7 0 327 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. W. DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENISASI DI RUANG GARDENIA RSUD dr.DORIS SLYVANUS PALANGKA RAYA
OLEH : NAMA NIM
: YUNI ELIA KARTIKA : 2018.C.10a.0993
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN 1
Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh: Nama
: Yuni Elia Kartika
NIM
: 2018.C.10a.0993
Program Studi
: S1 Keperawatan
Judul
: Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.W. Dengan Diagnosa Medis Penyakit Paru Obstruksi Kronik Dengan Kebutuhan Oksigenisasi di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
PEMBIMBING PRAKTIK Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Nia Pristina., S. Kep., Ners
Erika Sihombing, S.Kep., Ners
Mengetahui Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.
2
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Tn. W Diagnosa Medis Penyakit Paru Obtruksi Kronik Dengan Kebutuhan Oksigenisasi di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2.
Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3.
Ibu Nia Pristina, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini
4.
Ibu Meida Sinta a., S.Kep., Ners yang telah mengkoordinir memberikan informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik.
5.
Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Palangka Raya,23 Juni 2020
Penyusun
3
SAMPUL DEPAN...................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii KATA PENGANTAR..........................................................................................iii DAFTAR ISI..........................................................................................................iv BAB 1PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 Latar Belakang................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2 1.4 Manfaat...........................................................................................................3 BAB 2TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5 2.1 Konsep Penyakit Efusi Pleura............................................................................5 2.1.1 Definisi Efusi Pleura.......................................................................................5 2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................................5 2.1.3 Etiologi
..
8 2.1.4 Klasifikasi......................................................................................................9 2.1.5 Patofisiologi....................................................................................................9 2.1.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................12 2.1.7 Komplikasi....................................................................................................12 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................13 2.1.9 Penatalaksanaan Medis.......................................................................................13 2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi)............................................14 2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..................................................................20 2.3.1 Pengkajian Keperawatan.....................................................................................20 2.3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................23 2.3.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................24 2.3.4 Implementasi Keperawatan................................................................................26 2.3.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................................26 BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................28 3.1 Pengkajian......................................................................................................28 3.2 Diagnosa.....................................................................................................40 3.3 Intervensi....................................................................................................41 3.4 Implementasi..............................................................................................44 3.5 Evaluasi......................................................................................................44 BAB 4PENUTUP..................................................................................................47 4.1Kesimpulan.......................................................................................................47 4.2Saran..................................................................................................................47 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
BAB 1 4
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang PPOK/COPD (Cronic Obstruction Pulmonary Disease) merupakan istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2018, jumlah penderita PPOK mencapai 274 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 400 juta jiwa di tahun 2020 mendatang dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian PPOK di Indonesia menempati urutan kelima tertinggi di dunia yaitu 7,8 juta jiwa. Jumlah penderita PPOK meningkat akibat faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat, asap rokok dan polusi udara. PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan. Adapun faktor penyebabnya adalah: merokok, polusi udara, dan pemajanan di tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakan faktor-faktor resiko penting yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 2030 tahunan. (Smeltzer dan Bare. 2017). Penyakit ini juga mengancam jiwa seseorang jika tidak segera ditangani (Smeltzer dan Bare, 2016). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Karena semakin banyaknya penderita PPOK di indonesia salah satunya di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya maka dalam hal ini penulis mengambil kasus kelolaan selama 3 hari dengan asuhan keperawatan gangguan sistem pernapasan khususnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) pada Tn.W yang di ambil di ruang Gardenia Rumah Sakit Umum Daerah Palangka Raya. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah : Bagaimana
5
pemberian asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Penyakit Paru Obstruksi Kronik Dengan Kebutuhan Oksigenisasi di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya? 1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. W dengan diagnosa medis Penyakit paru obtruksi kronik diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan pada Tn.W dengan diagnosa medis Penyakit Paru Obtruksi Kronik dan kebutuhan dasar manusia tentang Oksigenisasi. 1.3.2.2 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan,
membuat
intervensi
keperawatan,
mampu
melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan untuk mengatasi masalah keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Penyakit Paru Obtruksi Kronik. 1.3.2.3 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan diagnosa medis Penyakit Paru Obstruksi Kronik. 1.3.2.4 Mahasiswa dapat mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan. 1.4.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya. 1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
6
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa medis penyakit paru obtruksi kronik secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri. 1.4.3 Bagi Institusi 3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan tentang penyakit paru obtruksi kronik dan Asuhan Keperawatannya. 3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit Memberikan
gambaran
pelaksanaan
Asuhan
Keperawatan
dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan diagnosa medis Penyakit Paru Obtruksi Kronik melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif. 1.4.4 Bagi IPTEK Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien.
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Penyakit 2.1.1 Definisi PPOK(penyakit paru obstruksi kronik) adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2009). PPOK/COPD (Cronic obstruction pulmonary disease) merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson : 2005) Penyakit paru obtruksi kronik merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal
dengan
COPD
adalah
: Bronchitis kronis,
emfisema
paru-paru
dan asthma bronchiale (S Meltzer, 2001) Jadi, Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Paru Obtruksi Kronik merupakan obstruksi saluran pernafasan yang yang berlangsung lama dan bertahap,yang terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya . 2.1.2 Etiologi Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk : 1. Asap rokok 1) Perokok aktif 2) Perokok pasif 2. Polusi udara 8
1) Polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor 2) Polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan 3. Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun) 4. Infeksi saluran nafas bawah berulang 2.1.3. Patofisiologi Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001). Faktor
risiko
utama
dari
PPOK
adalah
merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema
jaringan. Proses
ventilasi
terutama
ekspirasi
terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009). Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada
9
ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009). Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi
oleh
neutrofil. Asap rokok
menginduksi
makrofag
untuk
melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan
antiprotease,
sehingga
terjadi
kerusakan
jaringan
(Kamangar,
2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003).
10
WOC PPOK
Perokok
Bronkitis kronis,DM
PPOK
BREATHING
BLOOD
BRAIN
BLADDER
Obstruksi jalan nafas oleh
Penumpukan cairan
Penyempitan saluran
Produksi urin menurun
sekret dan tumor paru
dalam perikardium
pernafasan
(oliguria, anuri)
Iritasi jalan napas Napas pendek
Perubahan membrane alveolous
Dispanea
Peningkatan produksi sputum Obstruksi jalan nafas
Ketidakcukupan pengisian sistem arteri Aliran darah sistemik ↓
Obstruksi jalan nafas Tenggorakan sakit Nyeri
MK :
napas tidak
Gangguan
efektif
pertukaran gas
Batuk tidak efektif
Perfusi Jaringan
Batuk berdarah
Anoreksia
Anoreksia
Nafsu makan menurun
Penurunan suplai o2
Penurunan kapasitas kandung kemih
Urin
MK: Nyeri akut
BONE
Batuk
kejaringan
MK: Gangguan Eliminasi
MK : Gangguan MK : Pola
BOWEL
Kurangnya asupan
Kelemahan
makanan MK: Defisit Nutrisi
MK: Intoleransi Aktivtas
Sesak MK : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
11
2.1.4. KLASIFIKASI PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat, menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2017 yaitu: 1. Derajat 0 (berisiko) Gejala klinis: memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan dispnea, terdapat paparan terhadap faktor resiko, spirometri : normal. 2. Derajat I (PPOK ringan) Gejala klinis: dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum, sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1, spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%. 3. Derajat II (PPOK sedang) Gejala klinis: dengan atau tanpa batuk, dengan atau tanpa produksi sputum, sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas). Spirometri: FEV1 < 70%; 50% < FEV1 < 80%. 4. Derajat III (PPOK berat) Gejala klinis: sesak napas derajat sesak 3 dan 4, eksaserbasi lebih sering terjadi, spirometri: FEV1 < 70%; 30% < FEV1 < 50%. 5. Derajat IV (PPOK sangat berat) Gejala klinis: pasien derajat III dengan gagal napas kronik, disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan, spirometri: FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30%. Table 2.1 skala sesak berdasarkan GOLD tahun 2017 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas Berat
0
Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik tangga
1
1 tingkat Berjalan lebih lambat karena merasa sesak
2
Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa
3
menit Sesak bila mandi atau berpakaian
4
2.1.5. MANIFESTASI KLINIK
24
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita. Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut. Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi: 1) Batuk bertambah berat 2) Produksi sputum bertambah 3) Sputum berubah warna 4) Sesak nafas bertambah berat 5) Bertambahnya keterbatasan aktifitas 6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis 7) Penurunan kesadaran 2.1.6. KOMPLIKASI 1. Hipoxemia Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen 94% 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu 3. Pasang jalur IV, Jika perlu 4. Pasang kateter urine untuk menilai produksiburine, jika perlu 5. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi Edukasi 1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok 2. Jelaskan tanda dan gejala syok 3. Anjurkan
melapor
jika
mennemukan/merasakan
tanda
gejala awal syok 4. Anjurkan
memperbanyak
asupan
cairan oral 5. Anjurkan menghindaribalergen
45
Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu 2. Kolaborasi
pemberian
tranfusi
darah, jika perlu 3. Kolaborasi pemberian antiinfalamsi, jika perlu
Diagnosa 5 Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi jalan nafas oleh sekret dan tumor paru. Intervensi : Manajemen nyeri (I. 08238 Hal : 201) Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeridapat berkurang atau terkontrol 1. Menyatakan nyeri berkurang atau
Kriteria hasil :
terkontrol. Intervensi :
2. Pasien tampak rileks 1. Observasi 1.
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2.
Identifikasi skala nyeri
3.
Identifikasi respon nyeri non verbal
4.
Identifikasi
faktor
memperberat
dan
yang
memperingan
nyeri 5.
Identifikasi
pengetahuan
dan
keyakinan tentang nyeri 6.
Identifikasi
pengaruh
budaya
terhadap respon nyeri 7.
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8.
Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer yang sudah diberikan
46
9.
Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik 1.
Berikan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi,
teknik
imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) 2.
Control
lingkungan
yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 3.
Fasilitasi istirahat dan tidur
4.
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri 3. Edukasi 1.
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2.
Jelaskan strategi meredakan nyeri
3.
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4.
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5.
Ajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri 4. Kolaborasi 1.
Kolaborasipemberian analgetik, jika perlu
Diagnosa 6 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih kemih.
47
Intervensi : Manajemen eliminasi urun( L.041034) Tujuan : Kriteria hasil :
Eliminasi Urin Membaik 1. kapasitas kandung kemih membaik
Intervensi :
Observasi 1. Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin 3. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna) Terapeutik 1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih 2. Batasi asupan cairan, jika perlu 3. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur Edukasi 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih 2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine 3. Anjurkan mengambil specimen urine midstream 4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih 5. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot pinggul/berkemihan 6. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi 7. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur Kolaborasi 1.
Kolaborasi pemberian suposituria uretra jika perlu
Diagnosa 7 Risiko Defisit nutrisi berhubungan dengan menurun.
48
obat
nafsu makan
Intervensi : Manajemen nutrisi (I. 03119 Hal : 200) Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria hasil :
kebutuhan nutrisi adekuat. 1. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. 2. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
Intervensi :
dan mempertahankan berat badan yang tepat. 1. Observasi 1.
Identifikasi status nutrisi
2.
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3.
Identifikasi makanan yang disukai
4.
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5.
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6.
Monitor asupan makanan
7.
Monitor berat badan
8.
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik 1.
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2.
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
3.
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4.
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5.
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6.
Berikan suplemen makanan, jika perlu
7.
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi 1.
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2.
Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi 1.
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
49
2.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Diagnosa 8 intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen. Intervensi : Manajemen nutrisi (I. 03119 Hal : 200) Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan
Kriteria hasil :
meningkatnya toleransi aktivitas pasien. 1. Frekuensi pernapasan saat beraktivitas dalam batas normal
Intervensi :
2. Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas 5. Observasi 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (cahaya, suara, kunjungan). 2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap dengan periode istirahat diantara dua aktivitas misalnya duduk dulu sebelum tidur dan berjalan setelah tidur. Edukasi 1. Anjurkan pasien untuk istirahat 1 jam setelah makan (misalnya berbaring atau duduk). Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian oksigen setelah beraktivitas bila terjadi peningkatan status pernapasan
2.3.4 Implementasi Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya (intervensi). 2.3.5 Evaluasi
50
Perawat
dapat
menggunakan
format
evaluasi
SOAPIER
dalam
melaksanakan evaluasi proses keperawatan. Format SOAPIER adalah sebagai berikut: 1. S = Subjective data (Data Subjektif) Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri oleh klien yang terkait dengan keluhan perasaan tidak nyaman. 2. O = Objective data (Data Objektif) Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan meliputi data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. 3. A = Assessment (Pengkajian) Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan masalah pasien. 4. P = Planning (Perencanaan) Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan datang dari intervensi tindakan untuk mencapai status kesehatan optimal. 5. I = Intervention (Intervensi) Tindakan yang dilakukan oleh perawat. 6. E = Evaluation (Evaluasi) .
51
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN Nama Mahasiswa
: Yuni Elia Kartika
Nim
: 2018.C.10a.0993
Ruang Praktek
: Gardenia
Tanggal Praktek
: 22-27 juni 2020
Tanggal & Jam Pengkajian
: 22 juni 2020
3.1 PENGKAJIAN 3.1.1 IDENTITAS PASIEN Nama Pasien Tn. W ,usia 67 tahun ,jenis kelamin laki-laki,Suku/Bangsa ,Dayak,Indonesia,
agama
Hindu,pekerjaan
sebagai
kuli
bangunan,
Pendidikan terakhir SMA, Status Perkawinan Kawin, alamat Jl. Bukit Pararawen I,Palangka Raya, masuk rumah sakit tanggal 14 juni 2020, dengan diagnosa medis PPOK(Penyakit Paru Obtruksi Kronik) 3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN 3.1.2.1 Keluhan Utama : Klien mengeluh sesak napas 3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien merasakan keluhan sesak napas pada bulan Mei 2020 saat sesak napas tiba-tiba timbul, pasien hanya beristirahat di rumah saja dan membeli obat yang dijual bebas. Pada tanggal 25 Mei pasien di rawat di puskesmas Menteng karena mendadak mengeluh sesak napas dan semakin lama semakin berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Pada tanggal 22 juni 2020 Karena keluhan sesak napas dirasakan semakin berat,batuk-batuk namun dahak tidak bias keluar pasien dibawa keluarga ke RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya, disarankan rawat inap untuk dilakukan pemasangan selang IVFD asering 20 tpm. Pasien masuk Ruang Gardenia pada pukul 11.00 Wib.. 3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya ( Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi ) Keluarga klien mengatakan klien pernah dilakukan operasi dan radiasi tiroid bulan januari 2020 lalu, klien riwayat DM tipe 2 dengan sudah
52
meminum obat DM 4 bulan lalu dan meminum obat-obatan rutin (Glimepiride, Actalipid, Metformin, LPG). 3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga : Klien mengatakan bahwa keluarganya ibunya memiliki riwayat penyakit yang sama seperti yang klien. GENOGRAM KELUARGA
Keterangan : : Hubungan keluarga : Tinggal serumah : Laki-laki : Perempuan : Klien 3.1.3 PEMERIKSAAN FISIK 3.1.3.1 Keadaan Umum : Klien tampak sulit saat bernafas dan memegangi dada saat bernafas, klien tampak cemas, klien sering memainkan kakinya ketika sulit bernafas, suara pernafasan klien wheezing, pernafasan klien dalam dan cepat, ronchi +, batuk +, klien terpasang IVFD asering 20 tpm. 3.1.3.1 Status Mental : Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak meringis, bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien berbicara jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien cukup rapi, klien mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara
53
perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif. 3.1.3.3 Tanda-tanda Vital : Saat pengkajian TTV klien tanggal 15 juni 2020 pukul 08:00 WIB, suhu tubuh klien/ S = 36,8 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 88 x/menit dan pernapasan/ RR = 27 x/menit, tekanan darah TD = 140/ 90 mmhg. 3.1.3.4 Pernapasan (Breathing) Bentuk dada klien teraba simetris, klien memiliki kebiasaan merokok, klien mengalami batuk, ada sputum, tidak sianosis, terdapat nyeri, sesak nafas, type pernapasanan klien tampak menggunakan otot bantu pernapasan perut,meninggikan bahu dan melebarkan hidung. suara pernafasan klien wheezing, pernafasan klien dalam dan cepat, ronchi +. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah Keperawatan : 1. Pola napas tidak efektif 2. Bersihan jalan napas tidak efektif 3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding) Klien merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 3 detik, tidak ada terdapat oedema, lingkar perut klien 90 cm, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami kelainan. Keluhan lainnya : klien mengatakan nyeri pada dada saat batuk Masalah keperawatan : Nyeri . 3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
54
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien merasakan nyeri dada, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang. Uji Syaraf Kranial : 3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti : minyak kayu putih atau alcohol. 3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang ada disekitarnya. 3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat melihat cahaya. 3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke atas dan ke bawah. 3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan seperti : nasi, kue, buah. 3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri ataupun kanan. 3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum. 3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat dan keluarganya. 3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit dan manis. 3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas. 3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya. 3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya. Uji Koordinasi : Keluhan lainnya : Nyeri P : timbul saat batuk, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : di bagian dada, S : skala nyeri 7 (1-10), T : berlangsung selama 12 menit Masalah keperawatatan : Nyeri akut
55
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder) Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x 24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria, tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah keperawatan : tidak ada. 3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel) Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi, tidak kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak ada terdapat nyeri tekan ataupun benjolan. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah keperawatan : tidak ada. 3.1.9 Tulang Otot Integumen (Bone) Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak ada paralise, tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, terdapat nyeri di bagian muka dan tangan kanan, tidak ada bengkak, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas bawah = 5 (normal). Terdapat peradangan dan perlukakaan di bagian muka dan tangan kanan, kaki kiri dan kaki kanan dan tidak ada patah tulang, serta tulang belakang klien tampak teraba normal. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah keperawatan : tidak ada 3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
56
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosmetik dan lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit coklat tua, turgor kurang, tekstur kasar, tidak ada tampak terdapat lesi,tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris. Keluhan lainnya : tidak ada Masalah keperawatan : tidak ada 3.1.11 Sistem Penginderaan 3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri (VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya nyeri. 3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan tidak tuli. 3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi kuning lumayan kental, dan tidak ada polip. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah keperawatan : tidak ada. 3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, terdapat memar dan mobilitas leher klien terbatas. 3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN 3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit : Klien mengatakan saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang kerumah 3.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme
57
TB
:
167
Cm
BB Sekarang
:
44
Kg
BB Sebelum sakit
:
46
Kg
IMT = BB (TB)² =
44 (167)²
= 44 (1,67) ² = 16 ( kurus)
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Frekeunsi/hari 2 x / hari Porsi 2 sedang Nafsu makan Baik Jenis Makanan Nasi,lauk Jenis Minuman Air putih Jumlah minuman/cc/24 jam 1500 cc Kebiasaan Makan Pagi,siang,sore Keluhan/masalah Tidak ada Masalah Keperawatan : Defisit nutrisi
Sebelum Sakit 3 x/ hari 3 sedang Baik Nasi,lauk Air putih 1500 cc Pagi,siang,sore Tidak ada
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur : Klien mengatakan sulit untuk berbaring/beristirahat, ruangan terasa panas, ekpresi wajah klien tampak meringis, tidur sebelum sakit : siang 45 menit dan malam 6 - 7 jam, tidur sesudah sakit : tidak ada tidur siang, malam 5 jam. Keluhan lainnya : Saat tidur klien mengeluh batuk Masalah Keperawatan : 3.1.4.4 Kognitif : Klien mengatakan Ia tidak nyaman dan tidak senang dengan keadaan yang di alami dan ingin cepat beraktivitas seperti biasanya Masalah Keperawatan : tidak ada 3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
58
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini, klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang laki-laki, klien orang yang ramah, klien adalah seorang kepala keluarga Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah keperawatan : tidak ada 3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari : Sebelum sakit klien melakukan aktivitasnya dengan bekerja namun sesudah sakit klien tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat batuk dan nyeri dibagian dada klien dan didampingi oleh istrinya. Masalah keperawatan : Tidak ada Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah keperawatan : 3.1.4.7 Koping-Toleransi terhadap Stress Klien mengatakan bila ada masalah ia selalu bercerita dan meminta bantuan kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Tn. W Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah keperawatan : Tidak ada 3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan Klien mengatakan bahwa tidak tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan yang di anut. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah keperawatan : tidak ada. 3.1.5 SOSIAL SPIRITUAL. 3.1.5.1Kemampuan berkomunikasi : Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan keluhan yang dirasakan kepada perawat. 3.1.5.2 Bahasa sehari-hari : Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa Indonesia. 3.1.5.3 Hubungan dengan Keluarga :
59
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap saat selalu memperhatikan dan mendampingi Tn.T selama diarawat di rumah sakit. 3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain. 3.1.5.5 Orang berarti/terdekat : Menurut klien orang terdekatnya adalah anaknya 3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang : Sebelum sakit biayanya digunakan klien untuk beristirahat dan bercerita dengan keluarganya 3.1.5.7 Kegiatan beribadah : Sebelum sakit klien selalu menjalani ibadah,setelah sakit klien tidak bisa beribadah. 3.1.6 DATA PENUNJANG (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya) Data penunjang 22 juni 2020 Klien di diagnosa Medis dengan PPOK Eksaserbasi + atelektaksis lobus atas paru kanan + Ca tiroid pasca radiasi dengan suspek metastasis tumor di paru. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan: 1. Hematologi Hemoglobin
: 11,7 g/dL
Hematokrit
: 37 %
Eritrosit
: 54 juta/mL
Leukosit
: 9160 /mL
Trombosit
: 363 000 /mL
MCV
: 68 /L
MCH
: 22 pg
MCHC
: 32 g/Dl
2. Kimia klinis Ureum
: 29 mg/dL
Kreatinin
: 1.1 mg/dL
60
GDS
: 184 mg/dL
Natrium
: 142 mmol/L
Kalium Klorida
: 3,8 mmol/L : 97 mmol/L
3. Analisa darah PH
: 7,362
PCO2
: 26,5 mmHg
PO2
: 137,7 mmHg
HCO3-
: 15,2 mmol/L
BE
: -8,6 mmol/L
Saturasi O2
: 99,1 %
4. Hasil Rontgen AP thoraks 1. Atelektaksis lobus atas paru kanan 2. Penyempitan saluran pernafasan (sisa 1cm) dengan susp,metastasis tumor di paru 3. PPOK eksaserbasi akut 3.1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS Hari, tanggal : Selasa, 23 juni 2020 No Nama Obat 1. Bricasma
Dosis 2x 40 mg
Rute IV
Indikasi Bricasma merupakan obat yang digunakan untuk meringankan gejala-gejala asma dengn cepat pada saat serangan berlangsung dan mampu mengobati penyakit paru
2.
Metly
3x 62,5 gram
IV
prednisolon
obtruktif kronik(PPOK) Meltly prednisolon adal obat yang memiliki fungsi untuk menguranggi gejala peradangan atau
61
meredakan reaksi alergi.dan juga memiliki kegunaan untuk mengatasi masalah kesehatan lain seperti,penyakit kulit,ginjal,usus,paru3.
Lasal
3x 1(hari)
Oral
paru. Lasal ekspektoran syrup
ekspektoran
diindikasikan untuk
syrup
perawatan batuk,asma,gangguan paru-paru,penyakit pernafasan,kemacetan dada.
4
Cefriaxon
2x40 mg
IV
Ceftriaxone adalah obat antibiotic sefalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri,bekerja dengan cara membunuh bekteri dan mencegah
5
Amlodipin
1x 5 mg
Oral
perttumbuhan. Amlodipin adalah obat darah tinggi atau
6
Inhalasi
2x
Diuapkan
hipertensi. Inhalasi pilmicont adalah
pilmicont
(0.25)Sehari
menggunakan alat
obat untuk meredakan
nebulirzer,kemudian
sesak nafas atau mengis.
dihurup.
62
Palangka Raya,22 juni 2020 Mahasiswa,
( Yuni Elia Kartika) NIM : 2018.C.10a.0993
ANALISIS DATA 3.1.1
Analisa Data Data Fokus
Kemungkinan
Masalah
penyebab DS :
Obstruksi jalan nafas
63
Pola napas tidak
1. Klien
mengatakan
oleh sekret dan tumor
nafas terasa berat 2. Klien
paru
mengatakan
dada terasa sesak 3. Klien
mengatakan
nafas terasa capek DO: 1. Keluarga mengatakan saat klien ke kamar mandi klien tampak ngos-ngosan 2. Klien tampak sulit saat bernafas 3. Suara
pernafasan
klien wheezing 4. Pernafasan
klien
dalam dan cepat 5. Ronchi (+) 6. TTV klien: TD :140/90 mmHg RR 27 x/menit N 88 x/menit S 36,8oC 4. Hasil
Rontgen
AP
thoraks 5. Atelektaksis atas
paru
lobus kanan,
Penyempitan saluran pernafasan (sisa 1cm) dengan susp,metastasis tumor di
paru,
PPOK
64
efektif
eksaserbasi akut DS:
Peningkatan produksi Bersihan
Klien
mengatakan sekret
batuk-batuk dahak
nafas tidak efektif
namun
tidak
bisa
keluar DO: 1. Suara pernapasan klien ronchi 2. Batuk (+) 3. TTV TD 140/90 mmHg RR 27 x/menit N 88 x/menit S 36,80C DS:
Obstruksi jalan nafas Nyeri Akut
1. Klien
mengatakan oleh sekret dan tumor
tenggorokan
terasa paru
sakit 2. Klien
mengatakan
sakit saat bernafas dan batuk 3. Klien
mengatakan
sakit di bagian dada saja DO: 1. Skala nyeri 5 2. Klien memegangi dada saat bernafas 3. TTV TD 140/90 mmHg
65
jalan
RR 27 x/menit N 88 x/menit S 36,80C 4. Hasil Rontgen AP thoraks
:
Atelektaksis atas
paru
lobus kanan,
Penyempitan saluran pernafasan 1cm)
(sisa dengan
susp,metastasis tumor
di
paru,
PPOK
eksaserbasi
akut
DS: 1. Keluarga klien mengatakan porsi makan klien habis setengah porsi 2. Keluarga mengatakan ada
mual
Napsu menurun
tidak dan
muntah 3. Keluarga mengatakan
klien BB
menurun 2 kilo sejak sakit DO: 1. BB sebelum sakit = 47 kg 2. BB sesudah sakit = 44 kg
66
makan Defisit nutrisi
3. IMT = 16 4. TTV TD 140/90 mmHg RR 27 x/menit N 88 x/menit S 36,80C
PRIORITAS MASALAH
1. Perubahan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekret dan tumor paru ditandai dengan Klien mengatakan nafas terasa berat dada
terasa
sesak,
nafas
terasa
capek,Suara
pernafasan
klien
wheezing,Pernafasan klien dalam dan cepat,Ronchi (+),TTV klien: TD : 140/90 mmHg, RR 27 x/menit,N 88 x/menit,S 36,8oC.Hasil Rontgen AP thoraks Atelektaksis lobus atas paru kanan, Penyempitan saluran pernafasan (sisa 1cm) dengan susp,metastasis tumor di paru, PPOK eksaserbasi akut. 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret ditandai dengan Klien mengatakan batuk-batuk namun dahak tidak bisa keluar,Suara pernapasan klien ronchi,Batuk (+),TTV TD 140/90 mmHg,RR 27 x/menit,N 88 x/menit,S 36,80C. 3. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekret dan tumor paru ditandai dengan Klien mengatakan tenggorokan terasa sakit, sakit saat bernafas dan batuk,sakit di bagian dada saja,Skala nyeri 5.(1-10) TTV: TD 140/90 mmHg,RR 27 x/menit,N 88 x/menit,S 36,80C. Hasil Rontgen AP thoraks : Atelektaksis lobus atas paru kanan, Penyempitan saluran pernafasan (sisa 1cm) dengan susp,metastasis tumor di paru, PPOK eksaserbasi akut. 4. Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun : Dispnea ditandai dengan Keluarga klien mengatakan porsi makan klien habis setengah porsi Keluarga mengatakan tidak ada mual dan muntah, Keluarga klien mengatakan BB menurun 2 kilo sejak sakit,BB sebelum sakit = 46 kg BB
67
sesudah sakit = 44 kg, TTV : TD 140/90 mmHg,RR 27 x/menit,N 88 x/menit, S 36,80C.
68
RENCANA KEPERAWATAN 3.2 Intervensi Keperawatan Diagnosa
1.
Tujuan (Kriteria Hasil) Keperawatan Perubahan pola Setelah dilakukan tindakan Observasi
nafas
berhubungan keperawatan selama 1x7
dengan obstruksi jalan jam masalah keperawatan nafas oleh sekret dan kebersihan tumor paru
jalan
napas
Intervensi
Rasional 1. Mengetahui tingkat kedalaman napas dan
1. Memonitor
pola
napas(frekuensi,
kedalaman, usaha napas) 2. Memonitor
frekuensi napas pasien 2. Untuk mengetahui ada kelainan pada saluran
bunyi
napas
pernapasan atau suara napas tambahan
efektif
tambahan( mis. Gurgling, mengi, 3. Agar pasien merasa lebih rileks
KH :
wheezing, ronkhi kering)
1. Keluhan klien sesak napas berkurang, ringan, tidak nyeri saat melakukan pernapasan 2. Tak tampak sesak napas dan nyeri saat melakukan pernapasan 3. Bentuk dada simetris 4. Gerakan dada saat bernapas simetris 5. Tidak menggunakan
4. Posisi semi-fowler dapat mengurangi sesak
3. MEmonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
napas 5. Untuk membantu mengeluarkan sekresi
Terapeutik
6. Untuk mengurangi sesak napas
1. Mempertahankan
kepatenan
jalan 7. Pemberian terapi obat bricasma 2amp,
napas dengan head-tild dan chin-lift 2. MemberIkan posisikan semi fowler 3. Memberikan minum hangat 4. Melakukan
69
fisioterapi
dada,
jika
ceftriaxon 1x2gr, amlodipin 1x5mg. Untuk mengurangi masalah kesehatan klien
otot bantu pernapasan 6. Pola napas normal
perlu 5. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill 6. Berikan oksigen, jika perlu 5. Edukasi 1. Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi. 2. Mengajarkan teknik batuk efektif 6. Kolaborasi 1. Melakukan
kolaborasi
untuk
pemberian terapi obat bricasma 2amp, ceftriaxon 1x2gr, amlodipin 1x5mg
Setelah dilakukan tindakan
70
2. Bersihan jalan nafas
keperawatan selama 1x 7
tidak efektif
jam masalah keperawatan
berhubungan dengan
bersihan jalan nafas sedikit
peningkatan produksi
teratasi.
sekret
KH : 1.
Klien
mengatakan
sudah
dapat
Klien
mengatakan
Batuk
efektif
TD
dan
TTV :
120/80
napas
-140/90
N : 60-100 x/menit RR :18-22 x/menit
pernapasan atau suara napas tambahan
tambahan( mis. Gurgling, mengi, 3. Agar pasien merasa lebih rileks wheezing, ronkhi kering)
4. Posisi semi-fowler dapat mengurangi sesak
3. MEmonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
napas 5. Untuk membantu mengeluarkan sekresi 6. Untuk mengurangi sesak napas
7. Mempertahankan
kepatenan
jalan 7. Pemberian terapi obat nebulizer (pulmicont
napas dengan head-tild dan chin-lift 8. Posisikan semi fowler
mmHg
S : 36,5 -37,5oC
bunyi
frekuensi napas pasien 2. Untuk mengetahui ada kelainan pada saluran
Terapeutik
mengeluarkan sekret 4.
1. MEmonitor pola napas(frekuensi, 2. Memonitor
batuk berkurang 3.
1. Mengetahui tingkat kedalaman napas dan
kedalaman, usaha napas)
mengeluarkan dahak 2.
Observasi
9. Memberikan minum hangat 10. Melakukan fisioterapi dada, jika perlu 11. memberikan oksigen
7. Edukasi. 1. Mengajarkan teknik batuk efektif
71
1cc) untuk meredakan sesak napas 8. Pemberian terapi obat lasal ekspektoran syrup 3x1 untuk untuk mengurangi sesak pada dada
8. Kolaborasi 1. Melakukan dilakukan
kolaborasi nebulizer
untuk
(pulmicont
1cc) 2. Melakukan pemberian
kolaborasi terapi
ekspektoran syrup 3x1
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x7 jam diharapkan masalah nyeri
72
obat
untuk lasal
3.
Nyeri
berhubungan
akut akut pada klien dapat
1. Selalu memantau perkembangan nyeri
dengan teratasi, dengan kriteria
2. Mencari tahu faktor memperberat dan
obstruksi jalan nafas hasil :
Observasi
memperingan nyeri agar mempercepat proses
oleh sekret dan tumor 1. Menyatakan nyeri
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
kesembuhan.
paru
berkurang atau terkontrol.
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
3. Memberikan kondisi lingkungan yang nyaman
2. Pasien tampak rileks
2. Mengidentifikasi factor yang
untuk membantu meredakan nyeri.
6. TTV Normal :
memperberat dan memperingan nyeri.
4. Salah satu cara mengurangi nyeri.
TD : 120/80 mmHg
3. Kontrol lingkungan yang memperberat
5. Agar klien dapat melakukan secara mandiri
N : 88x/menit
rasa nyeri.
ketika nyeri kambuh.
: 36,50C
Terapeutik
6. Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian
1. Memberikan teknik nonfarmakologis
terapi obat metyl prednisolon 3x62,5 gr untuk
2. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
mengurangi masalah kesehatan klien.
S
RR : 20x/menit
untuk mengurangi rasa nyeri Koloborasi 1. Kaloborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat metyl prednisolon 3x62,5 gr Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x7
73
4.
Defisit
nutrisi jam diharapkan kebutuhan
berhubungan
dengan nutrisi adekuat.
nafsu
makan Kriteria hasil :
menurun
:
1. Selalu memantau status nutrisi klien 2. Mencari tahu alergi
6. Observasi
3. Untuk mengetahui asupan nutrisi
Dispnea
1. Menunjukkan berat
dengan
badan meningkat
Keluarga
klien
mencapai tujuan
mengatakan
porsi
dengan nilai
3. Memonitor asupan makanan
7. Mengatur posisi nyaman klien agar lebih
makan
habis
laboratoriurn normal
4. Memonitor berat badan
mudah ketika menelan
porsi
dan bebas tanda
ditandai
klien
setengah
Keluarga mengatakan tidak ada mual dan muntah,
Keluarga
1. Mengidentifikasi status nutrisi 2. Mengidentifikasi
dan 5. Untuk memenuhi hygiene
intoleransi makanan.
6. Maningkatkan napsu makan
7. Terapeutik
malnutrisi.
8. Klien Tahu diet yang telah diprogramkan
1. Melakukan oral hygiene sebelum
2. Melakukan perubahan
makan
pola hidup untuk
2. Sajikan makanan secara menarik
klien mengatakan BB
meningkatkan dan
menurun 2 kilo sejak
mempertahankan berat8. Edukasi
sakit,BB sebelum sakit
badan yang tepat.
dan suhu yang sesuai 3.
Menganjurkan
= 46 kg BB sesudah sakit = 44 kg.
alergi
4. Untuk mengetahui IMT klien
posisi
duduk,
jika
mampu 4.
Mengajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
74
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
3.4
Implementasi
3.5
Evaluasi Keperawatan
75
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien
: Tn. W.
Ruang Rawat
: Gardenia no. 1
Hari/Tanggal Implementasi
Evaluasi (SOAP)
Jam Senin/ 22 Juni 2020 Pukul : 08.00 WIB DX 1
Tanda Tangan Dan Nama Perawat
S :- Pasien mengatakan sesak 1. Memonitor
pola
napas(frekuensi,
napasa berkurang O:
kedalaman, usaha napas) 2. Memonitor
bunyi
napas
-
tambahan( mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi -
kering) 3. Memonitor
sputum
(jumlah, warna, aroma)
76
-
Pola napas normal TTV : TD110/70, Nadi : 75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 37ºC Pasien maampu mengeluarkan dahak Sudah diberi posisi semifowler.
Yuni Elia Kartika
4. Mempertahankan kepatenan
-
jalan
napas
dengan head-tild dan chinlift 5. Posisikan semi fowler
-
Terpsang O2 Nasal kanaul 4Lpm Sudah diberi terapi obat bricasma 2amp, ceftriaxon 1x2gr, amlodipin 1x5mg
6. Memberikan minum hangat
A : Masalah teratasi
7. Melakukan fisioterapi dada,
sebagian
jika perlu 8. Mengeluarkan
sumbatan
benda padat dengan forsep McGill 9. Memberikan oksigen 10. Menganjurkan
asupan
cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi. 11. Mengajarkan teknik batuk efektif 12. Memberikan terapi obat bricasma 2amp, ceftriaxon
77
P : lanjutkan intervensi
1x2gr, amlodipin 1x5mg sesuai hasil koloborsi. Senin, 22 Juni 2020 DX 2
1. Memonitor
pola S : Pasien mengatakan sesak
napas(frekuensi,
napas berkurang
kedalaman, usaha napas) 2. Memonitor
bunyi
O:
napas
tambahan( mis. Gurgling,
-
mengi, wheezing, ronkhi kering) 3. Memonitor
sputum
(jumlah, warna, aroma 4. Pertahankan
kepatenan
jalan napas dengan headtild dan chin-lift
-
5. Posisikan semi fowler 6. Memberikan minum hangat 7. Melakukan fisioterapi dada
-
8. Memberikan oksigen, jika
78
Pola napas normal TTV : TD : 110/70, Nadi :75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 37ºC Pasien tampak rilek Terpasang O2 Nasal kanaul 4Lpm Pasien bisa mempraktikan teknik batuk efektif Pasien diberi nebulizer (pulmicont 1cc) Sudah diberikan terapi obat lasal ekspektoran
Yuni Elia Kartika
perlu
syrup 3x1
9. Mengajarkan teknik batuk
A : Masalah teratasi
efektif 10. Melakukan
tindakan
pemberian
nebulizer
(pulmicont hasil
1cc)
P : Lanjutkan intervensi
sesuai
yang
telah
dikoloborasi 11. Melakukan
tindakan
pemberian terapi obat lasal ekspektoran
syrup
3x1
sesuai hasil yang telah dikoloborasi.
Senin 22 Juni 2020 DX3
1. Mengidentifikasi lokasi,
S : Pasien mengatakan nyerinya
karakteristik, durasi,
sudah berkurang
frekuensi, kualitas,
O:
intensitas nyeri.
-Pasien tidak tampak kesakitan
2. Mengidentifikasi factor
79
Yuni Elia Kartika
-Skala nyeri 2 dari (1-10) -Sudah di ajarkan teknik terapi nonfarmakologi menguranggi nyeri -Sudah diberi terapi obat metyl prednisolon 3x62,5 gr. - TTV : TD110/70, Nadi :75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36ºC
yang memperberat dan memperingan nyeri. 3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri. 4. Memberikan teknik nonfarmakologis 5. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
A : Masalah teratasi sebagian
mengurangi rasa nyeri 6. Melakukan tindakan
P : Lanjutkan intervensi
pemberian terapi pemberian obat metyl prednisolon 3x62,5 gr sesuai hasil yang telah di Senin 22 Juni 2020 DX4
koloborasi. 1. Mengidentifikasi
status S : pasien mengatakan
nutrisi 2. Mengidentifikasi
Makanannya enak” alergi
80
O:
-
dan intoleransi makanan. 3. Memonitor
asupan
makanan
-
4. Memonitor berat badan
Pasien tampak menghabisi porsi makannya BB pasien dalam rentang tidak norman
5. Melakukan oral hygiene sebelum
makan,
jika
perlu
Yuni Elia Kartika A : Masalah teratasi sebagian
6. Menyajikan
makanan
secara menarik dan suhu
P : lanjutkan intervensi
yang sesuai 7. Menganjurkan
posisi
duduk, jika mampu 8. Mengajarkan diet yang diprogramkan
CATATAN PERKEMBANGGAN Nama
: Tn. W.
81
Ruang Rawat
: Gardenia no.1
Hari/Tanggal Implementasi
Evaluasi (SOAP)
Jam Selasa/ 23 Juni 2020 Pukul 08.00 WIB DX 1
Tanda Tangan Dan Nama Perawat
S : - Pasien mengatakan sesak 1. Memonitor
pola
napasa berkurang
napas(frekuensi,
-
kedalaman, usaha napas)
sudah mulai berkurang
2. Memonitor bunyi napas tambahan( mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
O: -
3. Memonitor
sputum
(jumlah,
aroma)
-
kepatenan
-
warna,
4. Mertahankan
jalan napas dengan head-
-
tild dan chin-lift 5. Posisikan semi fowler 6. Memberikan
pasien mengatakan batuk
minum
82
-
Pola napas normal TTV : TD110/70, Nadi : 75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 37ºC Pasien tanpak tidak sesak napas Sudah diberi posisi semiflower Pasien dan keluarga dapat mempraktikan teknik batuk efektif Terpsang O2 Nasal
Yuni Elia Kartika
hangat 7. Melakukan
-
fisioterapi
dada, jika perlu 8. Mengeluarkan
sumbatan
benda padat dengan forsep
kanaul 4Lpm Sudah diberikan terapi obat bricasma 2amp, ceftriaxon 1x2gr, amlodipin 1x5mg
A : Masalah teratasi
McGill
P : lanjutk intervensi
9. Memberikan oksigen 10. Mengajarkan teknik batuk efektif 11. Memberikan terapi obat bricasma 2amp, ceftriaxon 1x2gr, amlodipin 1x5mg sesuai hasil koloborsi. Selasa, 23 Juni 2020
1. Memonitor
pola S : Pasien mengatakan sesak
Pukul 09.00 WIB
napas(frekuensi,
DX 2
kedalaman, usaha napas)
napas berkurang O:
2. Memonitor bunyi napas tambahan( mis. Gurgling,
83
-
Pola napas normal
Yuni Elia Kartika
mengi, wheezing, ronkhi
-
kering) 3. Memonitor (jumlah,
sputum warna,
aroma -
4. Mempertahankan kepatenan
jalan
napas
dengan head-tild dan chinlift
-
5. Posisikan semi fowler 6. Memberikan
minum
hangat 7. Melakukan
fisioterapi
dada
A : Masalah teratasi
8. Memberikan oksigen, jika perlu 9. Mengajarkan teknik batuk efektif 10. Melakukan
-
TTV : TD : 110/70, Nadi :75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 37ºC Pasien tampak rilek Terpasang O2 Nasal kanaul 4Lpm Sudah diberi posisi semifowler Pasien dan keluarga bisa mempraktikan teknik batuk efektif Sudah diberi pemberian nebulizer (pulmicont 1cc)
tindakan
84
P : Intervensi dihentikan
pemberian
nebulizer
(pulmicont hasil
1cc)
sesuai
yang
telah
dikoloborasi 11. Melakukan
tindakan
pemberian terapi obat lasal ekspektoran
syrup
3x1
sesuai hasil yang telah Selasa 23 Juni 2020
dikoloborasi. 1. Mengidentifikasi lokasi,
S : Pasien mengatakan nyerinya
karakteristik, durasi, Pukul 10.00 WIB
frekuensi, kualitas,
DX3
intensitas nyeri.
sudah berkurang O: -Pasien tidak tampak kesakitan -Skala nyeri 2 dari (1-10) -Sudah diajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri -Sudah di beri terapi pemberian obat metyl prednisolon 3x62,5 gr
2. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri. 3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
85
Yuni Elia Kartika
- TTV : TD110/70, Nadi :75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36ºC
4. Memberikan teknik nonfarmakologis 5. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
A : Masalah teratasi sebagian
6. Melakukan tindakan pemberian terapi pemberian
P : Lanjutkan intervensi
obat metyl prednisolon 3x62,5 gr sesuai hasil yang Selasa 23 Juni 2020 Pukul 11.00 WIB DX4
telah di koloborasi. 1. Mengidentifikasi
status S : pasien mengatakan
nutrisi 2. Mengidentifikasi
Makanannya enak” alergi
dan intoleransi makanan. 3. Memonitor
asupan
O: -
makanan -
4. Memonitor berat badan 5. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
86
-
Pasien tampak menghabisi porsi makannya BB pasien dalam rentang tidak norman Posisi ketika makan duduk
Yuni Elia Kartika
6. Menyajikan
makanan
secara menarik dan suhu
A : Masalah teratasi
yang sesuai
sebagian
7. Menganjurkan
posisi
duduk, jika mampu 8. Mengajarkan
diet
P : lanjutkan intervensi
yang
diprogramkan
Hari/Tanggal Implementasi
Evaluasi (SOAP)
Jam Rabu, 24 Juni 2020 Pukul 08.00 WIB DX 1
Tanda Tangan Dan Nama Perawat
S : - Pasien mengatakan tidak 1. Memonitor
pola
napas(frekuensi,
merasa sesak napas lagi”
kedalaman,
-
usaha napas) 2. Memonitor tambahan( mengi,
pasien mengatakan sudah tidak batuk
bunyi mis.
wheezing,
napas Gurgling, ronkhi
87
O:
Yuni Elia Kartika
kering) 3. Memonitor sputum (jumlah,
-
warna, aroma) 4. Mempertahankan
kepatenan
jalan napas dengan head-tild dan chin-lift 5. Posisikan semi fowler
-
6. Memberikan minum hangat 7. Melakukan fisioterapi dada, jika perlu 8. Mengeluarkan
sumbatan
benda padat dengan forsep McGill 9. Memberikan oksigen 10. Mengajarkan
teknik
batuk
11. Melakukan 1x2gr,
-
A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
efektif bricasma
-
Pola napas normal TTV : TD110/70, Nadi :75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 37ºC Pasien tampak tidak sesak napas Sudah diberi posisi semiflower Pasien dan keluarga dapat mempraktikan teknik batuk efektif Terpsang O2 Nasal kanaul 4Lpm Sudah diberikan terapi obat bricasma 2amp, ceftriaxon 1x2gr, amlodipin 1x5mg
terapi 2amp,
amlodipin
obat
ceftriaxon 1x5mg
88
sesuai hasil koloborsi. Rabu, 24 Juni 2020
1. Memonitor
pola S : Pasien mengatakan Sudah
Pukul 09.00 WIB
napas(frekuensi, kedalaman,
tidak merasakan sesak
DX 2
usaha napas)
napas lagi”
2. Memonitor
napas O : tambahan( mis. Gurgling, mengi,
bunyi
wheezing,
ronkhi
-
kering) 3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma 4. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tild dan chin-lift
-
5. Posisikan semi fowler 6. Memberikan minum hangat
-
7. Melakukan fisioterapi dada 8. Memberikan
oksigen, jika
perlu
89
-
Pola napas normal TTV : TD : 110/70, Nadi :75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 37ºC Pasien tampak rilek Terpasang O2 Nasal kanaul 4Lpm Sudah diberi posisi semifowler Pasien dan keluarga bisa mempraktikan teknik batuk efektif Sudah diberi pemberian nebulizer (pulmicont
Yuni Elia Kartika
9. Mengajarkan teknik batuk efektif
1cc) A : Masalah teratasi
10. Melakukan
tindakan
pemberian
nebulizer
P : Intervensi dihentikan
(pulmicont 1cc) sesuai hasil yang telah dikoloborasi 11. Melakukan
tindakan
pemberian terapi obat lasal ekspektoran
syrup
3x1
sesuai
yang
telah
hasil
dikoloborasi.
Rabu, 24 Juni 2020
1. Mengidentifikasi lokasi,
S : Pasien mengatakan sudah
Pukul 10.00 WIB
karakteristik, durasi, frekuensi,
DX3
kualitas, intensitas nyeri.
tidak merasakan nyeri lagi” O:
2. Mengidentifikasi factor yang
90
-Pasien tidak tampak
memperberat dan memperingan nyeri. 3. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri. 4. Memberikan teknik nonfarmakologis 5. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 6. Melakukan tindakan pemberian terapi pemberian obat metyl prednisolon 3x62,5 gr sesuai hasil yang telah di
kesakitan -Skala nyeri 0 dari (1-10) -Sudah diajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri -Sudah di beri terapi pemberian obat metyl prednisolon 3x62,5 gr - TTV : TD110/70, Nadi :75x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36ºC A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
koloborasi. Rabu, 24 Juni 2020
1. Mengidentifikasi status nutrisi
Pukul 11.00 WIB
2. Mengidentifikasi alergi dan
DX4
intoleransi makanan.
S : pasien mengatakan Makanannya enak” O:
3. Memonitor asupan makanan 4. Memonitor berat badan
91
-
Pasien tampak menghabisi porsi
Yuni Elia Kartika
5. Melakukan
oral
hygiene
sebelum makan, jika perlu 6. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
-
makannya BB pasien bertambah IMT pasien normal Posisi ketika makan duduk
7. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu 8. Mengajarkan
A : Masalah teratasi diet
yang
diprogramkan
92
P : Hentikan intervensi
Yuni Elia Kartika
BAB 4 PENUTUP 4.1
Kesimpulan Penyakit Paru Obtruksi Kronik merupakan obstruksi saluran pernafasan
yang yang berlangsung lama dan bertahap,yang terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya .Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk : Asap rokok ,Polusi udara,Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun), Infeksi saluran nafas bawah berulang. Dari hasil asuhan keperawatan Tn. W dengan PPOK, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : Melakukan pengkajian pada Tn. W terkait dengan PPOK. Dalam melakukan pengkajian pada Tn. W, penulis mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi dengan Tn. W karena Tn. W kesulitan berbicara. Maka dari itu, penulis tidak hanya melakukan wawancara pada pasien saja, tetapi juga pada anggota keluarga Tn. W Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. W. Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis, penulis memprioritaskan 4 diagnosa yaitu Perubahan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekret dan tumor paru. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. Nyeri Akut : nyeri berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekret dan tumor paru. Defisit Nutrisi berhubungan dengan napsu makan menurun. Melakukan perencanaan terhadap Tn. W. Perencanaan yang dibuat disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga intervensi yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik terkait dukungan dan kerjasama dari Tn. W dalam mengatasi penyakit yang dideritanya. Saat penulis melakukan kontrak waktu untuk pemberian asuhan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya, klien dan keluarga klien juga kooperatif. Melakukan tindakan keperawatan pada Tn. W terkait penyakit PPOK yang dialami Tn. W saat dilakukan tindakan keperawatan, Tn. W sangat kooperatif saat dilakukan injeksi, fisioterapi dada, diajarkan tekhnik mengeluarkan sekret dengan
93
batuk efektif dan pasien juga memperhatikan saran yang diberikan oleh penulis antara lain minum air hangat matang untuk memudahkan keluarnya sekret. Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga Tn. W. Evaluasi setelah memberikan tindakan keperawatan selama 7 hari, untuk diagnosa pertama sampai ketiga belum teratasi sedangkan diagnosa keempat sedikit teratasi. Melakukan dokumentasi keperawatan pada keluarga Tn. WSetelah melakukan tindakan keperawatan, penulis mendokumentasikan tindakan tersebut dalam catatan yang penulis buat. 4.2 Saran 1. RSUD Dr. Sylvanus Palangka Raya Penulis memberikan saran kepada Rumah Sakit agar dapat meningkatkan dan mempertahankan standar asuhan keperawatan sehingga mutu pelayanan rumah sakit dapat terjaga. 2. Institusi Pendidikan Penulis berharap Institusi Pendidikan dapat menyediakan sumber buku dengan tahun dan penerbit terbaru sebagai bahan informasi yang penting dalam pembuatan seminar kecil dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan teruatama dengan pembuatan asuhan keperawatan dalam praktek maupun teori. 3. Profesi Perawat Penulis berharap agar perawat ruangan dapat meningkatkan mutu pelayanan, lebih ramah lagi tehadap pasien dan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan sebaik-baiknya.
94
95
REFERENSI Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action. Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta : FIP. IKIP. Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC Buku Kedokteran. Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi 2. Jakarta : EGC Buku Kedokteran. Doenges, Marilynn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC Buku Kedokteran. Engram, Barbara. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta : EGC Buku Kedokteran. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2009. Global Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Barcelona: Medical Communications Resources. Available from: http://www.goldcopd.org Hidayat, Azis Alimul. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Kasanah. 2011. Analisis Keakuratan Kode Diagnosis Penyakit Paru Obstruksi Kronis Eksasebrasi Akut Berdasarkan ICD 10 Pada Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap Di RSUD SRAGEN. Sragen : Jurnal Keperawatan.
96
Lyndon,Saputra,(2010), Buku Kapita Selekta Kedokteran Klinik, BinaRupa Aksara Publiser. Tangerang Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku Kedokteran. Nazir. 2000. Metode Penelitian. Jakarta : EGC Buku Kedokteran. Nursalam. 2001. Proses dan Prinsip Keperawatan : Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika. Price, Sylvia A. Dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC. Reeves, Charlene J. 2001. Buku Satu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika. Sherwood, L., 2001. Sistem Pernapasan. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem edisi 2. Jakarta: EGC, 410-460.
97