Ringga Sena Putra 2030095 Post Date [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST DATE/SEROTINUS DI RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA



Oleh : RINGGA SENA PUTRA Nim 2030095



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYATA. 2020/2021



LAPORAN PENDAHULUAN POST DATE/SEROTINUS A. Konsep dasar kehamilan 1. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah peristiwa yang didahului bertemunya sel telur atau ovum dengan sel sprema dan akan berlangsung selama kira-kira 10 bulan atau 9 bulan kelender atau 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama periode menstruasi terakhir last menstrual period (LMP). (Debora K S, 2018) 2.      Konsep Kehamilan Menurut Manuaba (2009 : 81), konsep kehamilan normal yaitu peningkatan tekanan terjadi setelah folikel de graaf matang dengan mengeluarkan estrogen dan atas pengaruh FSH yang menurun dan merangsang LH sehingga terjadi pula ruptur dengan melemparkan ovum yang dibungkus oleh cumulus ooforus dan korona radiate. Semakin meningkatnya estrogen akan mengakibatkan terjadinya gerakan putar balik ovarium pada sumbunya dan fimbria tuba makin mendekati ovarium yang kedua. Gerakan tersebut selalu dapat mengelilingi ovarium. Dengan demikian, seluruh permukaan ovarium seolah-olah tertutup oleh fimbria sehingga saat terjadi ovulasi, ovum selalu dapat ditangkap oleh fimbria. Estrogen yang dikeluarkan oleh vilinya sehingga menimbulkan aliran cairannya menuju uterus. Karena pengaruh LH, komolus ooforus dan sel korona radiate ikut mengeluarkan progesteron yang dapat meningkatkan gerak sepertiga dari tuba sampai ismus, untuk mempercepat jalannya ovum. Ovum akan berada pada tuba fallopi selama 80 jam, khususnya di ampula tuba, sebagai tempat terluas dan kemungkinan akan terjadinya konsepsi. Saat puncak masa subur, lendir serviks sangat jernih sehingga mudah ditembus oleh spermatozoa. Dalam perjalanan menuju tuba, spermatozoa mengalami kapasitasi dengan melepaskan sebagian pembungkus kepala yang terdiri glikoprotein dan mampu melakukan tugas menembus ovum melalui



stomata yang telah siap. Hasil konsepsi meneruskan perjalanannya dan masuk kavum uteri dalam bentuk blastostista serta masih memerlukan kesiapan endometrium sekitar 90-150 jam. 3.      Tanda-tanda kehamilan Tanda-tanda kehamilan menurut Hidayati (2009 : 33-37), sebagai berikut : 1)      Tanda mungkin hamil a)     Amenorrhea (berhentinya haid). b)     Mual dan muntah. c)     Mastodinia yaitu rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara mambesar. d)    Quickening adalah presepsi gerakan janin pertama, biasanya disadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu. e)     Keluhan kencing. 2)      Tanda kemungkinan hamil a)      Tanda Hegar yaitu perlunakan pada daerah isthmus uteri. b)      Tanda Goodell’s yaitu serviks terasa lebih lunak. c)      Tanda Chadwick yaitu dinding vagina mengalami warna kebiru-biruan. d)     Tanda Mc Donald yaitu fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak atau tidaknya jaringan isthmus. e)      Terjadi pembesaran perut. f)       Teraba ballottement. g)      Kontraksi uterus. 3)      Tanda pasti hamil a)      Teraba bagian-bagian janin . b)      Teraba gerakan janin. c)      Denyut jantung janin (DJJ) sudah dapat didengar. d)     Pemeriksaan dengan USG terlihat kerangka janin. 4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan Menurut Pantikawati (2010: 79-88), faktor yang mempengaruhi kehamilan berikut adalah : 1)      Faktor fisik



a)      Status kesehatan Dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan, yaitu -         Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan, yaitu hiperemesis



gravidarum, preeklasia/eklamsia, kehamilan lewat bulan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta atau selaput janin, perdarahan antepartum dan gemelli. -         Penyakit atau komplikasi yang tidak berhubungan langsung dengan



kehamilan, yaitu varises, oedem, hematoma vulva, anemia, jantung, hipertensi, asma, hepatitis, dan penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual). b)       Status gizi Kebutuhan status gizi yang penting untuk ibu hamil yaitu asam folat, protein, zat besi (Fe), kalsium, energi, pemberian yodium, pemberian zinc, magnesium, dan minyak ikan. c)      Faktor psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi ibu hamil ada dua macam yaitu : -         Internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak



percaya diri, perubahan penampilan, perubahan sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilannya, takut terhadap persalinan. -         Eksternal, meliputi support mental, broken home, kasih sayang.



B. Pengertian Kehamilan Serotinus Kehamilan postdate, disebut juga kehamilan serotinus,kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/postmatur atau pascamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu(294 hari) atau lebih, dihitung dari haid pertama haid terakhir menurut rumus Naegle dengan siklus haid rata-rata 28 hari.( Prawirohardjo sarwono,2014) Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama yaitu 42 minggu. Dihitung berdasarkan rumus Neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Mochtar, R. 2009). Masa post kehamilan adalah kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu dan masa kehamilan 249 hari dari kehamilan normal (May A. K. & Mahl Meister. R. M. 2009).



Rumus Neagle ini adalah untuk menghitung tanggal kelahiran bayi yaitu (tanggal +7, bulan -3, tahun +1) atau (tanggal +7, bulan +9, tahun +0), menurut Trihendradi (2010 : 11). Jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan serotinus adalah kehamilan yang lewat waktu lebih dari 42 minggu belum terjadi persalinan yang bisa berpengaruh pada janin dapat meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen.



C. Etiologi Penyebab terjadinya serotinus belum diketahui secara pasti, namun ada faktor yang bisa menyebabkan serotinus seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori yang menjadi pendukung terjadinya kehamilan serotinus antara lain sebagai berikut: 1.      Pengaruh Progesteron Penurunan



hormon



progesteron



dalam



kehamilan



dipercaya



merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone. 2.      Teori Oksitosin Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm. 3.      Teori Kortisol/ACTH Janin Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat



bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan (Sarwono Prawirohardjo, 2009: 687). 4.      Saraf Uterus Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm. 5.      Herediter Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan



pada



kehamilan



berikutnya.



Mogren



(1999)



seperti



dikutip



Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm (Sarwono Prawirohardjo, 2009: 687). 6.      Kurangnya air ketuban. 7.      Insufisiensi plasenta (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III, 2008).



D. Klasifikasi Kehamilan Serotinus Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada bayi lewat bulan adalah : 1.      Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas. 2.      Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit. 3.      Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.



E. Manifestasi Klinis 1.      Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif



2.      kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit. 3.      TFU tidak sesuai umur kehamilan. 4.     Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG. Pengaruh dari seronitus adalah : 1.      Terhadap Ibu : Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, maka akan sering dijumpai partus lama, inersia uteri, dan pendarahan postpartum. 2.      Terhadap Bayi Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak, distosai bahu, janin besar, moulage. Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998) adalah : 1.      Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram). 2.      Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur. 3.      Rambut lanugo hilang atau sangat kurang. 4.      Verniks kaseosa di bidan kurang. 5.      Kuku-kuku panjang. 6.      Rambut kepala agak tebal. 7.      Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.



F. Patofisiologi Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.



Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran



CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga



pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin



menurun



sirkulasi



darah



menuju



sirkulasi



plasenta



dapat



mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin (Wiknjosastro, H. 2009, Manuaba, G.B.I, 2011 & Mochtar R, 2009).



G. WOC (Web Of Caution) Rendahnya pelepasan oksitosin



Hormon progesteron tidak cepat turun



Kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang



saraf uterus



Heriditer



abnormal Riwayat keluarga



RAS



Kurangnya air ketuban/



Usia ibu hamil ≥



Riwayat kehamilan



oligohidramnion



35 tahun



post term



Kelainan pada janin



Sistem reproduksi menurun



Resiko berulang



Tak ada kelenjar hipofisis Stimulus kontraksi uterus terganggu



Kontraksi uterus berlangsung lebih lambat



Pengaruh pada janin: a. berat badan janin bertambah besar b. kematian janin dalam kandungan c. aspirasi mekonium d. Penenkanan tali pusat



Kortisol janin tidak diproduksi dengan baik



Tidak timbul his



Kehamilan lewat bulan/ >42 minggu Kehamilan post term



Pengaruh pada ibu: a. b. c. d. e.



Ansietas Nyeri akut Resiko perdarahan Resiko infeksi Ketidak efektifan perfusi jaringan



H. Komplikasi Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu : 1.      Komplikasi pada Ibu Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum. 2.      Komplikasi pada Janin Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan. Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada Janin. Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti : a)      gawat janin. b)      gerakan janin berkurang. c)      kematian janin. d)     asfiksia neonaturum dan kelainan letak. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi seperti : a)      kelainan kongenital. b)      sindroma aspirasi meconium. c)      gawat janin dalam persalinan. d)     bayi besar (makrosomia). e)      pertumbuhan janin terlambat. f)       kelainan jangka panjang pada bayi.



I. Pemeriksaan Penunjang 1.      Bila HPHT dicatat dengan baik, diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar. 2.      Bila wanita tidak tahu atau lupa haid terakhirnya, maka hanyalah dengan pemeriksaan antenatal care yang teratur dapat diikuti dengan naik nya fundus uteri, mulainya gerakan janin maka sangat membantu diagnosis. 3.      Pemeriksaan berat badan ibu, apakah berkurang? Dan juga lingkar perut dan jumlah air ketuban.



4.      Pemeriksaan Rontgenology dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia dan tulang kuboid. 5.      Ultrasonografi untuk menentukan ukuran bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban. 6.      Pemeriksaan sitology air ketuban : air ketuban diambil dengan amnion sintesis baik transvaginal mau pun trans abdominal. 7.      Amnioskopy untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena kekeruhan oleh mekonium. 8.      Kardiotokografy untuk mengawasi dan membaca denyut jantung janin karena insufisiensi plasenta. 9.      Uji oksitoxin : dengan infuse tetes oksitoxin dan diawasi reaksi terhadap kontraksi uterus. 10.  Pemeriksaan kadar estriol dalam urin. 11.  Pemeriksaan pH darah kepala janin. 12.  Pemeriksaan sitology vagina. (Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I).



J. Penatalaksanaan 1.      Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya. 2.      Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. (Taufan, 2012). 3.      Lakukan pemeriksaan dengan cara Bishop skore. Bishop skore adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responsnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks bishop skore rendah artinya serviks belum matang dan memberikan angka kegagalan yang lebih tinggi dibanding serviks yang matang. Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah : a)      Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang terenggang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap pertama kerja. b)      Pendataran/penipisan (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di leher rahim.



c)      Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi janin kepala dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika punggung, yang dapat teraba jauh di dalam vagina posterior (sekitar 8-10 cm) sebagai tonjolan tulang. d)     Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan, seperti sebuah balon sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh lagi, pada wanita muda serviks lebih tangguh dari pada wanita yang lebih tua. e)      Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan bervariasi menghadap



antara ke



individu. bawah,



Sebagai



anterior



anatomi dan



vagina



posterior



sebenarnya



lokasi



relatif



menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi anterior lebih baik sejajar dengan rahim, dan karena itu memungkinkan peningkatan kelahiran spontan.



Tabel 2.1 Bishop Skore Achadiat (2004 : 17-18) Skore Pembukaan Pendataran Station Konsistensi Posisi Os



0 0 0-30% -3 Keras Posterior



1 1 40-50% -2 Sedang Tengah



2 3-4 60-70% -1 Lunak Anterior



3 5-6 80% +1+2 Sangat lunak Anterior



Untuk menilai Bishop Skore yaitu : a)      Bishop Skore > 5 yaitu induksi persalinan Cara induksi persalinan adalah 1)      Menggunakan tablet Misoprostol/Cytotec yaitu 25-50 mg yang diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam hingga munculnya his / kontraksi. 2)     Menggunakan



oksitoksin



intravena



yaitu



infus



oksitoksin



biasanya



mengandung 10-20 unit ekuivalen dengan 10.000-20.000 mU dicampur dengan 1000 ml larutan Ringer Laktat, masing-masing menghasilkan konsistensi oksitoksin 10-20 mU/ml.



Tabel 2.2 Regimen Oksitoksin pada Induksi Persalinan Kenneth J. Laveno



Skore Pembukaan Pendataran Station Konsistensi Posisi Os



0 0 0-30% -3 Keras Posterior



1 1 40-50% -2 Sedang Tengah



2 3-4 60-70% -1 Lunak Anterior



3 5-6 80% +1+2 Sangat lunak Anterior



b)      Bishop Skore < 5 1)      Pemantauan janin dengan prafil biofisik, Nonstress test (NST), Contraction Stess Test (CST). 2)      Volume ketuban normal, NST reaktif yaitu diulangi 2x / minggu. 3)      Volume ketuban normal, NST non reaktif, CST positif yaitu dilakukan SC. 4)      Volume ketuban normal, NST non reaktif dan CST negatif yaitu dilakukan pengulangan CST dalam 3 hari. 5)      Oligohidramnion (kantong amnion < 2 cm) yaitu dilakukan SC. 6)      Deselerasi variable yaitu matangkan serviks dan induksi persalinan. 7)      Pematangan serviks dapat dilakukan dengan kateter voley, oksitoksin, prostaglandin (Misoprostol), relaksin (melunakkan serviks), pemecahan selaput ketuban. 8)      Persalinan per vaginam yaitu Ibu miring ke kiri, berikan oksigen, monitor DJJ, induksi persalinan dengan tetes Pitosin (jika tidak ada kontraindikasi dan belum ada tanda hipoksia intrauterine), tetes Pitoksin di naikkan jangan melebihi 2 m U/ menit atau di naikkan dengan interval < 30 menit, amniotomi pada fase aktif, infus intraamniotik dengan 300 - 500 mL NaCl hangat selama 30 menit yaitu untuk mengatasi. 9)      Oligohidramnion dan mekoneum, konfirmasi kesejahteraan janin. 10)  Dilakukan Sectio Caesaria, jika gawat janin (deselerasi lambat, pewarnaan mekoneum), gerakan janin abnormal (< 5 kali / 20 menit), contraction stress test (CST), berat Badan > 4000 gr, malposisi, malpresentasi, partus > 18 jam, bayi belum lahir, menurut Kurniawati (2009 : IX 41-42).



11)  Dilakukan vakum ekstraksi, syarat vakum, menurut Manuaba (2003 : 159) yaitu : a)      Pembukaan minimal 5. b)      Ketuban negatif atau dipecahkan. c)      Anak hidup, letak kepala atau bokong. d)     Penurunan minimal H II. e)      His dan reflek mengejan baik.



K. Pengelolaan Selama Persalinan Hamil Serotinus Menurut Kurniawati (2009) yaitu pengolalaan selama persalinan tentang serotinus sebagai berikut : 1)     Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan kesejahteraan janin. 2)      Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan. 3)      Awasi jalannya persalinan. 4)      Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu-waktu terjadi kegawatan janin. 5)     Cegah terjadinya aspirasi mekoneum dengan segera mengusap neonatus dan dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin dengan cairan ketuban bercampur mekoneum. 6)     Segera setelah lahir, bayi harus segera di periksa terhadap kemungkinan hipoglikemia, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi. 7)     Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda serotinus. 8)      Hati-hati kemungkinan terjadinya distosia bahu. 9)     Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin serotinus sehingga setiap persalinan kehamilan serotinus harus dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di Rumah Sakit.



KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1.      Data Subyektif Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan, menurut Wildan (2009 : 34) adalah : a)      Identitas / Biodata Pasien suami dan istri adalah nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. b)      Alasan datang : Untuk mengetahui alasan pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan. c)      Keluhan utama : Alasan wanita datang mengunjungi klinik / RB / RS / dan diungkapkan dengan kata-kata sendiri. d)     Riwayat kesehatan antara lain riwayat kesehatan dahulu, sekarang, dan riwayat kesehatan keluarga, juga riwayat alergi dan pengobatan. e)      Riwayat perkawinan Dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, berapa usia pasien saat menikah, usia pasangan pasien saat menikah, berapa lama pasien menikah dan berapa jumlah anaknya. f)       Riwayat obstetric -          Riwayat menstruasi



Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan menstruasi (menarce), siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, bentuk darah apakah cair atau menggumpal, warna darah, dismenorea, flour albus dan untuk mengetahui hari pertama menstruasi terakhir serta tanggal kelahiran dari persalinan. g)      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis



persalinan, penolong



persalinan, penyulit dalam bersalinan, jenis kelahiran berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas yang lalu, keadaan anak sekarang,



untuk mengetahui riwayat yang lalu sehingga bisa menjadi acuan dalam pemberian asuhan, menurut Prawiroharjo (2008 : 414). h)      Riwayat kehamilan sekarang Untuk mengetahui ibu hamil yang ke berapa, HPHT, HPL, berat badan sebelum dan sekarang, periksa ANC sebelumnya dimana, berapa kali dan keluhannya apa, suntik TT berapa kali, obat-obatan yang pernah dikonsumsi apa saja, gerakan janin yang pertama pada usia kehamilan berapa bulan dan gerakan sekarang kuat atau lemah, kebiasaan ibu dan keluarga yang berpengaruh negatif terhadap kehamilannya. i)        Riwayat KB Untuk mengetahui sebelum ibu hamil pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak, berapa lama menggunakannya, alas an mengapa ibu



menggunakan



alat



kontrasesi



tersebut,



dan



mengapa



ibu



menghentikan pemakaian alat kontrasepsi tersebut, menurut Huliana (2007 :76-77). j)        Pola kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi, pola eliminsi, pola aktivitas pekerjaan, pola istirahat, personal hygiene, pola seksual, menurut Muslihatun (2009 : 137). k)      Psikososial spiritual meliputi tanggapan dan dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, ketaatan beribadah, lingkungan yang bepengaruh. 2.      Data Obyektif Menurut Wildan (2009 : 34), pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang, hasil laboratorium seperti VDRL, HIV, pemeriksaan radiodiagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan beratnya masalah. Data yang telah dikumpulkan diolah, disesuaikan dengan kebutuhan pasien kemudian dilakukan pengolahan data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga menunjukkan fakta. Tujuan dari pengolahan data adalah untuk menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan data. Data yang telah diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan. 1)      Pemeriksaan Umun



a)      Keadaan Umum (KU) Untuk menilai keadaan pasien pada saat itu secara umum. b)      Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis (Kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan), somnolen (kesadaran yang mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri tetapi tidur lagi), koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus yang diberikan atau rangsangan apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada). c)      Tanda-tanda Vital (TTV) Pada pengukuran tanda-tanda vital yang diukur adalah tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu. d)     Berat Badan (BB) Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram (Buku Panduan Praktik Klinik Kebidanan). e)      Tinggi Badan (TB) Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan sentimeter, menurut Saminem (2009 : 23). f)       LILA (Lingkar Lengan Atas) Untuk mengetahui status gizi pasien. 2)      Pemeriksaan fisik / Status Present adalah pemeriksaan kepala, muka, mata, hidung, telinga, mulut, leher, ketiak, dada, abdomen, punggung, genetalia, ektermitas atas dan bawah, anus. 3)      Pemeriksaan khusus obstetric, menurut Hidayat (2008 : 142-145) a)      Inspeksi Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembengkakan pada wajah dan ekstermitas, pada perut apakah ada bekas operasi atau tidak. b)      Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan dengan indra peraba yaitu tangan, yang berguna untuk memeriksa payudara apakah ada benjolan atau tidak, pemeriksaan abdomen yaitu memeriksa Leopold I, II, III, dan IV.



c)      Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ) yaitu salah satu tanda pasti hamil dan kehidupan janin. DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan 16 minggu. Dengan dopler DJJ mulai terdengar usia kehamilan 12 minggu. Normalnya denyut jantung janin (DJJ) yaitu 120-160x/menit. 3.      Pemeriksaan penunjang, menurut Muslihatun (2009 : 141) : Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, dan penyakit yang menyertai kehamilan, besalin dan nifas. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya : memeriksa hemoglobin, golongan darah, rubella, VDRL / RPR dan HIV. Pemeriksaan HIV harus dilakukan persetujuan ibu hamil.



B. Diagnosa Keperawatan 1.      Ansietas berhubungan dengan partus lama (serotinus). 2.      Resiko perdarahan berhubungan dengan atonia uteri. 3.      Nyeri akut berhubungan dengan eksisi post operasi SC, episiotomi. 4.      Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka post operasi (porte de entre), pasca persalinan. 5.     Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (uterus, plasenta) berhubungan dengan kolaps plasenta akibat kehamilan lewat waktu / partus lama.



C. Intervensi Keperawatan NO Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria



Intervensi



Rasional



Hasil 1.



Ansietas dengan



berhubungan Setelah partus



(serotinus).



lama intervensi



dilakukan Reduksi Ansietas keperawatan 1. Kaji penyebab cemas



cemas



selama…. X 24 jam maka 2. Identifikasi penyebab cemas



(D.0080) SDKI Tahun tingkat ansietas menurun 3. Dorong 2016 Halaman 180



1. Unuk mengetahui penyebab terjadinya



px



dengan



mengungkapkan



Kriteria Hasil :



ketakutan, persepsi



1. Kekhawatiran



akibat 4. Intruksi menggunakan



menurun dari skala 2



relaksasi



(cukup menjadi



meningkat) 5. Berikan skala



3



(sedang) 2. Perilaku



gelisah



menurun dari skala 2 (cukup menjadi



meningkat) skala



3



untuk 3. Memastikan pasien tidak takut dan perasaan,



px



kondisi yang dihadapi



2. Mengetahui penyebab px cemas tetap tenang 4. Untuk meredakan kecemasan pada



untuk



klienyang mengalami distress



teknik 5. Untuk meredakan kecemasan pada klien



obat



mengurangi kecemasan



untuk



(sedang) 3. Tingkat anoreksia px menurun dari skala 2 (cukup



meningkat)



menjadi



skala



3



(sedang) 2.



Resiko perdarahan



Setelah



dilakukan Pencegahan Perdarahan



berhubungan dengan



intervensi



atonia uteri.



selama…. X 24 jam maka



keperawatan 1. Monitor



ketat



tanda-tanda



perdarahan



perdarahan 2. Catat



mengetahui



terjadinya



perdarahan 2. Mengetahui normalnya Hb dan Ht



(D.0012) SDKI



tingkat



Tahun 2016



menurun dengan



sebelum



Halaman 42



Kriteria Hasil :



terjadinya perdarahan



1. Perdarahan



1. Untuk



nilai



Hb



dan



dan



Ht



sebelum dan sesudah perdarahan



sesudah 3. Memastikan tanda-tanda vital masih dalam batas normal



vagina 3. Monitor TTV



4. Agar perdarahan terhenti



menurun dari skala 4 4. Pertahankan bedrest selama 5. Untuk mengetahui keluar masuknya (cukup menjadi



meningkat) skala



3 5. Monitor



(sedang) 2. Perdarahan



perdarahan aktif status



cairan cairan



meliputi intake dan output pasca



operasi menurun dari skala



4



(cukup



meningkat)



menjadi



skala



2



(



cukup



menurun) Setelah 3.



dilakukan



Nyeri akut berhubungan



intervensi



keperawatan Manajemen Nyeri



dengan eksisi post



selama…. X 24 jam maka 1. Lakukan



operasi SC, episiotomi.



tingkat



(D.0077) SDKI Tahun



dengan



2016 Hal 172



Kriteria Hasil :



nyeri



menurun



dari ketridak nyamanan



mengalami



farmakologi



meningkat) 4. Berikan skala



3



(sedang) 2. Perasaan



tingkat



nyeri,



untuk



mendapatkan terapi yang sesuai mengetahui



bagian



yang



membuat px merasa tidak nyaman



nyeri 3. Ajarkan tentang teknik non 3. Mengetahui efektifitas obat yang di



menurun dari skala 4 menjadi



secara komprehensif



nyeri 1. Mengetahui



2. Observasi reaksi nonverbal 2. Untuk



1. Keluhan (cukup



pengkajian



takut cedera



analgetik



menguragi nyeri



berikan untuk 4. Pemberian



analgetik



mengurangi rasa nyeri



untuk



berulang menurun dari skala



4



(cukup



meningkat)



menjadi



skala 3 (sedang) 3. Kesulitan



tidur



menurun dari skala 4 (cukup



meningkat)



menjadi



skala



2



(cukup menurun)



4.



Resiko



infeksi Setelah



dilakukan Manajemen Iunisasi/Vaksinasi



berhubungan



dengan intervensi



keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui



luka terbuka post operasi selama…. X 24 jam maka (porte de entre), pasca tingkat persalinan.



nyeri



dengan



3. Kolaborasi



dengan



dokter



pemberian antibiotic



2. Agar ruangan tetap steril dan tidak terdapat banyak bakteri yang bisa membuat luka menjadi infeksi



1. Demam menurut dari 4. Cuci tangan sebelum dan 3. Untuk mencegah timbulnya infeksi skala



2



(cukup



dan



perkembangannya



menurun 2. Batasi pengunjung bila perlu



(D.0142) SDKI Tahun Kriteria Hasil : 2016 hal 304



infeksi



luka



sesudah melakukan tindakan



4. Agar terhindar dari bakteri



meningkat) skala



4



menjadi (cukup



menurun) 2. Tingkat



Nyeri



menurun dari skala 4(cukup



meningkat)



menjadi



skala



2



(cukup menurun) 3. Bengkak



mulai



menurun dari skala 4(cukup



meningkat)



menjadi



skala



3



(sedang) 5.



Ketidakefektifan perfusi Setelah



dilakukan Pencegahan Syok



jaringan perifer (uterus, intervensi plasenta)



keperawatan 1. Kolaborasi pemberian



berhubungan selama…. X 24 jam maka



dengan kolaps plasenta tingkat akibat kehamilan lewat dengan



nyeri



analgetik



menurun 2. Monitor status cairan meliputi intake dan output



1. Untuk mengurangi syok pada klien 2. Memastikan



px



tidak



mengalami



kekurangan atau kelebihan cairan 3. Memastikan frekuensi jantung dalam



waktu / partus lama.



Kriteria Hasil :



3. Monitor frekuensi jantung



(D.0015) SDKI Tahun 1. Denyut nadi perifer 2016 hal 148



meningkat dari skala 2 (cukup



menurun)



menjadi



skala



3



(sedang) 2. Penyembuhan



luka



meningkat dari skala 2 (cukup menjadi



menurun) 4



meningkat)



(cukup



batas normal



DAFTAR PUSTAKA Debora Krisdayanti Siahaan, 2018. (2018). Asuhan Kebidanan Pada NY.M Usia 35 Tahun G4P3A0 dengan Postdate di Poli Kebidanan Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Tahun 2017. 1–137. Dr. Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta : EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profile Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010. Semarang Freddy Panjaitan. 2012. Kehamilan serotinus. (https:// freddypanjaitan. wordpress. com/2012/01/10kehamilan-lewat-waktu-serotinus/) (Online), diakses pada tanggal 10 januari 2015. Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi). Yogyakarta: TOSCA Manuaba, I.B.G. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. Muslihatun. WN dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta : Fitramaya Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Saminem, HJ. 2009. Kehamilan Normal : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Trihendradi dkk. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan. Yogyakarta : ANDI Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.