Resensi Novel Tentang Kamu - Uprak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Judul buku



: Tentang Kamu



Penulis



: Tere Liye



Penerbit &editor



: Repubilka Penerbit & Triana Rahmawat



Desainer sampul



: Resoluzy



Cetakan pertama tahun 2016 Cetakan kedua tahun 2016 Jumlah halaman



: vi + 524 halaman ; 13,5x20,5 cm



Jumlah bab



: 33 bab



Ringkasan cerita



:



Novel ini berkisah tentang Sri NIngsih. Dia adalah orang yang memiliki 1 persen saham dari perusahaan sabun dan pada suatu hari terdengar kabar bahwa dia telah wafat di pant jompo di Paris. Namun, dia tdak memiliki surat wasiat untuk hartanya tersebut, bahkan masa lalunya pun tdak diketahui oleh orang lain. Maka dari itu seorang pengacara ternama dari firma hukum di London, Zaman Zulkarnaen, diminta untuk menangani kasus Sri Ningsih tersebut. Zaman mendatangi pant jompo tempat Sri Ningsih tnggl dan ditemuinya buku diary Sri Ningsih. Lewat buku diarynya, Zaman Zulkarnaen perlahan-lahan menyelidiki kehidupan masa lalu Sri NIngsih. Zaman mengunjungi pulau tempat Sri NIngsih lahir, Pulau Bungin. Zaman bertemu dengan Pak Tua, seseorang yang sangat mengenal Sri NIngsih ketka Sri Ningsih masih di pulai itu. Pak Tua ialah Ode, anak kepala kampong yang senang membantu Nugroho, ayah Sri NIngsih. Ode menceritakan masa lalu Sri Ningsih yang ditnggal ibunya karena melahirkannya, dan ditnggal ayahnya yang mengalami kecelakaan pada saat berlayar. Tinggallah Sri Ningsih dengan ibu trinya, Nusi Maratta, yang dinikahi ayahnya saat Sri NIngsih masih kecil. Nusi Maratta berubah menjadi kejam setelah Nugroho meninggal, menyebut Sri Ningsih sebagai penyebab dari kematan Nugroho. Sakit hat berlanjut dari hari ke hari karena Nusi Maratta yang selalu menyiksanya. Adik trinya pun terkena jahatnya Nusi Maratta. Tetapi suatu hari rumahnya kebakaran, Nusi Maratta pun tak selamat. Pada akhirnya Sri Ningsih dan adiknya, Tilamuta, pergi merantau ke Jawa Tengah. Ke sana jugalah Zaman pergi. Zaman mengunjungi Madrasah Kiai Ma’sum, madrasah tempat Sri mendapatkan sahabat sekaligus pengkhianatan dari sahabat. Di madrasah itu dia bertemu dengan Nur’aini, sahabat Sri Ningsih. Nur’aini menceritakan semua tentang Sri Ningsih. Sri dan Nur’aini yang pada awalnya belajar di madrasah, bertemu dengan Sulastri, guru mereka yang masih muda sehingga mereka pun menjadi sahabat. Sulastri memiliki suami, bernama Musoh, yang menjadi seorang kepala asrama putera. Pada saat mereka lulus, mereka ditawari untuk mengajar di madrasah itu. Suatu hari, Nur’aini dijodohkan oleh orang tuanya dengan cucu ulama besar di Minang bernama Arifin. Ilmunya dalam dan akhlaknya memesona. Arifin membuat Musoh berbagi posisi kepala asrama itu dan tmbulah iri hat. Iri hat ini juga menyebar kepada istrinya, Sulastri. Sulastri menghasut Sri untuk mengikutnya, yang dengan suaminya telah bergabung dengan kelompok PKI (Partai Komunis Indonesia) dan juga menghasut Sri untuk ikut menghancurkan madrasah pad saat pemberontakan PKI berlangsung dan membunuh orang-orang yang ada di madrasah sebagai pembalasan dendan Musoh dan Sulastri. Sakit hat yang dialami Sri dan rasa benci Sri dan Nur’aini kepada Lastri sangat besar, tetapi setelah kejadian itu, Sri bisa memeluk rasa sakit itu. Tidak lagi Sri memendam benci kepada Lastri dan anggota PKI yang telah membunuh Tilamuta adiknya. Namun, Sri merasa bahwa ia



telah mengkhanat Lastri karena di meja hijau Sri mengakui bahwa Lastri terlibat dalam pembunuhan Kiai Ma’sum. Dan akhirnya Sri pergi dari madrasah itu ke Jakarta untuk memulai hidup baru. Zaman diberikan kotak jat berisi surat-surat yang pernah dikirimkan oleh Sri dari Jakarta kepada Nur’aini yang dapat membantunya untuk mencari informasi mengenai Sri Ningsih di Jakarta. Di Jakarta inilah Sri Ningsih belajar untuk selalu bangkit di saat kita gagal. Menjadi pedagang kaki lima dan menjadi pembuat gerobak dorong pertama, membuat rental mobil yang pada akhirnya gagal karena ada kerusuhan tahun 1974, yaitu Malapetaka 15 Januari, bekerja di pabrik sabun cuci, hingga mendirikan pabrik sabunnya sendiri, sabun “Rahayu”. Tetapi, tba-tba Lastri menghampirinya dan mengancam akan membunuh semua orang yang Sri cintai dan bahkan merebut pabriknya. Sri sepert melihat hantu dan memutuskan menjual pabrik dengan syarat ia mendapat satu persen kepemilikan atas pabrik sabun “rahayu”. Sri pergi meninggalkan Jakarta menuju London. Di London, ia mendapatkan keluarga baru Rajendra Khan asal India Utara. Ia menjadi supir bis dan bertemu dengan seorang pria. Mereka saling jatuh cinta dan akhirnya menikah. Setelah lama menikah, akhirnya Sri mengandung. Tetapi sri keguguran. Sri mengandung lagi dan beberapa saat setelah lahir, anaknya meninggal karena perbedaan rhesus. Rasa sakit Sri juga bertambah karena tdak beberapa lama suaminya pun meninggal. Suatu hari Sri sepert melihat hantu kembali, Sulastri menemukannya dan menyerangnya. Sri yang ketakutan memutuskan untuk pergi ke Paris dengan hanya menumpang dari satu mobil dan mobil lain. Dan akhirnya dia sampai di sebuah pant jompo, melanjutkan hidup hingga meninggal di pant jompo itu. Investgasi tentang Sri Ningsih belum juga lengkap. Zaman belum menemukan ahli warisnya. Bersamaan dengan itu, Zaman mendapat kabar bahwa firma hukum A&Z Law berhasil menemukan Tilamuta dan mereka memiliki bukt DNA. A&Z Law juga menemukan Ningrum dan Murni sebagai mertua dan istri Tilamuta. Tetapi Zaman tdak percaya. Tidak lama dia menemukan surat wasiat Sri NIngsih, yang ada di bagian bawah pet jat milik Nur’aini. Di situ tdak ditemukan nama Tilamuta karena Sri hanya tahu Tilamuta suudah meninggal. Dan terkuaklah kebenaran bahwa Ningrum ialah Sulastri dan Murni adalah anaknya. Dendam di hat Sulastri belum padam meskipun Sri telah tada. Itulah sebabnya ia menyamar menjadi mertua Tilamuta.dan ternyata Sulastri menyekap Tilamuta selama 50 tahun lebih. Akhirnya Sulastri menjalani proses hukum, harta warisan dibagikan sesuai dengan surat wasiat. Zaman pun berhasil menyelesaikan masalah ini dan belajar sebuah kehidupan dari masa lalu Sri Ningsih.



Tema Latar belakang



: Keteguhan Hat : 1) latar tempat : Belgrave Square, London, Paris, pant jompo, Pulai Bungin, Madrasah kiai ma’sum, Jawa Tengah, Jakarta 2) latar waktu : pukul 7.30, pukul Sembilan pagi, tahun 2000, 21 Mei 1946, 1940-an, pukul 6 sore, tahun 1980 3) latar suasana : menegangkan, menyakitkan, menyenangkan,



menyedihkan Sudut pandang



: orang ketga



Penokohan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20)



:



Sri Ningsih : sabar, kuat, tulus, rendah hat, pekerja keras, rajin Zaman Zulkarnaen : bijak, professional Rajendra Khan : humoris Aimee : penyayang, tulus Rahayu : penyayang Nusi Maratta : pemarah La Golo : humoris, cerewet Pak Tua : jujur, penolong Nugroho : penyayang, bertanggung jawab Nur’aini : periang, jujur Arifin : bijak, jujur Musoh : munafik, pencemburu Sulastri : munafik Kiai Ma’sum : bijak Chaterine : baik hat, seta Lucy : baik hat, peduli Franciszek : baik hat, peduli Hakan Karim : cerdas, penyayang, pemalu Aami : penyayang Aabu : penyayang



Alur



: campuran



Amanat



: sakit hat dan kegagalan tdak akan bisa terpisah dari kehidupan kita. Maka yang bisa kita lakukan adalah kembali bangkit dari rasa sakit dan selalu berjuang untuk mendapatkan hal yang lebih baik lagi di dalam kehidupan kita. jika kita tersakit, peluklah semua rasa sakit itu, jangan ada yang menjadi benci di hat kita. dan Jika kita gagal 100 kali, kita harus bangkit 101 kali.



Kelebihan dan kekurangan : 1) Kelebihan : novel ini menggunakan bahasa yang ringan, alur cerita juga tdak dapat ditebak dan setap cerita kehidupan yang disajikan dibungkus dengan sangat menarik. Novel ini juga memiliki penokohan yang kuat dari setap tokohnya. Pesan moral yang disampaikan penulis kepada pembaca juga sangat tersampaikan. 2) Kekurangan : judul buku kurang menggambarkan isi cerita dari buku tersebut



Kesimpulan : buku ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan karena bahasanya ringan dan ceritanya mengajarkan art kesabaran dan perjuangan. Penulis menyampaikan pesan moral di setap lembar secara menarik sehingga tdak membosankan. Dari buku ini, kita dapat belajar bahwa kesabaran dalam segala hal tdak selalu memiliki batas.



RESENSI NOVEL



Nama



: Rismauli Ruth Natasari Hutabarat



Kelas



: XII IPA 3



Mata pelajaran



: Bahasa Indonesia