Sampo Padat Revisi1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Shampo adalah produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, ketombe dan kotoran lain dari rambut. Shampo merupakan salah satu jenis kosmetik yang telah banyak dikenal dan digunakan sebagai salah satu produk pembersih rambut. Shampo merupakan produk yang paling banyak digunakan baik dikalangan pria maupun wanita. Pada zaman dahulu di Indonesia shampo dibuat dari kulit ari dan jerami padi. Kulit ari dan jerami dibakar dalam abu dan ditambahkan bahan alkali dan dicampur dengan air sehingga membentuk bubur. Shampo ini bisa membersihkan rambut tetapi membuat rambut menjadi sangat kering. Tidak heran lagi kalau orang-orang sering mengoleskan minyak kelapa untuk melembabkan rambut yang kering tersebut. Namun sekarang dengan ilmu dan teknologi yang semakin tinggi produk shampo dikonversi sedemikian rupa sehingga dihasilkan produk yang berkualitas. Rambut merupakan mahkota yang ada pada setiap orang. Oleh karena itu banyak orang –orang yang mengeluh apabila terjadi kerusakan pada rambut. Semakin banyak masalah yang timbul di rambut seseorang semakin menuntut industri untuk memproduksi produk shampo sesuai jenis kulit rambut seseorang. Seperti shampo anti ketobe, shampo yang mengatasi rambut rontok dan lain sebagainya. Tuntutan itu membuat produsen semakin teliti dalam mengkonversi bahan – bahan baku apa saja yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada rambut dan kulit rambut. Selain itu proses pembuatan shampo ini tidak lepas dari campuran bahanbahan kimia yang menambah daya guna dari shampo itu sendiri. Mengingat banyaknya masyarakat yang menggunakan shampo, sangat perlu diperhatikan kualitas bahan baku yang akan digunakan yakni dalam segi komposisi dan bahan yang terkandung dalam shampo. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan shampo yang berkualitas, sediaan sampo umumnya tersedia dalam bentuk cair dengan kemasan sachet ataupun botol plastik. Sampo biasanya terbuat dari campuran bahan–bahan alami (tumbuhan) atau zat-zat kimia, dimana kandungan bahan alam sedikit banyak memberikan nilai tambah dari suatu produk shampo mulai dari keamanan hingga khasiatnya. Kerontokan rambut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain umur, genetik, ras tertentu, hormonal, imunologis, defisiensi gizi, stres psikis, trauma fisik, 1



penyakit kulit tertentu, penyakit sistemik, obat sistemik, dan penyebab lain yang tidak/belum diketahui.



Salah satu cara pencegahan kerontokan rambut dapat



dilakukan dengan melakukan perawatan rambut.



Perawatan rambut memerlukan



berbagai kosmetik, mulai dari kosmetik pembersih rambut yang baik seperti shampoo, hair conditioner, creambath, sampai hair tonic (Tranggono dan Latifah, 2007:38). Dalimartha (2003) menyatakan bahwa cairan bonggol pisang dapat digunakan untuk penghitam dan pencegah rambut rontok. Getah dari bonggol pisang mengandung saponin, flavonoid, asam askorbat, antrakuinon, kuinon, lektin dan tannin. Zat yang bermanfaat untuk menyuburkan serta menanggulangi kerontokan adalah zat antrakuinon (Rikenawati dalam Iffah, 2013) 1.2.



1.3.



Tujuan Mampu membuat formulasi shampo cair yang baik meliputi formula, cara pembuatan, evaluasi dan uji stabilitas. Manfaat Paper ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan pengetahuan tentang pewarna rambut pirang semi permanen yang menggunakan bahan alam.



BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sediaan Sampo Sampo adalah sebagai sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan lemak, kotoran dan kulit terkelupas yang melekat pada



2



rambut dan kulit kepala tanpa menimbulkan efek merugikan bagi rambut, kulit kepala atau kesehatan dari yang menggunakan (2). Sampo merupakan kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala (3). Dalam bahasa Inggris, istilah Shampoo digunakan pada tahun 1762 yang berarti "memijat," dari bahasa Anglo-Indian shampoo, dari bahasa Hindi champo, bentuk imperatif dari champna yang berarti "menekan, meremas otot". Sampo yang kemudian diartikan sebagai "mencuci rambut" pertama dicatat pada tahun 1860, dan di tahun 1866 pertama kali tercatat sebagai kegiatan "membersihkan dengan menggunakan sampo"; kemudian di tahun 1954 artinya diperluas pada penggunaan karpet, perabotan, dan lain sebagainya (4). Tujuan penggunaan sampo adalah untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan lain sebagainya secara baik dan aman (3). Fungsi utama dari shampo adalah membersihkan rambut dan kulit kepala, kotoran rambut termasuk sekresi alami dari kulit, kulit kepala yang terkelupas, penumpukan kotoran dari lingkungan dan sisa dari produk perawatan rambut yang digunakan oleh konsumen (5). Untuk maksud tersebut sampo harus memenuhi beberapa syarat, yaitu (3) : a. b. c. d. e. f. g. h. i.



Dapat membersihkan dengan baik (sifat deterjen) Memiliki sifat membasahi (wetting) Memiliki sifat dapat mengemulsi (emulsifying) Memiliki sifat dapat membuat busa (foaming) Dapat membersihkan dan menyehatkan kulit kepala Mudah dicuci/dibilas kembali Membuat rambut lebih mudah disisir dan dipola Membuat rambut lebih cemerlang Mungkin perlu mengandung bahan aktif untuk mengatasi penyakit pada rambut dan kulit



j. k.



kepala (medicated shampoo) Aman untuk dipakai, tidak mengiritasi mata dan tidak toksis Menyebarkan bau harum



Sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa syarat sampo yang baik, meliputi (6): a.



Sampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.



b.



Sampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.



c.



Sampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di dalam komposisi sampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetika.



3



d.



Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata.



e.



Sampo harus tetap stabil. Sampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pH-nya juga harus tetap konstan, sampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke dalamnya.



Adapun bahan-bahan penyusun formulasi sampo, yaitu (3, 6, 7): a.



Surfaktan Surfaktan merupakan bahan utama yang digunakan dalam formula sampo. Surfaktan berfungsi untuk mencuci atau membersihkan, dimana tujuan penggunaan sampo adalah untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari segala macam kotoran. Ada empat jenis surfaktan, yaitu surfaktan anionik, kationik, amfoter dan nonionik. Jenis surfaktan yang paling banyak digunakan dalam formula sampo adalah surfaktan anionik karena daya cucinya paling baik dibandingkan jenis surfaktan yang lainnya. Namun, seringkali digunakan kombinasi dengan jenis surfaktan lainnya untuk menurunkan kemungkinan



b.



iritasi. Bahan pendispersi garam kalsium Tujuan pemakaian bahan ini adalah untuk mencegah pengendapan garam kalsium yang akan menyebabkan rambut buram dan lengket. Misalnya produk-produk kondensasi alylolamine fatty acid, polyoxyethylene alkyl phenols, dan produk kondensasi ethylene



c.



oxide nonionik lainnya. Bahan pengikat ion (sequestering agents) Yaitu bahan-bahan yang mencegah terjadinya pengendapat garam-garam kalsium dan magnesium dengan jalan mengikat ion Ca dan Mg. Ada sequestrants organik, misalnya garam-garam ethylene diamine tetra acetic acid dan ada sequestran anorganik, misalnya



d.



polyphosphate. Bahan pelarut surfaktan Karena surfaktan tidak mudah larut dalam air, maka diperlukan bahan pelarut deterjen agar sampo tidak menjadi seperti awan. Yang biasa dipakai adalah alkohol, glikol atau



e.



gliserol Bahan pengental Bahan pengental yang dapat digunakan dalam formula sampo antara lain fatty alkanolanida, betain, amin oksida, polimer quaternary. Penambahan garam organik dan anorganik juga dapat meningkatkan kekentalan. Polimer selulosa juga dapat digunakan sebagai pengental sampo, misalnya hidroksietilselulosa, metilselulosa dan hidroksipropil metilselulosa. Polimer sintetik seperti carbomer dapat meningkatkan viskositas dan kestabilan sampo. Modifikasi senyawa akrilat seperti acrylates/steareth-20/methacrylate



4



copolymer dan PEG-120 methyl glucose dioleate juga merupakan pengental yang efektif f. g. h.



untuk sampo cair. Bahan pembentuk dan penstabil busa, misalnya amida-amida asam lemak Bahan pencemerlang rambut, misalnya fatty alcohol, stearyl alcohol Bahan pelembab rambut dan kulit kepala Surfaktan sebagai komponen utama dari sampo mempunyai efek menghilangkan lemak yang kuat pada rambut. Hal ini menyebabkan rasa yang tidak menyenangkan; bila dalam penambahan surfaktan cenderung untuk diserap pada rambut. Surfaktan ini dapat menyebabkan rambut rapuh dan rambut menjadi sulit diatur. Lanolin dan turunan lanolin, cetyl dan oleat alkohol mempunyai efek yang baik tetapi harus digunakan dengan hemat; konsentrasi di atas 2% biasanya memberikan efek pembentukan busa dari shampoo. Lanolin sering memberi efek rambut menjadi jarang yang nyata pada konsistensinya



i. j. k.



pada shampoo. Bahan pengawet, misalnya formaldehyde, sorbic acid, dan lain-lain Parfum dan bahan pewarna Mungkin bahan aktif, misalnya anti ketombe (selenium sulfide 1-2,55, Zinc pyrithione 2%)



Klasifikasi sampo berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu (3,8) : 1. Sampo kering, yaitu semua jenis sampo yang tidak membutuhkan air pada



penggunaannya, contohnya sampo serbuk kering. Kekurangan sampo kering adalah kandungan hair-conditioning agennya terpaksa sedikit sekali. 2. Sampo cair, yaitu semua jenis sampo yang dalam penggunaannya membutuhkan air,



bentuknya meliputi cairan, gel, krim, atau bar.  Sampo cair jernih a. Soap Shampoo Merupakan larutan kalium dari minyak kelapa dan minyak tanaman lainnya, sehingga mengandung asam laurat yang tinggi. Sampo ini mudah larut dalam air dan membentuk banyak busa. Tiga cara pembuatannya : 1. Sabun dasar yang sudah jadi dilarutkan dalam air 2. Asam-asam lemak bebas dinetralisir dengan alkali 3. Sabun disiapkan dengan mensaponifikasi lemak-lemak netral b. Sampo yang didasarkan pada fatty alcohol sulfates c. Sampo yang didasarkan pada berbagai deterjen  Sampo dalam bentuk krim Sampo cair jernih yang menjadi awan setelah lama disimpan atau setelah mengalami pendinginan hebat dianggap sebagai produk yang secara estetik cedera. Karena gangguan itu sering terjadi, awan itu sekalian diperbanyak sehingga sampo menjadi krim. Maka terciptalah sampo krim.



5



Sampo krim dibuat sebagaimana sampo cair biasa, hanya bahan pelarut dikurangi, dan ditambahi bahan pembentuk awan (opacifying agent), berupa sodium stearate (asam stearate + larutan alkali natrium) atau zinc/magnesium stearate atau sodium cetyl sulfate yang dapat diberikan dalam bentuk murni.  Sampo dalam bentuk gel Sampo dalam bentuk gel jika kandungan bahan pengental di dalam sampo cair jernih atau sampo krim ditingkatkan, hasilnya adalah sampo yang transparant, kental seperti jelly. Menurut Dijjkstra, bahan dasar terbaik untuk preparta sampo tipe ini adalah campuran yang sama banyak antara triethanolamine lauryl sulfate dan triethanolamine myristinate.  Sampo padat Sampo padat merupakan sampo yang tersedia dalam bentuk padat seperti halnya sabun padat. Komposisinya sama seperti sampo pada umumnya, yaitu mengandung surfaktan, hair conditioning agent, dan bahan tambahan lain seperti pengawet, pewangi, pewarna atau bahan aktif lain. Sampo padat disukai karena ekonomis, tahan lama, jumlah yang diaplikasikan terkontrol, kemasan yang simple dan ramah lingkungan, mudah untuk diaplikasikan, mudah untuk dibawa dalam perjalanan dan lain-lain. Selain itu, sampo padat secara termodinamika jauh lebih stabil dibandingkan sampo cair atau sampo krim. 2.2. Evaluasi Sediaan Sampo Padat a. Organoleptis Evaluasi sediaan sampo padat secara organoleptis meliputi warna, bau, bentuk dan tekstur. Pemeriksaan organoleptik dapat dilakukan secara visual dan pengamatan secara langsung terhadap sediaan. b. pH Sediaan dibuat larutan 1%, kemudian diukur pH larutan tersebut dengan pH-meter. c. Uji busa (1) Sebanyak 0.5 gram sediaan dilarutkan 100 ml larutan kalsium karbonat 40 ppm, kemudian diaduk, dan diukur volume busa yang dihasilkan. d. Moisture content (9) Timbang cawan porselen (a). kemudian timbang sampel sebanyak kurang lebih 5 gram sabun bagian dalam (b), potong kecil-kecil dan masukkan ke dalam cawan poanrselen. Masukkan ke dalam lemari pengering pada suhu 105°C selama 2 jam. Masukkan ke dalam desikator hingga dingin (kira-kira 1 jam). Timbang berat cawan berisi sampel kering. Hitung kelembapan dengan rumus : b– (c-a) x 100% b e.



Mikrobiologi (10)



6



Dilakukan uji mikrobiologi terhadap sediaan sampo padat, yaitu uji angka lempeng total, angka kapang khamir, P. aeruginosa, S. aureus, C. albicans



2.3.



Stabilitas Sediaan Sampo Padat (11) Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetika untuk



bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode



penyimpanan dan



penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut. Sediaan kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Penyimpanan tiga bulan pada suhu 37-45oC tanpa adanya tanda ketidakstabilan menunjukkan bahwa produk stabil pada suhu kamar 25-30oC selama lebih kurang setahun, dengan menganggap bahwa reaksi yang terjadi pada suhu yang dinaikkan sama dengan reaksi yang terjadi pada suhu kamar. Prosedur pengujian tersebut meliputi : 1. Elevated temperatur Secara umum dapat diperkirakan bahwa setiap kenaikan suhu 10oC akan mempercepat reaksi dua kalinya. Namun, secara praktis perkiraan ini agak terbatas karena kenyataannya suhu yang jauh di atas normal akan menyebabkan perubahan lain yang tidak pernah terjadi pada suhu normal. Penyimpanan sampel pada suhu yang sangat tinggi merupakan indikator kestabilan bukan ketidakstabilan. Uji stabilitas sediaan sampo padat meliputi penyimpanan pada suhu 5oC, 25oC, 40oC selama 3 bulan dan 50oC selama 1 bulan.



7



2.



Cycling test termasuk freeze-thaw test Pengujian stabilitas produk dengan menggunakan perubahan temperatur dan atau



kelembaban dalam interval waktu tertentu sehingga produk dalam kemasannya akan mengalami tekanan yang bervariasi daripada tekanan yang statis yang kadang-kadang lebih parah daripada penyimpanan hanya dalam satu kondisi saja. Cycling test diterapkan untuk menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan. Setelah sampel melewati 6 siklus, dimana 1 siklusnya disimpan pada suhu 4±2oC selama 24 jam, lalu dipindahkan ke oven bersuhu 40±2oC selama 24 jam kemudian diamati perubahan fisik yang terjadi. 2.4.



Rambut Rambut termasuk salah satu dari adneksa kulit yang tumbuh berasal dari kulit. Rambut



tumbuh dari akar rambut yang ada di dalam lapisan dermis kulit dan melalui saluran folikel rambut keluar dari kulit. Jumlah rambut pada kulit kepala orang dewasa kurang lebih 100.000 helai, sementara jumlah papil rambut di kulit kepala tetap sejak bayi sampai tua. Rambut tumbuh dari kulit sebagai batang-batang tanduk dan tersebar di seluruh kulit tubuh dan kepala Pertumbuhan normal dan sehat di kepala mencapai sekitar 0,5 inci setiap bulannya Kesuburan dan pertumbuhan rambut dialami pada saat usia 15 tahun sampai dengan 30 tahun dan mulai berkurang pertumbuhannya menjelang usia 50 tahun (3). Macam-macam bentuk rambut meliputi (12) : a.



Lurus cirinya kelihatan lurus, tidak bergelombang dan tidak keriting.



b.



Berombak cirinya memperlihatkan gelombang pada rambut, karena dikeriting atau rambut yang bergelombang asli.



c.



Keriting (alami atau hasil pengeritingan)



d.



Rambut pendek bila rambut sampai leher atau belum sampai bahu



e.



Rambut panjang, bila rambut melewati bahu



f.



Rambut setengah panjang bila rambut mengenai bahu/pundak. Proses pertumbuhan rambut berbeda antara rambut lurus, rambut berombak dan rambut



keriting. Pada rambut lurus, semua bagian pada sisi batang rambut itu tumbuh secara serentak dan serasi, sehingga setiap saat timbul rambut yang sama panjangnya, sehingga batang rambut tumbuh lurus. Sementara pada rambut keriting, kecepatan pertumbuhan masingmasing sisi rambut tidak sama (3). Fungsi rambut pada umumnya adalah (13) : a. Sebagai pelindung. Rambut melindungi kulit kepala dari berbagai gesekan atau benturan, juga kandung rambut yang berhubungan dengan ujung syaraf perasa dengan cepat mampu



8



bereaksi terhadap keadaan yang menjadi penyebabnya, misal jika mendadak merasa tegang atau sangat ketakutan, penegak rambut yang menempel di kandung rambut akan mengkerut (bulu kuduk berdiri). b.



Sebagai penunjang penampilan. Rambut adalah mahkota terindah setiap manusia



a. b. c.



Jenis-jenis rambut meliputi (3): Rambut yang panjang dan kasar Rambut yang kasar tetapi pendek berupa alis di atas mata Rambut yang agak kasar tetapi tidak sepanjang rambut di kepala, yaitu pada ketiak dan



d.



sekeliling alat kelamin pada orang yang sudah akil baligh Rambut yang halus pada pipi, hidung, dahi, serta bagian tubuh lainnya (kulit lengan, perut, punggung, dan betis pada wanita) Ilmu tentang rambut (trichologi) membagi rambut manusia ke dalam beberapa jenis,



yaitu (13) : 1.



Rambut Lanugo : Rambut halus yang dijumpai pada badan fetus, kemudian digantikan oleh rambut velus dan rambut terminal.



2.



Rambut Velus : Rambut halus, sedikit mengandung pigmen, berwarna terang, terdapat hampir di seluruh tubuh.



3. Rambut Terminal :



Rambut yang kasar, tebal dan gelap (mengandung banyak pigmen). Terdapat di kepala, alis dan bulu mata, ketiak dan genetalia eksterna. Warna rambut bermacam-macam, yaitu hitam, coklat ataupun putih. Perbedaan warna rambut adalah akibat perbedaan susunan warna pigmen di dalam rambut. Rambut blonde mengandung campuran pigmen warna merah dan kuning. Rambut merah mengandung campuran pigmen warna merah dan pigmen warna hitam. Rambut coklat muda mengandung pigmen-pigmen merah, coklat dan hitam. Rambut coklat tua mengandung lebih banyak pigmen hitam daripada rambut coklat muda. Rambut hitam hanya mengandung pigmen warna hitam. 2.4.1



Anatomi rambut (3)



9



A.



Gambar struktur rambut (14) Batang rambut Bagian rambut yang ada di luar kulit dinamakan batang rambut. Jika batang rambut kita potong melintang, maka terlihat tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu : 1. Kutikula rambut, terfiri dari sel-sel keratin yang pipih dan saling bertumpuk, seperti sisik ikan atau genteng rumah. Lapisan ini keras dan berfungsi melindungi rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke dalam batang rambut. Kutikula rambut dapat rusak karena gesekan mekanis atau bahan kimia yang bersifat alkalis yang akan membuat rambut kering dan kutikula merenggang 2.



(terbuka) misalnya karena penggunaaan sampo, keriting rambut, dan lain-lain. Korteks rambut adalah lapisan yang lebih dalam, terdiri dari sel-sel yang memanjang tersusun rapat. Jika rambut dibasahi dan direntang perlahan-lahan, rambut dapat memanjang sampai 1,5 kali karena bentuk sel-sel dalam korteks rambut ini. Lapisan ini sebagian terbesar terdiri dari pigmen rambut dan ronggarongga udara. Struktur korteks menentukan tipe rambut : lurus, berombak atau keriting. Lapisan korteks merupakan lapisan yang agak lunak dan mudah dirusak



3.



oleh bahan kimia yang masuk ke dalam rambut. Medulla rambut dapat disamakan dengan sumsum rambut. Ia terdiri dari tiga atau empat lapisan sel yang berbentuk kubus, berisikan keratohyalin, butir-butir lemak, dan rongga udara. Rambut yang lurus tidak memilik medulla. Rambut juga berisi sejumlah kecil urea, asam urat, xanthine, kreatin, glikogen, asam sitray, asam



10



laktat dan sejumlah garam mineral serta enzim. Bahan-bahan tersebut sebagian besar terdapat di dalam medulla. Jika rambut berulang-ulang dicuci dengan air hangat 35°C, sebagian bahan itu akan larut.



Gambar kutikula, korteks, medula rambut, dan folikel rambut (14) B.



Akar rambut Akar rambut atau folikel rambut terletak di dalam lapisan dermis kulit. Folikel rambut



dikelilingi oleh pembuluh-pembuluh darah yang memberikan makanan. Pada saluran folikel rambut bermuara kelenjar sebasea yang mengeluarkan minyak (sebum) ke batang rambut dan kulit di sekitarnya. Normalnya, semakin jauh batang rambut dari kulit kepala, semakin kering rambut tersebut. Jika produksi sebum berlebihan, rambut dan kulit kepala akan berminyak (greasy hair atau sebhorrea). Pada akar rambut terlihat otot penegak rambut (arector pilli) yang menyebabkan rambut atau bulu kuduk berdiri jika kita, misalnya, merasa ngeri. Akar rambut terdiri dua bagian, yaitu umbi rambut dan papil rambut. Umbi rambut merupakan bagian rambut yang akan terbawa jiak rambut kita cabut. Papil rambut merupakan bagian yang akan tertinggal di dalam kulit meskipun rambut dicabut sampai ke akar-akarnya, sehingga akan selalu terjadi pertumbuhan rambut baru kecuali jika papil rambut itu dirusak, misalnya dengan bahan kimia atau arus listrik (elektrolisis). 2.4.2 Pertumbuhan rambut Pertumbuhan rambut terbagi dalam tiga fase, yaitu fase anagen, fase katagen dan fase telogen. Fase anagen merupakan fase rambut tumbuh, lamanya antra 2-5 tahun, dengan ratarata 3,5 tahun (1000 hari). Fase anagen dapat diperpanjang dengan keadaan-keadaan tertentu atau perawatan yang baik. Fase katagen merupak fase istirahat, hanya berlangsung selama beberapa minggu. Sedangkan fase telogen berlangsung selama kurang lebih 100 hari. Tetapi semakin usia bertambah, jumlah rambut di kulit kepala semakin berkurang karena jumlah rambut dalam fase telogen lebih banyak dibandingkan rambut dalam fase anagen. Pada usia



11



muda dan anak-anak, rambut yang ada dalam fase anagen lebih dari 90%, pada usia dewasa 85%, dan pada usia tua hanya 80% atau kurang (3). Pada kepala normal : 85-90 % terdiri atas rambut anagen, 10-15 % terdiri atas rambut telogen, 1 % terdiri atas rambut katagen, terdiri dari 100.000 rambut dengan pertumbuhan rambut terminal ± 0,37 mm / hari (13). Selama fase katagen, rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut, membentuk bonggol rambut atau rambut gada (club hair), tetapi rambut belum rontok. Sementara itu, papil mulai membentuk rambut baru. Ketika rambut baru sudah cukup panjang dan akan keluar dari kulit, rambut lama terdesak dan rontok.



Gambar pembentukan rambut (handbook)



12



Gambar fase pertumbuhan rambut (14) Karena fase anagen rata-rata berlangsung 1000 hari, sedangkan fase telogen selama 100 hari, maka normal rata-rata perbandingan antara jumlah rambut pada fase anagen dan fase telogen berkisar 9 : 1. Sedangkan di setiap waktu, rambut pada fase katagen hanya sedikit. Jumlah rambut yang rontok normalnya setiap hari rata-rata 40-100 helai. 2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut (13) 1. Faktor Fisiologi : 1.1. Hormon : -



Androgen : Mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut (pada



pria). Pada wanita, dapat menyebabkan hirsutisme. Pada penderita alopesia androgenik, dapat memperkecil diameter batang rambut dan memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. - Estrogen : Dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen. - Tiroksin. - Kortikosteroid. 1.2. Metabolisme. 1.3. Vaskularisasi. 1.4. Nutrisi : Malnutrisi protein dan kalori menyebabkan rambut menjadi kering, suram dan kehilangan pigmen setempat. Kekurangan vitamin B12, asam folat, zat besi menyebabkan rambut rontok. 2. Faktor Patologi : 2.1. Peradangan sistemik / setempat :  Kuman lepra menyebabkan kulit atropi dan folikel rambut rusak, kerontokan alis mata dan bulu mata (madarosis).



13



 S II → rambut menipis secara merata atau setempat secara tidak rata, disebut moth eaten appearance.  Tinea Capitis → kerusakan btg rambut, kerontokan rambut. 2.2. Obat :  Antineoplasma



(bleomisin,



endoksan,



vinkristin,



antimitotik



(kolkisin))



menghalangi pembentukan batang rambut sehingga rambut mudah rontok.  Logam berat (thalium, merkuri dan arsen) dapat terikat pada grup sulfhidril dalam keratin rambut. 2.4.3. Mekanisme Pencucian Rambut (14) Rambut dan kulit kepala secara normal dilibrikasi oleh sebum yang disekresikan oleh kelenjar sebaseus. Sekresi sebum ini melindungi rambut dan kulit kepala dari kekeringan akibat penguapan air. Namun dengan adanya kotoran dari udara atau lingkungan yang menempel pada sebum ini menyebabkan rambut dan kulit kepala menjadi kotor. Untuk membersihkannya, dibutuhkan surfaktan yang dapat mengangkat kotoran tersebut dan kemudian tercuci oleh air (handbook). Surfaktan mempunyai bagian hidrofob dan hidrofil. Bagian hidrofob akan berikatan dengan kotoran di rambut atau kulit kepala, sedangkan bagian hidrofil akan berikatan dengan air, sehingga kotoran dapat diangkat dan terbawa pada saat pencucian oleh air.



Gambar Mekanisme Pencucian Rambut (14) 2.4.4. Kesehatan rambut Rambut yang sehat adalah rambut yang tidak lurus, mengkilap, elastis, tidak kering, tetapi juga tidak terlalu berminyak, tidak kusut, dan mudah disisir serta ditata. Di kulit kepala terdapat banyak kelenjar sebasea yang memproduksi lemak rambut (sebum). Bila rambut kita



14



usap atau kulit kepala kita pijat-pijat, maka sebum akan tersebar di permukaan batang rambut dan rambut menjadi mengkilap serta leastis. Penghilangan lemak rambut secara menyeluruh, misalnya dengan mencuci rambut memakai sampo yang alkalis akan membuat rambut menjadi kusam, kering, mudah putus, dan sukar disisir dan ditata. Sebaliknya, jika produksi sebum berlebihan, rambut menjadi terlalu berminyak dan lengket, apalagi jika tercampur dengan debu dan kotoran dari udara (3). Untuk memelihara agar rambut selalu bersih, sehat, dan tidak rontok, diperlukan berbagai kosmetik perawatan rambut, mulai dari kosmetik pembersih rambut, hair conditioner, sampai hair tonic (3). Diagnosis terhadap kondisi kesehatan rambut, meliputi (12) : 1. Jenis kulit kepala : berminyak, normal atau kering. Penilaian jenis kulit kepala sama dengan penilaian jenis kulit muka, yaitu dengan memperhatikan keadaan dan perabaan kulit dengan mempergunakan ujung jari tangan 2. Jenis rambut a. Jenis rambut berminyak. Rambut berminyak disebabkan kelenjar minyak di kulit kepala memproduksi sebum secara berlebihan, hormon yang tidak seimbang, stress dan terlalu banyak mengeluarkan keringat. Rambut berminyak terlihat mengkilap, tebal, lengket, tidak teratur, selalu basah, cepat kotor, lengket dan sering ditumbuhi ketombe basah (pityriasis steotoides). b. Jenis rambut normal. Rambut normal terlihat segar atau bercahaya, tidak lengket, tidak kusam, teksturnya baik dan mudah diatur dan daya elastisitasnya 20%. c. Jenis rambut kering. Rambut kering karena kurangnya minyak alami rambut. Rambut kering terlihat kusam, pudar, ujung rambut pecah-pecah, tipis, mudah kusut, sulit diatur dan berwarna pirang atau kemerahan. d. Rambut kombinasi. Rambut kombinasi cenderung berminyak pada akar rambut, dan kering pada batang rambut, terkadang ujung rambut pecah-pecah. Rambut kombinasi terjadi karena terlalu banyak terkena bahan kimia yang terdapat dalam kosmetik rambut, atau terlalu banyak menggunakan conditioner. 2.4.5. Kelainan Rambut dan Kulit Kepala 1. Kelainan pada rambut (12,15) a. Kelainan Batang Rambut (12) 1) Rambut bermanik (monilethrix, beaded hair), (Gbr. a) 2) Rambut berpilin (pili torti), (Gbr. b) 3) Rambut bercincin (pili annulati, ringed hair), (Gbr. c)



15



4) Rambut bersimpul (trichonodosis), (Gbr. d) 5) Rambut beruas (trichorrhexis nodosa), (Gbr. e) 6) Rambut terbelah (trichoptilosis), (Gbr.f)



Gambar Kelainan Batang Rambut (15) b. Kelainan Kelebatan Rambut (12) 1. Hypotrichosis, adalah pertumbuhan rambut kurang dari normal. 2. Hypertrichosis, adalah pertumbuhan rambut yang lebih banyak dari normal. Hypertrichosis merupakan kelainan bawaan, gizi buruk, kelainan metabolisme dan pemakaian obat–obatan. Pada laki-laki disertai pertumbuhan rambut di punggung dan dada, pada perempuan terjadi pertumbuhan kumis dan janggut (hirsutisme). c. Kelainan Warna Rambut (12) 1. Heterokromia adalah rambut berwarna dua yang berbeda satu dari yang lain. 2. Canities (ubanan) adalah perubahan warna rambut menjadi uban putih atau kelabu akibat hilangnya pigmen warna di kulit rambut dan digantikan dengan udara. d. Kelainan karena infeksi jamur (Tinea Cipitis) (15) Di batang rambut, jamur dapat tumbuh hanya pada permukaan saja (ectothrix) atau menyusup ke dalam kulit rambut (endothrix). Zat tanduk menjadi rusak dan rambut mudah patah. Pada piedra (Thchosporasis Nodosa) jamur membuat kutikula rambut, tumbuh secara melingkar dengan membentuk simpul-simpul yang berwarna hitam atau kelabu, keras dan tidak dapat ditarik lepas. e. Infeksi karena serangga (Pediculosis Capitis) (15)



16



Disebabkan oleh kutu kepala, karena kontak langsung. Pembasmian kutu kepala ini dilaksanakan dengan DDT atau gamesakan 1-2% dicampur dengan talk, xylol, gensil, gensoat, eurax. Telur kutu kepala dapat dilepaskan dari rambut dengan membasmi rambut dengan larutan cuka pekat, biarkan semalam kemudian dicuci dan disisir dengan sisir serit. f. Kelainan rambut karena kerusakan zat tanduk (15) a) Rambut pecah atau bercabang (Trichoptilosis) Ujung-ujung rambut terbelah secara memanjang, kelainan ini dapat terjadi secara terus menerus, kurang gizi atau pemakaian kosmetika rambut yang terlalu keras. b) Penyakit mutiara (Trichorrhexis Nodosa) Pada batang rambut terdapat bagian-bagian yang menebal, sehingga rambut menjadi rapuh dan mudah patah. Penyebabnya pemakaian sikat yang keras, dan pencucian rambut yang tidak bersih. 2. Kelainan pada Kulit Kepala (12,15) a. Ketombe/sindap/busik (dandruff), terjadi akibat pengelupasan sel kulit kepala berlebihan. Ketombe dibedakan dalam dua jenis, yaitu : Ketombe kering (Pityriasis Sicca) berupa sebagian sisik-sisik ketombe melekat erat dan sebagian terlepas di sekitarnya, Ketombe basah (Pityriasis Steodeos) berupa lapisan sisik berwarna putih kekuning-kuningan yang menempel kuat dan menyerap sebum kulit kepala, bila dikelupas timbul bekas merah disertai rasa gatal. b. Kutu kepala menimbulkan problema lebih parah daripada gangguan ketombe. Kutu betina berukuran sekitar 3-4 mm sedikit lebih besar daripada kutu jantan, bertelur antara 7-10 butir dalam satu bulan masa hidupnya. c. Kadas (Tinea Favasa), disebabkan infeksi jamur tertentu, gejalanya adalah terbentuknya keropeng-keropeng (crustak). Kadas atau favas dapat menyebabkan kebotakan permanen. d. Kebotakan (Alopecia). Kebotakan disebabkan kerontokan rambut. Kerontokan rambut



dapat terjadi sewaktu masa katagen/peralihan atau masa anagen/siklus pertumbuhan rambut. Ada dua jenis kebotakan (alopecia), antara lain: a) Botak merata (Alopecia Symtomatica) yaitu botak merata terjadi karena kerontokan rambut secara mendadak dan merata setelah mengindap penyakit yang disertai demam tinggi, karena penyakit yang menahun, setelah kehamilan, mengalami reaksi alergi yang hebat, setelah mengalami goncangan jiwa, dan karena keadaan gizi buruk. Kerontokan rambut secara berlebihan terjadi karena kerusakan papil mata.



17



b) Botak lingkaran (Alopecia Areata). Pada kelainan ini terdapat kulit kepala botak. Daerah yang tidak berambut batasnya jelas, kulitnya tipis, bersih, mengkilat tanpa ujung patahan rambut. Alopecia ariata kadang-kadang jelas dan kadang-kadang tidak diketahui. c) Botak menyeluruh (Alopecia Universal). Kebotakan ini terjadi karena kerontokan rambut menyeluruh, sehingga semua rambut kepala rontok. d) Alopecia Seborrhoica. Kebotakan ini terjadi karena akibat siborrhoe kulit kepala. Kerontokan rambut terjadi secara menahun dan merata, mulai dari daerah pelipis, dahi dan puncak kepala, sehingga hanya di daerah belakang kepala dan di atas telinga yang tersisa rambut. Kadang-kadang seluruh kepala menjadi botak, biasanya terjadi pada laki-laki. e) Alopecia Cicatrizata atau Pseudopelade Brocq. Kebotakan ini terjadi karena peradangan, kemudian menjadi jaringan parut yang tidak berambut lagi. f) Alergi merupakan perubahan reaksi tubuh terhadap sesuatu zat pada kontak kemudian reaksi alergi yang berlangsung di kulit kepala dapat juga disebabkan karena penggunaan kosmetika.. e. Rontok. Rambut dikatakan rontok jika rambut yang rontok melebihi 10 helai. Penyebabnya sudah menderita penyakit tyfus, cacar dan bila sudah melahirkan. f. Cutil (Vertitis Gyrata) yaitu kulit kepala berlipat-lipat sehingga menimbulkan gambaran seperti papan gilasan. Kelainan ini disebabkan kulit kepala terlalu luas dan tebal, karena jaringan ikat di bawah kulit sangat jarang sehingga kulit tidak sempurna. g. Ros kepala (Dermatitis Seborrhoica) yaitu terjadi karena peradangan menahun, kulit menjadi merah dan tertutup sisik. Sisik ini dapat berlemak, basah atau kering. h. Kelainan Rambut dari segi Kedokteran (13) 1.



Efluvium telogen.



2.



Alopesia aerata.



3.



Alopesia androgenik.



4.



Trikotilomania.



Patogenesis Untuk Pendekatan Diagnosis PRINSIP PATOGENESIS 1. Gangguan Siklus Folikel Rambut



2. Perubahan Folikel Rambut yang Tidak



EFEK KLINIS (CONTOH) - Efluvium telogen - Alopesia aerata - Alopesia androgenik - Alopesia yang diinduksi kemoterapi - Alopesia androgenik



18



Dikehendaki 3. Regenerasi Folikel Rambut yang Tidak Sempurna



4. Defek pada Struktur Batang Rambut 5. Kesalahan Pertumbuhan Folikel Rambut



- Hirsutism - Hipertrikosis - Alopesia sikatrikal (liken planopilaris) - Alopesia karena traksi - Alopesia karena radiasi - Folikulitis decal vanas - SLE kronis Gangguan batang rambut (Moniletrix, Pilitorti, Trikotiodistrofi) - “Aplasia cutis congenital” - Displasia etodermal



6. Kombinasi dari Semua 1.



Effluvium Telogen



DEFINISI: Keadaan di mana rambut dalam fase telogen (istirahat) terlepas lebih banyak dari normal (dari 150 jadi 400 helai sehari). Rambut rontok ini terjadi karena adanya rangsangan yang mempercepat fase anagen menjadi fase telogen. ETIOLOGI: Endokrin : - sesudah melahirkan, abortus - hipotiroid dan hipertiroid - penghentian obat yang mengandung estrogen Stress : - sesudah demam, keganasan, infeksi - operasi dan trauma berat - stress psikologi akut dan kronis Nutrisi : - penurunan berat badan yang cepat - kehilangan kalori/protein - defisiensi Fe kronis - kelebihan vitamin A Intoksikasi : thalium, merkuri, arsen Obat-obat : antikobalamin (heparin, β bloker (propanolol)), captopril, obat penurun kolesterol, colchicine, obat sitostatik, interferon, litium, penicilamide, retinoid Penyakit inflamasi di kepala: Dermatitis seborroik, Erithroderma



19



PATOGENESIS: - Fase anagen menjadi pendek. - Gagalnya rasio anagen : telogen (normal = 10:1) dimana jumlah rambut pada masa telogen jauh lebih banyak (hitung telogen di atas 25%). - Terbentuk rambut baru dalam fase anagen yang mendorong rambut lama. HISTOPATOLOGI: - Tidak ada kelainan histopatologi. - Folikel kebanyakan dalam fase anagen. TERAPI: - Tidak ada terapi yang spesifik. - Bila faktor penyebabnya dihilangkan maka kerontokan rambut akan berhenti secara spontan dan rambut tumbuh kembali.



Gambar Effluvium Telogen 2. Alopesia Areata DEFINISI: Kehilangan rambut yang cepat dan komplit sehingga terbentuk bercak satu atau lebih, berupa bulatan atau oval, biasanya di kepala dan tempat berambut lain (alis mata, kumis, badan). EPIDEMIOLOGI: - 0,2 % dari populasi. - Pria = Wanita. - Onset pertama pada dekade III. - Prevalensi dan insidensi dipengaruhi imunogenetik.



20



ETIOLOGI: - Penyakit autoimun: tiroid. - Trigger faktor: infeksi, trauma, obat-obat, stress. PATOGENESIS: - Fase telogen lebih pendek, diganti rambut anagen yang distrofik. - Kelainan ini diduga dipengaruhi oleh: a. Genetik : 25% penderita autosomal dominan. b. Imunologi, dipengaruhi imunitas humoral. Dengan imunoflouresensi dijumpai endapan C3, IgG, dan IgM sepanjang membrana basalis. c. Faktor lain: keadaan atipikal. KLASIFIKASI: Ikeda membagi menjadi 4 tipe: -



TIPE UMUM terjadi pada umur 20-40 tahun; 6 % berkembang menjadi alopesia totalis.



- TIPE ATIPIK mulai terjadi dari masa anak-anak; 75 % berkembang menjadi alopesia totalis. - TIPE PREHIPERTENSIF terjadi mulai usia dewasa muda; 39 % berkembang menjadi alopesia totalis. - TIPE KOMBINASI, mulai setelah usia 40 tahun; 10 % berkembang menjadi alopesia totalis. GAMBARAN KLINIS : - Bercak oval/bulat Ø 1-5 cm dijumpai beberapa rambut yang terputus di bagian tepi. - Bila rambut dicabut → bulbus atropi. - Sisa rambut seperti tanda seru (exclamation mark hair). - Pada kuku dijumpai: • “Pits” transvers atau longitudinal. • Trachnonychia, Onychomadesis. • Bercak kemerahan. HISTOPATOLOGI: - Rambut → fase anagen >>. - Folikel rambut lebih kecil dan tidak matang. - Bulbus rambut di dalam dermis, dikelilingi infiltrasi limfosit. DIAGNOSIS BANDING: - Tinea kapitis. - Lupus eritematosus. 21



- Trikotilomania. PENGOBATAN: - Injeksi kortikosteroid intralesi (2ml/inj./sesi). - Poten steroid topikal (1-2 x per hari). - Antralin (0,1-2% per hari). - Minoxidil lot. (5 %-2 x sehari) PROGNOSIS: - Beberapa kasus dapat sembuh spontan. - Prognosis buruk bila onset pada masa anakanak, kehilangan badan rambut, terlibatnya kuku, riwayat atopi, dan adanya keluarga yang menderita Alopesia areata.



Gambar Alopesia Areata 3.



Alopesia Androgenik



Ada dua: 1. Pada laki-laki. 2. Pada wanita. MALE PATTERN ALOPECIA SINONIM: Male pattern baldness = common baldness. ETIOLOGI: Faktor herediter dominan dan konsentrasi androgen ekstragonadal meningkat. KLASIFIKASI: Hamilton membaginya menjadi 8 tipe:



22



TIPE I : rambut masih penuh. TIPE II : tampak pengurangan rambut pada kedua bagian temporal; pada TIPE I dan II belum terlihat alopesia. TIPE III : border line TIPE IV : pengurangan rambut daerah frontotemporal dan midfrontal. TIPE V : TIPE IV yang menjadi lebih berat. TIPE VI : seluruh kelainan menjadi satu. TIPE VII : alopesia luas dibatasi pita rambut jarang. TIPE VIII : alopesia frontotemporal menjadi satu dengan bagian verteks.



23



Gambar Alopesia Androgenik GEJALA KLINIS: - Timbul pada akhir umur 20-an atau awal umur 30-an. - Rambut rontok secara bertahap, mulai dari bagian verteks ke frontal. - Garis rambut anterior menjadi mundur dan dahi terlihat lebar. - Puncak kepala menjadi botak. - Folikel rambut menjadi lebih halus dan berwarna lebih muda. - Rambut terminal digantikan oleh rambut velus. - Bagian parietal dan oksipital menipis. PENGOBATAN: - Sol. Minoxidil 5 % - 2 X per hari. - Oral Finasteride 1mg per hari. - Kombinasi keduanya (min. 6 bulan hingga ada respon). - Transplantasi rambut. ALOPESIA ANDROGENIK PADA WANITA SINONIM: Female pattern baldness. KLASIFIKASI: Menurut Hamilton, pada wanita dijumpai TIPE I – V. ETIOLOGI: - Kelebihan androgen, namun kadar testosteron tidakmeninggi. - Serum ferritin < 40 μg/l. 24



- Def. TSH. - Menurut SMITH dan WELIS, keadaan ini dapat terjadi pada wanita homozigot dan pria heterozigot. GEJALA KLINIS: - Kerontokan rambut lebih banyak pada daerahverteks, temporal lebih sedikit. - Rambut menjadi tipis dan suram. - Sering disertai rasa gatal dan terbakar. - Berlangsung dalam jangka lama. - Bila kedua orang tua menderita AA → semua anak laki-laki AA, sebagian anak perempuan AA. PENGOBATAN: - Sol. Minoxidil 2-5 % - 2 X per hari. - 17 β-estradiol topikal (estradiol benzoat 20-25 mg/ml isopropanol) - Antiandrogen oral (spironolacton 100-200 mg/hari). - Kombanasi ketiganya (min. 4 bulan hingga ada respon). - Mempertahankan serum ferritin di atas 40 μg/l. - Transplantasi rambut



.



Gambar Alopesia Androgenik Pada Wanita 4.



Trikotilomania



SINONIM: 25



Hair pulling maldness (Greek). DEFINISI: Keinginan atau kebiasaan untuk menarik rambut secara konvulsif. EPIDEMIOLOGI: - Terjadi 0,6-3,4 % pada orang dewasa, wanita : pria = 7:1. - Pada anak-anak, lebih sering pada laki-laki. ETIOLOGI: Adanya problem psikiatrik (stress/depresi). GAMBARAN KLINIS: - Pada anak-anak, trikotilomania sering dengan kebiasaan mengisap jari. - Dijumpai kumpulan rambut yang pendek dengan rambut normal di sekitarnya. HISTOPATOLOGI: - Dijumpai jumlah rambut katagen bertambah. - Dijumpai trichomalacia dan melanin dengan sekunder kanal folikuler akibat trauma pencabutan rambut. - Tidak dijumpai infiltrat inflamasi folikuler. - Pada potongan vertikal rambut, dijumpai massa proteinaceous dan eritrosit (hamburger sign) PENGOBATAN: - Sulit. - Umumnya harus disertai konseling psikiatri. - Dapat diberikan obat-obat psikotropik, seperti: sertralin atau klomipramin. - Kombinasi terapi sikap dan obat-obatan lebih efektif.



26



Gambar Trikotilomania 2.5. Pra Formulasi a.



Sodium lauril sulfat (9,17)



Fungsi



:



Sodium lauril sulfat merupakan surfaktan anionik dengan kemampuan



membersihkan yang kuat dengan busa yang banyak. Pemerian : Berbentuk serbuk atau hablur; warna putih atau kuning pucat, bau khas, lemah. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam metanol dan etanol. Konsentrasi penggunaan : 5 – 30%; untuk kontak pada kulit dalam jangka waktu lama, konsentrasi aman yang direkomendasikan adalah kurang dari 2% (non irritating). pH



: 7.0 – 8.5 (larutan 1%)



Titik leleh : 20°C Densitas : 1.098 g/mL Informasi toksikologi



:



- Oral  Tikus, LD50 : 1000 – 2000 mg/kg (data polyoxyethylene(2) dobanol 23 sodium sulfate  Tikus, LD50 : 2000 mg/kg (data polyoxyethylene(2) coconut alcohol sodium sulfate - Iritasi kulit  Kelinci : Iritan (4 hour semi-occluded application (OEDC404))  Babi : apparent erythema, 24 hour closed patch test : 30% dalam etil alkohol, skore iritasi = 2.2 10% dalam etil alkohol, skore iritasi = 2.0  > 10% menyebabkan iritasi kulit  10 – 30% menyebabkan korosi kulit  >20% bersifat sangat irritatif  Sifar iritasi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi



27



- Iritasi mata, Draize test, mata tidak dicuci :



b.







10% dalam air, skore iritasi = 20.6, moderately irritating







1% dalam air, skore iritasi = 6.8, minimally irritating



Gliserin (9, 18)



Fungsi



: Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin terutama digunakan sebagai



humektan dan emolien. Pemerian : Gliserin berupa cairan jernih seperti sirup, tidak berwana dan memiliki rasa manis. Kelarutan : Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol (95%). Konsentrasi penggunaan : Sebagai humektan digunakan dengan konsentrasi sampai 30 %. Suhu dekomposisi : sekitar 215°C Specific Gravity : 1.2624 (20°C)



c.



Asam stearat (9)



Fungsi



: thickener, penstabil emulsi



Pemerian : Asam stearat merupakan cmpuran asam stearat dan asam palmitat. Berbetuk hablur padat, warna atau putih kekuningan pucat, keras, mengkilap, atau serbuk; warna putih atau putih kekuningan. Bau dan rasa lemah mirip lemak. Kelarutan : Asam stearat praktis tidak larut dalam air. Konsentrasi penggunaan : 2 – 10% Bilangan iodin : maksimal 0.5 g/100g Bilangan asam : 206-212 mg KOH/g 28



Bilangan saponifikasi : 207-213 mg KOH/g Titik leleh : 50 - 60°C Titik uap : 142 – 215°C (2 mmHg) Densitas relatif : 0.83 – 0.85 (70°C) Kelembapan : maksimal 0.2% Informasi toksikologi : iritasi terhadap mata kelinci tetapi tidak mengiritasi kulit kelinci; LD50 (oral,tikus) : > 10000 mg/kg LD50 (intravena, mencit) : 23 mg/kg d.



Pewangi Pewangi ditambahkan ke dalam formulasi untuk memberikan aroma sebagai nilai estetik dari sediaan kosmetik. Pewangi yang digunakan dalam sediaan kosmetik harus mempunyai sertifikat IFRA (International Fragrance Association).



e.



Sodium lauroamphoasetat (19)



Fungsi



: Sodium lauroamphoasetat merupakan surfaktan amfoterik. Sering digunakan



dalam sediaan kosmetik seperti sampo dan sabun mandi. Berfungsi sebagai surfaktan, cleansing, foaming, dan hair conditioning. Merupakan mild surfactan. Pemerian : Tersedia dalam bentuk liquid dengan kadar zat aktif berkisar 30-40%. Kelarutan : Mudah larut dalam air. Konsentrasi penggunaan : 4-40% pH (larutan 1% ) : 9.5 – 10.5 Viskositas : < 10000 cps (Brookefield, suhu 25°C) Informasi toksikologi : Oral toksisitas : LD50 > 2000 mg/kg Iritasi kulit : slightly irritating Iritasi mata : irritating f.



Polietilen glikol 6000 (18,20)



29



Fungsi



: thickening agent atau pembentuk massa.



Pemerian : berbentuk padatan berwarna putih atau hampir putih. Kelarutan : Larut dalam air. pH



: 4.5 – 7.5 (5% larutan)



Titik leleh : 55 – 63°C Informasi toksikologi : nonirritan g.



Polietilen glikol 8000 (18,20)



Fungsi



: thickening agent atau pembentuk massa.



Pemerian : berbentuk padatan berwarna putih atau hampir putih. Kelarutan : Larut dalam air. pH



: 4.5 – 7.5 (5% larutan)



Titik leleh : 60 – 63°C Informasi toksikologi : nonirritan h.



Cocamidopropil betain (21)



Fungsi



: Merupakan bahan tambahan sebagai surfaktan nonionik, foaming dan



cleansing. Pemerian : berbentuk cair, berwarna kekuningan, berbau khas. Kelarutan : mudah larut dalam air Konsentrasi penggunaan : 4 – 40% Titik uap : sekitar 100°C Densitas : 1.06 – 1.08 g/cm3 pH



: 4.5 – 5.5 (20°C)



Viskositas : 90 mPa.s (25°C)



30



Informasi toksikologi Oral



: LD50 (oral, tikus) > 2000 mg/kg



Iritasi kulit : non-irritant Sensitisasi : non-sensitizing Iritasi mata : irritant i.



Tetrasodium EDTA (22)



Fungsi



: Merupakan zat pengkhelat ion logam.



Pemerian : Berbentuk serbuk, berwarna putih, berbau khas. Kelarutan : larut dalam air Konsentrasi penggunaan : 2000 mg/kgBB (tikus)



 Mata



: non irritan



 Kulit



: non irritan



Polyquaternium-7 (24)



Fungsi



: Merupakan hair conditioning agent.



Pemerian : cairan kental jernih kebiruan, berbau khas Kelarutan : larut dalam air Viskositas : 1200 – 4500 cps (25°C) pH (100%) : 3.3 – 4.5 Spesifik gravity : 1.12 (25°C) Konsentrasi penggunaan : 0.2 – 5% Informasi toksikologi : nonirritan BAB III METODE 3.1. Contoh-contoh Formula Bahan Sodium lauril sulfat Gliserin Ethoxylated alkyl phenol Asam stearat Fragrance Coloring agent Natural soap base Disodium lauril sulfosuksinat Cocamide MEA Sodium lauroampoasetat Hidroksisetil diamonium fosfat Dimetichone copolyol Guar Hydroxypropyl Trimonium Chloride Cocofatty acid Deodorant Tetrasodium etidronat



F1 54 17 26 2 1 -



Jumlah (%) F2 F3 F4 1 1 0.5 Qs qs 85.5 56 6 9 4 6 1 1 0.75 0.75 0.5 0.5 -



F5 10 3.5 5 0.4 5 -



anionik surfaktan, 5-30% Humektan, sampai 30% nonionik surfaktan, 15-25% stiffening agent, 2-10% Pewangi, qs Pewarna, qs soap base dari saponifikasi coconut oil, >50% Surfaktan, penggunaan 3-15% Surfaktan, penggunaan 2-10% Surfaktan, 4-40% hair conditioning agent, < 1,5% hair conditioning agent, 20.000 mg/kg [7] - Toksisitas kulit: LD50 Rat dermal > 2008 mg/kg [8] 14. Guar Hydroxypropyl Trimonium Chloride (34)



Figure 3. Idealized structure of Guar Hydroxypropyltrimonium Chloride



38



Fungsi



: Guar Hydroxypropyl Trimonium Chloride biasa digunakan sebagai hair



conditioner. Pemerian : serbuk padat berwarna putih Kelarutan : mudah larut dalam air Konsentrasi penggunaan : < 1% Titik leleh : > 300°C Densitas : 1.3 g/ml (25°C) Data toksisitas : Toksisitas oral : LD50 > 2000 mg / kgBB. 15. Cocofatty acid (35) Fungsi : hair conditioner Pemerian : berbentuk paste berwarna kekuningan, berbau khas lemah Kelarutan : tidak larut dalam air Densitas : 0.85 (75°C) Titik leleh : 25°C Konsentrasi penggunaan : 40 °C (43 - 46°C) Hasil evaluasi : formula ini menghasilkan sampo padat yang mudah larut dalam air dan dapat digunakan walaupun dalam lingkungan air sadah (hard water) karena bersifat nonionik dan tidak sensitif terhadap elektrolit karena menggunakan chelating agent.



BAB IV PEMBAHASAN



45



4.1. Pembahasan Formula Rancangan formula sampo padat menggunakan 35% polietilen glikol 6000 dan 30% polietilen glikol 8000 ditambah dengan asam stearat 5% sebagai pembentuk massa. Pemilihan kombinasi polietilen glikol 6000 sebanyak 35%, poletilen glikol 8000 sebanyak 30% dan asam stearat 5% sebagai pembentuk massa karena sediaan sampo padat yang ingin dihasilkan dari formula ini adalah sampo padat yang tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu lunak. Polietilen glikol dengan berat molekul tinggi akan menghasilkan sediaan yang keras, sehingga kombinasi antara dua jenis berat molekul yang berbeda dapat mengurangi kekerasan sediaan (1). Kombinasi surfaktan yang digunakan adalah sodium lauril sulfat 10%, sodium lauroamphoasetat 5% dan cocamidopropil betain 5%, diharapkan dengan kombinasi surfaktan ini akan diperoleh daya cuci yang baik, busa yang banyak, dan rasa mild karena menggunakan sodium lauril sulfat dengan konsentrasi yang tidak terlalu tinggi. Sodium lauril sulfat diketahui dapat menimbulkan iritasi pada kulit maupun mata, sehingga konsentrasi penggunaannya tidak boleh terlalu tinggi (17). Untuk mendapatkan daya cuci yang baik, maka dilakukan kombinasi dengan surfaktan lainnya, yaitu cocamidopropil betain dan sodium lauroamphoasetat. Cocamidopropil betain merupakan surfaktan nonionik sedangkan sodium lauroamphoasetat merupakan surfaktan amfoter. Kedua surfaktan ini lebih tidak mengiritasi dibandingkan sodium lauril sulfat, namun memiliki daya cuci kurang baik dibandingkan sodium lauril sulfat. Sehingga kombinasi dari ketiga macam surfaktan ini diharapkan dapat memberikan daya cuci yang baik dengan kemungkinan iritasi yang lebih sedikit. Penambahan bahan hair conditioner dalam sediaan sampo padat sudah lazim digunakan untuk mendapatkan nilai lebih dari sampo padat. Hair conditioner ditambahkan dalam sediaan sampo padat karena sifatnya yang dapat menstabilkan muatan yang ada pada rambut sehingga dapat meminimalkan terjadinya “fly away” pada rambut sehingga menjadikan rambut tidak kusut. Hair conditioner yang ditambahkan dalam formula ini adalah coconut oil 4% dan polyquaternium-7 1%. Penggunaan kombinasi hair conditioner polyquaternium-7 dan coconut oil dimaksudkan untuk mendapatkan efek kondisioner yang baik pada rambut. Dalam formula juga ditambahkan gliserin 3.5% sebagai humektan. Penambahan gliserin dimaksudkan agar diperoleh sediaan sampo padat yang dapat melembutkan rambut dan kulit kepala karena efek moisturizing dari gliserin. Selain itu penambahan gliserin juga



46



dimaksudkan agar sediaan sampo padat yang dihasilkan memiliki karakteristik yang lembut dan tidak kasar. Sediaan sampo padat berbasi polietilen glikol mempunyai karakteristik sebagai berikut (1) : a. Sampo padat berbasis polietilen glikol menghasilkan sampo padat yang rigid namun b.



mudah larut dalam air; Bersifat nonionik dan tidak sensitif terhadap elektrolit sehingga dapat digunakan dalam



c.



kondisi air sadah (hard water); Fleksibel dalam hal desain atau bentuk sampo padat yang diinginkan sesuai dengan



d.



kombinasi polietilon glikol yang digunakan; Sampo padat berbasis polietilen glikol bersifat non volatile dan stabil secara termodinamika sehingga tidak mudah bereaksi dengan bahan lain, terutama detergen atau



e.



bahan kemasan; Sampo padat yang dihasilkan secara fisiologi aman bagi kulit dan tidak bersifat toksik,



f.



juga bersifat non-irritan dan non-sensitizing, karena pH sediaan mendekati pH kulit; Sampo padat berbasis polietilen glikol secara ekologi aman terhadap lingkungan dan dapat diterima karena bersifat biodegradabel (over time) dan tidak bersifat toksik



g. h.



terhadap tumbuhan dan hewan, seperti ikan dan ganggang; Sampo padat berbasis polietilen glikol mudah dicetak walaupun untuk bentuk bervariasi; Sampo padat berbasis polietilen glikol dapat dikombinasi sampai dengan 35% deterjen.



4.2. Prosedur Pembuatan Prosedur pembuatan formulasi sediaan sampo padat ini diawali dengan melelehkan PEG 6000 dan PEG 8000 sampai suhu 75°C. Setelah melebur, ditambahkan sodium lauril sulfat, cocamidopropil betain, sodium lauroamphoasetat, gliserin, polyquaternium-7, coconut oil, kemudian diaduk sampai homogen dengan pemanasan sampai suhu 80°C. Selanjutnya campuran didinginkan sampai suhu 60°C, kemudian ditambahkan pewangi, aduk hingga homogen. Setelah homogen, campuran dituang ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60°C, kemudian didiamkan selama satu hari. Setelah aging selama satu hari selanjutnya dilakukan evaluasi, meliputi organoleptik, pH, uji busa, moisture dan mikrobiologi. 4.3. Evaluasi a. Organoleptis Formula 5 sampo padat diharapkan menghasilkan sampo padat yang homogen, tekstur b. c.



halus, warna kekuningan, bau sesuai pewangi yang digunakan. pH larutan 1% sediaan diukur pH dengan pH-meter, pH sekitar 6. Uji busa yang dilakukan dengan melarutkan 0.5 gram sediaan dalam 100 ml larutan



d. e.



kalsium karbonat 40 ppm kemudian diaduk, volume busa yang dihasilkan 50-60 ml. Moisture content sekitar 20% Mikrobiologi



47



Sediaan sampo padat yang dihasilkan harus lolos uji angka lempeng total, angka kapang f.



khamir, P. aeruginosa, S. aureus, C. albicans Kemasan untuk sampo padat ini berupa karton yang terbuat dari kertas yang ramah lingkungan.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Komponen Sediaan Sampo Padat Komponen penyusun sediaan sampo padat meliputi : 1. Deterjen, umumnya kombinasi antara deterjen anionik dengan deterjen nonionik atau 2.



amfoter; berfungsi sebagai bahan aktif pembersih. Pembentuk massa (stiffening agent), seperti kombinasi polietilen glikol dengan berat molekul berbeda; atau natural soap base atau deterjen sintetik soap base; berfungsi untuk membentuk masa sampo padat ketika pencetakan. 48



3.



Hair conditioning agent; berfungsi untuk menetralkan muatan rambut sehingga rambut



4.



tidak kusut. Chelating agent; berfungsi untuk mengkhelat ion yang berasal dari air sehingga sampo padat tetap berfungsi optimal walaupun digunakan pada lingkungan air sadah (hard



water). 5. Pewarna dan pewangi; berfungsi untuk meningkatkan nilai estetika sediaan sampo padat 5.1.2. Metode Pembuatan Sediaan Sampo Padat Dalam pembuatan sediaan sampo padat, yang harus diperhatikan adalah homogenitas ketika pencampuran bahan-bahan dalam formula. Semua bahan harus dipastikan meleleh semprna, sehingga bahan yang digunakan untuk sampo padat baiknya mempunyai titik leleh lebih dari 40˚C. Pada proses penambahan parfum dilakukan pada suhu kurang dari 60˚C agar parfum tidak menguap. Selain itu, pada proses pengisian ke dalam cetakan juga harus memperhatikan suhu dan kelembaban ruang. Tempat cetakan harus bersih dan kering sehingga tidak mengkontaminasi sediaan dan tidak mempengaruhi kelembaban sediaan. Lamanya waktu aging juga harus diperhatikan, jika terlalu singkat dikhawatirkan campuran belum membeku sempurna, dan jika terlalu lama dikhawatirkan terjadi kontaminasi mikroba. Waktu aging yang optimal adalah satu hari (24 jam). 5.1.3. Prosedur Evaluasi Sediaan Sampo Padat 1. Organoleptis Evaluasi sediaan sampo padat secara organoleptis meliputi warna, bau, bentuk dan tekstur. Pemeriksaan organoleptik dapat dilakukan secara visual dan pengamatan secara langsung terhadap sediaan. 2. pH Sediaan dibuat larutan 1%, kemudian diukur pH larutan tersebut dengan pH-meter. 3. Uji busa (2) Sebanyak 0.5 gram sediaan dilarutkan 100 ml larutan kalsium karbonat 40 ppm, kemudian diaduk, dan diukur volume busa yang dihasilkan. 4. Moisture content (3) 5. Mikrobiologi (4) Dilakukan uji mikrobiologi terhadap sediaan sampo padat, yaitu uji angka lempeng total, angka kapang khamir, P. aeruginosa, S. aureus, C. albicans 5.1.4. Prosedur Uji Stabilitas Sediaan Sampo Padat 1. Elevated temperatur Uji stabilitas sediaan sampo padat meliputi penyimpanan pada suhu 5oC, 25oC, 40oC selama 3 bulan dan 50oC selama 1 bulan. 2. Cycling test termasuk freeze-thaw test Cycling test diterapkan untuk menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan. Setelah sampel melewati 6 siklus, dimana 1 siklusnya disimpan



49



pada suhu 4±2oC selama 24 jam, lalu dipindahkan ke oven bersuhu 40±2oC selama 24 jam kemudian diamati perubahan fisik yang terjadi. 5.1.5. Karakteristik Formula yang Dibuat 1. Organoleptis : homogen, tekstur halus, warna kekuningan, bau sesuai pewangi yang 2. 3. 4. 5.



digunakan; pH sekitar 6; volume busa 50-60 ml, moisture content sekitar 20% mikrobiologi : lolos uji mikrobiologi



5.2. Saran Dalam memformulasikan sediaan sampo padat hendaknya pemilihan bahan harus diperhatikan dengan baik. Pemilihan bahan harus didasari pada keamanan dan karakteristik bahan. Pada proses pembuatan, hendaknya diperhatikan homogenitas serta suhu pencampuran bahan. Pada proses pencetakan juga harus memperhatikan kelembapan, suhu serta kebersihan cetakan. Pengembangan sediaan sampo padat sebaiknya terus dilakukan untuk mendapatkan sampo padat yang baik dan bermutu.



50