8 0 531 KB
Review Rencana Pembangunan Pabrik Bioetanol dari Sorgum Kapasitas 5000 Liter/Hari dan Pabrik Tepung Glukomanan Kapasitas 10 Ton/Hari
I.
Kajian Pembangunan Pabrik Bioetanol dari Sorgum Kapasitas 5000 Liter/hari Pertimbangan utama menggunakan tanaman sorgum sebagai
bahan baku
bioethanol adalah karena tanaman ini sangat potensial. Niranya dapat difermentasi menjadi bioethanol, bijinya sebagai sumber bahan pangan maupun pakan, daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kompos maupun pakan ternak, serta bagas sorgum sebagai bahan bakar boiler. Tinjauan dari Aspek Bahan Baku -
Produktifitas batang sorghum dengan varitas numbu hanya berkisar antara 40 – 60 ton/Ha,
-
Kadar gula ( fermentable sugar ) di dalam nira tebu = 10 – 13 %
-
Siklus panen sorgum = 3 – 4 bulan Perbandingan dari aspek budidaya antara sorgum dan tebu Tabel 1 Budidaya Tebu vs Sorgum TEBU
Sorghum
12
3-4
Produksi Batang, Ton/Ha
70 - 80
40 - 60
Kadar gula ( FS) batang, %
13 - 16
10 - 13
0
2-3
Kebutuhan air per Ha
100 %
12 %
Kebutuhan pupuk per Ha
100 %
60%
Produksi gula( FS), ton /Ha
6–8
1,6 – 3,0
Siklus Panen, bulan
Biji , Ton
Note :
FS = Fermentable Sugar
Sedangkan perbandingan biaya produksi per Kg batang sorgum vs tebu adalah sebagai berikut Tabel 2 Perbandingan biaya produksi ( data tahun 2012 ) Unit Biaya Budidaya Biaya Panen Total biaya Produksi batang Rasio jus/batang Ts ( total sugar) juice Berat juice Total gula Biaya satuan gula ( sbg FS)
Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha Kg/Ha % % Kg/Ha Kg/Ha Rp/Kg
Sorghum 40 T/Ha 70 T/Ha 6,000,000 6,000,000 4,000,000 7,000,000 10,000,000 13,000,000 40,000 70,000 50 50 12 12 20,000 35,000 2,400 4,200 4,167 3,095
Tebu 16,000,000 4,800,000 20,800,000 80,000 50 16 40,000 6,400 3,250
Dari tabel 2 diatas jika produksi batang sorghum 40 Ton/Ha, maka biaya per kg gula ( FS ) = Rp 4.167 ,- lebih mahal dibandingkan biaya per kg dari tebu yaitu Rp 3.250,Jika produktifitas sorgum sebesar 70 Ton/Ha maka biaya per kg gula = Rp 3.095,lebih murah dibandingkan dari gula dari tebu. Biaya panen per kg batang sorghum = Rp 100,- lebih mahal dibandingkan dengan biaya panen tebu yaitu = Rp 60,- per kg. Selain itu batang sorgum lebih cepat rusak dibandingkan tebu. Tinjauan Aspek Produksi Bioetanol Proses produksi bioetanol dari batang sorgum dapat dibagi dalam beberapa tahapan proses yaitu : -
Milling process
-
Juice treatment process
-
Fermentation process
-
Distillation process
Diagram alir produksi bioetanol dari sorgum dapat dilihat pada gambar 1
Gambar 1 Diagram alir proses bioetanol dari sorgum
Biaya produksi bioetanol dari sorghum adalah sebagai berikut : Tabel 3 Biaya Produksi
Items Direct Cost Raw materials Chemicals Sulfuric acid Sodium hydroxide Urea,ton
Unit
Konsumsi per Liter Etanol
Harga satuan Rp
Biaya Rp
Kg
14,6
350
5110
Kg Kg Kg
0,001 0,001 0,001
3000 4000 5000
3 4 5
Antifoam,kilo liter Yeast Fuel Steam Electricity Water
Liter Kg
0 0,0001
40000 60000
0 6 18
Kg Kwh Liter
4,8 0,12 8,6
150 1500 5
480 180 40 700
Fixed Cost Plant overhead
1700
Total cost per Liter Etoh
7528
Biaya produksi bioetanol dari sorgum ini lebih mahal dibandingkan dengan biaya produksi dari molasses. Jika harga molasses Rp 1200 per kg maka biaya produksi bioetanol = Rp 6935,- per Kg * ( Harga standard yang dipakai ASENDO ) Untuk memproduksi bioetanol dengan kapasitas 5000 Liter/hari maka batang sorghum yang dibutuhkan = 73.000 Kg batang. Jika produktifitas sorgum = 40 Ton/ha, maka luas panen sorgum yang dibutuhkan =
1,82 Ha/hari.
Jika pabrik bioetanol
berproduksi selama 300 hari, sedangkan tanaman sorghum dapat dipanen 3 kali per tahun maka kebutuhan luas areal sorgum adalah 183 Ha.
Kesimpulan & Rekomendasi 1. Pembangunan pabrik bioetanol dari sorghum perlu perhitungan yang mendalam
mengingat produktifitas sorgum masih rendah ( 40 – 50 Ton/Ha ). Sehingga secara ekonomi belum layak. Jika produktifitas bisa ditingkatkan menjadi minimal 60 Ton maka harga batang sorghum akan dapat turun menjadi Rp 300,-, sedangkan harga bioetanol akan lebih murah dibandingkan biaya bioetanol dari molasses.
2. Pasar bioetanol masih perlu dikaji lebih lanjut. Apakah mau memproduksi bioetanol
derajat industry ( industrial grade, 96 % v/v ) atau memproduksi bioetanol untuk bahan bakar ( 99,8 % v/v ). Untuk memproduksi bioetanol derajat bahan bakar diperlukan tambahan proses dehidrasi. Pasar untuk bioetanol derajat bahan bakar masih belum jelas, mengingat belum ada mandatory Pertamina untuk membeli bioetanol sebagai bahan campuran bensin. Harga pertalite /premium lebih murah dibanding harga bioetanaol 99,8 % v/v. 3. Kapasitas pabrik 5000 Liter/hari terlalu kecil untuk sebuah industry bioetanol, di India kapasitas terkecil adalah 30 KLPD ( kilo liter per day )
II.
Kajian Pembangunan Pabrik Glukomanan Kapasitas 10 Ton/hari Porang merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang banyak ditemukan di Indonesia terutama di daerah hutan dengan kondisi pepohonan yang rindang. Porang dapat tumbuh dengan maksimal di bawah tegakan pohon karena tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Umbi porang banyak mengandung glukomanan dan dikenal dengan nama Konjak Glucomaman (KGM ). Tepung glukomanan banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada industri pangan dan industri non-pangan. Pada industri pangan glukomanan digunakan sebagai pengental, pengikat, jelling agen, dan pembentuk suspensi. Proses produksi glukomanan meliputi penepungan porang, ekstraksi glukomanan dari tepung porang. Untuk pembangunan pabrik glukomanan kapasitas 10 Ton/hari , jika yield tepung glukomanan = 70 %, maka bahan baku umbi porang dibutuhkan = 22 Ton/hari. Kesimpulan & Rekomendasi 1. Perlu dilihat luas areal tanaman porang dan suplainya untuk memenuhi kebutuhan pabrik sebanyak 22 Ton/hari selama 300 hari. 2. Perlu dibuat design process yang efisien dan reliable.