Ruptur Perineum Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY “S” P1A0 KALA IV DENGAN RUPTUR PERINEUM DERAJAT III DI RUMAH SAKIT PERMATA KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2020



REFLEKSI KASUS UNTUK MEMENUHI TUGAS STASE PERSALINAN



`



Oleh : KELOMPOK 3 EKA MARYANTI NENI RISNAWATI NATASYA FARDILLAH MA’MUM VINI NOVITASARI SITI UNAYAH



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2020



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah mengizinkan dan memberikan rahmat serta hidahay-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah management asuhan kebidanan ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny “S” P1a0 Kala IV Dengan Ruptur Perineum Derajat III Di Rs Permata Tahun 2020”. Tak lupa salawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita yakni nabi besar Muhammad SAW. Dalam penyusunan tugas stase Kehamilan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada : 1. Dr. Retno Widowati, selakuDekan FIKES Universitas Nasional. 2. Dr.



Rukmaini,



S.ST,



M.Keb,



selaku



Wakil



Dekan,



Koordinator



dan



DosenPembimbing Stase Persalinan FIKES Universitas Nasional. 3. Sri Dinengsih, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Universitas Nasional dan Dosen Pembimbing Stase Persalinan 4. Jenny Siauta, S.ST, M.Keb, selaku Sekretaris Prodi Profesi Kebidanan Universitas Nasional dan Dosen Pembimbing Stase Persalinan 5. Dewi Kurniati, S.S.i.T, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Stase Persalinan 6. Dr. Siti Syamsiah, S.ST, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Stase Persalinan 7. Teman - teman seangkatan dan pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan masukkan dalam penyelesaian tugas Stase Persalinan Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas Stase Persalinan ini masih jauh dari sempurna. Pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas Stase Persalinan ini.Akhir kata penulis berharap semoga tugas Stase Persalinan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi bagi pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya.



Jakarta, 05 Januari 2021



1



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR…………………………………………………..



1



DAFTAR ISI…………………………………………………………….



2



BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….



3



1.1 Latar belakang………………………………………………………..



3



1.2Tujuan …………………………………………………………….....



4



1.3 Manfaat……………………………………………………………....



5



1.4 Waktu dan tempat…………………………………………….………



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………..……



6



2.1 Ruptur perineum………………………………………….......................



6



BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………….. 3.1 Data subjektif……………………………………………………….. 3.2 Data objektif………………………………………………………… 3.3 Analisa/diagnose/masalah………………………………………….. 3.4 Penatalaksanaan …………………………………………………… BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………….. BAB V PENUTUP……………………………………………………. 5.1 Simpulan…………………………………………………………… 5.2 Saran ………………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



2



16 18 20 21 21 25 25 27 27 27



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi (APN, 2016). Persalinan sering kali mengakibatkan robeknya perineum atau ruptur perineum menjadi salah satu penyebab perdarahan post partum yang menjadi penyebab pertama kematian ibu (Pratiwi, 2009) Penyebab langsung angka kematian ibu (AKI) di indonesia adalah perdarahan (42%), eklampsia atau preeklampsia (13%), abortus (11%) infeksi (10%), partus lama (9%) dan penyebab lain nya (15%), Komplikasi kehamilan dan persalinan sebagai penyebab kematian ibu dialami sekitar 15-20% dari seluruh kehamilan. Perdarahan post partum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya ( Kemenkes RI, 2013 ) Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementrian Kesehatan pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di indomesia masih sangat tinggi yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. ( Kemenkes, 2015 ).Berdasarkan World health organization (WHO) pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin, angka ini diperkirakan akan meningkat mencapai 6,3 juta pada tahun 2050 jika tidak mendapat perhatian dan penanganan yang lebih( Hilmy, 2010) Laserasi atau rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada robekan perineum sewaktu dengan atau tanpa episiotomy, Rupture perineum itu sendiri adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa yang terletak antara vulva dan anus panjang nya rata-rata 4 cm, (Wiknojosastro ,2009 ). Bahaya dan komplikasi laserasi perineum antara lain perdarahan, infeksi, dan disparenia (nyeri selama berhubungan seksual ). Perdarahan pada laserasi perineum dapat menjadi hebat khususnya pada laserasi derajat III atau jika rupture perineum meluas kesamping atau naik ke vulva mengenai klitoris, karena dekat dengan anus, laserasi perineum dapat dengan mudah terkontaminasi feses, infeksi juga dapat menjadi sebab luka tidak dapat segera menyatu sehingga timbul jaringan parut, jaringan parut yang terbentuk sesudah laserasi perineum dapat menyebabkan nyeri selama berhubungan (Prawirohardjo dan sarwono, 2007 ). 3



Salah satu upaya yang dapat dilakukan petugas untuk mencegah terjadinya rupture perineum adalah dengan melakukan penatalaksanaan persalinan yang sesuai dengan standart asuhan persalinan normal ( 58 langkah APN ) untuk mengontrol lahirnya kepala, bahu, lengan dan kaki dan akan memberikan waktu bagi kulit untuk meregang sehingga, bekerja sama dengan ibu saat meneran untuk mengendalikan kecepatan dan pengaturan diameter kepala, mengajurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi serta menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran sehingga mengurangi kemungkinan rupture perineum ( APN, 2008 ). 1.2 Tujuan 1. Tujuanumum Mampu memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ruptur perineum di Rs Permata Tahun2020 2. Tujuankhusus a. Mampu melaksanakan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ruptur perineum di Rs Permata Tahun2020 b. Mampumelakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif mengenai asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan ruptur perineum di Rs Permata Tahun2020 c. Mampu melakukan Analisa dan menegakkan diagnose pada kasus asuhan kebidanan ibu bersalin dengan ruptur perineum di Rs Permata Tahun 2020 d. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ruptur perineum di Rs Permata Tahun 2020 e. Mampu melaksanakan dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ruptur perineum di Rs Permata Tahun 2020 1.3 Manfaat 1.Manfaat Bagi Rumah sakit Dapat menjadi sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pengelola program Kesehatan dalam menangani kasus ibu bersalin dengan Ruptur Perineum 2. Manfaat Bagi Bidan Laporan refleksi ini merupakan pengalaman yang sangat berharga karena meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang kasus ibu bersalin dengan Ruptur Perineum 3. Manfaat bagi Universitas Nasional Laporan refleksi ini dapat dijadikan informasi dan menambah pengetahuan bagi mahasiswi 4



universitas nasional khususnya profesi bidan mengenai laporan kasus ibu bersalin dengan Ruptur Perineum 1.4 Waktu dan Tempat Pengkajian pada tanggal 20 Desember 2020 di Rumah Sakit Permata Tahun2020



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruptur Perenium 2.1.1 Pengertian Ruptur Perenium Pengertian perenium menurut Wiknjosastro (2007) adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus,panjang nya rata-rata 4cm,sedangkan rupture perenium menurut Wiknjosastro (2008)adalaha robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan.Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bias menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hamper semua primipara(Prawirohardjo, 2010) Sehingga menurut penulis rupture perenium adalah robekan yang terjadi pada bagian vulva hingga anus yang terjadi saat proses persalinan berlangsung. Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama37-42 minggu,presentasi belakang kepala/ubun-ubun kecil.,keluar dengan tenagaibu,disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24jam (Djuhadiah. S, 2010). Robekan perineum terjadi pada hamper semua persalinan pertama dan tidak jarang



juga



pada



persalinan berikutnya.Robekan



perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat (Wiknjosastro, 2008). Ruptur perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa,kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika(Depkes RI 2010). Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus diperhatikan yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir yang dapa tmenyebabkan pecahnya pembuluh darah vena(Wiknjosastro, 2008)



6



2.1.2



Faktor Presdiposisi



Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalahfaktor ibu, factor janin, dan factor persalinan peraginam.Diantara faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai beriut: 1. Factor Ibu a. Paritas Paritas adalah jumlah persalinan



yang



pernah dialami wanita. Robekan



perineum terjadi pada hamper semuapersalinan dan tidak jarang juga pada persalinan



yang



berikutnya.



Persalinan untuk yang pertama kali,



perineum/jalan lahir masih kaku sehingga sangat beresiko untuk terjadinya ruptur perineum (Winkdjosastro,2006) b. Meneran Meneran Secara fisiologis ibu Akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar pada



saat ia merasakan



dorongan dan memang ingin mengejang(Nendhi,2008).Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memimpin ibu bersalin melakukan meneran untuk mencegah terjadinya ruptur perineum, diantaranya: 1) Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi 2) Tidak menganjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran 3) Mungkin ibu akan merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu berbaring miring setengah duduk, menarik lutut kearah ibu dan menempelkan dagu ke dada. 4) Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran 5) Tidak melakukan dorongan pada fundus



untuk membantu kelahiran



bayi.Dorongan ini dapat meningkatkan risiko distosia bahu dan rupture uteri 6) Pencegahan rupture perineum dapat dilakukan saat bayi dilahirkan terutama saat kelahiran kepala dan bahu. 2. Faktor bayi a. Berat badan bayi baru lahir Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya rupture perineum yaitu berat badan janin lebih dari 3500 gram, karena risiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu.perkiraan berat janin bergantung pada 7



pemeriksaan klinik atau ultrasonografi.Pada masa kehamilan hendaknya terlebih dahulu mengukur tafsiran berat badan janin (Nasution, 2008). b. Presentasi Presentasi digunakan untuk menentukan bagian yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasiatau pada pemeriksaandalam. Macam-macam presentasi dapat dibedakan menjadi presentasimuka, presentasi dahi, dan presentasi bokong 1. Presentasi muka Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submento breghmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahny aadalah bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella dan breghma (Oxorn, 2010) Sekitar 70% presentasi muka adalah dengan dagu di depan dan 30% posisi dagu di belakang.Keadaan yang menghambat masuknya kepala dalam sikap fleksi dapat menjadi penyebab presentasi muka.



Sikap ekstensi memiliki hubungan dengan



disproporsi kepala panggul dan merupakan kombinasi yang serius, maka harus diperhitungkan kemungkinan panggul yang kecil atau kepala yang besar. Presentasi muka menyebabkan persalinan lebih



lama



disbanding presentasi kepala dengan



ubun-ubun kecil di depan, karena muka merupakan pembuka serviks yang jelek dan



sikap ekstensi kurang menguntungkan. Penundaan terjadi



di



pintu atas



panggul,tetapi setelah persalinan lebih maju semuanya akan berjalan lancar. Ibu harus bekerja lebih keras, lebih merasakan nyeri, dan menderita lebih banyak laserasi dari pada kedudukan normal. Karena persalinan lebih lama dan rotasi yang sukar akan menyebabkan traumatik pada ibu maupun anaknya 2.Presentasi dahi Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna.Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukkny aadalah dahi. Diameter



bagian terendah adalah



diameter



verticomentalis sebesar 13,5 cm,



merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2010).Presentasi dahi primer yang terjadi sebelum persalinan mulai jarang dijumpai, kebanyakan adalah sekunder yakni terjadi setelah persalinan dimulai.Bersifat sementara



dan



kemudian kepala fleksi menjadi presentasi belakang kepala atau



ekstensi menjadi presentas imuka. Proses lewatnya dahi melalui panggul lebih lambat, 8



lebih berat, dan lebih traumatik pada ibu disbanding dengan presentasi lain.Robekan perineum tidak dapat dihindari dan dapat meluas atas sampai fornices vagina atau rektum, karena besarnya



diameter



yang



harus melewati



PBP (Pintu Bawah



Panggul) 3.Presentasi bokong Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi booking kaki,dan presentasi bokong lutut (Oxorn,2010). Kesulitan



pada persalinan bokong



adalahterdapat peningkatan risiko



maternal.



Manipulasi secara manual pada jalan lahir akan meningkatkan risiko infeksi pada ibu. Berbagai perasat intra uteri, khususnya dengansegmen bawah uterus yang sudah tipis, atau persalinan setelah coming head lewat servik yang belum berdilatas ilengkap,dapat mengakibatkan ruptur uteri, laserasi serviks, ataupun keduanya 3. Faktor persalinan pervaginam a.Vakum ekstraksi Vakum ekstrasi adalah suatu



tindakan bantuan persalinan,



janin dilahirkan



dengan ekstrasi menggunakan tekanan negative dengan alat vacum



yang



dipasang di kepalanya (wiknjosastro, 2007). Waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relative lebih lama dari padaforsep (lebih dari 10 menit). Cara ini tidak dapat dipakai untuk melahirkan anak dengan fetal distress (gawatjanin). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah robekan pada serviks uteri dan robekan pada vagina dan ruptur perineum (oxorn, 2010). b.Ekstraksi cunam/forcep Ekstrasicunam/forsep adalah suatu persalinan buatan, cunam



yang



dipasang



di



janin dilahirkan dengan



kepala janin (Wiknjosastro, 2007). Komplikasi



yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasiforsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina (Oxorn, 2010). c.Partus presipitatus



9



Partus presipitatus adalah persalinan



yang



berlangsung sangat cepat,



berlangsung kurang dari 3 jam, dapatdisebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlaukuat, atau pada keadaan yang sangat jarangdi jumpai, tidak adanya rasa nyeri pada



saat



his



sehingga ibu tidak menyadari



adannya proses persalinan yang sangat kuat (Djuhadiah, 2010). 4. Faktor penolong persalinan Penolong persalinan adalah seseorang



yang



mampu



dan



berwenang dalam



memberikan asuhan persalinan.Pimpinan persalinan yang salah merupakan



salah



satu penyebab terjadinya ruptur perineum, sehingga sangat diperlukan kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi (Nendhi, 2008) 4.1.3



Klasifikasi RupturPerenium



Klasifikasi rupture perenium adalah : 1. Ruptur perenium spontan Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentut tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja.



Luka



ini terjadi pada saat



persalinan dan biasanya tidak teratur(Oxorn, 2010). 2. Ruptur perenium yang disengaja (episiotomy) Yaitu insisi perineum untuk memper lebar ruang pada lubang keluar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran anak (Oxorn, 2010) Ada tiga pilihan untuk arah insisi (episiotomi) : a. Episiotomy median Yaitu perineum diinsisi dari komisura posterior sepanjang garis tengah kebawah menuju muskulus sfingter ani b. Episiotomi mediolateral Yaitu perineum di insisi dimulai juga pada komisura posterior tetapi kemudian diteruskan agak ke lateral c. Episiotomi lateral Yaitu perineum di insisi dimulai pada sisikomisura posterior, episiotomy lateral berjalan kearah tuber ositasiskii (Gerhard, 2000) Indikasi dilakukannya episiomoti : 1) Profilaktik untuk melindung iintegritas dasar panggul 2) Halangan kemajuan persalinan akibat perineum yang kaku: a) Jaringan perineum tebal dan sangatberotot 10



b) Ada jaringan parut bekas operasi c) Ada bekas episiotomi yang sudah diperbaiki 3) Untuk mengelakkan robekan yang tidak teratur, termasuk robekan yang melebar ke dalam rectum: a) Kalau perineum sempit, antara bagian belakang vagina dan bagian depan rectum hanya terdapat sedikit ruangan b) Pada keadaan laserasi yang lebar tidak akan bias dihindari c) Alasan fetal misalnya bayi yang premature dan lemah, bayi-bayi yang besar,posisi abnormal (occipitoposterior, presentasi muka dan presentasi bokong), Bayi harus dilahirkan dengan cepat pada keadaan gawat janin dan dilatasi perineum tidak dapat ditunggu (Oxorn, 2010). 4.1.4



Tingkat RobekanPerenium



Tingkat robekan perineum dibagi menjadi 4bagian : 1. Tingkat satu : Robekan ini hanya terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum. 2. Tingkat dua : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum dan otot perineum. 3. Tingka tiga : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum, otot-otot perineum dan sfingter ani eksterna. 4. Tingkat empat : robekan mengenai perineum sampai otot sfingter ani dan mukosa rectum (Wiknjosastro, 2007). 4.1.5



Tanda dan Gejala Robekan Perenium



Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi Rahim baik,dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir (Depkes, 2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain : 1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang. 2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap. 3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa vagina. 4. Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek, diantara fourchette dan sfingter ani 4.1.6



ResikoRobekan Jalan Lahir



11



Risiko yang ditimbulkan karena robekan jalan lahir adalah perdarahan yang dapat menjalar kesegmen bawah uterus. Risiko lain yang dapat terjadi karena robekan jalan lahir dan perdarahan yang hebat adalah ibu tidak berdaya, lemah, tekanan darah turun, anemia dan berat badan turun(Manuaba, 2008). Keluarnya bayi melalui jalan lahir umumnya menyebabkan robekan pada vagina dan perineum.Meski tidak tertutup kemungkinan robekan itu memang sengaja dilakukan untuk memperlebar jalan lahir. Petugas kesehatan atau dokter akan segera menjahit robekan tersebut dengan tujuan untuk menghentikan



perdarahan sekaligus



penyembuhan.Penjahitanjuga bertujuan merapikan kembali vagina ibu menyerupai bentuk semula. 2.17



.Penanganan Ruptur Perenium Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara



melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuanbekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup (David, 2008). Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani rupture perineum adalah : 1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta tidak lahir lengkap. 2. Bila plasenta telah lahirlengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan penjahitan pada robekan perineum : a) Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam atau proksimal kearah luar (distal). Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar. b) Robekan perineum tingkat I, tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan. c) Robekan tingkatII, untuk laserasi derajat I atau II jika ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penjahitan.



Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir.



Vagina dijahit dengan secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa



12



vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur. d) Robekan perineum tingkat III, penjahitan yang pertama pada dinding depan rectum yang robek, kemudian fasia septum rekto vaginal dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali. e) Robekan perineum tingkay IV, ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut kromik sehinggabertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti robekan perineum tingkat I (Nendhi, 2008). 4.1.7



Tujuan Penjahitan Perenium Tujuan menjahit laserasi atau episiotomy adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu(memastikanhemostasis).Perlu diingat bahwa setiap kali jarum masuk kedalam jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomy gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis (Anonim, 2011)



4.1.8



Komplikasi



Risiko komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineum tidak segera diatasi, yaitu : 1. Perdarahan Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pascapersalinan dalam waktu sat jam setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan,serta memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot (Depkes, 2004). 2. Fistula Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka, maka air kencing



akan segera keluar melalui vagina Fistula dapat menekan kandung



kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia (Wiknjosastro, 2008).Depkes pada tahun 2008 memaparkan komplikasi 13



yang dapat terjadi pada kasus robekan jalanlahir yang tidak diatasi, yakni fistula karena perlukaan pada vagina menembus kandung kencing atau rectum. 3. Hematoma Adalah didapatkannya gumpalan darah sebagai akibat cederanya atau robeknya pembuluh darah pada wanita hamil aterm tanpa cedera mutlak pada lapisan jaringan luar.Penyebabnya terutama karena gerakan kepala



janin selama



persalinan (spontan), akibat pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh darah selama anastesi local atau penjahitan dan dapat juga karena penjahitan luka episiotomy atau rupture perineum yang kurang sempurna (Wiknjosastro, 2008) 4. Infeksi Infeksi nifas mencakup semua peradangan



yang



disebabkan



kuman-kuman kedalam alat-alat



pada



waktu persalinan dan nifas.



genital



oleh masuknya



Faktor pemicu infeksi bias karena partus lama, terutama dengan ketuban pecah dini,



tindakan bedah



vaginal,



yang menyebabkan perlukaan jalan lahir,



tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.Infeksi ditandai dengan kenaikan suhu sampai



38°C



pertama postpartum (Wiknjosastro, 2008)



14



atau lebih selama 2 hari dalam10 hari



BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY “S” P1AO KALA IV DENGAN RUPTUR PERINEUM DERAJAT III DI RUMAH SAKIT PERMATA TAHUN 2020 I.DATA SUBJEKTIF (Hari/ Tanggal Selasa Tanggal 5 januari 2021 Pukul 19.00 WIB)  Identitas Istri



Suami



Nama



Ny. S



Tn. D



Usia



25 Tahun



27 tahun



Agama



Islam



Islam



Suku



Sunda



Sunda



Pekerjaan



Ibu Rumah Tangga



Karyawan Swasta



Pendidikan



SMA



SMA



Golongan Darah O Rhesus (+)



B Rhesus (+)



Alamat rumah



Kp. Munjul



Kp. Munjul



Telepon/HP



082188767605



082188767606



 Alasan berkunjung dan keluhan utama Ibu datang ke Rumah Sakit Permata Pukul 19.00 WIB diantar oleh suaminya. Ibu mengeluh sudah terasa mulas sejak pukul 12.00 WIB.  Riwayat persalinan ini:  Sakit perut



: Sejak pukul 12.00 WIB



 Kondisi air ketuban



: Belum keluar air - air



 Lendir bercampur darah



: Sejak pukul 15.00 WIB



 Gerakan janin



: Kurang aktif



 Riwayat kesehatan 1. Penyakit yang sedang atau pernah diderita ibu : Ibu tidak sedang atau memiliki riwayat penyakit apapun seperti Jantung, Hipertensi, Asma, TBC, Hepatitis, PMS, HIV/AIDS, TORC, Infeksi Saluran Kencing, DM dan lain – lain.



15



2. Penyakit keluarga yang menular : Tidak mempunyai penyakit keluarga yang menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis, TBC, PMS dan lain – lain. 3. Riwayat penyakit keturunan : Ibu mempunyai riwayat penyakit keturunan DM 4. Riwayat faktor keturunan : Tidak mempunyai riwayat keturunan kembar, kelainan kongenital, kelainan jiwa, kelainan darah dan lain – lain.  Riwayat perkawinan  Perkawinan 1 kali  Lama perkawinan dengan suami sekarang : 2 tahun  Pengambilan keputusan



: Suami



 Riwayat menstruasi dan KB : a. Siklus menstruasi



: Teratur



b. Lama haid : 7 hari c. Kontrasepsi yang pernah dipakai



: Suntik KB 3 bulan selama 6 bulan



d. Rencana kontrasepsi yang akan digunakan : Suntik KB 3 bulan  Riwayat obstetri lalu



: Hamil ini anak pertama belum pernah keguguran



 Riwayat kehamilan sekarang o HPHT



: 30 Maret 2020



o TP



: 7 Januari 2021



o Pemeriksaan sebelumnya ANC 5 kali, di Posyandu dan Bidan Praktek, Imunisasi TT 1 kali (TT 3) Suplemen Fe, Asam Folat, Kalk o Gerakan janin dirasakan sejak 5 bulan yang lalu o Tanda bahaya kehamilan yang pernah dialami



: Tidak Ada



o Perilaku/kebiasaan yang membahayakan kehamilan



: Tidak Ada hanya



kebiasaan dari sebelum hamil ibu sering konsumsi es cream  Data biologis, psikologis, sosial a. Biologis 1. Nutrisi - Makan terakhir pukul 16. 30 WIB, porsi sedang, jenis nasi, ikan, tempe 16



- Minum terakhir pukul 18.30 WIB , jumlah 100 cc, jenis air putih 2. Istirahat - Tidur malam



: 8 jam, keluhan tidak ada



- Istirahat siang



: 2 jam, keluhan tidak ada



3. Eliminasi a. BAB terakhir : pukul 10.00 WIB konsistensi lunak b. BAK terakhir : pukul 18.00 WIB jumlah 50 cc 







Psikologis • Siap melahirkan



: Ya



• Perasaan ibu saat ini



: Bahagia dan Koperatif



Sosial Persiapan persalinan yang sudah siap : □ perlengkapan ibu



: Sudah Siap



□ perlengkapan bayi



: Sudah Siap



□ biaya



: Pribadi



□ calon donor



: Bapak Daman



□ pendamping



: Suami



□ transportasi



: Pribadi



II.DATA OBJEKTIF (Hari/ Tanggal Selasa 5 januari 2021 Pukul 19. 30 WIB) 1. Keadaan umum



: Baik



Kesadaran



: Compos mentis



Keadaan emosi



: Stabil



Keadaan psikologi : Baik Antropometri



: BB sekarang 68 kg, BB sebelumnya 54 kg,



TB



: 155 cm,



LILA



: 25 cm



Tanda vital: Suhu



: 36,5 °C



Nadi



: 80 x/mnt



Respirasi



: 20 x/mnt



TD



: 120/80 mmHg



2. Pemeriksaan fisik a.Wajah



: Tidak ada kelainan 17



b.Mata  Conjugtiva : Merah muda  Sclera



: Putih



c.Mulut 1. Mukosa



: Lembab



2. Bibir



: Segar



3. Gigi



: Bersih, tidak ada karies



d.Leher



: Tidak ada kelainan, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe,



tidak ada pembendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid e.Dada dan aksila: Tidak ada kelainan 1. Payudara



: Tidak ada kelainan, bersih aerola hiperpigmentasi, puting



susu menonjol, kolostrum sudah ada. 2. Kebersihan : Bersih f.Abdomen 1. Pembesaran perut : Sesuai Usia Kehamilan (UK) 2. Bekas luka operasi : Tidak ada 3. Palpasi Leopold : Leopold I



: Teraba bagian lunak tidak melenting (bokong)



Leopold II



: Di sebelah kanan teraba datar, memanjang, dan ada



tahanan (punggung), di sebelah kiri teraba bagian kecil janin Leopold III



: Teraba bagian kepala tidak bisa digoyangkan, kepala



sudah masuk PAP Leopold IV



: Divergen perlimaan 2/5



4.TFU ( Mc. Donald) : 35 cm 5.Tafsiran berat janin : 3565 gram (35-12x155) 6.HIS



: Ada Frekuensi 5x/ 10 menit, durasi 45 detik



7.Auskultasi



: DJJ 142 x/menit, teratur



g.Genetalia dan Anus 



VT (pemeriksaan dalam) : 4. Vulva



: tidak ada oedema, tidak ada kelainan



5. Vagina



: tidak teraba skibala, tidak ada tanda infeksi, tidak ada



nyeri tekan



18



6. Portio



: konsistensi teraba lunak, pembukaan 7 cm, ketuban



utuh 7. Presentasi



: Kepala, posisi UUK kanan depan.



8. Moulage



: Tidak ada



9. Penurunan



: Hodge III+



10. Bagian kecil



: Tidak teraba



11. Tali Pusat



: Tidak teraba



h.Ektermitas atas dan bawah 1.Tangan



: simetris, tidak sianosis, tidak ada oedema



2. Kaki



: simetris, tidak sianosis, tidak ada oedema, reflek patella +/+ kiri dan



kanan 3. Pemeriksaan penunjang Hb



: 11 gram% ( tanggal 22-12-2020)



Proteinuria



: negatif



Reduksi urine : negatif III.ANALISA Diagnosa : Ibu



: Ny. S Usia 25 Tahun G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif



Janin : Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala Masalah



: TFU besar



Diagnosa Potensial : Robekan jalan lahir, perdarahan Kebutuhan segera : Menyiapkan penanganan perdarahan, menyiapkan episiotomy dan heacting set IV.PENATALAKSANAAN 



Melakukan informed consent Ev : suami bersedia dengan menandatangani format informed concent yang di berikan







Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik dan sudah memasuki proses persalinan kala 1 fase aktif Ev : Ibu dan suami mengerti bahwa saat ini sedang menjalani proses persalinan







Memasang Infus Rl 500 cc Ev: Infus sudah terpasang 19







Mengatur posisi yang nyaman dan aman bagi ibu Ev : Ibu memilih posisi miring kiri







Memenuhi kebutuhan Nutrisi dan cairan Ev : Ibu makan roti dan minum air putih 1 gelas







Memberitahukan Ibu bila ingin BAK tidak usah ditahan dan bisa memakai pispot yang disediakan Ev : Ibu mengerti anjuran yang diberikan







Memberikan support kepada Ibu dan menganjurkan kepada ibu untuk berdoa untuk kelancran proses kelahirannya Ev : Ibu sudah berdoa dan merasa lebih tenang







Memberitahu kepada Ibu cara posisi meneran yang baik dan benar dalam persalinan, dan mengatur nafas bila ada mulas. Ev : Ibu mengerti anjuran yang diberikan







Melakukan persiapan pertolongan persalinan seperti alat partus, obat esensial dan kebutuhan lainnya selama proses pertolongan persalinan Ev : Telah siap semua alat dan kebutuhan lainnya untuk pertolongan persalinan







Melakukan observasi persalinan kesejahteraan janin, kesejahrteraan ibu dan kemajuan persalinan. Ev : Observasi persalinan terlampir pada partograf dan lembar observasi (catatan perkembangan







Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg untuk tindakan episiotomi Ev. Dokter



menganjurkan untuk di lakukan episiotomi bila pembukaan sudah



lengkap dan dokter telah siap jika ada kegawat daruratan 



Melakukan pendokumentasian Ev : Telah dilakukan pendokumentasian



20



CATATAN PERKEMBANGAN Selasa, 5 Januari 2021  Pukul 20.00 WIB : Ketuban pecah secara spontan terlihat warna jernih, dilakukan



pemeriksaan dalam V/V tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan lengkap, presentasi kepala, moulage (1), penurunan kepala H IV, tidak teraba bagian kecil lainnya. ibu di pimpin mengedan dan di lakukan episiotomy secara medio lateral karena perineum terlihat kaku, Ibu terlihat gelisah posisi ibu berubah



ubah sehingga terjadi penambahan robekan.  Pukul 20.45 : Bayi lahir secara spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus aktif, jenis kelamin perempuan berat badan bayi 3600 gram panjang badan bayi 51 cm.  Pukul 20.50 : Plasenta lahir spontan, kotiledon lengkap, tidak ada kelainan, terlihat perdarahan aktif sebanyak 300 cc terlihat adanya robekan perineum derajat III, adapun robekannya mulai dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, sfingter ani., tfu dua jari dibawah pusat kontraksi uterus baik.



21



ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY” S” USIA 25 TAHUN P1A0 PARTUS KALA IV DENGAN RUPTUR PERINEUM DERAJAT III DI RUMAH SAKIT PERMATA TAHUN 2020 (Hari/ Tanggal Selasa, 5 Januari 2021 Pukul 20. 50 WIB) S



: Ibu senang atas kelahiran bayinya. Ibu mengatakan tidak merasakan pusing.



O : Keadaan umum



: Baik



 Kesadaran



: Komposmentis



 Keadaan emosi



: Stabil



 Keadaan psikologi : Baik  Tanda vital



: suhu : 37,3 °C, Nadi 88 x/mnt, Respirasi 25 x/mnt, TD 90/60



mmHg Abdomen 1. TFU



: 2 jari dibawah pusat



2. Kontraksi Uterus : baik Genetalia 1.Perdarahan aktif sebanyak 300 cc 2.Laserasi Derajat III robekannya dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, sfingter ani. A :



P:



Ny. S Usia 25 Tahun P1A0 Partus Kala IV dengan Ruptur Perineum Derajat III Masalah



: Ruptur Perineum Derajat III, Perdarahan 300 cc



Diagnosa Potensial



: Syok Hipovolemik



Kebutuhan segera



: Penanganan Ruptur Perineum dan persiapan alat Heacting set



1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa ibu dalam keadaan kurang baik, ada robekan perineum derajat III, dan terjadi perdarahan sehingga harus dilakukan tindakan Ev : Ibu dan suami mengerti 2. Melakukan informed consent untuk tindakan penjahitan Ev : Ibu dan suami bersedia 3. Mengajak Ibu dan Suami mengikuti prosedur penanganan ruptur perineum Ev : Ibu dan suami bersedia untuk mengikuti arahan Bidan 22



4. Meminta suami untuk memenuhi kebutuhan rehidrasi ibu. Ev : ibu diberikan teh manis hangat 1 gelas 5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg dan persiapan alat penjahitan robekan tujuannya untuk menghentikan perdarahan yang keluar pervaginam Ev : alat sudah siap dan kolaborasi sudah di lakukan dokter yang melakukan tindakan heacting pada luka robekan. 6. Melakukan tindakan penjahitan secara khusus pada luka robekan perineum derajat III. Ev: telah di lakukan penjahitan secara khusus pada luka robekan perineum derajat III dan setelah dilakukan cek dengan menggunakan busi hasil penjahitan rapih tidak terdapat luka yang menembus anus. 7. Melakukan KIE kepada ibu tentang perawatan luka dirumah, yaitu dibersihkan dengan air bersih dan di kompres menggunakan kasa dan betadin. Ev : ibu mengerti anjuran yang disampaikan oleh bidan. 8. Melakukan pemeriksaan TTV, TFU, Kontraksi, Perdarahan Ev : TD : 110/70 mmHg, N : 82 x/menit, R : 22 x/menit, Suhu : 36,4 °C ,TFU : 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan : 50 cc. 9. Melakukan pemantauan Kala IV Ev : Dilakukan pemantauan Kala IV 10. Melakukan pendokumentasian Ev : Telah dilakukan pendokumentasian



23



BAB IV PEMBAHASAN Pada pengkajian ini, akan membandingkan antara hasil studi kasus dengan teori. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan kasus di lahan. Dari hal tersebut penulis dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan yang ada menggunakan langkah - langkah asuhan kebidanan secara SOAP. Pada anamnesa yang dilakukan kepada Ny. S tanggal 5 Januari 2021 pukul 19.00 WIB diketahui keluhan ibu mulas dan keluar lendir bercampur darah sejak pukul 15.00 WIB dan ibu mengatakan Gerakan janin aktif. Keluhan yang dirasakan ibu merupakan tanda tanda persalinan, hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tanda - tanda inpartu diantaranya adalah adanya rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. Keluar lendir bercampur darah (show) lebih banyak karena robekan - robekan kecil pada serviks, kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Rohani, 2014) Ibu mengatakan Ini merupakan kehamilan pertama ibu dan riwayat kontrasepsi yaitu suntik 3 Bulan selama 3 tahun. riwayat HPHT yakni 30 Maret 2020, ibu sudah mendapat suntik TT 3. Data biologis ibu menunjukkan bahwa ibu siap melahirkan dan ibu merasa Bahagia. Data objektif diperoleh keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis dan tandatanda vital dalam batas normal yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/m, respirasi 20 x/m, suhu 36,5˚C. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan bahwa pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan (UK), persentasi kepala dan puntum maximum berada disebelah kanan dengan DJJ 142 x/m secara teratur. Tekanan darah menurut teori Walyani, E.S (2015) yang normal adalah 110/80 mmHg sampai 140/90 mmHg, bila >140/90 mmHg hati-hati adanya hipertensi/preeklamsi. Dalam pemeriksaan tekanan darah Ny. S yaitu 120/80 mmHg, maka dari hasil pemeriksaan tekanan darah ibu normal sesuai teori. Normal DJJ pada teori (JNPK-KR, 2016) berkisar antara 120 -160x/menit. Pada Ny. S didapati DJJ setiap diperiksa berkisar antara 141 – 142 x/menit, hal ini dalam batas normal. Kala 1 ny.S berlangsung sekitar 8 jam, dihitung dari ibu merasakan sakit perut atau mules sampai pembukaan lengkap, Menurut teori dalam (Rohani, 2014) lama kala 1 24



pada primigravida yaitu 13 jam. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek, hal ini normal karena dipantau melalui partograf dan tidak melewati garis waspada. Kala 2 pada primi 1,5 jam. Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek (Rohani, 2014). Kala II pada Ny. R berlangsung 15 menit dari pembukaan lengkap 20.00 WIB dan bayi lahir spontan pukul 20.15 WIB. Hasil dari data yang ditemukan oleh penulis tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek. Penatalaksanaan kala III yang dilakukan yaitu melakukan manajemen aktif dan tidak boleh berlangsung lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2006). Dalam kasus kala III terjadi selama 5 menit. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Pada kasus didapatkan ruptur derajat III yaitu pada mukosa vagina, komisura posterior, otot perineum, kulit perineum, spingter ani. Sesuai dengan teori menurut (JNPKKR, 2016) bahwa laserasi derajat III sesuai dengan kasus di atas. Sehingga, tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Pada kasus ini terlihat bahwa ini adalah persalinan yang pertama sehingga menurut teori persalinan yang pertama kali (primipara) biasanya mempunyai risiko relatif tinggi untuk terjadinya laserasi perineum disbanding pada paritas selanjutnya. (Annisa, 2011). Hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Menurut (Saifuddin, 2006) menyatakan bahwa semakin besar bayi yang dilahirkan dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum dikarenakan berat badan lahir yang besar 51 berhubungan dengan besarnya janin yang didapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan lahir yang sering terjadi ruptur perineum dan Menurut Oxorn (2010) semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Penatalaksanaan penjahitan ruptur perineum derajat III telah dilakukan sesuai dengan teori (Oxorn, 2010), dengan demikian hal ini sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik. Menurut Permenkes No. 28 Tahun 2017 Pasal 19 Ayat 2 mengatakan kewenangan Bidan untuk penjahitan luka jalan lahir yaitu pada derajat I dan II.



25



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Didapatkan kesimpulan dari hasil pengumpulan data dimulai dari data pada kala 1, 2 dan 3 yaitu ibu bersalin dengan rupture perineum derajat 3 dimana data dasar diagnosa adalah terdapat laserasi perineum pada mukosa vagina, komisura posterior, otot perineum, kulit perineum dan spingter ani. Sehingga asuhan kebidanan ibu bersalin patologis dengan laserasi derajat III pada Ny. S usia 25 tahun P 1A0 di Rumah Sakit Permata ini yaitu dengan tindakan penjahitan pada laserasi derajat III. Penanganan yang dilakukan berhasil dan keadaan umum serta tanda-tanda vital secara keseluruhan baik. 5.2.Saran Pada kasus Asuhan ibu bersalin kala 3 dengan ruptur perineum derajat III, dari tindakan yang dilakukan pada ibu patologis tersebut terdapat beberapa saran yaitu : 1. Bagi tenaga Kesehatan Dapat meningkatkan pengetahuan serta kemampuan dalam mendiagnosa dan menangani kasus ruptur perineum derajat III secara baik dan benar 2. Bagi mahasiswa Dapat melakukan asuhan yang baik dan benar pada ibu bersalin patologis dengan ruptur perineum derajat III



26



DAFTAR PUSTAKA Annisa.S.A, 2011. Faktor - Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesarea Di Rsud Dr. Adjidarmo Lebak Pada Bulan Oktober Desember 2010. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Diakses Pada Tanggal 27 Desember 2020. Anonim. 2011. MenjahitLaserasi Perineum http://kuecingitem.wordpress.com. Diakses 30 Desember 2020



atauEpisiotomi.



Departemen Kesehatan. 2004. AsuhanPersalinan Normal. Jakarta :Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. 2008. Profilkesehatan Indonesia 2007.Jakarta : Depkes RIJakarta Depkes RI. 2010.Profil Kesehatan, Jakarta Depkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Djuhadiah, S. 2010. AsuhanKebidananPersalinanNormal.Makassar KebidananUinAlauddin



:



Program



D3



JNPK-KR. 2016. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JHPIEGO Corporation. Kemenkes RI 2013.Standar Asuhan KebidananJakarta : Kepmenkes RI Kemenkes RI ( 2013 ) penyebab langsung angka kematian ibu Manuaba. 2008. GawatDaruratObstetri-Ginekologi untukProfesiBidan.Jakarta: EGC



dan



Obstetri-Ginekologi Social



Rohani, dkk 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika Saifuddin, Abdul bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi 1. Cet. IV; Jakarta: YBP-SP Prawirohardjo, S.2010.Ilmu kebidanan. Jakarta



:YayasanBinaPustaka-SP



Sumarah. 2014. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya Oxorn, H. 2010. Ilmu Kebidanan : Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Essentia Medica 27



Walyani. S. E. 2015 Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Wiknjosastro, Hanifa. 2007. IlmuBedahKebidanan. Edisiketiga, Yayasan Bina Pustaka-SarwonoPrawirohardjo Wiknjosastro, Hanifa. 2007. IlmuKebidanan. SarwonoPrawirohardjo



Jakarta:



Cetakan



Yayasan



Bina



Wiknojosastro , Hanifa 2009. Ilmu kebidanan jakarta yayasan bina pusataka Wiknjosastro, H. 2010.IlmuKandungan. YBP-SP, Jakarta Wiknojosastro,Hanifa. 2015. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka



28



9.



Jakarta: Pustaka-



LAMPIRAN PARTOGRAF



29



30