5 0 134 KB
RHINITIS MEDIKAMENTOSA Rhinitis medicamentosa Budi Hernawan1, Mauliya Orezha W2, Oxa Aqilla P.S2, Salsabila Ulima H2, Salma Angelina H2 1 2
Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK
Rhinitis medikamentosa (RM) didefinisikan sebagai bentuk non-alergi dari rinitis, yaitu suatu peradangan pada hidung berupa gangguan respons normal vasomotor akibat pemakaian vasokontriktor topikal (tetes hidung atau semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, Rhinitis Medikamentosa terjadi pada tingkat yang sama pada pria dan wanita tetapi lebih sering terjadi pada dewasa muda dan setengah baya. Pemakaian vasokontriktor yang berulang dan dalam waktu lama menyebabkan terjadinya fase dilatasi berulang (rebound dilatation) setelah vasokontriksi, sehingga timbul obstruksi. Diagnosis rinitis medikamentosa dapat dilakukan dengan mencari tanda dan gejala dari rinitis medikamentosa. Diagnosis banding yang sering terjadi adalah Rinitis alergi, rinitis vasomotor, sinusitis, rinitis hipertrofi, rinitis atrofi. Komplikasi yang biasa terjadi pada penderita rinitis medikamentosa adalah chronis ethmoiditis, atrophic rhinitis, septal perforation, chronis rhinosinusitis, turbinate hyperplasia. Kata Kunci : Rhinitis Medikamentosa (RM) ABSTRACT Rhinitis medicamentosa (RM) is defined as a non-allergic of rhinitis, which is an inflammation of the nose in the form of disruption of the normal vasomotor response due to prolonged and excessive use of topical vasoconstrictors (nasal drops or nasal sprays), Rhinitis medicamentosa occurs at the same rate in men and women but is more common in young and middle-aged adults . Repeated and prolonged use of vasoconstrictors causes a rebound dilatation phase after vasoconstriction, resulting in obstruction. The diagnosis of rhinitis medicamentosa can be made by looking for signs and symptoms of rhinitis medicamentosa. Differential diagnoses that often occur are allergic rhinitis, vasomotor rhinitis, sinusitis, hypertrophic rhinitis, atrophic rhinitis. Complications that commonly occur in patients with rhinitis medicamentosa are chronic ethmoiditis, atrophic rhinitis, septal perforation, chronic rhinosinusitis, and turbinate hyperplasia. Keywords : Rhinitis Medicamentosa (RM)
DEFINISI Rhinitis medikamentosa (RM) adalah bentuk non-alergi dari rinitis, yaitu suatu peradangan pada hidung berupa gangguan respons normal vasomotor akibat pemakaian
vasokontriktor topikal (tetes hidung atau semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. RM ditandai dengan hidung tersumbat, bengkak, tidak nyaman, dan hiperreaktivitas mukosa. (James Fowler dkk,
2019). Pemakaian topikal vasokonstriktor
dalam waktu lama menyebabkan terjadinya
yang lama dan berulang akan menyebabkan
fase dilatasi berulang (rebound dilatation)
terjadinya fase dilatasi berulang (rebound
setelah
dilatation) setelah vasokonstriksi, sehingga
obstruksi. Dengan adanya gejala obstruksi ini
terjadi gejala obstruksi. Hal ini menyebabkan
membuat pasien lebih sering memakai obat
pasien
tersebut,
makin
sering
menggunakan
vasokontriksi,
sehingga
sehingga
efek
timbul
vasokontriksi
vasokonstriktor topikal kembali, sehingga
berkurang, Ph hidung berubah, dan aktivitas
kadar agonis alfa adrenergik di mukosa hidung
silia
tinggi, diikuti dengan penurunan sensitivitas
menyebabkan obstruksi hidung lebih hebat
reseptor alfa adrenergik di pembuluh darah
dari keluhan sebelumnya. Bila pemakaian obat
sehingga
diteruskan maka akan terjadi dilatasi dan
terjadi
toleransi.
Hal
ini
terganggu,
sedangkan
balik
menyebabkan dilatasi dan kongesti mukosa
kongesti
hidung (rebound congestion). (Mortuaire, G.
pertambahan mukosa jaringan dan rangsangan
dkk, 2013)
sel - sel mukoid, sehingga sumbatan akan menetap
EPIDEMIOLOGI
dengan
Kemudian
poduksi
terjadi
sekret
yang
berlebihan. (Soepardi Arsyad, 2017).
Rhinitis Medikamentosa terjadi pada tingkat yang sama pada pria dan wanita tetapi lebih sering terjadi pada dewasa muda dan setengah baya. Kejadian dilaporkan dalam rentang THT klinik dari 1% menjadi 7%. Dari 500 pasien berturut-turut dengan hidung tersumbat di klinik alergi, 9% memiliki Rhinitis
jaringan.
efek
Medikamentosa
dikarenakan
penggunaan obat yang terlalu berlebihan (Drug Abuse). (Soepardi, A dkk, 2016) PATOFISIOLOGI & PATOGENESIS Mukosa hidung merupakan organ
Oleh karena itu, obat vasokonstriktor topikal sebaiknya yang isotonik dengan sekret hidung yang normal, dengan Ph antar 6,3 dan 6,5 serta pemakaiannya tidak lebih dari satu minggu. Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada pemakaian obat tetes hidung dalam waktu lama : (1) silia rusak, (2) sel goblet berubah ukurannya, (3) membran basal menebal, (4) pembuluh darah melebar, (5) stroma kelenjar
tampak mukus,
edema, (7)
(6)
hipersekresi
lapisan
submukosa
menebal. (8) lapisan periostium menebal (Soepardi Arsyad, 2017).
yang sangat peka terhadap rangsangan (iritant), sehingga harus
berhati-hati menggunakan
MANIFESTASI KLINIS
vasokonstriktor
topikal
golongan
Pasien mengeluh hidungnya tersumbat terus
simpatomimetik akan menyebabkan siklus
menerus terutama tanpa rinore pada latar
nasal terganggu dan akan berfungsi kembal
belakang
apabila
dihentikan.
dekongestan intranasal dan mengeluh juga
Pemakaian vasokontriktor yang berulang dan
hidung berair. Hidung tersumbat yang parah
pemakaian
obat
dari
itu
penggunaan
jangka
panjang
dan terus menerus dapat menyebabkan pasien
membran hidung menjadi atrofi dan berkerak.
melakukan pernapasan melalui mulu lalu
(Kusmawijaya dkk, 2019)
menyebabkan mulut kering, dan mendengkur,
PEMERIKSAAN PENUNJANG
insomnia
Rinitis
Pada pemeriksaan penunjang dengan rinoskopi
medikamentosa yang tidak terkontrol dapat
anterior menggunakan lampu kepala, akan
menyebabkan etmoiditis kronis, polip hidung,
didapatkan hipertrofi konka dan adanya sekret
dan rinitis atrofi. (Soepardi Arsyad, 2017)
yang
dan
gangguan
tidur.
berlebihan.
Pemeriksaan
penunjang
dilakukan jika pada rinoskopi anterior kurang DIAGNOSIS
jelas menilai hipertrofi konka : nasoendoskopi,
ANAMNESIS
X foto polos PA, CT scan, termasuk sinoskopi
Diagnosis
umumnya
ditegakkan
dengan
pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik,
(endoskopi sinonasal) untuk membantu dalam diagnosis. (Kusmawijaya dkk, 2019)
dan pemeriksaan penunjang. Keluhan tersering pasien ialah hidungnya berair dan tersumbat
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding yang paling
terus menerus terutama tanpa rinore pada latar belakang
penggunaan
jangka
panjang
dekongestan intranasal. Hidung tersumbat yang parah dapat menyebabkan pernapasan mulut lalu mulut kering, dan mendengkur. Umumnya juga dianggap sebagai suatu bentuk rinitis
hipertrofik,
berkaitan
dengan
penggunaan obat-obat hiclung topikal secara berlebihan. (Kusmawijaya dkk, 2019)
sering terjadi pada Rhinitis medikamentosa yaitu: 1. RINITIS ALERGI Penyakit alergi yang disebabkan oleh reaksi
alergi
sebelumnya
pada sudah
pasien
atopi
tersensitisasi
yang dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjdai paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. (Dokuyucu,
PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan
klinis
2014) akan
didapatkan
pembengkakan mukosa hidung, penampilan
2. RINITIS VASOMOTOR Suatu
keadaan
idiopatik
yang
eritematosa dan granular, terlihat pucat dan
didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi,
edematous,
eosinofilia,
kondisi
ini
ditandai
dengan
perubahan
hormonal
sumbatan hidung tanpa keluarnya cairan dan
(kehamilan,hipertiroid),
berhubungan dengan riwayat penyalahgunaan
(kontrasepsi oral, antihipertensi, B-bloker,
vasokonstriktor topikal. Diagnosis ditandai
aspirin, klorpromazin dan obat topikal hidung
dengan
dekongestan). (Settipane, 2013)
kongesti
hidung
menonjol
yang
persisten setelah penggunaan dekongestan intranasal setiap hari selama lebih dari 1 minggu.
Seiring
perkembangan
penyakit,
dan
pejanan
obat
3. SINUSITIS Sinusitis
didefinisikan
sebagai
inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya
disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering
kronis yang ditandai dengan atrofi progresif
disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah
mukosa hidung dan tulang di bawah turbinat.
salesma (common cold) yang merupakan
Adanya
infeksi virus yang dapat diikuti oleh infeksi
mengeluarkan bau busuk yang disebut ozaena
bakteri. (Wahid NWB, 2021)
(bau busuk), adalah ciri khasnya. (G.Mortuaire
4. RINITIS HIPERTROFI
dkk, 2013)
Istilah hipertrofi digunakan untuk menunjukkan perubahan mukosa hidung pada konka inferior yang mengalami hipertrofi karena
proses
inflamasi
kronis
yang
disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau sekunder. konka inferior dapat juga mengalami hipertrofi
tanpa
terjadi
infeksi
bakteri,
misalnya sebagai lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor. (Patel, Aneesh dkk, 2020) infeksi
hidung
kronik
Septal
tebal
kering,
perforation
yang
Perforasi
juga
merupakan salah satu bentuk komplikasi yang dapat terjadi pada Rhinitis Medikamentosa yaitu kecacatan ketebalan penuh dari septum hidung. Selebaran mucoperichondrial bilateral dan lapisan tengah struktural terdiri dari tiga lapisan pemisah antara rongga hidung kanan dan kiri. Perforasi septum paling sering terjadi di sepanjang septum kartilaginosa anterior.
5. RINITIS ATROFI Merupakan
kerak
yang
ditandai oleh adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka. Secara klinis mukosa hidung menghasilkan sekret yang kental dan cepat mengering sehingga terbentuk krusta yang berbau busuk. (Patel, Aneesh dkk, 2020)
Pada bagian telinga hidung tenggorok kepala dan leher juga bisa terdapat komplikasi berupa Chronic
rhinosinusitis
yang
penyakit
yang
dijumpai.
Melalui
berbagai macam teknik pencitraan, biofilm dijumpai pada mukosa sinonasal dari pasien rinosinusitis kronis. Komplikasi ini juga bisa menimbulkan hidung
KOMPLIKASI
sering
merupakan
yang
pembengkakan sering
pada
disebut
konka
Turbinate
hyperplasia atau Hipertrofi konka dimana
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
konka adalah lekukan tulang yang terdapat
Rhinitis medikamentosa antara lain yaitu
pada bagian dalam hidung. (G.Mortuaire dkk,
Chronis ethmoiditis yaitu sebuah Peradangan
2013)
sinus ethmoid yang biasanya berlangsung lebih dari delapan minggu. Hal ini disebabkan oleh infeksi, alergi, dan adanya polip sinus atau septum yang menyimpang.
Tanda dan
gejalanya antara lain sakit kepala, sekret
PROGNOSIS Ad Vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan : Ad Bonam.
hidung, pembengkakan di wajah, pusing, dan
Ad Functionam, menunjuk pada pengaruh
kesulitan bernapas. Selain itu dapat juga
penyakit terhadap fungsi organ ataupun fungsi
menyebabkan Atrophic rhinitis yaitu kondisi
manusia dalam melaksanakan tugasnya : Ad
imidazolin, resiko pengembangan RM dikira
Bonam.
kecil ataupun tidak terdapat. (Yuta, 2012)
Ad Sanationam, menunjuk pada penyakit yang bisa sembuh total sehingga bisa beraktifitas semacam biasa : Ad Bonam. (G.Mortuaire dkk, 2013)
Alwabili, Mohammed, and Sultan Alanazy. "Highlighting the new advancements in
KESIMPULAN
rhinitis
Rhinitis medikamentosa merupakan sesuatu kelainan hidung berbentuk kendala respon wajar vasomotor yang disebabkan oleh konsumsi vasokontriktor topikal( tetes hidung ataupun semprot hidung) dalam waktu lama serta
DAFTAR PUSTAKA
kelewatan,
penyumbat
sehingga
hidung
yang
menimbulkan menetap.
Bisa
dikatakan kalau perihal ini diakibatkan oleh konsumsi obat yang kelewatan( drug abuse). (Yuta, 2012)
A
review
article." (2019). Baroody, F. M., Brown, D., Gavanescu, L., DeTineo, M., & Naclerio, R. M. (2011). Oxymetazoline
adds
to
the
effectiveness of fluticasone furoate in the treatment of perennial allergic rhinitis. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 127(4), 927-934. Cam, Behram, et al. "Xylitol treats nasal
Rhinitis
medikamentosa
biasanya
terjadi setelah episode rinitis virus akut dan ditandai
medicamentosa:
dengan
hidung
tersumbat
yang
persisten, biasanya terisolasi, dan terjadi semakin cepat setelah pemberian dekongestan
mucosa in rhinitis medicamentosa: an experimental
rat
European Archives
model of
study."
Oto-Rhino-
Laryngology 276.11 (2019): 31233130.
umumnya
De Corso, E., Mastrapasqua, R. F., Tricarico,
digunakan buat meredakan hidung tersumbat
L., Settimi, S., Di Cesare, T., Mele, D.
akibat
kronis
A., ... & Galli, J. (2020). Predisposing
ataupun
factors of rhinitis medicamentosa: what
atas.
can influence drug discontinuation?.
hidung.
ataupun
Dekongestan rinitis
alergi,
kronis,
peradangan
polip
saluran
topikal
rinosinusitis hidung, respirasi
Dekongestan hidung sangat dini paling utama berasal dari efedrin, di mana terdapat laporan kemacetan rebound sehabis pemakaian jangka panjang. Suasana ini ditemui tumbuh secepat 3 hari serta sampai 4 sampai 6 minggu pemakaian.
Tetapi,
dengan
timbulnya
vasokonstriktor modern, semacam turunan
Rhinology. Dokuyucu, Recep, et al. "Determination of oxidative stress and effect of erdosteine on rhinitis medicamentosa in a rat model."
European
journal
pharmacology 742 (2014): 153-157.
of
Fowler, J., Chin, C. J., & Massoud, E. (2019).
Otology, Rhinology & Laryngology
Rhinitis medicamentosa: a nationwide survey
of
Canadian
otolaryngologists.
Journal
Otolaryngology-Head
&
of
129.2 (2020): 164-169. Settipane, Russell A., and Michael A. Kaliner. "Nonallergic
Neck
journal
Surgery, 48(1), 1-5.
Terapi Maksimal Medikamentosa pada Rinosinusitis Kronis.
Kesehatan
In Conferences
Medicine
Kedokteran
Universitas
(Faculty
Medicine,
Sriwijaya Universitas
Sriwijaya) Indonesia
Massé, G., Bloch, F., Brion, N., ... & E.
(2013).
Rebound
Kepala
Hidung dan
Leher.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI Wahid
NWB,
Shermetaro
C.
Rhinitis
Medicamentosa. [Updated 2021 Jul 18]. In:
StatPearls
[Internet].
Treasure
2021 Jan-. Wang, Y. N., Z. L. Luan, and H. T. Wang. "Research
progress
on
rhinitis
congestion and rhinitis medicamentosa:
medicamentosa." Zhonghua er bi yan
nasal decongestants in clinical practice.
hou tou jing wai ke za zhi= Chinese
Critical review of the literature by a
journal of otorhinolaryngology head
medical panel. European annals of
and neck surgery 52.11 (2017): 872-
otorhinolaryngology, head and neck
875.
diseases, 130(3), 137-144.
Yuta, Atsushi, and Yukiko Ogawa. "Clinical
Ostroumova OD, Shikh EV, Rebrova EV, Ryazanova
AY.
indutsirovannyi
Lekarstvennorinit
[Rhinitis
medicamentosa]. Vestn Otorinolaringol. 2020;85(3):75-82. Russian. Patel,
allergy
Island (FL): StatPearls Publishing;
Mortuaire, G., De Gabory, L., François, M., Serrano,
&
Telinga
Tenggorokan
Universitas
Sriwijaya (Vol. 1, No. 1). Fakultas of
rhinology
Soepardi, A. A. 2016. Buku Ajar Ilmu
of Medical Sciences Dies Natalis of
of
American
27.3_suppl (2013): S48-S51.
Kusmawijaya, V., & Magdi, Y. L. (2019).
Faculty
rhinitis."
Aneesh,
Jessica
R.
review
of
33
of
rhinitis
medicamentosa by decongestant nasal spray." Arerugi=[Allergy] 62.12 (2013): 1623-1630. Zucker, Shana M., Blair M. Barton, and
Levi,
and
Edward D. McCoul. "Management of rhinitis
Christopher D. Brook. "Should excess
medicamentosa:
topical decongestant use raise a red
Otolaryngology–Head
flag?
Rhinitis
160.3 (2019): 429-438.
opioid
use
medicamentosa
disorder."
cases
Annals
and of
a
systematic
review."
and
Surgery
Neck