14 0 326 KB
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HIPERBILIRUBIN
Disusun Oleh: Aulua Bella
(1610017)
Bima Prasetya
(1610019)
Claudia
(1610022)
Ni Made Wahyu C
(1610071)
Ni Putu Gita Wirani (1610072) Nisha Alfianti
(1610073)
PROGAM STUDY S1 KEPERAWATAN
Mata Kuliah
: Keperawatan Anak
Topik
: Hiperbilirubin
Sub Pokok Bahasan
:1. Definisi Hiperbilirubin. 2. Penyebab Hiperbilirubin. 3. Tanda dan Gejala Hiperbilirubin. 4. Dampak atau Akibat Hiperbilirubin.
Sasaran
: Ibu-ibu
Hari/tanggal
: Jumat/ 6-Oktober-2017
Tempat
: Puskesmas Mulyorejo Surabaya
Waktu
: 1 x 30 menit
A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia atau yang dikenal dengan istilah ikterus adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin serum. Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan. Sebagian besar kejadian ikterus neonatorum bersifat fisiologis, namun yang non fisiologis harus diwaspadai sebab dapat menimbulkan komplikasi yang berat baik gejala sisa bagi yang hidup maupun yang fatal jika pengobatan terlambat (Cloherty,2004). Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang timbul akibat tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit pada neonatus lebih banyak dan usianya lebih pendek. Hal ini bisa diakibatkan oleh pemecahan eritrosit yang berlebihan, gangguan clearance metabolism, gangguan
konjugasi
atau
gangguan
ekskresi
bersama
air
(Sarwono
et
al,1994).Hiperbilirubinemia indirek dijumpai pada sekitar 60% bayi aterm dan 80% bayi premature (Nelson, 2007). Angka kejadian menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Di Malaysia, hasil survei pada tahun 1998 di rumah sakit pemerintah dan
pusat kesehatan di bawah Departemen Kesehatan mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan. Sebuah studi cross sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58%untuk kadar bilirubin diatas 5mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin diatas 12mg/dL pada minggu pertama kehidupan. Ikterus pada neonatus dapat dibedakan secara dua macam,yaitu fisiologis dan patologis. Ikterus neonatorum fisiologis timbul akibat peningkatan dan akumulasi bilirubin indirek 5 mg/dl/24 jam dan ikterus akan tetap menetap hingga 8 hari atau lebih pada bayi cukup bulan(matur) sedangkan pada bayi kurang bulan (prematur) ikterus akan tetap ada hingga hari ke-14 atau lebih. Ikterus neonatorum patologis dapat ditimbulkan oleh beberapa penyakit seperti anemia hemolitik, polisitemia, ekstravasasi darah (hematoma), sirkulasi enterohepatik yang berlebihan, defek konjugasi, berkurangnya uptake bilirubin oleh hepar, gangguan trans portasi bilirubin direk yang keluar dari hepatosit atau oleh karena obstruksi aliran empedu.Faktor resiko yang dianggap sebagai pemicu timbulnya ikterus neonatorum yaitu kehamilan kurang bulan (prematur), bayi berat badan lahir rendah, persalinan patologis, asfiksia, ketuban pecah dini, ketuban keruh dan inkompatibilitas golongan darah ibu dan anak (Fx.Wikan I, Ekawaty LH, 1998).Ikterus neonatorum dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius jika tidak ditangani dengan yaitu ensefalopati bilirubin yang dikenal dengan kern icterus (Rina Triasih, dkk., 2002; Tb.Rudy Firmansjah B. Rifai, 2003). Kern icterus timbul akibat akumulasi bilirubin indirek di susunan saraf pusat yang melebihi batas toksisitas bilirubin pada ganglia basalis dan hipocampus. Ikterus neonatorum perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik sehingga menurunkan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate = IMR) yang masih tinggi di Indonesia. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak 41,4 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu
penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai Universitas Sumatera Utara kern ikterus).Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, kern icterus juga dapat menyebabkan gejala sisa berupacerebral palsy, gangguan pendengaran, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.
B. Tujuan dan Instruksi Umum Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan orang tua dapat memahami tentang hiperbilirubin. C. Tujuan dan Instruksi Khusus 1. Menyebutkan pengertian hiperbilirubinemia 2. Menyebutkan penyebab hiperbilirubinemia 3. Menyebutkan tanda dan gejala hiperbilirubinemia 4.Menyebutkan cara perawatan hiperbilirubunemia
D. Metode Ceramah, Tanya jawab.
E. Media Leaflet.
F. Kegiatan Penyuluhan NO
Kegiatan Mahasiswa
1.
Kegiatan Klien
Waktu
Tahap Pembuka - -Mengucapkan salam
-
-
- -Membuat kontrak waktu
-
-
- - Menjelaskan tujuan dan waktu -
-
Menjawab salam Mendengarkan dan memperhatikan Mendengarkan dan memperhatikan
5 menit
penyuluhan
2.
- -Mengemukakan pendapat
Tahap Pelaksanaan
- -Menggali pengetahuan orang tua - - Mendengarkan dan memperhatikan tentang hiperbilirubinemia -
Memberikan
-
reinforcement - - Menyebutkan kembali pengertian
positif
hiperbilirubin
- -Meluruskan konsep -
-
Meminta
- - Mendengarkan
orang
tua
mengulang kembali -
Memberikan
-
reinforcement - -Mendengarkan dan memperhatikan - -Menyebutkan kembali penyebab
Menggali pengetahuan orang tua hiperbilirubin
-
tentang
penyebab - - Mendengarkan
hiperbilirubinemia -
Memberikan
-
- - Mengemukakan pendapat reinforcement - -Mendengar
positif -
- -Mendengar dan memperhatikan
Meluruskan konsep
- -Menyebutkan kembali komplikasi
-
-
Meminta ornag tua mengulang hiperbilirubin
-
kembali -
- -Mendengar mengemukakan pendapat
Memberikan
-
reinforcement - -Mendengar
positif -
untuk - - Mengemukakan pendapat - - Mendengarkan
positif -
- - Mendengarkan dan memperhatikan
- -Mengemukakan pendapat
Menggali pengetahuan orang tua - - Menyebutkan kembali cara perawatan
-
tentang
tanda
hiperbilirubinemia
dan
gejala di rumah - -Mendengar
20-30 menit
-
Memberikan
reinforcement - -Bertanya
-
positif -
-
-
-
- -Memperhatikan
Meluruskan konsep Meminta audience mengulang
kembali -
Memberikan
reinforcement
-
positif -
Menggali pengetahuan audience
-
tentang
dampak
dan
akibat
hiperbilirubin
-
Memberikan
reinforcement
-
positif - -Meminta
audience
mengulang
kembali - - Menjelaskan
cara
perawatan
hiperbilirubin -
Meminta
audience
-
untuk
mengulang kembali -
Memberikan
-
reinforcement
positif -
Memberi
-
kesempatan
kepada
audience untuk bertanya.
3.
Tahap Penutup -
Presenter
-
bersama
orang tua - -Menyimpulkan materi bersama orang
menyimpulkan materi -
-
-
tua
Presenter mengadakan evaluasi
- -Menjawab pentanyaan presenter
-
Presenter memberi salam
- -Menjawab salam
-
Menyimpulkan materi
- -Mendengarkan dan memperhatikan
Memberi salam
- -Menjawab salam
-
5 Menit
G. Evaluasi 1. Evaluasi Struktur Setting tempat teratur berbentuk berhadapan 2. Evaluasi Proses a.
Suasana tenang dan tidak ada mondar mandir.
b. Selama proses berlangsung, diharapkan audience dapat mengikuti seluruh kegiatan. c.
Selama kegiatan berlangsung diaharapakn audience dapat mengikuti seluruh kegiatan.
3. Evaluasi Hasil Audience mampu: a.
Menjelaskan definisi hiperbilirubinemia
b. Menyebutkan 3 dari 4 penyebab hiperbilirubinemia c.
Menyebutkan 4 dari 6 tanda dan gejala hiperbilirubinemia
d. Menyebutkan komplikasi dari hiperbilirubinemia e.
Menyebutkan cara perawatan hiperbilirubinemia di rumah
H. Pembimbing Qori’ila S., M.Kep.,Sp. Kep. An
I. Setting Tempat
: Fasilitator : Dokumentator : Moderator : Audience
J. MATERI PENYULUHAN HIPERBILIRUBIN
1. Pengertian Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar bilirubiun serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah dan reabsorbsi lanjut dan bilirubin tak terkonjugasi dari usus kecil (Doenges & Moorhouse, 2001). Bayi dinyatakan hiperbilirubinemia jika total bilirubin total mencapai 12 mg/dl atau lebih pada bayi cukup bulan dan lebih dari 10 mg/dl pada bayi kurang bulan (Markum, 1991). 2. Tanda dan Gejala Adanya ikterus (kekuningan) yang timbul. Ikterus ada dua macam, yaitu fisiologis dan ikterus
patologis. · Ikterus fisiologis timbul pada hari kedua dan hari ketiga dan menghilang pada minggu pertama, selambat-lambatnya 10 hari pertama setelah lahir. · Ikterus patologis terjadi pada dua jam pertama, dan menetap sesudah dua minggu pertam
3. Penyebab Menurut Price dan Wilson (2005), hiperbilirubinemia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: a.
Pembentukan bilirubin yang berlebihan, seperti pada penyakit hemolitik
b.
Gangguan ambilan bilirubin yang disebabkan karena imaturitas hepar, gangguan fungsi hepar, asidosis, dan infeksi.
c.
Gangguan konjugasi bilirubin
d. Gangguan ekakresi yang terjadi akibat obstruksi didalam hepar atau diluar hepar
4. Manifetasi Klinis Manifestasi klinis hiperbilirubinemia adalah sebagai berikut: a. Ikterus pada kulit, sklera, kuku, dan membran mukosa
b.
mual, untah, anoreksia
c.
urin berwarna gelap dan tinja berwarna pucat
d. lemah e.
kaku leher, spasme otot, dan kejang
5. Komplikasi Komplikasi hiperbilirubinemia adalah sebagai berikut: b. Enselopati c.
Kern-ikterus
6. Cara Perawatan di Rumah
Apabila terdapat peningkatan kadar bilirubin maka kita dapat melakukan pengawasan akan dampak peningkatan bilirun seperti adanya jaundice (perubahan pada kulit dan mata bayi yang baru lahir), kesulitan makan, adanya tremor (gemetar), reflek moro. Disarankan pada orang tua agar menjemur bayi pada pagi hari (pukul 07.00 – 08.00 WIB) selama 15 menit sampai keadaan ikterus menghilang. Berikan cukup minum kemudian 1 minggu lagi bayi kembali untuk kontrol Fototerapi merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar/lampu.