10 0 138 KB
REVIEW JURNAL TRIASE IN HOSPITAL Untuk Memenuhi Salah satuTugas Mata Kuliah Keperawatan Kegawat daruratan Dosen Pengampu : Ida
Rosidawati, M.Kep
Oleh :
Sri Rahayu (C1714202029)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA 2019/2020
Jurnal 1 A. Abstrak Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan cervical spine control,Breathing dan Circulation dengan control pendarahan). Triase berlaku untuk pemilahan penderita baik di lapangan maupun di rumah sakit. Response Time merupakan kecepatan dalam penanganan pasien, dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan. Ketepatan merupakan faktor yang diperlukan seseorang untuk mencapai target yang di inginkan. B. Deskriptif Singkat Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Triase adalah tindakan dimana pasien digolongkan berdasarkan prioritas kegawatannya. Pasien yang mengalami kondisi gawat darurat (kartu merah), kondisi gawat dan tidak darurat (kartu kuning), kondisi tidakgawat dan tidak darurat (kartu hijau) serta death arrival (kartu hitam) (Sudrajat, 2014). C. Analisa Jurnal Hubungan Respon Time Dengan Triase Dan Penatalaksanaanpasien Di Instalasi Gawat Darurat No
Kriteria
Jawab
1
P
Ya
Pembenaran/Clinical Thinking
(Problem)
Masalah klinik pada jurnal penelitian ini yaitu
Hubungan Respon Time
Triase
Dengan
Dan Penatalaksanaanpasien Di
Instalasi Gawat Darurat
Populasi pada penelitian ini sebanyak 24 responden
dengan
tehnik
pengambilan
sempel total sampling. 2
I (Intervention)
Ya
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian
kuantitatif
dengan
jenis
metode
korelasi.
Desain
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan tehnik pengambilan sempel total sampling. 3
C
Ya
(Comparassion)
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah ada hubungan respon time dengan triase dan penatalaksaan pasien di Instalasi Gawat Darurat
4
O (Outcomes)
Ya
Hasil
penelitian
menunjukkan
Ada
hubungan yang bermakna antara respon time dengan triase dan penatalaksanaan psien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Pandan Arang Boyolali. Perhitungan uji sphearmen rho diperoleh p - value < 0,05 (0,0000,05). Hubungan respon time dengan tingkat pendidikan nilai p>0,05 (0,31>0,05) yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara
respon
pendidikan D. Pembahasan 1. Karakteristik Responden
time
dengan
tingkat
Distribusi frekuensi berdasarkan lama perawat yang bekerja di IGD RSUD Pandan Arang Boyolali menunjukkan PK I (15,0%), PK 2 (35,0%), dan PK 3 (50,0%). Bahwa hal ini sejalan dengan penelitian gurning (2013) penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah 18 orang (56,3%) yang bekerja > 5 tahun lama bekerja seseorang akan menentukan banyak pengalaman yang didapatkan. Semakin lama seseorang bekerja maka makin trampil dan makin berpengalaman pula dalam melaksanakan pekerjaan. 2. Kategori kecepatan penatalaksanaan (respon time) Respon time (waktu tanggap) adalah kecepatan dalam penanganan pasien dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan penanganan. respon time (waktu tanggap) pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-komponen lain yang mendukung (Haryatun dan Sudaryanto, 2008). 3. Kategori triase Distribusi frekuensi berdasarkan triase yaitu triase hijau berjumlah 7 (35,0%), tiase kuning berjumlah 7 (35,0%), kemudian triase merah berjumlah 5 (25,0%), dan triase hitam berjumlah 1(5,0%). Triase adalah tindakan dimana pasien digolongkan berdasarkan prioritas kegawatannya. 4. Hubungan antara Respon Time dengan Triase dan penatalasanaan Perhitungan uji sphearmen rho diperoleh p - value < 0,05 (0,00 5 menit 5 (20,8%) dan ketepatan15 orang (75,0%), dan tidak tepat sejumlah 5 orang (25,0%).
Hubungan respon time dengan tingkat pendidikan nilai p>0,05 (0,31>0,05) yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan antara respon time dengan tingkat pendidikan
Perhitungan uji sphearman rho diperoleh p - value < 0,05 (0,000 5 menit. 1-10 Juli 2018
Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden tergolong triase merah yaitu 10 orang (33,3%). Jenis keadaan triase dapat dipengaruhi oleh jumlah penderita dan beratnya perlakuan tidak melampaui kemampuan petugas, dalam keadaan ini penderita dengan masalah gawat darurat dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu, dan jumlah penderita dan beratnya perlakuan melampaui kemampuan petugas. Dalam keadaan ini akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan, tenaga paling sedikit. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Barfod (2010) di Roskilde Demark tentang distribusi level triase dan dampaknya apa datang dengan gejala penyakit di ruang IGD menunjukkan bahwa pada saat pasien masuk IGD diprioritaskan dalam warna merah, oranye, kuning dan hijau masing-masing 3,1%, 22,7%, 42,7% dan 31,5% darikasus. Algoritma yang paling umum adalah algoritma keluhan gastrointestinal (20,3%) diikuti oleh nyeri dada (8,3%), dyspnoea (8,2%) dan keluhan neurologis (5,9%). (Menurut Musliha 2010).
Respon Time Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
bekerja dengan respon time ≤ 5 menit yaitu 18 orang (60%). Waktu tanggap gawat darurat merupakan gabungan dari waktu tanggap saat pasien tiba di depan pintu rumah sakit sampai mendapat respon dari petugas Instalasi Gawat Darurat (respon time) dengan waktu pelayanan yang diperlukan sampai selesai proses penanganan gawat darurat. (Haryatun & Sudarmono, 2008). Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan waktu tanggap perawat dalam melakukan tugasnya, faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, pendidikan, lama kerja, umur, motivasi dan jenis kelamin. Faktor eksternal adalah imbalan dan sarana prasarana (Ahmad, 2012 dalam Maatilu, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa standar response time pasien IGD di Iran tidak boleh melebihi waktu 8 menit, sedangkan hasil penelitian Muhammadi
menunjukkan bahwa rata-rata IGD memberikan response time 7-28 menit. Respon time yang diberikan oleh perawat dalam menangani pasien tergolong cepat karena begitu pasien datang, langsung segera ditangani oleh perawat. Pada beberapa kasus memang ditangani lebih dari 5 menit karena disamping kondisi pasien yang tidak terlalu membutuhkan tindakan segera, juga karena adanya faktor lain, seperti shift kerja di malam hari sehingga perawat kadang ada yang dalam kondisi tertidur dan butuh waktu untuk membangunkan.
HubunganPrioritasTriasedenganRespon Time Salah satu indicator keberhasilan penanggulangan medic penderita gawat
darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap atau respon time sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit (Haryatun & Sudaryanto, 2008). Pasien dengan gawat darurat (P1) harus mendapatkan penanganan yang cepat dan merupakan prioritas utama yang harus di tangani, pasien dengan darurat tidak gawat merupakan prioritas ke 2 yang harus ditangani setelah prioritas utama dan prioritas terakhir yang harus ditangani yaitu pasien dengan tidak gawat tidak darurat. Tetapi pada prinsip umum yang telah ditetapkan oleh Kepmenkes (2009) bahwa penanganan yang dilakukan di IGD paling lama harus ditangani yaitu 5 menit baik pasien dengan gawat darurat, darurat tidak gawat, maupun pasien dengan tidak gawat tidak darurat.
5. Manfaat dan Kekurangan Setelah saya telaah dari jurnal ini, manfaat dari masalah klinik ini mengetahui hubungan antara priorita striase di salah satu Rumah Sakit dimana terdapat cara
menangani pasien-pasien dengan kondisi darurat dimana harus segera didahulukan untuk mendapatkan perawatan dan pasien yang aman menunggu perawatan. Sedangkan kekurangannya pada jurnal penelitiannya belum terdapat seberapa besarnya pengaruh triase yang diberikan oleh perawat-perawat rumah sakit sehingga masyarakat terhadap pentingnya triage in hospital. 6. Kesimpulan Prioritas triase pada pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah Mojokerto hampir setengahnya merah. Pasien dengan triase merah jika korban atau penderita yang mempunyai harapan hidup, tetapi dapat meninggal jika tidak segera mendapat pertolongan, pasien memerlukan stabilisasi dan resusitasi. Respon time perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah Mojokerto sebagian besar ≤ 5 menit. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah sampai di IGD. Seluruh pasien yang tergolong triase merah mendapatkan respon dari perawat ≤ 5 menit, hampir seluruh pasien yang tergolong triase biru mendapatkan respon dari perawat ≤ 5 menit, sebagian besar pasien yang tergolong triase kuning mendapatkan respon dari perawat ≤ 5 menit, seluruhpasien yang tergolong triase hijau mendapatkan responden dari perawat> 5 menit di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah Mojokerto. 7. Daftar Pustaka
Kartikawati, D. 2011. Buku Ajar Dasar-DasarKeperawatanGawatDarurat. Jakarta: SalembaEmpat
Musliha. 2010. KeperawatanGawatDarurat. Yogyakarta : NuhaMedika