa juga dikerjakan dengan tekhnologi tinggi serta pembiayaan yang besar, misalnya, pengelolaan atau daur ulang sampah; mengatur emisi gas buangan mesin-mesin kendaraan bermotor dan pabrik sehingga seminim mungkin mengandung racun; reboisasi hutan daratan dan pesisir pantai; penataan lingkungan perumahan dan daerah aliran air sungai, termasuk penggunaan hasil iptek yang ramah lingkungan, dan lain sebagainya. H. Hubungan Manusia dengan Hewan dan Tumbuhan Makhluk hidup memiliki ketergantungan yang saling mengisi antara yang satu dengan yang lainnya. Manusia memerlukan tumbuhan, tumbuhan memerlukan manusia. Demikian juga dengan hewan. Makhluk hidup juga membutuhkan tanah udara, sinar matahari sebagai pelengkap lingkungannya. Di sekeliling kita banyak dijumpai bentuk saling ketergantungan antara manusia, hewan, dan tumbuhan. Ayam dibutuhkan daging dan telurnya oleh manusia, ayam memakan biji-bijian dari tumbuhan, tumbuhan dan hewan membutuhkan manusia untuk menjaga dan memeliharanya. Manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia memanfaatkan hewan sebagai bahan makanan seperti daging, telur, dan susu. Ayam diambil telur dan dagingnya sedangkan sapi diambil susunya. Hewan juga dimanfaatkan tenaganya untuk meringankan pekerjaan manusia. Sapi dan kuda digunakan untuk menarik gerobak. Kerbau digunakan untuk membajak sawah. Manusia juga memanfaatkan hewan untuk kesenangannya, burung dipelihara manusia untuk didengar suaranya yang merdu. Manusia juga membutuhkan tumbuhan untuk berbagai keperluan. Manusia memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan makanan antara lain nasi dan sayuran serta buah-buahan. Kapas 36



digunakan manusia untuk membuatpakaian. Selain itu tumbuhan juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuat rumah. Manusia sangat membutuhkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhannya yang sangat banyak. Hubungan antara manusia tumbuhan dan hewan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tumbuhan dimanfaatkan oleh oleh hewan sebagai bahan makanan dan tempat tinggalnya. Hewan pemakan tumbuhan seperti kambing dan sapi memakan rumput sebagai makanan utamanya. Sementara beberapa hewan seperti berbagai jenis burung juga memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber bahan makanan dan tempat tinggal. Sedangkan tumbuhan membutuhkan hewan untuk membantu ketersediaan makanan tumbuhan yang berasal dari kotoran hewan. Tumbuhan juga membutuhkan hewan untuk perkembangbiakannya. Pada beberapa tumbuhan ada yang penyerbukannya dibantu oleh hewan. Selain dibutuhkan oleh manusia hewan juga membutuhkan manusia untuk memelihara dan menjaganya. Biasanya manusia memelihara hewan dengan cara merawatnya. Manusia memelihara sapi untuk diambil daging, susu, dan tenaganya. Manusia memberi makanan dan merawat hewan peliharaanya tersebut dengan baik. Ayam dibutuhkan oleh manusia untuk diambil daging dan telurnya. Ayam dipelihara oleh manusia dengan cara memberi makan setiap pagi dan sore selain itu manusia juga membuatkan kandang untuk ayam. Manusia, hewan, dan tumbuhan memiliki rasa saling tergantung satu sama lain. Manusia, hewan dan tumbuhan tidak dapat dipisahkan. Manusia harus menyadari perannya di alam. Manusia tidak dapat berlaku seenaknya tanpa mempedulikan hewan dan tumbuhan. Hubungan manusia dengan keduanya senantiasa berlangsung di setiap waktu. Ketika manusia lalai dengan perannya, maka hal tersebut menunjukkan ketidakpedulian manusia terhadap kelestarian alam sekitarnya. Alam sangat berjasa terhadap kehidupan manusia selama ia hidup. I. Hubungan Manusia dengan Manusia Antara manusia dan manusia terdapat hubungan yang sangat kompleks. Keduanya saling berinteraksi, saling membutuhkan, saling melengkapi dan saling bergantung satu sama lain. Contohnya hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan dari 37



kedua ini dapat juga menghasilkan karya-karya besar(karangan) dari akal dan pikiran manusia masing-masing . Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Selo Soemardjan) atau masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh identitas bersama (yaitu kebudayaan yang dihasilkannya). Jadi hubungan manusia dengan manusia itu dapat



tercipta



jika



ada



kehidupan



bersama



yang



terus-menerus



(masyarakat).



Hubungan kedua ini juga merupakan kebudayaan yang tidak bisa di ciptakan oleh seseorang yang hidup sendirian di tengah hutan/ di gurun pasir. Sementara itu manusia dengan manusia dalam berinteraksi dan melakukan tindakan-tindakan itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah contoh hubungan simbiosis mutualisme(saling menguntungkan). Seperti halnya kita dalam mencari pekerjaan, pastinya kita membutuhkan orang lain dalam mencari informasi lowongan kerja dan pada saat itu kita akan berinteraksi sama orang itu. Dan mulai dari situ kita akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita sehari-hari. Ini merupakan salah contoh hubungan manusia dengan manusia. Contoh selanjutnya hubungan antara seorang ibu dengan anaknya yang saling terkait ikatan batin sejak lahir, ini dikarenakan dari anak itu lahir sudah hidup bersama-sama. 1. Pengertian Hubungan antar Manusia Hubungan antar manusia adalah kemampuan mengenali sifat, tingkah laku, pribadi seseorang. Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas adalah interaksi antar seseorang dengan orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah pihak. Suksesnya seseorang dalam melaksanakan “Human Relations” karena ia berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai, dan menghormati orang lain.Human Relations ini dilakukan dimana saja di rumah, pasar, kampus, toko, dalam bis, kereta api, dan sebagainya. Proses interaksi melibatkan mencerminkan



perasaan



perasaan, dan



kata



yang



diucapkan



sikap, proses penyesuaian



dalam komunikasi, diri.



Hubungan 38



antar manusia secara luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahas untuk mendapatkan pemecahan masalah. Pengertian hubungan antar manusia menurut beberapa pakar: 1. Hugo Cabot dan Joseph A Kahl (1967): HAM adalah suatu sosiologi yang konkret



karena



meneliti



situasi



kehidupan,



khususnya



masalah



“interaksi” dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru. 2. H.



Bonner (1975): interaksi adalah



hubungan



antara



dua



atau



lebih



individu manusia dan perilakuindividu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya. 3. Keith Davis “Human Relation at Work” adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau



dari



kepimpinannya,



yang



bertanggung



jawab



dalam



suatukelompok merupakan interaksi orang-orang menuju situasi kerja yang memotivasi



untuk



bekerjasama



secara



produktif,



sehingga



dicapai



kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial. 4. Ferdinand



Tonnies:



menyatakan



bahwa manusia dalam



bermasyarakat



mempunyai dua jenis pergaulan yaitu: a. Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang lain dirasakan sebagaimana terjadi pada dirinya olek karena pergaulannya yang sangat akrab. Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional; b. Gessellscaft, pergaulan yang mempertimbangkan untung dan ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari kelompok tersebut.



39



2. Tujuan Hubungan Antar Manusia Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan yang harmonis yaitu masing-masing orang saling bekerjasama dengan menyesuaikan diri terhadap satu dengan yang lain, dan memanfaatkan pengetahuan tentang factor social dan psikologis. Dalam penyesuaian diri manusia sedemikian rupa sehingga penyesuaian diri ini terjadi dengan serasi dan selaras, dengan ketegangan dan pertentangan sedikit mungkin. Hal ini disebabkan karena didalam masyarakat/lingkungan sosial, setiap orang mempunyai kepentingan dan harapan yang berbeda-beda atau bersaing satu sama lain. Suksesnya hubungan antar manusia sebagai akibat tidak mengabaikan sopan santun, ramah tamah, hormat menghormati dan menghargai orang lain dan faktor etika. Hubungan antar manusia yang baik akan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi, mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia yang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Tujuan hubungan antar manusia lainnya adalah: 1. Memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial



dan psikologis dalam



penyesuaian



diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin. 2. Memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain. 3. Memperoleh pengetahuan dan informasi baru. 4. Menumbuhkan sikap kerjasama. 5. Menghilangkan sikap egois/paling benar. 6. Menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk homo socius”; mengubah sikap danperilaku diri sendiri dan orang lain serta memberikan bantuan. J. Kedudukan Manusia dalam Lingkungan Alam Kita perlu menyajikan satu batasan istilah “alam” karena arti istilah alam cenderung kabur yang disebabkan faktor-faktor berikut. Manusia adalah bagian dari “alam” dalam arti kita ikut serta dalam proses-proses biologis dan fisiologis, sama seperti binatang dan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya, manusia juga “terpisah” dari alam karena kita memiliki 40



kesadaran dan sanggup mengambil keputusan secara sadar tentang cara mengubah alam di sekitar kita. Oleh sebab itu, istilah alam yang dimaksud dalam bagian ini dibatasi pada ciptaan bukan manusia. Nilai alam bagi manusia tidak bisa disangkal. Makanan yang dimakan manusia, minuman yang diminumnya, udara yang dihirupnya, serta bahan untuk pakaiannya, perumahannya, alat-alatnya dan tenaga yang menjalankan mesin- mesinnya semuanya disediakan dari alam. Yang menjadi pertanyaan ialah apakah alam mempunyai nilai terlepas dari gunanya bagi manusia. Jawaban pertama kepada pertanyaan ini ialah bahwa nilai alam yang utama dalam rencana Allah ialah nilainya untuk manusia. Alam bernilai tetapi nilai manusia jauh lebih tinggi daripada tumbuh-tumbuhan atau binatang-binatang. Dalam Kejadian 2 semua makhluk diciptakan untuk dinikmati dan digunakan oleh manusia. Keistimewaan manusia itu perlu ditekankan karena banyak buku yang penuh angan-angan tentang lingkungan menilai alam setinggi manusia atau lebih tinggi dari manusia. Manusia dilihat sebagai benalu yang mengganggu karunia. alam, merampas kekayaan alam dan mengotorkan keindahan alam. Hutan yang indah tidak dapat diganti dalam seribu tahun tetapi manusia dapat lekas melahirkan anak-anak. Maka pohon mempunyai nilai yang tidak dipunyai orang. Keindahan alam makin susah ditemui tetapi orang-orang sukar dihindari karena mereka ada di mana-mana. Hak-hak alam sama pentingnya dengan hak-hak manusia. Keindahan bukit atau lembah lebih penting daripada perut yang kenyang. Kepada pandangan semacam ini kita perlu menjawab bahwa orang lebih berharga daripada pohon atau binatang. Walaupun keindaham alam itu penting, kebutuhan manusia lebih penting. Setiap orang unik dan tidak dapat diganti. Oleh sebab itu, tepatlah kalau ekologi menjadi manusia sentris. Keselarasan alam perlu dijaga terutama demi kesejahteraan manusia. Pencemaran udara dan air merugikan manusia. Penghanyutan tanah dan penghabisan pohon-pohon di hutan menghambat usaha untuk menyediakan makanan dan perumahan untuk manusia. Nilai alam yang utama ialah gunanya untuk manusia. Namun demikian, perlu ditambah bahwa alam juga bernilai terlepas dari nilainya bagi manusia. Allah menganggap ciptaan-Nya baik sebelum manusia dijadikan (Kej. 1:10, 12, 18, 41



21, 25). Salah satu alasan mengapa Allah menciptakan manusia adalah untuk memelihara kebaikan alam. Sesudah air bah Allah membuat perjanjian bukan saja dengan Nuh dan keturunannya tetapi juga “dengan segala makhluk hidup” (Kej. 9:10). Walaupun perjanjian dinyatakan kepada Nuh sebagai wakil makhluk-makhluk lain, tetapi Allah mempunyai hubungan dengan semua makhluk. Bahkan Ia mempunyai kewajiban kepada makhlukmakhluk itu berdasarkan perjanjian-Nya. Walaupun alam dimaksudkan untuk digunakan manusia, alam tidak semata-mata untuk maksud itu. Hutan lebih dari sekadar sumber kayu bagi manusia. Binatang-binatang lebih dari sekadar sumber daging untuk dimakan. Setiap unsur alam mempunyai nilai dalam dirinya sebagai ciptaan Tuhan. Dalam alam semesta ada banyak bintang yang begitu jauh dari bumi sehingga tidak dapat dilihat manusia. Astronom mengatakan bahwa mungkin sekali di planet yang lain dalam alam semesta ada makhluk-makhluk hidup lainnya. Karena itu menjadi nyata bahwa alam memiliki nilai terlepas dari gunanya bagi manusia. Meskipun manusia mempunyai tempat yang terpenting dalam maksud Allah bagi dunia, tidak bisa dikatakan bahwa alam semesta berada semata-mata bagi manusia. Kita perlu mengingat dasar nilai alam. Alam tidak bernilai karena keramat atau karena mempunyai kepribadian seperti manusia, tetapi karena sifat-sifatnya sebagai alam. Suatu pohon bernilai bukan karena penuh dengan zat ilahi atau karena mempunyai perasaan atau kebajikan manusiawi tetapi karena diciptakan oleh Tuhan dengan ciri khasnya sebagai pohon, dan sebagai pohon ia mempunyai fungsi dalam maksud Tuhan. Para ahli etika lingkungan menganggap alam memiliki tiga nilai (Drummond 2001, 78). Kalau kita memandang alam sebagai sumber untuk dikelola bagi kepentingan manusia, alam mempunyai nilai instrumental (instrumentalvalue). Kalau kita yakin bahwa alam memiliki nilai di dalam dan dari dirinyasendiri, alam mempunyai nilai bawaan (inherent value). Nilai bawaan ini sering digunakan oleh para ahli etika sebagai acuan pada nilai sesuatu, dengan asumsi bahwa ada nilai subjek. Misalnya, kayu mempunyai nilai bawaan bagi pemiliknya selama ia ada. Sebaliknya, kalau kita yakin bahwa alam memiliki nilai hakiki (intrinsic value), nilai itu ada terbebas dari manusia atau kehadiran manusia sebagai subjek yang menilai.



42



Dalam Alkitab manusia adalah bagian dari alam. Ia terikat dalam kesatuan dengan bagian-bagian alam yang lain. Manusia juga berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain. Ia mempunyai kedudukan khas di atas alam. Pada satu segi manusia itu sebagian dari ciptaan Tuhan. Seperti unsur- unsur ciptaan yang lain, ia tidak ilahi dan tidak mahakuasa. Seperti makhluk-makhluk yang lain, manusia ialah makhluk biologis-alamiah. Ia harus takluk kepada hukum-hukum alam. Ia harus makan, minum dan tidur. Ia memeroleh keturunan melalui proses kehamilan dan kelahiran seperti binatang menyusui yang lain. Akhirnya manusia seperti binatang-binatang yang lain akan mati. Alkitab menggambarkan kesatuan manusia dengan alam dalam cerita tentang penciptaan. “Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kej. 2:7) seperti Ia juga “membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara” (Kej. 2:19). Dalam bahasa Ibrani kata untuk manusia, yaitu adam, mempunyai akar yang sama dengan kata untuk tanah yaitu adamah. Manusia, adam, dibentuk dari tanah, adamah. Manusia “mengusahakan tanah” (Kej. 3:23) dan hidup dari tanah, dan manusia kembali menjadi tanah (Kej. 3:19). Pandangan bahwa manusia ialah salah satu makhluk di antara makhluk-makhluk yang lain paling jelas terlihat dalam Mazmur 104:20-24. Pemazmur tersebut mencatat, “Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka hari pun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang segala binatang hutan. Singa- singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah. Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; manusia pun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang. Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu.” Dengan demikian Alkitab menggambarkan manusia sebagai makhluk yang mempunyai tempat bersama dengan makhluk-makhluk yang lain dalam ciptaan. Pandangan ini sesuai dengan pandangan ekologi. Manusia dan makhluk- makhluk yang lain terikat bersama dalam hubungan timbal balik. Kita hidup dalam suatu ekosistem yang terdiri dari semua faktor dalam lingkungan kita. Dalam ekosistem ini binatang-binatang, tanam-tanaman, air, udara, 43



cuaca dsb. serta manusia dan kebudayaannya saling memengaruhi. Kalau satu faktor diganggu, semua faktor ikut terganggu. Karena itu manusia tidak bisa merusak alam tanpa merugikan dirinya sendiri. Walaupun demikian manusia juga berbeda dengan unsur-unsur alam yang lain. Ia mempunyai kuasa lebih besar daripada makhluk-makhluk yang lain. Sama seperti Allah ialah Raja di sorga, manusia dinobatkan sebagai raja di dunia. Ia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat sehingga kedudukannya hanya sedikit lebih rendah daripada penghuni-penghuni sorga (Mzm. 8:6).Manusia diciptakan dalam gambar Allah (Kej. 1:26-27). Walaupun ia tidak ilahi, ia mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan Allah sendiri. Ia menjadi wakil Allah di antaramakhluk-makhluk yang lain. Ia hidup di dunia ini sebagai duta dari Allah. Sebagai duta dari Allah itu ia diberi tugas untuk mengatur dunia sesuai dengan kehendak Allah. Apakah ciri khas manusia yang membedakannya dari semua makhluk yang lain? Secara jasmani ia mempunyai otak yang lebih besar, dan ia mampu berjalan lebih tegak daripada binatang-binatang yang lain. Tetapi ciri-ciri jasmani ini bukan hal yang menentukan statusnya. Banyak orang merasa bahwa keunggulan manusia terletak dalam kemampuannya untuk berpikir secara rasional dan membentuk konsep-konsep yang abstrak. Orang-orang lain menekankan kemampuan manusia untuk berbahasa, membuat dan menggunakan alat-alat dan membentuk kebudayaan sehingga ia tidak hanya hidup dalam lingkungan alam tetapi juga menciptakan lingkungannya sendiri dan bisa belajar dari manusia yang lain. Ada juga orangorang yang menganggap bahwa ciri khas manusia terletak dalam keinsafan dirinya yaitu kemampuannya untuk menyadari proses pemikirannya dan menujukan proses itu sesuai dengan kehendak-Nya. Secara teologis perlu dikatakan bahwa manusia hanya sungguh-sungguh menjadi manusia jikalau iamenyadarihubungannya dengan Tuhan dan dapat berdoa. Menurut cerita penciptaan, walaupun manusia seperti binatang-binatang yang lain diciptakan dari debu dan tanah, tetapi hanya manusia mempunyai nafas hidup yang dihembuskan ke dalam hidungnya langsung dari Allah sendiri (Kej. 2:7). Seperti makhluk-makhluk yang lain, kehidupan biologis manusia bergantung kepada tanah dan Allah. Berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain manusia mempunyai kehidupan khusus yang datang langsung dari Allah. Manusia memerlukan roti dan nasi, tetapi makanan itu tidak cukup. Ia juga hidup dari firman Allah 44



(Mat. 4:4). Hanya manusia bisa berdoa dan beribadah kepada Allah. Hanya manusia bisa mentaati atau tidak mentaati Allah. Hanya manusia bisa berbicara dengan Allah dan mengerti kehendak Allah. Singkatnya manusia mempunyai dua segi. Sebagai ciptaan Allah ia bersatu dengan makhlukmakhluk yang lain. Ia juga dapat bersatu dengan Allah. Ia terlibat dalam alam tetapi ia berwibawa atas alam. Sebagai gambar Allah ia mewakili Allah dalam ciptaan. Sebagai makhluk termulia ia mewakili ciptaan di depan Allah. Walaupun Allah berhubungan langsung dengan seluruh ciptaan-Nya, salah satu cara hubungan yang pokok ialah melalui manusia. Oleh sebab itu, manusia perlu mengembangkan kemampuannya untuk mengasihi Allah tanpa melupakan kekerabatannya dengan makhluk-makhluk yang lain.



K. Pandangan Alkitab Mengenai Keutuhan Ciptaan Kita memang mempunyai dua pilihan dalam bersikap terhadap bumi, yaitu bersikap kasar dan sewenang-wenang, atau bersikap harmonis. Cerita penciptaan di Alkitab bagaikan menawarkan dua macam pilihan itu. Cerita penciptaan menurut mazhab Imam (Kej. 1:12:4a) yang ditulis pada awal masa pembuangan Babel abad ke-6 SM menawarkan manusia untuk “menaklukkan dan menguasai” (Kej. 1:28; Ibrani kabash artinya ‘mengalahkan,’ dan radah artinya ‘menginjak-injak’). Sebaliknya, cerita penciptaan menurut mazhab Yahwis (Kej. 2:4b-3:24) yang ditulis pada masa kerajaan Daud abad ke-10 SM, menawarkan manusia untuk “mengusahakan dan memelihara” (Kej. 2:15; Ibrani abad artinya ‘mengabdi,’ dan syamar artinya ‘melestarikan’). Cerita penciptaan tradisi imam berkonteks bumi yang basah dan hijau, sedangkan cerita tradisi Yahwis berkonteks bumi yang gersang. Lalu kedua versi itu disambung menjadi satu sebagaimana yang ada pada kita sekarang oleh para editor di Babel pada akhir masa pembuangan, atau pasca pembuangan sekitar tahun 530 SM.”Memang ada dua pilihan. Pertama, kita mencemari dan merusak bumi. Kedua, kita menyayangi dan memelihara bumi. Kita boleh memilih. Pilihannya terpulang pada kita. Istilah “gambar Allah” yang terdapat di dalam Kejadian 1:26-28. Kecenderungan umum adalah melihat di dalam istilah ini ada dominasi atas alam. Karena Tuhan memerintahkan segala sesuatu, demikian juga manusia sebagai gambar Allah memerintahkan ciptaan lain. 45



Gambar Allah memperlihatkan relasi yang bersifat analogical. Istilah gambar Allah sebenarnya mau memberi jalan keluar bagi permasalahan di Israel, sampai seberapa jauh kemiripan manusia dengan Allah. Memang ada hubungan antara gambar Allah dan penguasaan alam, tetapi bukan dalam arti bahwa gambar itu semata-mata terdiri dari penguasaan. Relasinya lebih bersifat konsekuential: oleh karena manusia adalah gambar Allah, biarlah ia berkuasa. Berbicara mengenai penguasaan, tekanan umumnya diletakkan pada kekuatan manusia dan kegiatan-kegiatannya yang eksploitatif. Jadi kata rada, ‘berkuasa’ ditarik sampai ke etimologinya yang memang melukiskan proses penginjak-injakkan buah anggur untuk dijadikan



minuman.



Demikian



pula



kata



kabasy,’menaklukkan’



diartikan



sebagai“menindas.”Sebenarnya kontekstidak menunjuk makna yang sekeras itu. Dalam Kejadian 1, manusia adalah vegetarian. Baru sesudah Air Bah, manusia boleh makan daging (Kej. 9). Jadi di dalam Kejadian 1 penguasaan terhadap alam tidak mengandung unsur kekuatan yang mengorbankan binatang dan bagian dunia yang lain. Rada lebih baik diartikan sebagai ’menaungi,’’mengayomi.’ Kabasy menurut etimologinya memang berarti menginjakinjak, menindas. Konteksnya di sini berhubungan dengan bumi, “penuhilah bumi dengan anak cucumu dan taklukanlah itu.” Apakah mengusahakan bumi/tanah dapat dianggap sebagai eksploitasi? Dapat saja ditafsirkan seperti itu jika menuruti tafsiran yang dominan, tetapi tidak mesti begitu. Salah satu prinsip penafsiran Alkitab yang elementer adalah bahwa arti kata-kata tidak boleh semata-mata ditetapkan berdasarkan etimologinya saja, melainkan juga berdasarkan caranya kata-kata itu dipakai dalam konteksnya. Di



masa depan pemahaman terhadap kata-kata rada dan kabasy haruslah melepaskan



tekanan yang berlebih- lebihan pada nada keras dan kuat yang eksploitatif. Kalau pada mulanya kedua kata ini tidak eksploitatif, sebenarnya teks Kejadian 1:26-28 tidak dapat dijadikan bulan-bulanan sebagai penyebab kerusakan terhadap alam. Kisah-kisah penciptaan Perjanjian Lama tidak memperlihatkan perhatian teknologis dan metode-metodenya. Jika ada uraian mengenai hal itu, seperti misalnya dalam kisah Kain dan Habel serta keturunan Kain, bagian itu diinspirasikan oleh cerita- cerita kuno di luar Israel yang memang gemar pada teknologi.



46



Eksploitasi habis-habisan terhadapalam dilakukan di dalam alam humanisme liberal yang berpandangan manusia tidak lagi menganggap diri sebagai berada di bawah naungan sang Pencipta. Pengaruh humanisme liberal inilah yang dimasukkan ke dalam pemahaman mengenai Kejadian 1:26-28 dan pada pandangan Perjanjian Lama terhadap alam. Bumi ini milik Allah sekaligus milik manusia. Bumi adalah milik Allah sebab Ia yang menciptakannya, milik kita sebab Ia telah memberikannya kepada kita (lih. Mzm. 115:16). Jelas Allah bukan memberikannya kepada kita sedemikian tuntas sehingga Ia sama sekali tak punya hak dan tak punya kontrol lagi atasnya, melainkan memberikannya kepada kita supaya kita menguasainya atas nama Dia. Itulah sebabnya penguasaan kita atas bumi ini adalah berdasarkan hak pakai, bukan berdasarkan hak milik. Kita hanya penggarap saja, Allah sendiri tetap “Tuan tanahnya,” Tuan atas semua tanah. L. Sikap Manusia terhadap Ciptaan Allah Berdasarkan Pandangan Alkitab Karena alam bernilai, manusia perlu menghargai alam. Ia patut menggemari keindahan alam. Ia mengiakan penilaian Allah waktu Dia memandang ciptaan-Nya dan “melihat bahwa semuanya itu baik.” Ia patut memeroleh pembaruan semangat dan beriang hati karena keelokan alam. Penghargaan ini disertai dengan rasa kagum terhadap alam. Manusia perlu mengindahkan keajaiban alam. Rasa kagum sangat penting dalam zaman teknologi dan ilmu pengetahuan ini. Pengertian kita tentang alam tidak usah menghilangkan kesadaran kita tentang keajaiban alam. Malahan pengertian kita dapat menjadikan kita lebih sadar akan sifat-sifat alam yang dahsyat dan megahMenghargai alam tidak sama dengan menyembah alam. Pemazmur menulis: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, dari manakah akan datang pertolonganku?” Pertolongannya datang bukan dari gunung-gunung tetapi “dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi” (Mzm. 121:1-2). Karena alam tidak ilahi, alam tidak layak disembah. Penghargaan kita kepada alam disertai dengan rasa syukur kepada Penciptanya. Kalau kita memperlakukan alam seolah-olah alam itu tidak bernilai, kita mengurangi nilai diri kita sendiri. Kalau kita mengabaikan arti yang ada dalam alam, kehidupan kita kehilangan sebagian artinya. Kalau kita memperlakukan alam seperti mesin, kehidupan kita 47



menjadilebihseperti mesin. Kalau kita hanya melihat alam sebagai sumber keuntungan bagi kita sendiri, kehidupan kita menjadi lebih egois dan kering. Penghargaan kepada alam tidak berarti bahwa kita tidak boleh menggunakan alam, tetapi penggunaan kita jangan merosot sehingga menjadi perkosaan. Kita boleh saja menebang pohon untuk membangun rumah, tetapi kita jangan menebang pohon-pohon dengan sembarangan atau tanpa memikirkan bagaimana hutan dapat dipelihara. Kita boleh saja membunuh binatang untuk makanan, tetapi kita jangan membunuh binatang-binatang dengan membabi buta. Kita juga perlu berusaha supaya kita tidak menyebabkan penderitaan binatang (Ul. 22:6-7). Kita boleh saja memakai hewan untuk membajak tanah tetapi kita wajib memerhatikan kebutuhan-kebutuhan hewan itu (Ul. 25:4; Ams. 12:10). Manusia juga perlu bersahabat dengan alam. Ia mencintai alam. Kesan yang diberikan oleh Kejadian 2:18-20 ialah bahwa Allah memberi binatang-binatang dan burung-burung untuk manusia supaya manusia dapat hidup dalam persekutuan dengan binatang-binatang dan burung-burung itu. Tentu persekutuan itu kurang memenuhi kebutuhan manusia untuk persahabatan dan persekutuan, karena di antara binatang-binatang dan burung-burung tidak ada “penolong yang sepadan dengan” manusia (Kej. 2:20). Persekutuan manusia yang lengkap hanya mungkin dengan Allah dan manusia yang lain. Namun demikian, persahabatan manusia dengan alam juga penting. Istilah “sesama makhluk” patut dipakai dalam membicarakan hubungan kita dengan makhluk-makhluk yang lain. Sesama makhluk berbeda dengan sesama manusia. Ada orangorang yang ingin menambah hukum ketiga kepada kesimpulan hukum Taurat dalam Matius 22:37-39. Menurut mereka kita harus mengasihi Allah, sesama manusia dan alam. Saran mereka kurang memerhatikan perbedaan antara manusia dan makhluk-makhluk yang lain. Saran itu juga mengurangi makna kasih. Dalam Perjanjian Baru kasih mengandung kesanggupan untuk berkorban bagi orang yang dikasihi. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 17:13). Kasih semacam ini hanya patut kepada manusia atau Allah. Walaupun demikian, perlu dikatakan bahwa kita harus menyayangi sesama makhluk kita. Kita perlu merasakan kesatuan antara kita dan makhluk-makhluk lain berdasarkan penciptaan kita oleh Allah.



48



Umumnya ada tiga sikap manusia terhadap alam (Brownlee 1993, 152-157). Pertama, orang dapat memandang alam sebagai ruang kuasa-kuasa yang menakutkan sehingga manusia perlu tunduk kepada alam dan menyenangkan kuasa-kuasa alam dengan sesajen, kenduri atau upacara-upacara. Kedua, sebaliknya dari yang pertama, alam dipandang bukan sebagai subjek (dan manusia sebagai objek) yang menentukan nasib manusia, alam dipandang sebagai objek (dan manusia sebagai subjek) yang dapat diselidiki dan dipergunakan oleh manusia. Alam berada untuk kita, bukan kita untuk alam. Ketiga, baik alam maupun manusia dilihat sebagai dua subjek yang saling memengaruhi. Manusia dan alam perlu berjalan bersama dalam hubungan yang selaras karena manusia adalah satu dengan alam



49



BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah memungkinkan manusia untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang merupakan Ciptaan Allah secara besar-besaran demi kesenangan dirinya sendiri dan salah satu akibatnya adalah terjadinya kerusakan pada lingkungan di mana manusia tinggal. Ada dua tugas manusia dalam alam. Pertama manusia diberi tugas untuk menggunakan alam dan berkuasa atas alam. Tugas kedua ialah memelihara alam. Tugas manusia dalam dunia diberikan kepadanya oleh Allah, dan ia bertanggung jawab kepada Allah atas pelaksanaan tugas itu. Prinsip utama yang mendasari pandangan orang Kristen tentang lingkungan ialah bahwa dunia adalah milik Tuhan. Ia yang menciptakan dan memelihara dunia juga memiliki alam dan mempunyai kewibawaan tertinggi atasnya. “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai” (Mzm. 24:1-2). Manusia tidak mempunyai hak milik yang mutlak atas bumi. Ia hanya menjadi pengurus atau manajer. Bumi dipercayakan kepada manusia untuk mengolah dan mengurusnya. Dalam Alkitab manusia adalah bagian dari alam. Ia terikat dalam kesatuan dengan bagian-bagian alam yang lain. Manusia berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain. Ia mempunyai kedudukan khas di atas alam. Umumnya ada tiga sikap manusia terhadap alam. Pertama, orang dapat memandang alam sebagai ruang kuasa-kuasa yang menakutkan sehingga manusia perlu tunduk kepada alam dan menyenangkan kuasa-kuasa alam dengan sesajen, kenduri atau upacara-upacara. Kedua, sebaliknya dari yang pertama. Alam dipandang bukan sebagai subjek (dan manusia sebagai objek) yang menentukan nasib manusia. Alam dipandang sebagai objek (dan manusia sebagai subjek) yang dapat diselidiki dan dipergunakan oleh manusia. Alam berada untuk kita, bukan kita untuk alam. Ketiga, baik alam maupun manusia dilihat sebagai dua subjek yang saling memengaruhi. Manusia dan alam perlu berjalan bersama dalam hubungan yang selaras karena manusia adalah satu dengan alam.



50



B.Saran Kami sebagai penyusun sangat berterima kasih kepada Tuhan Allah semesta Alam Yang telah memberikan kesempatan kepada kita hidup yang kekal itu, oleh karena itu kami penyusun sangat berharap kepada semua pembaca yang terkasih dalam Nama Tuhan Yesus Kristus untuk: Setelah membaca makalah ini, saudara dapat memahami apa pengertian ekonomi, pengertian ekologi, dapat memahami bagaimana kaitanyan ekonomi dan ekologi, memahami bagaimana semestinya kita manusia didalam alam,memahami hubungan manusia dengan alam,hewan,tumbuhan dan hubungannya antar manusia,mengetahui kedudukan manusia dalam lingkungan alam, mengetahui apasaja pandangan Alkitab mengenai keutuhan ciptaan, dan bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap alam berdasarkan pandangan alkitab. Karena kita sebagai penjaga ciptaan Allah kita harus bersikap harmonis seperti dalam Kejadian 2:15 “TUHAN Allah mengambil manusia dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Jadi manusia harus mengusahakan alam tetapi ia juga harus memeliharanya. Sikap ini lah yang seharusnya dipunyai manusia terhadap alam.



51



DAFTAR PUSTAKA Simaremare,Je.2021. Caru dan Lingkungan Hidup. Bachelor thesis, Universitas Kristen Duta Wacana http://jakartanews.co/hubungan-manusia-dengan-alam/ http://himsya-2115r1091-septialutfi-agama.blogspot.co.id/2016/01/makalah-hubungan-manusiadengan-manusia.html http://www.mikirbae.com/2015/04/hubungan-antara-manusia-tumbuhan-dan.html http://www.contohsurat.co.id/2016/07/pengertian-ekonomi.html http://www.kadangada.id/2017/04/apa-itu-ekonomi-pengertian-dan-definisi.html http://www.learnsejarah.com/2017/10/pengertian-ekologi.html http://edukasi.pajak.go.id/images/perguruan_tinggi/Kristen



52