11 0 155 KB
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN (SAK) PASIEN DENGAN PERSALINAN PRETERM
A. Konsep Dasar 1. Pengertian Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu (preterem). (Barbara R. Straight. Keperawatan Ibu, 2008) sedangkan teori menurut Rukiyah (2010) bahwa kehamilan atrem
yaitu
umur
kehamilan
37-42
minggu.
Dalam
melaksanakan persalinan prematur menurut varney (2008) rencana tindakan ibu bersalin dengan persalinan prematur adalah observasi Djj, tanda-tanda vital, kontraksi, persiapan upaya bayi baru lahir yang lengkap, melakukan kolaborasi dengan dokter, dan mempersiapkan perawatan neonatal dini yang instensif untuk bayi prematur. Menurut WHO, persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gr. dalam buku Manuaba 2010) 2. Klasifikasi Persalinan prematur dapat terdiri dari: a. Persalinan prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan janin sama untuk masa kehamilan (SMK). b. Persalinan prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan kecil untuk masa kehamilan (KMK). Nama lainnya dari golongan ini adalah: 1) Small for gestational age (SGA) 2) Intrauteri growth retardation (IUG Rad) 3) Intrauteri growth restriction (IUG Rst)
3. Etiologi Menurut Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2003. Etiologi persalinan prematur sering kali tidak diketahui. Ada beberapa kondisi medik yang mendorong untuk dilakukannya tindakan sehingga terjadi persalinan prematur. Kondisi yang menimbulkan partus prematur adalah sebagai berikut : a. Hipertensi Tekanan
darah
tinggi
menyebabkan
kecenderungan
penolong untuk mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat. b. Perkembangan janin terhambat Perkembangan
janin
terhambat
(
intrauterin
growth
retardation ) merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya adalah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan inin mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini c. Plasenta previa Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi bayi kurang baik karena hipoksia d. Diabetes Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali, maka dapat dipertimbangan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat di kendalikan.
Dalam buku Manuaba 2010, faktor yang dapat menimbulkan persalinan prematur adalah: a. Faktor yang berasal dari maternal: 1) Ginjal, Hipertensi, Penyakit diabetes melitus, Penyakit hati, Kelainan uterus 2) Faktor gaya hidup wanita. b. Pertumbuhan janin yang kurang selaras dan serasi: 1) Pertumbuhan janin terlambat dan menimbulkan ―kecil untuk masa kehamilan‖ (KMK). a) Akibat gangguan sirkulasi retroplasenter b) Kekurangan nutrisi/gizi menahun 2) Terdapat pemicu persalinan prematur: a) Terjadi solusio plasenta b) Terdapat plasenta previa c) Terjadi infeksi yang menimbulkan korioamnionitis tanpa disertai ketuban pecah d) Pada persalinan hamil ganda 3) Terdapat faktor inkompatibilitas darah: a) Faktor rhesus inkompabilitas b) Faktor inkompatibilitas darah: AB/O c. Faktor khusus: serviks inkompeten 1)
Dapat
dijumpai
pada
abortus/persalinan
prematur
berulang 2)
Oberdistensi uterus
3)
Kehamilan ganda
4)
Kehamilan dengan hidroamnion
Memerhatikan
berbagai
faktor
yang
dapat
menimbulkan
persalinan prematur ada kemungkinan bahwa terdapat beberapa faktor yang bekerja sama dalam satu proses persalinan prematur.
4. Patofisiologi Patofisiologi persalinan preterm belum diketahui dengan pasti dan
sering
tidak
jelas
apakah
persalinan
preterm
mempresentasikan aktivasi idiopatik awal dari persalinan normal atau merupakan akibat dari mekanisme patologis.Terdapat beberapa teori mengenai inisiasi persalinan, antara lain: (1) penurunan kadar progesteron, (2) inisiasi oksitosin, dan (3) aktivasi desidua Teori penurunan progesteron berasal dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada domba. Saat mendekati masa persalinan axis fetal adrenal menjadi lebih sensitif terhadap hormon adrenokortikotropin, yang meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol janin kemudian merangsang aktivitas trophoblast 17hydroxylase, yang akan menurunkan sekresi progesteron dan akan berujung pada peningkatan produksi estrogen. Terbaliknya menyebabkan menginisiasi
rasio
estrogen
atau
terbentuknya kaskade-kaskade
progesteron
prostaglandin, yang
ini
akan
yang
akan
selanjutnya
akan
merangsang terjadinya persalinan. Meskipun mekanisme ini telah ditetapkan pada domba, peranannya pada manusia belum dapat dikonfirmasi. Teori terjadinya persalinan kedua melibatkan oksitosin sebagai pemicu terjadinya persalinan. Dikarenakan pemberian oksitosin IV (Intra Venous) meningkatkan intensitas dan frekuensi kontraksi uterus, yang dapat disimpulkan oksitosin memiliki peranan dalam terjadinya persalinan. Oksitosin sebagai pemicu awal dari persalinan, akan tetapi sulit diterima karena 2 alasan : kadar oksitosin dalam darah tidak meningkat sebelum terjadi persalinan dan kadar oksitosin terjadi secara konstan selama kehamilan. Sehingga, meskipun oksitosin memliki peran dalam mendukung persalinan, peranannya dalam inisiasi persalinan baik pada aterm ataupun preterm belum ditetapkan. Membran
yang mengelilingi ruang amnion terdiri dari amnion dan khorion, yang merupakan suatu lapisan yang terdiri dari beberapa tipe sel seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel trophoblas yang termasuk dalam matriks kolagen. Lapisan ini menahan cairan amnion dan mensekresi substansi ke cairan amnion dan ke uterus serta melindungi janin dari infeksi. Membran biasanya ruptur selama persalinan. Ruptur prematur dari membran janin didefinisikan sebagai rupturnya membran sebelum dimulainya persalinan. Rupture membrane premature sebelum usia kehamilan 37 minggu biasanya disebut sebagai preterm premature rupture of membrane (PPROM) Awalnya para dokter menghubungkan rupture membrane dengan stress fisik, terutama yang berhubungan dengan persalinan. Akan tetapi, bukti baru-baru ini menunjukkan bahwa ruptur juga berhubungan dengan proses biokimiawi seperti gangguan pada kolagen di matriks ekstraseluler dari amnion dan khorion serta kematian sel yang terprogram dari sel pada membran janin. Saat ini telah didapatkan bahwa membran janin dan lapisan uterus maternal (desidua) berespon terhadap berbagai stimulus, termasuk peregangan membran dan infeksi saluran reproduktif, dengan memproduksi berbagai mediator inflamasi seperti prostaglandin, sitokin dan hormon protein yang mengaktifkan enzim degradasi matriks 5. Tanda dan gejala Menurut Teori Guy (2012) tanda dan gejala prematur yaitu : a.
Gejala persalinan prematur yang dirasakan wanita hamil adalah kontraksi setiap 10 menit atau lebih sering dalam satu jam (lima atau lebih kontraksi rahim dalam satu jam).
b.
Adanya kram yang dirasakan di perut bagian bawah yang terjadi terus-menerus atau hilang-timbul. Kram perut ini bisa terjadi dengan atau tanpa diare.
c.
Nyeri punggung bawah yang terasa di bawah pinggang yang terjadi terus-menerusatau hilang-timbul
d.
Tekanan panggul yang terasa seperti bayi mendorong ke bawah
e.
Cairan encer yang keluar dari vagina. Cairan vagina meningkat jumlahnya atau berubah warna.
f. Pada pemeriksaan didapatkan adanya perubahan pada serviks diantaranya
perlunakan
serviks,
pendataran
dan pembukaan serviks serta pecahnya selaput ketuban Diagnosis Persalinan Prematur a. HPHT harus jelas b. Kontraksi uterus yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit c. Adanya nyeri pada punggung bawah d. Perdarahan bercak. e. Perasaan menekan daerah serviks f. Pemeriksaan
serviks
menunjukan
telah
terjadi
pembukaan sedikitnya 2cm dan penipisan 50-80%. g. Pada
fase
aktif,
intensitas
dan
frekuensi
kontraksi
meningkat saat pasien melakukan aktivitas. h. Usia kehamilan antara 20 – 37 minggu. i.
Ultrasonografi untuk melihat Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 – 37 minggu.
j.
Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan preterm.
k. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan preterm. l.
USG : air ketuban.
m. Amniosentesis
untuk melihat
kematangan
beberapa
organ janin, seperti rasio lasitin, spingo myelin, surfaktan, dll.
n. Riwayat persalinan yang lalu. o. Urinalisis. p. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis 6. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis b. Pemeriksaan Urinalisis c. Pemeriksaan USG 7. Penatalaksanaan Upaya menunda persalinan prematur sangat penting karena dapat mengurangi kematian akibat persalinan dan komplikasi bayi prematur Menurut Manuaba 2010, tatalaksana persalinan prematur adalah sebagai berikut: a. Tatalaksana Umum Tatalaksana
utama
mencakup
pemberian
tokolitik,
kortikosteroid, dan antibiotika profilaksis. Namun beberapa kasus memerlukan penyesuaian. b. Tatalaksana Khusus Jika ditemui salah satu dari keadaan berikut ini, tokolitik tidak perlu diberikan dan bayi dilahirkan secara pervaginam atau perabdominam sesuai kondisi kehamilan : 1) Usia kehamilan di bawah 24 dan di atas 34 minggu 2) Pembukaan > 3 cm 3) Ada
tanda
korioamnionitis
(infeksi
intrauterin),
preeklampsia, atau perdarahan aktif 4) Ada gawat janin 5) Janin meninggal atau adanya kelainan kongenital yang kemungkinan hidupnya kecil Lakukan terapi konservatif (ekspektan) dengan tokolitik, kortikosteroid, dan antibiotika jika syarat berikut ini terpenuhi :
1) Usia kehamilan antara 24-34 minggu 2) Dilatasi serviks kurang dari 3 cm 3) Tidak
ada
korioamnionitis
(infeksi
intrauterin),
preeklampsia, atau perdarahan aktif 4) Tidak ada gawat janin Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama untuk memberikan kesempatan pemberian kortikosteroid. Obatobat tokolitik yang digunakan adalah: 1) Nifedipin: 3 x 10 mg per oral, ATAU 2) Terbutalin sulfat 1000 µg (2 ampul) dalam 500 ml larutan infus NaCl 0,9% dengan dosis awal pemberian 10 tetes/menit lalu dinaikkan 5 tetes/menit tiap 15 menit hingga kontraksi hilang, ATAU 3) Salbutamol: dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan infus 10 tetes/menit. Jika kontraksi masih ada, naikkan kecepatan 10 tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi berhenti atau denyut nadi >120/ menit kemudian dosis dipertahankan hingga 12 jam setelah kontraksi hilang.
B. Asuhan Kebidanan Data Subjektif 1. Kontraksi menit
Data Objektif
setiap
atau
10
1. Keadaan umum ibu G.....
lebih
pada umumnya baik P.....
sering, teratur 2. Kram
bagian
bawah hilang timbul 3. Adanya
nyeri
punggung 4. Pasien ingat secara pasti HPHT nya Kehamilan
mentis
3. Gunakan
pendekatan
yang masih lemah :
prosedur
1.
1.Partus tidak boleh
yang akan dilakukan
Abdomen
sesuai
dengan
usia
ketuban
rest total ( tirah baring )
Diagnosa
tampak
dengan
2. Anjurkan ibu untuk bed
trauma bagi anak
6. Perasaan menekan di
disertai
pemeriksaan
Potensial
uteri
8. Terkadang
hasil
Normal 4. Pemeriksaan
Partus
Prematur
menghindari
1. Jelaskan
untuk
fundus
bercak / bloody show
partus
Asuhan Kebidanan
TTV dalam batas prematur
antara 20 - 37 minggu
perdarahan
Jika pasien inpartu
3. Pemeriksaan Fisik, Ancaman partus prematurus bertujuan
tinggi
7. Adanya
2. Pasien Tirah baring
...............minggu Pimpinan
a. Inspeksi,
daerah serviks
Penatalaksanaan 1. Pasang infus RL
2. Kesadaran Compos A......
perut
5. Usia
Assesment
berlangsung
terlalu
jangan
pasien
Segera
cepat.
pula
terlalu
6. Dorong keluarga untuk
preterm
2. Immobilisasi
ketuban
3. Kolaborasi
pembukaan lengkap
pecah
ditemukan
( Guy, 2012 )
kelainan
Obgyn
3.Buatlah medialis.
letak
kepada
Tindakan
2.Jangan
bisa
5. Jelaskan
perawatan
keluarga terkait kondisi
1. Bed Rest
terkadang
4. Jelaskan terkait semua
lama tapi sebaliknya
kehamilan
b. Palpasi,
yang menenangkan
memecah sebelum
episotomi
selalu
menemani
pasien 7. Dengarkan
keluhan
pasien
dengan
seksama
Data Subjektif
Data Objektif
Assesment
Penatalaksanaan
janin
4.Kalau
dikarenakan
perlu
usia
pilihlah forceps diatas
untuk mengurangi nyeri
eksatasi vakum.
karena kontraksi
kehamilan
yang
masih
relativ
kecil
kepala
belum
masuk PAP
dalam
diseleseikan,
batas
pernafasn
menggunakan
10. Pantau djj, his, tanda –
Tali
secepat
tanda inpartu pusat mungkin
digunting
untuk
normal 120 -160
menghindari
ikterus
bpm
neonaturum
yang
5. Pemeriksaan dalam
berat
Ditemukan adanya
2004)
dilatasi serviks
relaksasi
tehnik
9. Periksa TTv berkala
6. djj
8. Ajarkan
5.Jangan
narcose.
c. His teratur d. Auskultasi,
pesalinan
Asuhan Kebidanan
(Sastrawinata,
11. Jelaskan
tentang
personal hygiene dan vulva hygiene 12. Berikan therapy sesuai instruksi dokter