4 0 305 KB
Pengawetan Buah Agar Kaya Ekspor dan Aman Bagi Tubuh Review Pengawetan Buah Agar Kaya Ekspor dan Aman Bagi Tubuh Dora Nur Deva,Dessy Agustina Sari ABSTRAK: Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar contohnya saja buah . tetapi, baru sebagian kecil upaya pemanfaatannya.Hal tersebut tercermin dari data buah yang dipantau (Departemen pertanian,2008) hanya mencangkup 23 jenis buah dari 60 jenis buah . buah adalah komoditas yang kaya akan vitamin dan mineral serta baik bagi tubuh .buah juga sangat berperan penting dalam tubuh kita karena buah kaya akan serat sehingga membantu proses pencernaan dalam tubuh . tetapi
sangat disayangkan karena daya tahan buah hanya sebentar paling lama hanya 3 hari . oleh karena itu dilakukan proses pengawetan agar daya tahan buah meningkat . Proses pengawetan adalah upaya menghambat kerusakan dari kerusakan yang disebabkan oleh mikroba pembusuk yang mungkin memproduksi racun atau toksin Kata kunci : buah,komoditas,mikroba, proses pengawetan
PENDAHULUAN Buah-buahan merupakan sumber pangan yang siap langsung dikonsumsi tanpa memerlukan proses pengolahan.(WHO,2003) menganjurkan konsumsi buah dan sayur sekurang-kurangnya 400 gram sehari untuk mencegah penyakit tidak menular. Di Indonesia , masyarakat dianjurkan untuk menonsumsi buah dan sayur sebanyak 5-8 porsi setiap harinya (Depkes ,2014). Banyak vitamin dan mineral esensial penting bagi tubuh yang terdapat dalam buah . selain itu , beberapa zat fitokimia dalam buah-buahan terbukti mempunyai peranan untuk mencegah terjadnya penyakit tidak menular . penelitian yang dilakukan He,Nowson,dan Mcgregor (2007) menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi buah dan sayur yang sebelumnya kurang dari tiga porsi menjadi lebih dari lima porsi sehari berkaitan dengan 17% risiko penyakit jantung coroner dan terjadi penurunan risiko penyakit stroke sebesar 11% untuk setiap tambahan porsi buah per hari . penelitian lain yang dilakunkan di California State University menunjukkan bahwa mengonsumsi minimal lima buah apel setiap minggu terbukti dapat membantu mencegah terjadinya beberapa penyakit degeneratif (Hyson ,2011). Kurang konsumsi buah dan sayur diperkirakan akan menjadi penyebab penyakit jantung iskemik sebesar 31% , kanker gastrointenstinal sebesar 19%, dan tersebut menjadi salah satu faktor 10 besar penyebab kematian di dunia (WHO,2002) . Berdasarkan hasil dari (Riskesdas,2007) bahwa kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur menjadi salah satu faktor resiko penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, stroke, penyakit kardiovaskuler dan kanker. oleh sebab itu harus banyak-banya
mengkonsumsi banya buah-buahan dan sayuran . tetapi kendala yang harus dipecahkan yaitu ketahanan buah-buahan dalam jangka waktu yang lama . kita ketahui bahwa buah-buahan tidak bertahan lama . Paling lama pun hanya sekitar 3 hari . karena Indonesia juga merupakan negara ekspor buah-buahan . maka Indonesia harus mencari jalan keluar dari permasalahan ini untuk meningkatkan kualitas ekspor buah yang juga aman bagi tubuh . Permasalahan yang dihadapi dapat dipecahkan dengan teknik pengawetan . teknik pengawetan dapat membuat buah tahan lama hingga 7 hari . teknik pengawetan yang digunakan pun bermacam-macam ada sekitar 7 teknik pengawetan diantaranya berupa : pendinginan , pengemasan dengan polietilen , pelapisan buah dengan emulsi lilin (waxing), dan iridasi . Diketahui bahwa teknik pengawetan adalah upaya menghambat terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh mikroba pembusuk.manfaat dari pengawetan itu sendiri adalah untuk menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan pada buah , mempertahankan mutu , menghindari terjadinya keracunan , mempermudah penanganan dan penyimpanan . dari berbagai teknik pengawetan yang sudah disebutkan diatas diketahui bahwa ada kekurangan dan kelebihan yang ditimbulkan dari teknik pengawetan tersebut .sehingga harus dipikirkan lebih lanjut lagi teknik pengawetan yang mana yang lebih efisien dan terjangkau oleh para petani buah agar buah yang diproduksi dapat tahan lama sehingga ekspor buah indonesia ke luar negeri dapat meningkat dari tahun ke tahun .
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3 ,Oktober 2015,364-371
Pengawetan Buah Agar Kaya Ekspor dan Aman Bagi Tubuh TEKNIK PENGAWETAN Pengemasa dengan Polietilen (PE) Kehilangan air dapat dikurangi dengan jalan memberi pembungkus pada bahan yang akan didinginkan. Salah satu jenis pembungkus yang cukup baik digunakan adalah pembungkus dari bahan plastic . Berdasarkn penelitian Scott dan Robert (1987) penyimpanan pisang yang masih hijau dalam kantong polietilen dapat memperlambat pematangan pisang selama 6 hari pada suhu 20 oC..PE merupakan plastic yang paling banyak digunakan karena mudah dibentuk , cukup tahan terhadap beberapa bahan kimia , dapat digunakan pada suhu beku , halus , fleksibel , impacr resisten baik , tidak mudah sobek , tidak berbau , tahan terhadap pelarut alkali , dan transmisi gas cukup tinggi sehingga tidak digunakan untuk mengemas bahan yang beraoma . plastic polietiken ini mempunyai ketebalan 0,001 sampai 0,01 inchi , yang banyak digunakan sebagas pengemas buah-buahan . karena sifatnya yang thermoplastic, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik . Kelebihan dan Kelemahan pengemasan dengan polietilen Kelebihan 1. Melindungi buah-buhan dengan baik , unsur proteksi merupakan fungsi pengemasan 2. Ringan sehingga biaya transportasi lebih murah 3. Tidak mudah pecah sehingga mengurangi faktor resiko dan kerugian selama penyimpanan dan transportasi 4. Bisa dibuat berbagai macam bentuk 5. Memiliki daya tahan terhadap karatan , keadaan cuaca dan berbagai jenis bahan kimia Kekurangan 1. Jika digunakan pada produk-produk berminyak maka minyak akan merembes ke luar dan dalam jangka waktu yang lama akan melekat dengan produk 2. Harus diberikan perlakuan khusus yaitu dengan perbedaan suhu yang besar dengam pemberian aliran listrik tegangan tinggi dan dengan kloronasi Pendinginan (Chilling Storage) Penyimpanan dibawah suhu 15oC dan di atas titik beku bahan dikenal sebagai penyimpanan dingin (Chilling storange). Penyimpanan buah-buahan memerlukan temperature yang optimum untuk mempertahankan mutu dan kesegaran.Temperatur optimum dapat menyebabkan kerusakan karena pendinginan .kerusakan pendinginan dari buah pisang pada temperature kritis (13 oC) adalah warna kusam, perubahan cita rasa dan tidak bisa masak. Kondisi optimum bagi buah piang adalah 11-20 oC dan RH 85-95%. Pada kondisi ini metabolism oksidatif seperti respirasi berjalan lebih sempurna .pendinginan tidak memperngaruhi kualitas rasa , kecuali bila buah didinginkan secara berlebihan sehingga proses pematangan terhenti.
Kelebihan dan kelemahan teknik pengawetan (Chilling Storage) Kelebihan 1. Dapat mengurangi proses penuaan , pematangan , pelunakan dan perubahan warna 2. Dapat mengurangi kehilangan air dan pelayuan 3. Dapat mengurangi kerusakan karena aktivitas mikroba 4. Dapat mengurangi proses pertumbuhan yang tidak diinginkan 5. Dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolic lain Kerugian 1. Biaya yang dikeluarkan relative mahal karena teknik pengawetan dengan chilling storage ini membutuhkan daya yang besar sehingga harus membayar biaya listrik yang lumayan besar . 2. Asanya perubahan permeabilitas sel 3. Perubahan leak dan asam lemak dalam dinding sel buah Pelapisan dengan Emulsi Lilin (Waxing) Pelapisan lilin merupakan salah satu alternative atau cara untuk mempertahankan mutu buah-buahan agar tetap segar . karena dapat mengurangi laju respirasi dan transpirasi.Emulsi lilin akan melapisi inti sel dan mulut daun (stomata) pada jaringan tempat respirasi berlangsung . Selain itu, pelapisan lilin akan menyebabkan penampakan buah lebih mengkilap sehingga menambah daya tarik (Muchtaci,1992). Umumnya buah-buahan mempunyai lapisan lilin alami permukaan kulitnya yang dapat hilang karena proses pencucian . pelapisan digunakan untuk menjaga kesegaran buah . karena adanya lapisan penguapan air dan respirasi dapat dikurangi . selain itu dengan pelapisan lilin dapat diperoleh buah dengan penampilan yang mengkilap dan menarik . Di samping itu luka goresan pada permukaan kulit buah dapat ditutupi oleh lilin (Sugiyono,1992). Emulsi lilin dapat dibuat dari bahan lilin dengan bahan pengemulsi . Lilin yang biasa digunakan adalah lilin tbal . lilim kamauba (lilin lebah) . Emulsifier yang digunakan adalah trietanol amein dan asam oleat . Untuk pemakaian fungisida sering digunakan Benlate-50 Thiabendazole-60 dan lain-lain (Pantastico,1989). Namun demikian pelapisan lilin tidak dapat mengatasi kebusukan untuk itu lilin sering dikombinasikan dengan fungisida dan bakterisida .Berbagai jenis fungisida atau bakterisida dapat digunakan untuk mengendalikan pembusukan pada buah selama penyimpanan salah satunya adalah benlate-50.benlate termasuk kelompok fungisida benzimidazoles dengan nama umum benomil dan merupakan fungisida yang aman digunakan (Winarno,2002).
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3 ,Oktober 2015,364-371
Pengawetan Buah Agar Kaya Ekspor dan Aman Bagi Tubuh
perekat/pengental
Lilin yang digunakan dalam proses pelilinan berupa :
(gelling
agent)
pada
selai
dan
jelly . Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, Lilin lebah
komponen permen, serta sebagai stabiliser emulsi untuk jus buah
Beeswax/lilin
lebah
mengandung
organik
atau
hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Ester dan alkohol monoester, kolestrol dan sejumlah kecil mineral tertentu . warna lilin bervariasi ,kuning/orange /kecoklatan.lilin lebah merupakan lilin yang kompleks dibentuk dari campuran beberapa komponen meliputi hidrokarbon 14%, monoester 35%, diester 14%, trimester 3 %,hidroksi monoester 4%, hidroksi poliester 8%, asam ester 1%, asam poliester 2%, alkohol bebas 1%, dan 6 % sisanya tidak diketahui . komponen utama lilin lebah adalah palmitat .lilin lebah digunakan untuk membantu menahan air di dalam
buah
dan
sauran
selama
pengiriman
dan minuman dari susu, juga sebagai sumber serat dalam makanan. Pektin sebagai hasil industri mempunyai banyak manfaat diantaranya bahan dasar Industri makanan dan minuman, industri
kerusakan fisik lainnya dan penyakit serta meningkatkan penampilan buah . pelapisan buah dengan lilin lebah bertujuan untuk menutup pori-pori kulit buah sehingga dapat menghambat laju proses respirasi dan transpirasi yang terjadi pada buah . kelenjar lilin lebah mengeluarkan sejenis lilin yang digunakan sarangnya
.tebal
tipisnya
lapisan
segolongan
polimer
heterosakarida yang diperoleh dari dinding sel tumbuhan darat. .Penggunaan pektin yang paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent) pada selai dan jelly. Pemanfaatannya
sekarang
meluas sebagai
bahan pengisi,
komponen permen, serta sebagai stabilizer untuk jus buah dan minuman dari susu, juga sebagai sumber serat dalam makanan.
Gelatin
melindungi buah dan sayur dari memar , dan mencegah
membentuk
merupakan
dan
pemasaran ,membantu menghambat pertumbuhan jamur ,
untu
farmasi. .Pektin
lilin
berpengaruh terhadap daya simpan buah .pelapisan yang terlalu tebal akan menyebabkan buah menjadi cepat rusak karena seluruh pori-pori kulit buah tertutup sehingga terjadi respirasi anaerob yang dapat menyebabkan kerusakan, sementara, pelapisan yang terlalu tipis tidak akan mempengaruhi daya simpan buah .lilin lebah sukar terhidrolisis oeh air .
Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) hewan. Pembuatan gelatin merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah tulang yang biasanya tidak terpakai dan dibuang di rumah pemotongan hewan. Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam penganekaragaman produk.
Gelatin juga
merupakan derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang,dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimanaglisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yangmenyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan hidroksiprolin. Berat molekul gelatin rata-rata berkisar antara 15.000 – 250.000. (Chaplin,2005), berat molekul gelatin sekitar 90.000 sedangkan
Gel Karbohidrat
rata-rata berat molekul gelatin komersial berkisar antara 20.000 –
Sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.salah satu senyawa pemecahan dari karbohidrat adalah pektin.
70.000 Gelatin terbagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan proses pengolahannya, yaitu tipe A dan tipe B. Dalam pembuatan gelatin tipe A, bahan baku diberi perlakuan perendaman dalam larutan asam sehingga proses ini dikenal dengan sebutan proses
Pektin pada tanaman banyak terdapat pada lapisan kulit pada buah .pektin dapat membentuk gel dengan bantuan adanya asam
asam. Sedangkan dalam pembuatan gelatin tipe B, perlakuan yang
diaplikasikan
dan gula.penggunaannya yang paling umum adalah sebagai bahan Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3 ,Oktober 2015,364-371
adalah
perlakuan
basa.
Pengawetan Buah Agar Kaya Ekspor dan Aman Bagi Tubuh Proses ini disebut proses alkali. Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol,propilen glycol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton, karbontetraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut organic lainnya. (Norland,1997), gelatin mudah larut pada suhu 71,1oC dan cenderung membentuk gel pada suhu 48,9 oC. Sedangkan (Montero, et al.2000), pemanasan yang dilakuka untuk melarutkan gelatin sekurang-kurangnya 49oC atau biasanya pada suhu 60 –70oC. Gelatin memiliki sifat dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke gel,membengkak atau mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film,mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid (Parker,1982). (Utama,1997), sifat-sifat seperti itulah yang membuat gelatin lebihdisukai dibandingkan bahan-bahan semisal dengannya seperti gum xantan, keragenandan pektin. Sifat permukaan gelatin didasarkan pada kenyataan bahwa rantai samping gelatin, seperti halnya protein yang lain, memiliki gugus yang bermuatan dan bagian tertentu dari rangkaian kolagen mengandung asam amino hidrofobik dan hidrofilik. Bagian hidrofobik dan hidrofilik dapat berpindah di permukaan, sehingga mengurangi tegangan muka larutan. Pada saat yang sama, gelatin memeliki beberapa sifat melindungi stabilitas permukaan yang dibentuk. Sifat multifungsi dari gelatin ini digunakan dalam produksi dan stabilisasi buih dan emulsi. Titik isoelektrik adalah dasar yang penting dalam mempengaruhi aktivitas permukaan gelatin. Jika PH sekitar gelatin berkaitan dengan titik isoelektrik, gelatin menjadi tidak bermuatan, jika PH lebih tinggimaka akan bermuatan negative dan jika lebih rendah bermuatan positif. Dalam larutan gelatin PH berkisar 5,0 – 9,0, jika dkondisikan alkali, gelatin bermuatan negatif dan jika dikondiskan asam bermuatan positif. PH di bawah 5,0 semua tipe gelatin akan bermuatan positif dan di atas 9,0 semuanya negatif. Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 % mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan. Fungsi-fungsi gelatin gelatin pada buah adalah i sebagai pelapis (melapisi pori-pori buah sehingga terhindar dari kekeringan dan kerusakan oleh mikroba) untuk menjaga kesegaran dan keawetan buah.
Kelebihan dan Kelemahan pelapisan buah dengan emulsi lilin Kelebihan 1. untuk mencegah terjadinya kehilangan air yang terlalu banyak dari komoditas akibat penguapan sehingga dapat memperlambat kelayuan karena lapisan lilin menutupi sebagian stomata (pori-pori) buah-buahan 2. mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi sehingga dapat mengurangi kerusakan buah yang telah dipanen
akibat proses respirasi, dan menutupi luka-luka goresan kecil pada buah 3. dapat mengurangi keaktifan enzim-enzim pernafasan sehingga dapat menunda proses pematangan 4. dapat memberikan penampilan yang lebih menarik karena memberikan kesan mengkilat pada buah dan menjadikan produk dapat lebih lama diterima oleh konsumen. Kelemahan 1. ilin tidak dapat mengatasi kebusukan, untuk lilin sering dikombinasikan dengan fungisida dan bakterisida 2. Lapisan lilin sangat tebal dan kemudian dilapisi dengan plastik dapat menyebabkan jadi busuk atau bonyok. Proses pelilinan dapat diakses di [www.jbkt.ub.ac.id/index.php/jbkt/article/download/143/1 30 , Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol.. 2 No. 1 , Juli 2014] Iradiasi teknik iradiasi adalah pemancaran energi dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. (Winarno et al.1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan. Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh radiasi pengion adalah radiasi partikel alfa , beta dan gelombang elektromagnetik gama Contoh radiasi pengion yang disebut terakhir ini paling banyak digunakan (Sofyan, 1984; Winarno et al., 1980). Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan. (Hermana,1991) dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen. Kelebihan dan Kelemahan teknik pengawetan iradiasi Kelebihan 1. Tidak ada atau sedikit sekali proses pemanasan pada makanan sehingga hampir tidak ada perubahan dalam sensor karakteristik makanan 2. Dapat dilakukan pada makanan kemasan dan makanan beku 3. Proses otomatis terkontrol dan memiliki biaya operasi rendah 4. Hanya membutuhkan sedikit energi
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3 ,Oktober 2015,364-371
Pengawetan Buah Agar Kaya Ekspor dan Aman Bagi Tubuh Kelemahan 1. Proses dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat membuat makanan yang tidak layak makan menjadi layak jual 2. Jika mikro-organisme pembusuk dimusnahkan tetapi bakteria patogen tidak, konsumen tidak bisa melihat indikasinya dari bentuk makanan
3.
4.
Makanan akan berbahaya bagi kesehatan jika bakteri penghasil racun dimusnahkan setelah bakteri tersebut mengkontaminasi makanan Hilangnya nilai nutrisi makanan
Tabel 1. Penggolongan buah terhadap teknik pengawetan Teknik Pengawetan Pendinginan
Jenis Buah Pisang Tomat Jeruk Melon Rambutan Jambu Kristal pisang
Daya tahan Rentang waktu hingga 7 hari
Pelapisan buah dengan emulsi lilin (Waxing)
Mangga Apel Belimbing Pisang Jambu Biji Tomat Anggur
Iradiasi
Pepaya Tomat Pisang ambon Mangga
Pengemasan dengan Polietilen (PE)
Tujuan mengurangi proses penuaan , pematangan , pelunakan dan perubahan warna Untuk memperlambat pematangan
Referensi Jurnal Teknik Mesin Undana,Vol.01 No.02,Oktober 2014
Rentang waktu hingga 7 hari
Memperpanjang masa simpan serta mengilap kan kulit buah sehingga menarik minat konsumen untuk membeli buah
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2 No. 1 , Juli 2014
Rentang waktu 5-7 hari
Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan
Academia Journal of Nutrition 4 (2): 7783,2015 ISSN 23098902
Rentang waktu hingga 6 hari
Jurnal EduBio Tropika,Vol.2 No.1 ,April 2014
juga banyak digunakan oleh para petani buah khususnya buah
KESIMPULAN Uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
apel di Indonesia namun, pengemasan dengan polietilen pun
ada berbagai macam teknik pegawetan yang dapat dilakukan
juga lumayan banyak digunakan oleh para petani buah
oleh para petani buah untuk meningkatkan mutu produktivitas
khususnya buah rambutan dan juga pisang . diharapkan
buah yang mereka tanam , buah yang para petani tanama dapat
kedepannya para petani buah di Indonesia bisa meningkatkan
diproses dengan teknik pengawetan berupa : teknik chilling
lagi mutu produktivitas buah yang akan dieksport ke luar negeri
storage , pengemasan dengan polietilen , pelapisan buah dengan
agar meningkatkan
emulsi lilin, dan
iradiasi. Namun, dari beberapa teknik
internasional . karena dengan meningkatkan produk buah dalam
pengawetan ada kelebihan dan efek samping yang ditimbulkan
negeri maka nama indonesia pun juga akan dikenal di dunia
setelah
internasional sebagai Negara penghasil buah terbaik di masa
proses
pengawetan
.
setelah
dianalisis
penulis
menyimpulkan bahwa dari beberapa teknik pengawetan , teknik
yang
daya jual produk Indonesia di pasar
akan
yang paling efisien yaitu teknik pelilinan karena teknik pelilinan
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3 ,Oktober 2015,364-371
datang
.
Pengawetan Buah Agar Kaya Ekspor dan Aman Bagi Tubuh DAFTAR PUSTAKA Elizabeth,A.Baldwin and Robert Hangenmaier.2012.Edible Coanting and Films to Improve Food Quality.CRCpress.United State of America. Muhtadi,T. dan Sugiono.2014.Prinsip Proses dan Teknologi Pangan .Alfabeta.Bandung. Boyer J, Liu R. H. 2004. Apple Phytochemicals and Their Health Benefit. Nutrition Journal. 3:5. Central for Food Safety. 2009. Formaldehyde in Food : Risk and Brief [Internet].[Diakses tanggal 8 desember 2016 ] Dapat diakses melalui http://www.cfs.gov.hk/english/programme/programme _rafs/programme_rafs.ht ml. Hysen A Diane. 2011. A Comprehensive Review Of Apple Component s and Their Relationship to Human Health. Advanced Nutrition an International Review Journal National Toxicology Program, 2011. Formaldehyde. Report on Carcinogens, Edisi 12 NIOSH.1981. Formaldehyde: Evidence of Carcinogenicity [Internet].[Diakses 8 desember 2016] Tersedia dari http://www.cdc.gov/niosh/ Notoatmodjo, Soekidjo.2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 33 tahun 2012. Bahan Tambahan Pangan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Trainer D et al.2010. Development of Sample Handling Procedure for Food Under USDA’s National Food and Nutrient Analysis Programe. Journal of Food Composition and Analysis. USDA. 2012. Pesticide Residue Testing of Organic Produce: 2010-2011 Pilot Study. United States Departmeent of Agriculture. Weng X, Chon CH, Jiang H and Li D, 2009. Rapid Detection of Formaldehyde Concentration in Food on a
Departemen Kesehatan Rrepublik Indonesia,2014, Pedoman Gizi Seimbang 2014. Jakarta. Dhareshwar SS and Stella VJ, 2008. Your Prodrug Releases Formaldehyde: Should you be Concerned? No!. Journal of Pharmaceutical Sciences. European Food Safety Authority, 2014. Endogenous formaldehyde turnover in humans compared with exogenous contribution from food sources : EFSA Journal 2014;12(2):3550 Filma Ayu Tontoiyo.2013.Uji Kadar Formalin Pada Buah Apel dan Jeruk Impor Di Pasar Modern Kota Gorontalo Tahun 2013. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Gorontalo. Polydimethylsiloxane (PDMS) Microfluidic Chip. Food Chemistry, European Food Safety Authority Journal. Chiang, N. and Lee,N., 1983. The Effect of Washing and Chemical Treatment Upon The Rates of Respiration and Decay of Detached Bananas. Taiwan Univ. Coll. Agric. Spec. Publ. No. 13. Csiro, 1972. Banana Ripening Guide. Division of Food Research Circular 8. Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization, Australia. Dalal, V.B., Eipeson, W.E. and Singh, N.S., 1991. Wax Emultion for Fresh Fruits and Vegetables to Extend Their Storage Life. Ind. Fd. Packer 25 (5). Eckert, J.Q., 1996. Penyakit Tanaman Budidaya Tropika dan Cara-cara Pengendaliannya, dalam Pantastico (Ed), Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Iznaga, F.A., 1978. Harvesting and Marketing.Escoagroservice Bull. No. 15, 23.
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3 ,Oktober 2015,364-371