Restorasi Resin Komposit Kelas 2 GV Black [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN UMUM Perawatan Restorasi Resin Komposit Klas II pada Gigi 34 Disebabkan oleh Karies Dentin disertai Lesi Abrasif



Ari Novita Rianti J530165029



KEPANITERAAN UMUM PERIODE 5 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016



I. PENDAHULUAN A. DEFINISI PENYAKIT Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Klasifikasi berdasarkan kedalaman permukaannya: 1. Karies email (karies superficial) 2. Karies dentin (karies media) 3. Karies pulpa (karies profunda) Karies dentin adalah penyakit progresif yang reversibel dari jaringan keras gigi. Keadaan ini disebabkan oleh kerja bakteri atas karbohidrat yang dapat difermentasikan yang terdapat dalam biofilm plak di permukaan gigi. Bakteri akan menyebabkan asam dan akan mendemineralisasikan jaringan keras gigi yang akhirnya mengakibatkan terjadinya proteolisis (penguaraian protein) dari komponen organik jaringan gigi (Banerjee and Watson, 2014). Karies dentin klas II GV Black yaitu karies kedalaman dentin yang mengenai proksimal gigi posterior yang juga melibatkan bagian oklusal. B. ETIOLOGI Faktor-faktor utama yang saling berperan dalam etiologi proses karies tersebar dimana-mana didalam biofilm plak. Faktor-faktor tersebut adalah: -



Bakteri: pada plak terdapat ratusan spesies bakteri, salah satunya adalah Streptococcus mutans yang merupakan spesies bakteri yang sejak dulu dianggap sebagai penyebab utama karies.



-



Karbohidrat yang dapat difermentasikan: bakteri pada plak mampu memetabolisme



karbohidrat



diet



tertentu



yang



kemudian



akan



menghasilkan asam organik yang akan menyebabkan anjloknya pH dalam 1-3 menit dan memicu terjadinya demineralisasi jika pH turun samppai dibawah 5,5.



-



Waktu: walaupun pH turun sangat cepat, hilangnya mineral yang dapat merusak jaringan keras permukaan gigi oleh biofilm plak memerlukan waktu (Banerjee dan Watson, 2014).



C. PATOFISIOLOGI Lesi karies terjadi dimulai dari jaringan keras gigi: email, dentin, atau sementum. Proses ini diawali dengan demineralisasi sederhana pada permukaan jaringan keras gigi. Demineralisasi merupakan suatu keadaan dimana kristal-kristal permukaan gigi mengalami kehilangan mineral. Jika kadar keasaman pada suatu gigi berada di bawah pH 5,5 akan terjadi peruraian ion kalsium dan fosfat dari gigi ke dalam saliva dan meninggalkan matriks kolagen yang mengalami demineralisasi. Kemudian bakteri berkembang menyebabkan kerusakan struktur kolagen pada dentin dan menyebabkan lubang pada permukaan gigi. Keadaan ini merupakan gejala dasar karies gigi (Mount, 2000). D.GEJALA Menurut Kliegman dan Arvin (2000) tanda dan gejala karies gigi antara lain adalah: a. b. c. d. e. f.



Terdapat lesi Tampak lubang pada gigi Bintik hitam pada tahap karies awal Kerusakan leher gigi (pada karies botol susu) Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentin Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala



g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama pada waktu malam g. Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah



E. TANDA TANDA KLINIS



Tanda-tanda klinis yang timbul pada kasus karies dentin telah mengalami kavitas (terbuka) baik yang didaerah oklusal maupun di daerah permukaan halus, banyak email yang tidak terdukung oleh dentin lagi dan akan terlihat berbayang keabu-abuan atau opak, yang menjadi rapuh dan mudah sekali fraktur ketika menerima tekanan oklusal (Banerjee dan Watson, 2014).



II. LAPORAN KASUS A. Pemeriksaan Subyektif



Data Pasien Nama Lengkap



: Sri Murwanti



Alamat



: Gentan Town House B 14 Gentan Baki



Telepon / HP



:-



1. Tempat / Tanggal lahir 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Agama  Data Medik Umum 1. Golongan Darah 2. Alergi 3. Penyakit Sistemik



: Semarang 6 Desember 1967 : Perempuan : Penjahit : Islam :O : Tidak ada : Tidak ada



Pemeriksaan Subjektif  Keluhan Utama (CC) : Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kiri bawah berlubang.  Riwayat Perjalanan Penyakit (PI) : Pasien sudah mengeluhkan hal tersebut sejak 2 tahun yang lalu dan belum pernah melakukan perawatan apapun pada gigi tersebut. Pasien tidak merasakan sakit pada gigi tersebut.  Riwayat Kesehatan Umum (PMH) : Pasien pernah di rawat di rumah sakit karena penyakit typus saat SMA. Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan ataupun cuaca. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Pasien tidak sedang mengkosumsi obat dan tidak sedang dalam perawatan dokter. 



Riwayat Kesehatan Mulut (PDH) : Pasien pernah ke dokter gigi 2 tahun yang lalu untuk membersihkan karang gigi. pasien pernah mencabutkan giginya pada tahun 1998. Pasien pernah melakukan perawatan saluran akar 1 tahun yang lalu.







Riwayat Kesehatan Keluarga (FH) : Umum : Ayah : memiliki riwayat penyakit darah tinggi (sudah meninggal) Ibu Gigi



: memiliki riwayat penyakit darah tinggi



: Ayah : pernah menggunakan gigi palsu Ibu



: pernah mengelukan sakit gigi







Riwayat Kehidupan Pribadi (SH) : Pasien mangaku menggosok gigi 2x sehari saat pagi dan sore.



B. Pemeriksaan Obyektif Kesan Umum Kesehatan Penderita : Jasmani Mental



: Sehat : Sehat, komunikatif, kooperatif



Vital Sign : Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu Berat Badan Tinggi Badan



: 100/ 70 mmHg : Normal : 60 x / menit : 18 x / menit : 36,7o C : 63 kg : 158 cm



Pemeriksaan Ekstra Oral Fasial



Neuromuskular



Kelenjar



Kelenjar



Tulang



TMJ



Limfe TAK TAK



Rahang TAK TAK



TAK TAK



Deformitas Nyeri



TAK TAK



TAK TAK



Ludah TAK TAK



Tumor



TAK



TAK



TAK



TAK



TAK



TAK



Gangguan



TAK



TAK



TAK



TAK



TAK



TAK



Fungsi Pemeriksaan Intra Oral •



Intra oral Mukosa Bibir



: TAK



Mukosa Pipi



: terdapat garis putih setinggi oklusal pada regio gigi M2-P1 kanan dan kiri



Dasar Mulut



: TAK



Lidah



: TAK



Gingiva



: terdapat penurunan gingiva pada regio gigi



16-11,21,24-27,34,44-45 pada bagian bukal dan terdapat warna kemerahan pada gingiva dengan ujung membulat pada papila interdental dan mengkilat pada lingual margin gingiva regio gigi 4145. Orofaring



: TAK



Torus Palatinus



: Tidak ada



Torus Mandibula



: Tidak ada



Palatum



: dalam



Supernumerary Teeth



: Tidak ada



Diastema



: Tidak ada



Gigi Anomali



: Tidak ada



Gigi Tiruan



: Tidak ada



HASIL PEMERIKSAAN KEBERSIHAN RONGGA MULUT



Gambar 1. Oral Hygine Index



PEMERIKSAAN ODONTOGRAM



Gambar 2. Odontogram ELEMEN



34



RINGKASAN HASIL



DIAGNOSIS /



RENCANA



PEMERIKSAAAN



DIFFERENTIAL



PERAWATAN



Terdapat



kavitas



permukaan



DIAGNOSIS pada D/ Karies dentin



distooklusal



Tp/



Restorasi



resin



komposit kavitas kelas II



kedalaman dentin Sondasi – perkusi – palpasi – tes 34



vital + Terdapat kavitas pada



D/ Lesi abrasif



permukaan servikal bagian bukal



GAMBARAN KLINIS



Tp/



Restorasi



resin



komposit kavitas kelas V



A



B



C



Gambar 3. A: Tampak proksimal. B: Tampak Oklusal. C: Tampak bukal.



C. Diagnosis Gigi 34 terdapat kavitas pada permukaan distooklusal kedalaman dentin dan terdapat kavitas pada permukaan servikal bagian bukal Sondasi (–) perkusi (–) palpasi (–) tes vital (+) D/ karies dentin disertai lesi abrasif D. Rencana Perawatan TP/ -



KIE Restorasi kavitas klas II dengan resin komposit Restorasi kavitas klas V dengan resin komposit Kontrol



E. Tahapan Perawatan 1. Kunjungan Kunjungan I : Melakukan pemeriksaan lengkap, meliputi :    



Pemeriksaan subjektif Pemeriksaan objektif Diagnosis Rencana Perawatan



Kunjungan II :



  



Informed Consent Restorasi resin komposit kavitas klas II pada gigi 34 Restorasi resin komposit kavitas klas V pada gigi 34



Kunjungan III : Kontrol  



Kontrol dilakukan 1 minggu setelah tindakan Dilihat kondisi tumpatan masih baik atau tidak



2. Alat - diagnostic set (kaca mulut: untuk melihat daerah yang tidak bisa dilihat dengan mata secara langsung dan untuk meretraksi mukosa bukal, sonde: untuk mengetahui ada tidaknya kavitas, pinset: untuk mengambil kassa dan kapas, eskavator: untuk membersihkan jaringan karies) - flamed bur ( untuk membentuk bevel) - light curing litex 680 nm (untuk membantu proses setting dari resin komposit) - finishing bur (untuk merapikan restorasi supaya tidak ada traumatik oklusi) - polishing bur (untuk menghaluskan restorasi) - shade guide (mencocokkan warna bahan restorasi dengan gigi pasien) - plastic instrument (mengambil bahan restorasi) - matrix holder (alat untuk melekatkan matriks, melindungi proses restorasi dari terkontaminasi saliva) - burnisher (memampatkan bahan tambalan supaya semua ruang kosong terisi) - round metal bur (membuka kavitas) - round diamond bur (menghilangkan jaringan karies) C. Bahan - CE (untuk mengetahui gigi vital atau tidak) - etsa (membentuk mikropit pada email sehingga terbentuk ikatan antara email-resin) - bonding (melekatkan resin komposit dengan gigi)



- resin komposit (bahan restorasi) - cotton roll (mengisolasi rongga mulut dari saliva) - articulating papper (mengecek gigi apakah terdapat traumatik oklusi) - cotton pellet (membersihkan/mengeringkan kavitas) - matrix band (melindungi gigi dari kontaminasi saliva) - microbrush (mengambil bahan bonding) D. Cara Kerja 1. Persiapan pasien 2. Preparasi gigi dan pembuatan bevel Seluruh karies pada gigi tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu menggunakan round metal bur kemudian kontak dengan gigi tetangga harus bebas pada pinggir gingiva, demikian juga pada tepi proksimal fasial atau lingual untuk memudahkan preparasi jaringan gigi yang rusak menggunakan round diamond bur dan penempatan matriks selanjutnya dibuat long bevel menggunakan flamed diamond bur pada email di tepi preparasi sebagai retensi dan resistensi untuk menghindari kebocoran mikro serta pewarnaan pada daerah tepi tumpatan. 3. Isolasi daerah kerja dengan cotton roll 4. Pemilihan warna dengan shade guide 5. Pemasangan matriks band di bagian interdental gigi 34 6. Aplikasi etsa Aplikasi etsa menggunakan microbrush di area yang telah di bevel selama 15 detik, cuci dengan air sampai bersih karena bila tidak bersih akan menimbulkan pewarnaan pada tepi tumpatan kemudian keringkan perlahan.



7. Aplikasi bonding Aplikasi bonding menggunakan microbrush pada bagian dalam dinding kavitas dan tepi email diamkan selama 10 detik kemudian disemprotkan



untuk menghilangkan kelebihan monomer selanjutnya sinar selama 10 detik. 8. Aplikasi resin komposit Aplikasi resin komposit dimasukkan sedikit demi sedikit pada dinding gingiva dengan ketebalan lebih dari 2 mm, kemudian disinar selama 20 detik. Lapisan kedua ditempatkan pada permukaan bukal atau lingual kemudian sinari selama 20 detik. Bagian oklusal ditambahkan sedikit kemudian dibentuk anatominya menggunakan burnisher kemudian disinar selama 20 detik. 9. Finishing dan polishing 10. Cek oklusi dengan articulating papper Foto Tahapan Kerja



Gambar 4. Pembersihan jaringan karies



Gambar 6. Pemberian etsa



Gambar 5. Pembuatan bevel



Gambar 7. Pemberian bonding



Gambar 8. Pengaplikasian Resin Komposit



Gambar 10. Penyinaran LC



Gambar 12. Pemakaian articulating paper



III. HASIL PERAWATAN



Gambar 9. Pemampatan Resin



Gambar 11. Finishing



Gambar 12. Polishing



Sebelum



Sesudah



Kontrol 1 Minggu PEMBAHASAN Perawatan yang telah dilakukan yaitu restorasi resin komposit pada kavitas klas II GV Black sudah tepat. Pasien tidak merasakan keluhan ngilu di gigi tersebut. Pasien bisa oklusi dengan sempurna. Tidak ada traumatik oklusi. Restorasi kavitas klas II dengan resin komposit digunakan sebagai bahan restorasi



pada gigi tersebut karena dapat menghasilkan kualitas estetik yang baik, dapat dipoles dengan baik, mengurangi jaringan gigi yang sehat hanya sedikit dan memiliki stabilitas warna untuk waktu yang cukup lama (Fauziah dkk, 2008). Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara permukaan email-resin karena asam meninggalkan permukaan email yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Aplikasi etsa asam sebaiknya dilakukan sebelum restorasi resin komposit karena etsa asam memberikan adaptasi tepi yang baik dan bahkan mengurangi kebocoran mikro dan juga pewarnaan (Baum dkk, 2012). Aplikasi resin komposit kemudian dilakukan setelah aplikasi bonding selesai. Saat aplikasi resin komposit pada gigi tersebut harus menghindari terperangkapnya udara karena dapat mengurangi kekuatan dan merusak estetisnya. Oleh karena hal tersebut, kecepatan aplikasi sangatlah penting dan tindakan aplikasi bahan resin komposit harus selesai dalam waktu satu menit. Aplikasi resin komposit juga dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan kira-kira 2 mm karena penetrasi sinar yang terbatas. Penyinaran yang dilakukan untuk kasus restorasi klas II dapat dilakukan pada bagian fasial maupun lingual (Baum dkk, 2012).



IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, gigi 34 mengalami karies dentin dan akan dilakukan perawatan restorasi kavitas klas II dengan resin komposit.



B. Saran



Restorasi tersebut dapat dikatakan berhasil tergantung pada perolehan retensi dan resistensi. Retensi pada restorasi klas II dapat diperoleh dengan membuat bevel bagi prosedur etsa dan preparasi yang tidak memiliki sudut tajam. Saat dilakukan restorasi gigi harus benar-benar terisolasi dari saliva.



V. DAFTAR PUSTAKA Banerjee, A., Watson, T.F., 2014. Pickard Manual Konservasi Restoratif. Jakarta: EGC. Hal 2-3 Baum, L., Philips., Lund., 2012. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC. Hal 268-269, 271-272, 277-278, 279-284, 287-294 Berhman. R.E., Kliegman. R., & Arvin, A.M. (2000). Ilmu Kesehatan Anak NELSON. Vol. II. Ed. 15. Jakarta: EGC Fauziah, E., S.H., 2008. Perawatan Fraktur Kelas Tiga Ellis pada Gigi Tetap Insisif Sentral Atas (laporan kasus). Indonesian Journal of Dentistry. 15 (2): 169-174. Mount GJ, Ngo H. 2000, Minimal intervention: a new concept for operative dentistry. Alih bahasa. Andreas Adyatmaka. Quintessence int.; 31:52733.