Revisi LP Parkinson [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN PARKINSON Disusun oleh kelompok 2 Agnes Dopo



Fedwarto Ndruru



Albertson De’e



Resa Rukmana



Desy Indah Lestari



Riry Santha Melsy



Dina Siagian



Ruth Theresia



Donny Alexander L



Tamrin Sitompul



Dwi Natalia Rustanti



Tresiani Herawan



Esterina Banu



PROGRAM PROFESI NERS X SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2012



i



KATA PENGANTAR



Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah pendahuluandengan



judul



dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan laporan :



“ASUHAN



KEPERAWATAN



PADA



PASIEN



PARKINSON”.



Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan pendahuluan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penggunaan tata bahasa dan tata tulisan, sehingga kiranya masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan penulian laporan pendahuluan ini.



Besar harapan penulis, semoga apa yang penulis sajikan dalam laporan pendahuluan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi diri sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang membacanya.



Bandung, Oktober 2012



Penulis



ii



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1 B. Tujuan Peneliatian ........................................................................................................ 2 C. Metode Penelitian ......................................................................................................... 2 D. Sistemaktika Penulisan ................................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Parkinson...................................................................................................... 4 B. Etiologi Parkinson...................................................................................................... 4 C. Tanda dan Gejala........................................................................................................ 4 D. Patofisiologi Parkinson............................................................................................... 5 E. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................. 7 F. Penatalaksanaan.......................................................................................................... 7 G. Kemungkinan data fokus............................................................................................ 8 H. Analisa Data.............................................................................................................. 13 I. Diagnosa Keperawatan............................................................................................... 15 J. Rencana Asuhan Keperawatan................................................................................... 16



BAB III KESIMPULAN................................................................................. ............... 26 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 27



iii



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Keperawatan gerontik atau keperawatan gerontologik adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang menjalankan peran dan tanggung jawabnya teradap tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, tekhnologi dan seni dalam merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga. Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketikaseseorang mengalami ganguan pergerakan.



Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat daridegenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisitmotorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom. Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanitaseimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelumusia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkatdari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja danmenghilang selama tidur. Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Padaawalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dantungkai.Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata. 1



Penderita penyakit parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan danterjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain,maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan.



B.



Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Untuk mempelajari secara langsung tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kasus parkinson deases. b. Tujuan Khusus 1) Mampu melakukan proses keperawatan dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi pada klien parkinson. 2) Mampu mendokumentasikan hasil dengan akurat dan bertanggung jawab. 3) Mampu mengindentifikasai faktor penghambat dan faktor penunjang dalam melaksanakan asuhan keperawatan 4) Mampu mengkritisi masalah dan pemberian/penyelesaian masalah pada klien parkinson.



C.



Metode Penulisan Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola deskripsi, yakni menggambarkan, memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang telah kami dapat dan telah kami pelajari sebelumnya dari berbagai sumber yang telah kami padukan menjadi satu rangkaian berdasarkan pemahaman kami, agar para mahasiswa juga dapat mengerti dan memahami tentang salah satu mata kuliah yang kami sajikan dalam survailans yang berkaitan dengan malnutrisi. Sebagai referensi untuk pembuatan makalah ini kami mengacu pada berbagai sumber yakni sebagai berikut : 1. Mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang sesuai dengan materi 2. Menanyakan kepada pakar yang lebih memahami materi ini 3. Mencari ke internet , dll.



2



D.



SISTEMATIKA PENULISAN BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan 1.3 Metode Penulisan 1.4 Sistematika Penulisan



BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi Parkinson Parkinson merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor ritmik, bredikinesia, kekuatan otot, hilangnya reflek-reflek postural (Muttaqin, 2008). Penyakit gangguan syaraf kronis dan progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan (Suzanne & Smaltzer, 2001).



Jadi parkinson merupakan gangguan dipusat otak, terutama pada syaraf yang mengatur dan mengontrol gerakan seseorang. gangguan ini ditandai dengan adanya tremor bredikinesia serta hilangnya reflek atau kekuatan otot.



B. Etiologi Parkinson Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktor-faktor lainnya seperti (Batticaca, 2008): 1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson. 2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.



C. Tanda dan Gejala Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi kaku pada bentuk semua gerakan.



Pasien



mempunyai



kesukaran



dalam



memulai,mempertahankan,



dan



membentuk aktivitas motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas normal (Muttaqin, 2008).



Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor, seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun 4



tremor ini tetap unilateral. karakteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari. Keadaan ini meningkat bila pasien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul pada saat klien istirahat (Muttaqin, 2008).



Karakteristik penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya ekstremitas kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan otot, wajah mengalami sedikit ekspresi di mana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul sekilas (Muttaqin, 2008).



5



D. Patofisiologi Parkinson



Faktor predisposisi lesi di substansia nigra: faktor usia, faktur aterosklreotik, post ensafalitis, induksi obat, dan keracunan logam berat



Dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum



Kehilangan kelola dari sustansia nigra



Globus pallidus mengeluarkan impuls yang abnormal Impuls globus palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis Kerusakan kontrol gerakan foluntar yang memiliki ketangkasan sesuai dan gerakan otomatois



Aliran darah serebral regional menurun



Gangguan N. VIII



Manifestasi otonom



Ragiditas deserebrasi



Manifestasi psikiatrik 5



Tremor ritmi bradikaresia Perubahan otot wajah dan sikap tubuh



Perubahan kepribadian, psikosis, demensia, dan konfusi akut.



Berkeringat, rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri. Hipotensi postural.



Kesulitan menelan Hambatan mobilitas fisik.



Kognitif menurun, persepsi menurun.



Kerusakan komunikasi verbal



Perubahan gaya berjalan, kekakuan dalam beraktifitas.



Harga rendah



Gangguan pemenuhan nutrisi



Kurang perawatan diri



diri



6



E. Pemeriksaan Penunjang 1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif) 2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.



F. Penatalaksanaan Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness. Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari. 1. Terapi Obat-Obatan Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit Parkinson (Muttaqin, 2008; Suzanne & Smaltzer, 2001; Brugham & JoAnn, 2000): a) Antikolinergik Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.



b) Carbidopa/levodopa Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala. c) Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis. d) Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor. Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida, digunakan untuk mengurangi kekakuan,tremor dan bradikinestesia. e) Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine f) Obat-obat antidepresan 7



Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.



2.



Terapi Fisik Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.



G.



Kemungkinan data fokus 1. Anamnesis Anamnesis pada Parkinson meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, pengkajian psikososial. a) Identitas klien Meliputi naman, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosa medis. b) Keluhan utama Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot dan hilangnnya refleks postular c) Riwayat penyakit sekarang



8



Pada anamnesis klien sering mengeluhkan adanya tremor, seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, serta gerakan ibu jari terhadap jaro-jari lain seolah-olah memiutar pil di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat jika klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat. Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserbrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering dermatis peboroik, sulit menelan, konstipasi, serta gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obatan anti kolinergik dan hipertfofi prostat. d) Riwayat penyakit dahulu Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam waktu yang lama. e) Riwayat penyakit keluarga Walaupun penyakit Parkinson tidak ditemukan hubungan sebab genetic yang jelas tetapi pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit. f) Pengkajian psikososiospritual Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakita yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadapa dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan hubungan dan peran karna klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. 9



Peubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda depresi.



Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif,



persepsi, dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.



2. Pemeriksaan fisik Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien. a. Keadaan umum Klien dengan penyakit Parkinson umunya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan tanda-tanda vital, meliputi bradikardia, hipotensi dan penurunan frekuensi pernafasan. b. B1 Breathing Gangguan fungsi pernafasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas. 1) Inspeksi umum. Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas dan penggunaan otot bantu nafas. 2) Palpasi. Taktil premitus seimbang kanan dan kiri. 3) Perkusi. Adanya suara resonal pada seluruh lapangan paru. 4) Auskultasi. Binyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronki pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas. c. B2 (Blood) Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system persarafan otonom. Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri : otot-otot lelah karena rigiditas. d. B3 (Brain) Inspeksi umum : didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. 10



e. Pengkajian tingkat kesadaran Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada aliran darah serebrial regional menurun yang mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien. f. Pengkajian fungsi serebral Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang. g. Pemeriksaan saraf kranial Pengkajian saraf cranial meliputi pemeriksaan saraf cranial I-XII. 1) Saraf I.



Pada cidera tulang belakang, biasanya klien tidak memiliki



kelainan dan gangguan fungsi penciuman. 2) Saraf II. Tes ketajaman penglihayan mengalami perubahan, dimana sesuai tingkat usia yang tua biasanya klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan. 3) Saraf III, IV dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan konfergensi



penglihatan



menjadi



kabur



karena



tidak



mampu



mempertahanakan kontraksi otot-otot bola mata. Gerakan kedua bola untuk menetapkan mata pada sesuatu tidak selalu berjalan searah, melainkan bisa juga berjalan kearah berlawanan. Gerakan bola mata yang sinkron dengan arah yang berlawanan hanyalah gerakan kedua bola mata kearah nasal. Dalam gerakan itu, bola mata kini bergerak ke kanan dan bola mata kanan bergerak ke kiri. Gerakan kedua bola mata kea rah nasal dinamankan gerakan konvergen, yang terjadi karena kedua otot rektus medialis (interbus) berkontraksi. 4) Saraf V.



Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya didapatkan



perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatan otot wajah maka terlihat ekspresi wajah mengalami penurunan dimana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata). 5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal. 6) Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis dan penurunan aliran darah regional. 7) Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan. 11



8) Saraf XII. Tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius. 9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal. h. Penyajian sistem motorik 1) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien seringmengalami rigiditas deserebrasi. 2) Tonus otot ditemukan meningkat. 3) Keseimbangan



dan



koordinasi,



ditemukan



mengalami



gangguan



karenaadanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. i. Pengkajian refleks Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan



seperti



didorong.



Kesulitan



dalam



berputar



dan



hilangnya



keseimbangan(salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh. j. Pengkajian sistem sensorik Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang sadamerupakan hasil dari neuropati. k. B4 (Bladder) Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine,ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periodeini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. l. B5 (Bowel) Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurangkarena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Kliensering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.



12



m. B6 (Bone) Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakankarena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikanrisiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.



H. Analisa Data Data



Etiologi



Data subjektif:



Gangguan N. VIII



Masalah Keperawatan Hambatan mobilitas fisik



- Klien mengatakan sulit untuk menggerakkan tubuhnya



Ragiditas deserebrasi



- Klien mengatakan merasa lemah Data objektif:



Perubahan gaya berjalan,



- Kekuatan otot menurun, dinilai



kekakuan dalam beraktifitas.



dengan 1 - Pemeriksaan



kesadaran



GCS



Hambatan mobilitas fisik.



motorik, dinilai 2 - Klien terlihat pucat dan lemah - Tremor saat melakukan aktivitas Data subjektif:



Gangguan N. VIII



Defisit perawatan diri



- Klien mengatakan tidak dapat melakukan



aktivitas



sendiri



Ragiditas deserebrasi



(mandi, berdandan, berpakaian) Data objektif:



Perubahan gaya berjalan,



- Klien tampak tidak rapi - Klien



dibantu



keluarga



oleh



dalam



kekakuan dalam beraktifitas. anggota



memenuhi



Kurang perawatan diri



ADL Data subjektif:



Tremor ritmi bradikaresia



- Klien mengatakan berat badanya



13



Gangguan pemenuhan nutrisi



menurun - Klien



Perubahan otot wajah dan



mengatakan



kesulitan



sikap tubuh



mengunyah dan menelan. Data objektif:



Kesulitan menelan



- Auskultasi, bising usus tidak terdengar.



Gangguan pemenuhan nutrisi



- Penurunan berat badan dari yang sebelumnya. - Otot wajah tampak kaku. - Klien tampak pucat dan lemah. - Porsi makan tidak habis. Data subjektif:



Aliran darah serebral regional



- Keluarga mengatakan adanya



Kerusakan komunikasi verbal



menurun



kesulitan dalam berbicara. Data objektif:



Manifestasi psikiatrik



- Kata-kata sulit dipahami - Pelo



Perubahan kepribadian,



- Wajah kaku



psikosis, demensia, dan konfusi akut.



Kognitif menurun, persepsi menurun, akut menurun.



Kerusakan komunikasi verbal Data subjektif:



Aliran darah serebral regional



- Klien mengatakan takut jika



menurun



terjadi kecacatan - Klien merasa tidak berdaya,



Manifestasi psikiatrik



tidak ada harapan Data objektif:



Perubahan kepribadian,



- Klien tampak gelisah



psikosis, demensia, dan



- Pada pemeriksaan MMSE pada aspek



orietasi



konfusi akut.



ditemukan;



14



Harga diri rendah



adanya



gannguan



memori



jangka pendek (klien tidak bisa menyebutkan



tahun,



menurun, akut menurun.



bulan,



tanggal, dan hari apa sekarang).



I.



Kognitif menurun, persepsi



Harga diri rendah



Diagnosa Keperawatan 1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot. 2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan tremor dan perlambatan dalam proses makan, serta kesulitan mengunyah dan menelan. 3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, dan ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah. 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik. 5. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan kognitif karena perkembangan penyakit.



15



J. Rencana Asuhan Keperawatan No 1.



Diagnosa keperawatan Gangguan nutrisi



Tujuan



Intervensi



pemenuhan Tujuan umum: kurang



kebutuhan berhubungan



tubuh



dari Setelah



Rasional



1. Observasi atau timbang berat



dilakukan



tindakan



badan.



terjadinya masalah penurunan berat



yang keperawatan diharapkan tidak dengan terjadi



gangguan



pemenuhan



badan. 2. Kaji sistem gastrointestinal yang



tremor dan perlambatan kebutuhan nutrisi.



meliputi



dalam proses makan, serta



perubahan dalam lambung seperti



kesulitan mengunyah dan Tujuan khusus:



mual dan muntah, perubahan



menelan.



Dalam



waktu



kebutuhan



3x24



nutrisi



jam klien



terpenuhi.



1. Kekurangan intake nutrisi menunjang



suara



bising



usus,



2. Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk memasukan makanan.



pergerakan usus. 3. Anjurkan



klien



untuk



makan



dengan porsi sedikit dan sering.



3. Memudahkan asupan nutrisi sehingga cadangan



energi



dalam



tubuh



terpenuhi. Kriteria hasil:



4. Manajemen kemampuan menelan.



4. Meningkatkan



kemampuan



klien



Mengetahui tentang pentingnya



dalam menelan membantu pemenuhan



nutrisi bagi tubuh, tidak ada



nutrisi klien secara oral selain itu



penurunan bobot tubuh, mampu



memudahkan masuknya makanan dan



manghabiskan porsi makan yang



mencegah kelelahan.



disediakan.



5. Monitor serta ajarkan keluarga dalam menggunakan alat bantu khusus untuk makan. 14



5. Penggunaan



alat-alat



membantu klien untuk makan.



khusus



6. Kolaborasi



dengan



ahli



gizi



6. Memberikan informasi yang tepat



tentang kebutuhan nutrisi klien



tentang



keadaan



untuk pemeriksaan laboratorium



dibutuhkan klien.



nutrisi



yang



yang diindikasikan seperti: serum transferin,



BUN/kreatinin



dan



glukosa. 7. Kolaborasi dengan keluarga untuk memberikan



2.



Gangguan mobilitas fisik Tujuan umum: yang berhubungan dengan Setelah



tindakan



kekakuan dan kelemahan keperawatan diharapkan dapat otot.



pengetahuan



memberikan motivasi dan mengubah



mengenai pentingnya nutrisi bagi



perilaku keluarga untuk menyediakan



klien



makanan yang seimbang bagi klien.



1. Observasi



dilakukan



meminimalkan



gangguan



mobilitas fisik.



mobilitas



klien



terhadap peningkatan kerusakan



2. Lakukan



program



latihan



kekuatan



otot.



Contohnya: melatih klien untuk



Setelah



dalam melakukan aktivitas.



2. Meningkatkan



koordinasi



ketangkasan,



serta



dan



mencegah



kontraktur bila otot tidak dilatih.



duduk dari tempat tidur ke kursi.



dilakukan



tindakan



3. Lakukan latihan postural, dengan



keperawatan selama 2x24 jam



melatih



klien



(ROM).



mampu



1. Mengetahui tingkat kemampuan klien



dan fungsi motorik.



meningkatkan



Tujuan khusus:



7. pengetahuan yang baik tentang nutrisi,



melaksanakan



aktivitas fisik sesuai dengan



pergerakan



4. Anjurkankan



15



otot-otot



3. Latihan



postural



kecenderungan



untuk



kepala



melawan dan



leher



tertarik ke depan dan ke bawah. mandi



hangat



4. Mandi hangat dan masase membantu



kemampuannya.



(hydrotherapy) dan masase otot.



otot-otot rileks pada aktivitas pasif dan aktif serta mengurangi nyeri otot



Kriteria hasil:



akibat spasme otot akibat spasme yang



Klien dapat ikut serta dalam



mengakibatkan kekakuan.



program latihan, tidak terjadi



5. Kolaborasi



kontraktur sendi, bertambahnya



therapis,



kekuatan



teknik berjalan khusus.



otot



dan



klien



dengan untuk



Ortopedik



melatih



klien



5. Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan



menunjukan tindakan mobilitas.



tubuh condong ke depan. 6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.



6. Peningkatan mobilisasi



kemampuan



dalam



ekstremitas



dpat



ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapis. 7. Kolaborasi dengan keluarga untuk



7. Untuk memelihara fleksibilitas otot.



melatih pergerakan ringan klien (ROM), misalnya dengan melatih klien



makan/minum



dengan



mandiri. 3



Defisit



perawatan



berhubungan tremor motorik.



dan



diri Tujuan umum:



dengan Setelah



1. Kaji kemampuan klien dalam



dilakukan



gangguan keperawatan mengalami



klien defisit



tindakan



melakukan ADL



tidak perawatan



1. Kemampuan klien dalam melakukan ADL menunjukkan kemandirian klien dalam merawat diri



2. Bantu klien bila klien tidak dapat



16



2. Klien mungkin berkeinginan merawat



diri.



memenuhi kebutuhan ADL secara



diri sendiri, namun ketidakmampuan



mandiri



menyebabkan klien mengalami defisit



Tujuan khusus: Setelah



perawatan diri



dilakukan



intervensi



selama 2x24 jam perawatan diri



3. Ajarkan dan dukung klien selama beraktivitas



membantu



klien dapat terpenuhi.



klien



menunjukan



klien



meningkatkan



perawatan diri 4. Modifikasi lingkungan



Kriteria:



3. Dukungan terhadap aktivitas klien,



4. Lingkungan klien membantu klien



mampu



meningkatkan kemampuan merawat



kemampuan



diri dan mencegah cidera dalam



merawat diri sesuai kemampuan,



beraktivitas



menunjukkan



merawat diri



terpenuhinya



kebutuhan merawat diri



5. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi aktivitas.



pemenuhan



kebutuhan



5. Terapi okupasi dapat membantu klien melengkapi kebutuhan khusus.



6. Kolaborasi dengan keluarga untuk pemenuhan ADL klien.



6. Mempermudah



keluarga



dalam



merawat klien saat dirumah dalam pemenuhan ADLnya secara mandiri.s



4.



Kerusakan verbal



komunikasi Tujuan umum: berhubungan Setelah



1. Kaji



dilakuakan



dengan penurunan volume keperawatan,



klien



tindkan



kemapuan



berkomunikasi.



mampu



klien



untuk



1. Gangguan bicara ada pada banyak klien



yang



mengalami



penyakit



parkinson. Bicara mereka yang lemah,



bicara, pelambatan bicara, berkomunikasi dengan baik.



monoton, halus menentukan kesadaran



ketidak



berupaya untuk bicara lambat, dengan



mampuan



17



mengerakan wajah.



otot-otot Tujuan khusus: Setelah



dilakukan



penekanan perhatian pada apa yang tindakan



keperawatan selama 2x24 jam,



mereka katakan. 2. Menentukan cara-cara komunikasi,



klien mampu membuat teknik/



seperti



metode komunikasi yang dapat



mata, pertanyaan dengan jawaban ya



komunikasi.



Jika



dimengerti sesuai kebutuhan dan



atau tidak, menggunakan kertas dan



mengerakan



kepala,



meningkatkan



pensil/ bolpoin, gambar atau papan



mata atau senang dengan isyarat-



tulis, bahasa isyarat, perjelas dari arti



isyarat sederhana, lebih baik dengan



komunikasi yang disampaikan.



menggunakan pertanyaan ya/ tidak.



kemmpuan



berkomunikasi.



mempertahankan



kontak



2. Mempertahankan kontak mata akan



Kriteria: -



membuat



klien



interes



selama



klien



dapat



mengedipkan



Kemampuan menulis kadang-kadang



Klien dapat berkomunikasi



melelahkan klien, selain itu dapat



dengan sumber kemampuan



mengakibatkan



yang ada.



emenuhi



frustasi



kebutuhan



dalam



komunikasi.



Keluarga dapat bekerjasama untuk membantu memenuhi klien. 3. Pertimbangkan bentuk komunikasi bila terpasang intravenus kateter.



3. Kateter



intravena



yang



terpasang



ditangan akan mengurangi kebebasan menulis/ memberi isyarat.



4. Letakkan bel/ lampu panggilan di



4. Ketergantungan klien pada ventilator



tempat yang mudah dijangkau, dan



akan lebih baik dan rileks, perasaan



memberikan



aman, dan mengerti bahwa selama



18



penjelasan



cara



menggunakannya. Jawab panggilan



menggunakan ventilator, perawat akan



tersebut



memenuhi segala kebutuhannya.



dengan



segera.



Penuhi



kebutuhan klien. Katakan pada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan. 5. Buat catatan dikantor perawatan



6.



5. Mengingatkan staf keperawatan untuk



tentang keadaan klien yang tidak



berespon



dapat bicara.



memberikan keperawatan.



Buat rekaman pembicaraan klien.



dengan



klien



selama



6. Rekaman pembicaraan klien dalam pita kasiet secara periodik, hal ini dibutuhkan



dalam



memantau



perkembangan klien. Amplifier kecil mambantu bila klien kesulita dalam mendengar. 7. Anjurkan keluarga/ orang lain yang



7. Keluarga



dapat



merasakan



akrab



dekt dengan klien untuk berbicara



dengan klien berada dekat dengan



dengan klien, memberi informasi



klien



tentang keluarga dan keadaan yang



pengalaman



sedang trjadi.



mempertahankan kontak nyata seperti



selama ini



berbicara, dapat



dengan



membantu/



merasakan kehadiran anggota keluarga yang dapat megurangi perasaan kaku.



19



8. Kolaborasi



dengan



ahli



wicara/



speech therapis.



8.



Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu



dalam



membentuk



peningkatan latihan perckapan dan membantu petugas kesehatan dalam untuk



emngembangkan



komunikasi



untuk



metoda memenuhi



kebutuhan klien. 5.



Koping efektif dengan disfungsi



individu



tidak Tujuan umum:



berhubungan Selama depresi



dilakukan



1. Kaji perubahan gangguan persepsi tindakan



dan keperawatan, koping individu karena menjadi efektif.



dan



hubungan



dengan



derajat



ketidakmampuan.



1. Menentukan bantuan individual dalam menyusun



rencana



perawatan



atau



pemilihan intervensi.



2. Dukung kemampuan koping klien.



perkembangan penyakit.



2. Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu perlambat kemajuan penyakit. Dukungan dan sumber bantuan



Tujuan khusus: Setelah



dilakukan



dapat tindakan



diberikan



aktivitas



koping individu menjadi efektif.



partisipasi aktif. 3. Catat



mampu



menyatakan



atau mengomunikasikan dengan



ketekunan



berdoa dan penekanan keluar terhadap



keperawatan selama 1x24 jam,



Kriteria:



melalui



sekarat



ketika atau



klien



menyatakan



mengingkari



menyatakan inilah kematian.



orang terdekat tentang situasi



dan



dengan



mempertahankan



3. Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi



20



dan perubahan yang sedang terjadi,



mampu



menyatakan



serta dukungan emosional. 4. Pernyataan



pengakuan



4. Membantu klien untuk melihat bahwa



mengingatkan



perawat menerima kedua bagian sebagai



penerimaan diri terhadap situasi,



penolakan



mengakui,



kembali



fakta



perubahan kedalam konsep diri



realitas



bahwa



dengan cara yang akurat tanpa



menggunakan sisi yang sakit dan



harga diri yang negatif.



belajar mengontrol sisi yang sehat.



danmenggabungkan



tubuh,



terhadap



kejadian



tentang



bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan



masih



dapat



klien untuk merasakan adanya harapan



5. Beri dukungan psikologis secara menyeluruh.



dan mulai menerima situasi baru.



5. Klien penyakit Parkinson sering merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan, dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatnya mobilitas). Karena Parkinson mengarah akan menunjukkan menarik diri dan depresi, klien harus aktif berpartisipasi dalam program terapi yang mencakup program sosial dan rekreasi.



6. Bantu dan ajarkan perawatan yang



21



6. Membantu meningkatkan perasaan harga



baik dengan memperbaiki kebiasaan.



diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.



7. Buat



rencana



program



aktivitas



harian padakeseluruhan hari.



7. Program aktivitas pada keseluruhan hari mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada tidak adanya keinginan beraktivitas dan apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas termasuk



koping



dengan



mereka



setiap



hari



yang



kebutuhan



dan



untuk



membentuk klien mandiri. Apapun yang dilakukan sewaktu



hanya



untuk



mencapai



keamanan



tujuan



dengan



meningkatnya kemampuan koping. 8. Anjurkan



orang



mengizinkan



terdekat



klien



untuk



melakukan



sebanyak mungkin hal untuk dirinya.



8. Menghidupkan kemandirian perkembangan



kembali



perasaan



dan harga



membantu diri



serta



memengaruhi proses rehabilitasi. 9. Dukung perilaku atau usaha seperti



9. Klien



dapat



beradaptasi



terhadap



peningkatan minat atau partisipasi



perubahan dan pengertian tentang peran



dalam aktivitas rehabilitasi.



individu masa mendatang.



22



10. Monitor gangguan tidur, peningkatan



10. Dapat



mengindikasikan Depresi



terjadinya



kesulitan konsentrasi, letargi dan



depresi.



umumnya



terjadi



penolakan.



sebagai pengaruh dari stroke yang memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.



11. Kolaborasi



:



rujuk



pada



ahli



11. Dapat memfasilitasi perubahan peran



neuropsikologi dan konseling bila



yang



penting



ada indikasi



perasaan. psikoterapi,



untuk



Kerjasam terapi



perkembangan fisioterapi,



obat-obatan,



dan



dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.



23



BAB III KESIMPULAN



Penyakit



Parkinson



merupakan



penyakit



kronis



yang



membutuhkan



penanganan



secaraholistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakitini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisadihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemanisepanjang hidupnya.Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi totaldisabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian.Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbedaberbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.



24



DAFTAR PUSTAKA



Batticaca, Fransisca. B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika



Brougham, Diane C. & JoAnn, Hackley. C. (2000). Keperawata Medical Bedah : Buku saku untuk Bruner dan Suddarth. Jakarta : EGC



Muttaqin, Arief. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika



Muttaqin, Arief. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika



Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC



25