RESUME 5 Kesbel Kel 8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME 5 PEMBELAJARAN ANAK KESULITAN BELAJAR “Anak Gangguan Perseptual Motor”



Dosen Pengampu: Dra. Zulmiyetri, M. Pd.



Disusun Oleh: Rizki Hidayatullah (17003070) Widari Vocia (18003081) Vivi monica (17003159)



PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020



A. Konsep Anak Gangguan Perseptual Motor Perseptual motorik mengkaitkan antara fungsi kognitif dan kemampuan gerak. Menurut Clifton yang dikutip oleh Hari Amirullah Rachman (2003: 79) menjelaskan bahwa perseptual motorik terbentuk atas dua sistem, yaitu sistem persepsi dan sistem indera. Kedua sistem ini tidak dapat dipisahkan, hal ini dikarenakan seseorang tidak mungkin melakukan aktivitas gerak tanpa persepsi dan sebaliknya. Perseptual motorik memiliki peranan terhadap prestasi akademik. Lebih lanjut Thomas Lee yang dikutip oleh Hari Amirullah Rachman (2003: 80) menjelaskan pengaruh perseptual motorik pada fungsi kognitif diantaranya: (1) terdapat akibat dan keterkaitann langsung antara kemampuan perseptual motorik dan prestasi akademik dan (2) perseptual motorik melandasi kesiapan dan penampilan akademis. Hal ini dapat dicontohkan bahwa koordinasi mata tangan yang baik merupakan prasyarat untuk kemampuan menulis. Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik. Menurut Sugiyanto, (2007: 85) menyatakan bahwa perseptual motorik adalah kemampuan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh organ indera. Kemampuan perseptual berguna untuk memahami segala sesuatu yang ada di sekitar, sehingga seseorang mampu berbuat atau melakukan tindakan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi. Misalnya ketika seseorang sedang bermain bola, ia dapat melihat bola dan memahami situasi bola, sehingga ia dapat memainkan bola sesuai dengan situasi. Rusli Lutan (2001: 78) menyatakan bahwa kualitas gerak seseorang bergantung pada perseptual motorik. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam pemberian atau contoh pelaksanaan tugas gerak, kemampuan anak untuk melakukan tugas yang dimaksud, bergantung pada kemampuannya memperoleh informasi dan menafsirkan makna informasi tersebut. Kemampuan menangkap informasi serta menafsirkan dengan cermat, maka pelaksanaan gerak yang serasi akan lebih bagus daripada kemampuan perseptual motorik yang kurang cermat. Perseptual motorik adalah sebuah proses pengorganisasian, penataan informasi yang diperoleh dan kemudian disimpan, untuk kemudian menghasilkan reaksi berupa pola gerak. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa perseptual motorik merupakan sebuah proses perolehan dan peningkatan keterampilan dan kemampuan untuk berfungsi.



Proses terjadinya perseptual motorik melewati beberapa tahapan, yang meliputi: masuknya rangsang melalui saraf sensoris, perpaduan rangsang, penafsiran gerak, pengaktifan gerak, dan umpan balik. proses terjadinya perseptual motorik, sebagai berikut: 1. Masukan rangsang melalui saraf sensoris: aneka rangsangan yang telah ditangkap melalui saraf sensoris, seperti: penglihatan, pendengaran, perabaan, dan kinestetis. Rangsang yang telah diterima itu kemudian diteruskan ke dalam otak dalam bentuk pola energi saraf. 2. Perpaduan rangsang: rangsang yang telah diperoleh kemudian dipadukan atau disimpan bersama-sama dengan rangsang yang pernah diperoleh dan disimpan dalam memori. 3. Penafsiran gerak: berdasarkan pemahaman rangsang yang telah diterima, maka akan diputuskan pola gerak. Respon ini merupakan jawaban terhadap kombinasi antara rangsang yang diterima dan informasi yang tersimpan dalam memori. 4. Pengaktifan gerak: pada tahap ini merupakan terjadinya gerak yang sesungguhnya dilaksanakan. Gerak ini dapat diamati. 5. Umpan balik: pada tahap ini merupakan evaluasi gerak yang dilaksanakan melalui berbagai alat indra, yang selanjutnya informasi umpan balik itu, diteruskan ke beberapa sumber masukan informasi, seperti: dari pengamatan atau perasaan. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan gerak sesuai dengan koreksi yang diperoleh. Perseptual motorik seseorang dibentuk oleh beberapa unsur, yaitu: kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran arah, dan kesadaran tempo. Gangguan pada perseptual motorik dapat terjadi pada setiap anak. Beberapa contoh gangguan perseptual motorik pada anak diantaranya: 1. Tidak dapat mengidentifikasi bagian tubuh. 2. Tidak dapat meyentuh bagian-bagian tubuh atas perintah dari seorang guru. 3. Tidak dapat menirukan gerakan yang telah dicontohkan oleh guru. 4. Tidak dapat mengubah posisi dalam sebuah ruang.



5. Tidak dapat melakukan gerakan keseimbangan statis maupun dinamis. Mendeteksi gangguan perseptual motoric. Upaya untuk memengenali atau mendeteksi gangguan perseptual motorik pada anak, dapat dilakukan dengan tes perseptual motorik. Menurut Claudine Sherill (1993: 324-325), ada beberapa cara untuk mendeteksi gangguan perseptual motorik, diantaranya: 1. Mengidentifikasi atau mengenali bagian tubuh. Tujuan: untuk pendengaran, ingatan dan sekuensi/penggiliran/urutan Cara: a. Menyentuh bagian tubuh secara satu per satu yang disebutkan oleh guru. b. Menyentuh dua bagian tubuh secara bersama yang disebutkan oleh guru. c. Menyentuh lima bagian tubuh secara berurutan yang telah disebutkan oleh guru. d. Melakukan semua gerakan di atas (dari a-c) dengan mata tertutup.



2. Menyentuh kanan-kiri bagian anggota badan yang berlawanan. Tujuan: untuk



pendengaran, ingatan, dan sekuensi/penggiliran/urutan Cara:



a. Menyentuh bagian tubuh dan permukaannya setelah guru selesai memberikan perintah, yang meliputi: 1) Menggunakan tangan kanan kemudian menyetuh bagian tubuh yang berada di sebelah kanan. 2) Menggunakan tangan kanan kemudian menyetuh bagian tubuh yang berada di sebelah kiri. 3) Menggunakan tangan kiri kemudian menyetuh bagian tubuh yang berada di sebelah kiri. 4) Menggunakan tangan kiri kemudian menyetuh bagian tubuh yang berada di sebelah kanan. b. Memberikan kesempatan untuk menyentuh bagian tubuh temannya, anak akan mengikuti instruksi tanpa demonstrasi. Anak diharapkan melakukan: 1) Menggunakan tangan kanan untuk menyentuh bagian tubuh sebelah kanan temannya. 2) Menggunakan tangan kanan untuk menyentuh bagian tubuh sebelah kiri temannya.



3. Mengubah (berubah) posisi dalam suatu ruang. Tujuan: untuk pendengaran, ingatan dan sekuensi/penggiliran/urutan Cara: a.



Memberikan



kesempatam



kepada



anak



untuk



mengidentifikasi



kedudukannya atau posisinya dengan objek atau benda yang tetap. 1) Berdiri di depan, di belakang, di samping kanan, dan di sebalah kiri sebuah kursi. 2) Berlari menuju base pertama dalam lapangan softball . 3) Memperagakan posisi pemain bagian kanan, tengah dan kiri pad permainan softball. 4) Menempatkan posisi pada sebuah lingkaran, empat persegi panjang, dan bentuk yang lain di lantai. 5) Memanjat tali atau horisontal bar.



b. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengikuti perintah, perintah verbal dalam pemanasan tanpa memberi contoh. 1) Melakukan gerakan posisi latihan dasar, seperti: half squat, squat, kneel, long sitting, supine lying, hook lying, hook sitting, cross legge sitting. 2) Memperagakan perbedaan posisi kaki dalam merespon sebuah perintah: wide base, narrow base, square stance, colsed stance, dan open stance. 3) Menampilkan gerakan-gerakan tertentu sebanyak lima kali berturutturut. Gunakan delapan hitungan untuk setiap gerakan dan ulangi kemudian berhenti dalam hitungan tertentu. 4. Melintasi



garis



tengah.



Tujuan:



untuk



pendengaran,



ingatan



dan



sekuensi/penggiliran/urutan Cara: memberi kesempatan pada anak untuk menggerakan lengan kanan menyilang garis tengah melalui perintah verbal tanpa memberi contoh. a.



Melempar bola ke arah diagonal



b. Menggelindingkan bola dengan posisi kaki berlawanan dengan tangan yang menggelindingkan. c.



Melakukan back hand tenis .



d. Menangkap pantulan bola dari tembok yang datang ke arah kiri badan. e. Melontarkan bola tenis ke atas tegak (vertikal) di depan bahu kiri. 5. Meniru gerakan. Tujuan: visualisasi, ingatan, dan pengurutan Cara: a. Memberi kesempatan kepada anak untuk meniru gerakan lengan dan tungkai yang dicontohkan. 1) Meniru gerakan bilateral a) Meniru gerakan-gerakan lengan secara bersama atau sendiri, sementara tungkai tetap atau diam. b) Menggerakan kaki secara bersama-sama atau sendiri, sementara lengan tetap atau diam. c) Menggerakkan empat anggota tubuh secara bersama-sama atau sendiri-sendiri secara berurutan. d) Mengkombinasikan tiga macam gerakan secara berurutan. 2) Meniru gerakan-gerakan unilateral a) Menggerakkan lengan kanan dan tungkai kanan secara sendirisendiri atau bersama-sama, sementara bagian kiri tetap. b) Gerakan sebaliknya, dari gerakan di atas. 3) Meniru gerakan-gerakan menyilang ke samping. a) Menggerakkan lengan kanan dan tungkai kiri secara sendirisendiri atau bersama-sama atau bersamaan secara berurutan, sementara yang lain tetap. b) Melakukan gerakan sebalikanya, dari gerakan di atas. b. Memberi kesempatan untuk meniru gerakan lengan dari guru tanpa intstruksi verbal. 1) Mulai dan berhenti ke dua lengan secara simultan.



2) Meniru secara benar enam dari sembilan gerakan. c. Memberi kesempatan untuk meniru gerakan lengan dari guru yang memegang raket atau alat olahrga lainnya, tanpa instruksi verbal dengan benar dari sebelas gerakan. 6. Meniru gerakan olahraga Tujuan: visualisasi, ingatan dan urutan Cara: memberi kesempatan untuk meniru gerakan guru memanipulasi bola tenis, tanpa instruksi verbal. 1. Meniru gerakan guru dengan benar menggunakan lengan kanan seperti yang diperagakan guru. 2.



Melempar bola ke atas setinggi/persis atau sama dengan yang dipergakan guru.



3.



Memantulkan bola di depan, di samping dan variasinya.



4.



Memantulkan bola dengan ketinggian seperti yang diperagakan guru.



7. Jejak visual (visual tracking). Tujuan: pengamatan visual, ingatan dan pengurutan Cara: a. Memberi kesempatan kepada anak untuk menggunakan matanya mengikuti jejak. 1) Mengikuti gerakan guru yang bergerak ke kiri atau ke kanan. 2) Mengikuti gerakan guru melakukan gerak berputar atau berkeliling. 3) Mengikuti gerakan guru secara acak dan berurutan. b. Memberi kesempatan mengamati dan mengikuti benda-benda bergerak. 1) Mengikuti gerakan benda-benda yang bergerak yang dilempar guru sampai ke arah jatuhnya benda tersebut. 2) Bergerak mengikuti benda-benda yang bergerak yang dilemparkan guru kemudian menangkapnya. 3) Bergerak mengikuti benda-benda yang bergerak yang dilemparkan guru kemudian memukulnya sebelum jatuh.



c. Memberi kesempatan untuk mengikuti jejak bola yang bergulir ke arahnya. 1) Menghentikan bola yang bergulir ke arah samping kanan. 2) Menghentikan bola yang bergulir ke arah tengah. 3) Menghentikan bola yang bergulir ke arah samping kiri. 8. Keseimbangan statis Tujuan: visual atau auditori Cara: memberi kesempatan untuk mengembangkan keseimbangan statis. a. Berdiri dengan satu kaki selama 10 detik dengan mata tertutup. b. Berdiri dengan satu kaki dengan ujung kakinya selama 10 detik. c. Berdiri dengan satu kaki di atas benda seperti balok, batu, bata dan sebagainya. d. Berdiri di atas satu lutut. e. Berdiri dengan satu kaki dan kaki lainya squat. f. Melakukan head stand. g. Mengulangi ferakan-gerakan keseimbangan di atas dengan mata tertutup. 9. Keseimbangan dinamis Tujuan: visual atau auditori Cara: memberi kesempatan anak untuk mengembangkan keseimbangan dinamis. a. Berjalan di atas garis lurus. b. Melompat ke belakang lima kali berturut-turut tanpa kehilangan keseimbangan. c. Berjalan di atas balok titian dengan membawa beban di tangan kanan lima kilogram. d. Berjalan dengan melakukan squat pada balok keseimbangan. e. Berjalan dan berputar di atas balok titian sebanyak tiga kali putaran.



f. Melakukan loncatan seperti kangguru sambil memantul-mantulkan bola di antara kedua kakinya. 10. Dominasi lateral Tujuan: visual dan auditori Cara: memberi kesempatan mengeksplorasi gerakan yang memungkinkan dengan menggunakan raket, bad, tali dan lain sebagainya. a. Dapat mendemonstrasikan beberapa keterampilan dengan menggunakan tangan yang lebih disukai daripada yang tidak disukai. b. Dapat menampilkan kecenderungan lengan yang biasa digunakan secara konsisten daipada lengan lain. B. Strategi Layanan Anak Gangguan Perseptual Motor. a. Strategi Pengembangan Motorik Kasar Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Karakteristik bagi anak usia dini adalah bermain, merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Dengan bermain anak dapat bereksplorasi dan dapat mengembangkan motorik kasar, agar motorik kasar pada anak usia dini dapat berkembang secara optimal maka dirancanglah berbagai bentuk permainan-permainan yang menarik bagi anak. Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya. 1. Berlari.



Orang tua bisa melakukan kegiatan ini di halaman, atau di ruangan yang luas untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam rumah. Lakukan improvisasi dengan menggunakan bendera, kartu unik, atau benda yang dioper. 2. Memanjat. Jika di dekat rumah Orang tua ada taman bermain yang terbuka untuk umum, Orang tua bisa mengajak anak-anak Orang tua untuk bermain di area memanjat. Atau, buatlah area memanjat sendiri di rumah dengan menggunakan meja dan kursi. Untuk menghindari ada yang terluka, usahakan agar Orang tua menyediakan matras untuk mendarat jika mereka melompat. 3. Permainan jingkat. Dalam bahasa Jawa disebut engklek. Permainan ini baik untuk melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh si kecil. 4. Main bola. Apapun jenis permainan bolanya, ini sangat bagus untuk melatih kekuatan otot anak-anak



Menurut



Catron



menyatakan:



"Permainan



merupakan



wahana



yang



memungkinkan anak berkembang secara optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan anak ketika anak bernain, memumgkinkan anakbelajar tentang diri mereka sendiri, orang dan linkungannya dalam bereksplorasi dan menciptakan sesuatu". Ericson menambahkan bahwa bermain sangat berguna sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri, membantu anak menguasai kecemasan–kecemasan dan konfllik-konfliknya. Permainan mampu meredakan ketegangan sehingga anak dapat melakukan penyesuaian diri dengan permasalahan-permasalahan hidupnya dan bermain memungkinkan anak menyalurkan energi fisiknya dan meredakan ketegangannya. Strategi pengembangan penghayatan dan kesadaran tubuh menunjuk bagian-bagian tubuh, permainan puzzle, mencari yang hilang, menggambar seukuran tubuh, meraba berbagai bagian tubuh, permainan pantomim, mengikuti perintah, membuat estimasi, ekspresi wajah, dan aktivitas air.



b. Strategi Pengembangan Motorik Halus



Persiapan dan alat-alatnyapun sangat mudah didapatkan di sekitar kita bahkan itu adalah sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan sebagai sebuah pembelajaran buat si anak. Adapun aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan adalah: 1. Senam Tangan Kegiatan membuka dan menutup tangan secara berulang-ulang disertai dengan nyanyian adalah sesuatu yang 2. Menggunting Kertas Kegiatan ini sangat baik sekali karena melatih otot-otot tangan, usahakan posisi dalam memegang gunting tepat karena kegiatan memegang dan menggerakkan gunting sama halnya dengan menulis, maka jikalau salah maka akan berpengaruh dengan cara anak menulis. 3. Menempel Menempel adalah kegiatan yang melibatkan visual, imajinasi dan motorik halus anak. Cobalah dengan gambar yang lebih sederhana seperti gambar sebuah mobil kemudian anak disuruh menempel pada bidang kertas yang kosong.Setelah anak mulai terbiasa dengan hal ini maka naiklah tingkat kesulitan tempelan dengan cara



membuat



gambar



kemudian



si



anak



menempel



pada



kertas



yang



sebelumnyasudah diberikan pola yang sama dengan gambar yang akan ditempel. 4. Menyambung titik-titik Kegiatan menyambung titik-titik ini mengajarkan kepada anak untuk melatih kekuatan tangan, ketelitian, konsentrasi dan kesabaran, untuk anak yang masih belajar maka jangan terlalu memaksakan untuk mendapatkan hasil yang baik tapi teruslah berikan dia latihan dan semangat agar dia bisa menyelesaikan denganbaik. 5. Melipat kertas Melipat kertas dengan menggunakan kertas origami adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak karena bisa dibuat apa saja, mulailah dengan kegiatan melipat yang sederhana seperti melipat bentuk segitiga, segiempat kemudian ke bentuk yang agak sulit. Yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak menekan lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak 6. Plastisin Plastisin sering dipakai dalam kegiatan mengasah keterampilan motorik dan kreatifitas karena bahannya yang Stimulus yang ditujukan pada pancaindra anak akan direspons secara motorik sehingga orang lain dapat memahami maksud melalui



bahasa tubuh anak. Dengan dasar pemahaman ini, metode sensomotorik dapat membantu anak yang mengalami gangguan perkembangan.



c. Strategi Pengembangan Persepsi Auditoris Dan Visual Metode sensomotorik merupakan pelatihan yang mengajak anak untuk mau mencoba sendiri. Dari mencoba sendiri, anak bisa lebih memahami apa yang sedang dicobanya, bisa memperbaiki sesuatu jika ia anggap salah, juga bisa berkreasi dengan lebih baik lagi. Metode ini termasuk dengan bagaimana para terapis dan guru ikut mengasah persepsi visual dan auditori anak, sehingga anak mampu mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Metode sensomotorik meliputi.: 1. Persepsi visual untuk meningkatkan pemahaman visual 2. Mengembangkan motorik anak untuk mengontrol gerakan tubuh 3. Pengekspresian secara verbal pikiran dan perasaan 4. Kemandirian sehingga anak bisa bersosialisasi dengan tepat dan dapat mengatasi permasalahan Metode sensomotorik bertujuan agar anak selalu mau mencoba bertahan hidup dalam kondisi apa pun, sanggup mengembangkan pikirannya untuk sesuatu yang baru, sanggup bersaing dengan siapa pun, sanggup mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya, sanggup bekerja dalam tim, serta menjadi kreatif, imajinatif, fleksibel, dan bertanggung jawab. Pada saat metode ini dilakukan, anak-anak mengikutinya tanpa merasa tertekan. Setiap hari kita akan melihat ketertarikan dari anak sebagai torang tua adanya perbaikan perkembangan, baik secara fisik maupun kejiwaan. Selain itu, anak-anak berkembang secara individual sesuai karakter masing-masing, dan mau bermain dengan teman-teman di sekitarnya. d. Strategi pengembangan persepsi heptik (taktil dan kinestetik) Persepsi heptik dapat dikembangkan dengan berbagai cara seperti marasakan macam-macam tekstur, papan raba (touch board), merasakan bentuk, merasakan temperature, merasakan bobot, mencium, atau menjiplak pola. e. Strategi untuk mengembangkan integrasi sistem perseptual Integrasi visual ke auditoris dapat diperoleh dengan menyuruh anak melihat suatu pola titik-titik dan garis-garis; kemudian menyuruh anak menirukan pola



tersebut dalam bentuk ritmis pada drum. Integrasi auditoris ke visual dapat diperoleh dengan menyuruh anak mendengarkan irama ritmis dan memilih salah satu pola visual titik dan garis yang sesuai dari beberapa pilihan. Integrasi auditoris ke motor visual dapat diperoleh dengan meminta anak mendengarkan irama ritmisdan mengalihkan irama tersebut ke suatu bentuk visual dengan menuliskan pasangan titik dan garis. C. Program intervensi anak gangguan perseptual motor Intervensi dilakukan untuk menetapkan cara-cara apakah yang patut digunakan untuk merencanakan perbaikan masalah yang ditemukan dalam proses diagnosa yang sebelumnya telah dilakukan identifikasi. Dengan deteksi sedini mungkin, akan dapat mengetahui lebih awal dalam pemberian stimulasi yang sesuai dengan masalah yang dialami seorang anak. Stimulasi merupakan salah satu bentuk program intervensi yang diberikan kepada anak, khususnya anak dengan gangguan perseptual motor yang dibantu oleh ahli seperti dokter. Berikut beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk membuat anak dengan gangguan perseptual motor menjadi lebih baik: 1. Terapi Okupasi Salah satu jenis terapi yang dapat membuat anak dengan gangguan dispraksia menjadi lebih baik adalah terapi okupasi. Metode ini dapat membantu anak-anak tersebut mendapatkan keterampilan motorik dan belajar melakukan tugas-tugas dasar yang dibutuhkan pada kehidupan sehari-hari. Beberapa kemampuan tersebut, seperti menulis, mengetik, mengikat sepatu, hingga berpakaian. 2. Terapi Wicara dan Bahasa Terapi lainnya yang dilakukan untuk mengatasi gangguan dispraksia pada anak adalah terapi wicara dan bahasa. Kelainan tersebut dapat memengaruhi koordinasi otot yang digunakan untuk berbicara. Maka dari itu, jenis terapi ini sangat dibutuhkan oleh anak agar dapat berbicara dengan lancar di masa depan. Terapis akan membantu untuk berkomunikasi dengan kemampuan terbaik anak dan meningkatkan kemampuan tersebut. 3. Pelatihan Motorik Perseptual Metode ini berhubungan dengan peningkatan kemampuan bahasa, visual, gerakan, hingga pendengaran anak. Cara ini akan memberikan serangkaian tugas secara bertahap agar anak tertantang sehingga membuatnya lebih baik. Namun, terapis



akan tetap memperhatikan tugasnya agar tidak timbul perasaan frustasi atau stres karenanya.



KEPUSTAKAAN Nurina, Titis, dkk. (2017). Identifikasi Gangguan Perseptual Motorik Pada Siswa Tk Aisyiyah Kota Sukabumi, Vol VIII, No.2. Yudanto. Upaya Guru Penjas Dalam Mendeteksi Gangguan Perseptual Motorik Pada Siswa Sekolah Dasar. UNY. Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Kamtini dan Tanjung, H.W. 2005. Bermain Melalui Gerak Dan Lagu di TK. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti. Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta : Nuha Litera. Tadkiratun.M. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti DPPTKDKPT.