10 0 120 KB
KIMIA KLINIK I Resume Ureum Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Kimia Klinik I Disusun Oleh : Kelompok 4 Kelas D3/2-A Arih Nafsaka Nur Chasanah Mila Fadlia Ayu Dyah Selvia Ghaitsa Shafa Anindita Vina Riestiani
P17334118008 P17334118019 P17334118022 P17334118028 P17334118031
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK CIMAHI 2020 RESUME UREUM
a. Pengertian Ureum Sampah utama metabolisme protein adalah ureum atau urea. Ureum merupakan senyawa nitrogen non protein yang ada di dalam darah (Sumardjo, 2008). Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus dan sebagian direabsorbsi pada keadaan dimana urin terganggu (Verdiansah, 2016). b. Pembentukan dan Metabolisme Ureum Ureum adalah produk limbah dari pemecahan protein dalam tubuh. Siklus urea (disebut juga siklus ornithine) adalah reaksi pengubahan ammonia (NH3) menjadi urea (CO(NH2)2) (Weiner D, et. al. 2015 dalam Loho, dkk., 2016). Keseimbangan nitrogen dalam keadaan mantap akan diekskresikan ureum kira-kira 25 mg per hari (Hines, 2013). Reaksi kimia ini sebagian besar terjadi di hati dan sedikit terjadi di ginjal. Hati menjadi pusat pengubahan ammonia menjadi urea terkait fungsi hati sebagai tempat menetralkan racun.Urea bersifat racun sehingga dapat membahayakan tubuh apabila menumpuk di dalam tubuh. Meningkatnya urea dalam darah dapat menandakan adanya masalah pada ginjal (Loho, dkk., 2016). c. Metode Pemeriksaan Kadar Ureum Pemeriksaan ureum sangat membantu menegakkan diagnosis gagal ginjal akut.Pengukuran ureum serum dapat dipergunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisa (Verdiansah, 2016). Ureum dapat diukur dari bahan pemeriksaan plasma, serum, ataupun urin. Jika bahan plasma harus menghindari penggunaan antikoagulan natrium citrate dan natrium fluoride, hal ini disebabkan karena citrate dan fluoride menghambat urease.Ureum urin dapat dengan mudah terkontaminasi bakteri.Hal ini dapat diatasi dengan menyimpan sampel di dalam refrigerator sebelum diperiksa (Verdiansah, 2016). Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur kadar ureum serum, yang sering dipilih/digunakan adalah metode enzimatik. Enzim urease menghidrolisis ureum dalam sampel menghasilkan ion ammonium yang kemudian diukur. Ada metode yang menggunakan dua enzim, yaitu enzim urease dan glutamate dehidrogenase. Jumlah nicotinamide adenine dinucleotide (NADH) yang berkurang akan diukur pada panjang
gelombang 340nm (Verdiansah, 2016). Nilai normal ureum Pemeriksaan BUN atau kadar ureum darah yang selesai dilakukan akan mendapatkan nilai ureum dalam mg/dL. Nilai ureum yang didapatkan perlu dibandingkan dengan nilai normal ureum sebagai acuan. Inilah nilai normal ureum pada beberapa kategori usia menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC):
1. Usia 0-5 tahun 2. Usia 5-15 tahun 3. Usia lebih dari 15 tahun
: 5-18 mg/dL : 7-18 mg/dL : 6-23 mg/dL
Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar ureum : 1) Hasil palsu dapat terjadi pada spesimen yang mengalami hemolisis. 2) Nilai-nilai agak terpengaruh oleh hemodilusi. 3)
Berbeda dengan tingkat kreatinin, asupan protein (diet rendah protein) dapat
mempengaruhi kadar urea nitrogen sehingga menurunkan nilai BUN. 4) Kadar kreatinin dan kadar urea nitrogen harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi fungsi ginjal. Apabila terjadi peningkatan atau penurunan yang signifikan, hasil dapat dibandingkan dengan rasio BUN : Kreatinin sebelum mengevaluasi fungsi ginjal (Chernecky dan Berger, 2013). d. Pemeriksaan Urea Klirens Klirens suatu zat adalah jumlah milliliter plasma yang dibersihkan oleh ginjal dari zat tersebut per menit. Klirens Kreatinin aadalah jumlah mL plasma yang dibersihkan kreatinin nya oleh ginjal dalam waktu 1 menit. Pemeriksaan ini berujuan untuk mengetahui fungsi ginjal. Jika pemeriksaan urea ini digunakan untuk menggambarkan laju filtrasi glomerulus maka harus dikoreksi dengan dikalikan angka 1,2 karena tidak semua direabsorpsi di tubulus. Peningkatan urea kreatinin terutama terjadi pada penyakit ginjal seperti nefritis glomerulus ataupn pada penderita gagal ginjal . Pmeriksaan urea klirens dapat dilakukan dengan waktu 2jam. Nilai normal kreatinin klirens adalah 70 – 110%. Bila diuresis lebih dari 2 mL per menit, maka urea klirens dapat dihitung dengan rumus :
Urea Klirens = U x V / B Keterangan : U = kadar ureum dalam urin B = Kadar ureum dalam darah V = Diuresis per menit Alat dan Bahan 1. Fotometer 2. Clinipette 10 mikroliter dan 1000 mikroliter 3. Tabung khan 4. Tip kuning dan biru 5. Parafilm 6. Sampel (serum) 7. Reagen salisilat (R1) Salisilat 31 mmol/L Nitroprussid 1,67 mmol/L 8. Reagen Urease (R2) > 15 KUI/L 9. Reagen Alkali (R3) Natrium hipoklorit 7 mmol/L NaOH 62 mmol/L 10. Standar urea, 40 mg/dl 11. Aquadest
Cara kerja `
Blanko
Standar
Sampel
10 µL
-
-
Standar
-
10 µL
-
Serum
-
-
10 µL
1000 µL
1000 µL
1000 µL
Aquadest
Pereaksi R1+R2
Campurkan, inkubasi selama 4 menit pada suhu kamar Pereaksi biasa (R3)
1000 µL
1000 µL
1000 µL
Campur, inkubasi selama 8 menit pada temperature kamr. Baca absorban sampel dan standar terhadap blanko reagen pada fotometer dengan panjang gelombang 578nm.