13 0 257 KB
Analisa Jurnal Pengaruh Pemberian Madu pada Diare Akut
Disusun oleh:
SUCI NUR F
1708555
SUKASMI
1708556
SUNARNO
1708557
WAHYU CATUR R
1708579
WOWO PRACOYO
1708587
ZAENAL ARIFIN
1708596
PROGRAM PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2018
ANALISA JURNAL PENGARUH PEMBERIAN MADU PADA DIARE AKUT
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, pada tahun 2003 angka kesakitan diare 374 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Angka kesakitan tersebut meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei tahun 1996 yaitu 280 per 1.000 penduduk.2 Tahun 2004, diare merupakan penyakit Pengaruh dengan frekuensi kejadian luar biasa (KLB) kelima terbanyak setelah DBD, campak, tetanus neonatorum, dan keracunan makanan. Masyarakat dunia dari berbagai budaya dan agama, telah mengenal madu sebagai jenis suplemen yang bernilai tinggi. Dari studi laboratorium dan uji klinis, madu murni memiliki aktivitas bakterisidal yang dapat melawan beberapa organisme enteropathogenic,
termasuk
diantaranya
spesies
dari
Salmonela, shigela, dan E. coli.3 Uji klinis pemberian madu pada anak yang menderita gastroenteritis telah diteliti. Para peneliti mengganti glukosa (111 mmol/l) di dalam cairan rehidrasi oral yang mengandung elektrolit standar seperti yang direkomendasikan WHO/UNICEF, rata-rata waktu pemulihan dari pasien (usia 8 hari sampai 11 tahun) mengalami penurunan yang signifikan.4 Penelitian lain yang menguji madu sebagai prebiotik pada tahun 2002, membandingkan tingkat pertumbuhan Bifidobacterium spp. yang di kultur dengan memberikan madu yang berasal dari tanaman cengkeh mengalami pertumbuhan yang sama dibandingkan dengan
media yang mengandung fructooligosaccharide (FOS), galactooligosaccharide (GOS), atau inulin. Namun jika dibandingkan dengan media kontrol pertumbuhan, cukup signifikan. Kelompok ingin mengetahui pengaruh pemberian madu pada an. R dengan diare akut dehidrasi sedang di ruang Seruni RS Bayangkara Semarang
B. ANALISA JURNAL
Resume Jurnal
Analisa
Judul penelitian
Pengaruh Pemberian Madu Pada Diare Akut
Penulis
Sofyan Cholid
Nama Jurnal
Jurnal Sari Paedeatric tahun 2011
Screening Mengapa penelitian dilakukan?
Diare masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia, tahun 2003 angka kesakitan diare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun, meningkat dibandingkan tahun 1996. Hasil studi laboratorium dan uji klinis, madu murni memiliki aktivitas bakterisidal yang dapat melawan beberapa organisme enteropathogenic.
Apa
pertanyaan
penelitian ini? (PICO)
Populasi dalam penelitian ini adalah 70 pasien anak diare akut, di ruang perawatan Sub-bagian Gastroenterologi Anak,
Bagian
Ilmu
Kesehatan
Anak
Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Ketileng Semarang. Kriteia inklusi pasien diare cair akut berusia 1-5 th, tidak ada kelainan kongenital pada saluran cerna, tidak menderita penyakit penyerta yang berat atau gizi buruk, tidak dalam kondisi imunodefisiensi (pasien penyakit keganasan, dalam terapi sitostatik dan pasien yang sedang
mendapat
terapi
kortikosteroid).
Kriteria
eksklusi, kadar gula darah sewaktu di atas normal, komplikasi berat akibat diare, dalam perjalanan penyakit menjadi dehidrasi berat, dan menjadi diare yang berlangsung >14 hari.
Intervensi: 35 pasien diare akut dilakukan tindakan / intervensi berupa pemberian suplementasi madu secara oral oleh seorang petugas 20 g perhari, terbagi rata dalam 3 kali pemberian (pada jam 07.00, 15.00, 21.00) dengan pengenceran menggunakan aquadest steril menjadi 10 cc pada masing-masing pemberian.
Control : 35 pasien diare akut tanpa dilakukan intervensi pemberian madu hanya tindakan keperawatan seperti biasa
Outcome dari penelitian ini adalah Nilai rerata gula darah sewaktu (GDS) sebelum intervensi pada kelompok suplementasi madu lebih tinggi yaitu 89,09 (±1,6328) dibandingkan dengan kelompok tanpa suplementasi madu 86,86 (±1,83). Sedangkan untuk rerata GDS akhir pada kelompok suplementasi madu sedikit lebih tinggi 96,77 (±1,46) dibandingkan dengan kelompok tanpa suplementasi madu 96,0286 (±1,50).
Rerata lama rawat kelompok suplementasi madu lebih pendek yaitu 59,46 (±3,89) jam dibandingkan kelompok tanpa suplementasi madu 71,20 (±3,89) jam Proporsi anak yang mengalami peningkatan berat badan pada kelompok suplementasi madu sedikit lebih tinggi (82,9%) dibanding kelompok tanpa suplementasi madu (80%)
Validity
Keabsahan penelitian ini sudah valid. Sebab instrument penelitian menggunakan alat ukur nyeri yang sudah baku yaitu uji test gula darah sewaktu laboratorium, alat ukur berat badan dan jumlah BOR pasien rawat inap RS
Apa penelitian
tujuan
Tujuan penelitian untuk Menilai dan membuktikan bahwa pemberian madu pada pasien diare akut akan mengurangi
frekuensi
meningkatkan berat badan
diare,
lama
rawat,
dan
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka penelitian ini sudah baik dan sesuai karena diambil dari buku, jurnal dan informasi dari Badan
Layanan
Kesehatan
Negara
yang
teruji
keabsahannya. Sumber dari penelitian ini pun rata-rata merupakan keluaran yang minimal berjarak 10 tahun dari terbikannya jurnal penelitian ini. Jenis penelitian
Penelitian kuantitatif
Randomized controlled trial
tersamar tunggal pada 70 subyek diare akut dengan diare ringan sedang, yang dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok suplementasi madu dan kontrol. Clinical Importance Manfaat penelitian
Terapi pemberian madu dapat dipakai sebagai alternatif pengobatan untuk pasien diare akut pada anak. Madu dapat mengurangi hari rawat, frekuensi diare dan meningkatkan berat badan pada anak
Kesimpulan Pemberian madu terbukti menurunkan frekuensi diare pada hari ke 2, 4, dan 5, memperpendek lama perawatan serta kesembuhan 50% yang terjadi di hari ke-3.Tidak terdapat perbedaan kenaikan berat badan pada kedua kelompok
C. PEMBAHASAN Madu dikenal sebagai jenis suplemen yang bernilai tinggi dan mudah didapat di masyarakat dan harga cukup terjangkau. Dari studi laboratorium dan uji klinis, madu murni memiliki aktivitas bakterisidal
yang
dapat
melawan
beberapa
organisme
enteropathogenic, termasuk diantaranya spesies dari Salmonela, shigela, dan E. coli.
Orang tua pasien An. R sudah terbiasa memberikan madu di saat An R mengalami panas, tetapi saat ini An R mengalami sakit diare dan muntah sehingga orang tua tidak memberikan madu. Setelah diberikan penjelasan dan edukasi tentang manfaat madu pada pasein dengan Diare akut orang tua An R memberikan madu dengan takaran 1 sendok makan diencerkan 10 cc air diberikan 3 x sehari. Pada hari ke 2, An R sudah tidak mual dan tidak muntah lagi, frekuensi BAB 4 x konsistensi ada ampas dan sudah tidak panas lagi. Pada hari ke 3, An R nampak lebih segar, frekuensi BAB 3 x dengan konsistensi lembek cair, tidak panas dan tidak mual muntah. Terapi pemberian madu pada pasien diare akut dapat diterapkan pada An R dan cukup berhasil.
D. KERUGIAN DAN KEUNTUNGAN Keuntungan dari terapi pemberian madu pada diare akut, madu merupakan bahan yang mudah didapat, cukup terjangkau dan disukai anak-anak karena rasanya yang manis. Sedang kerugiannya terapi pemberian madu pada diare akut tidak dapat diaplikasikan pada anak usia dibawah 1 tahun karena berdasarkan rekomendasi mencegah keracunan botulismus pada bayi, dengan tidak memberikan madu sampai usia 12 bulan.
E. IMPLIKASI DALAM KEPERAWATAN Terapi pemberian madu pada pasien diare akut dapat dipakai sebagai alternatif terapi untuk mengatasi diare pada anak karena terbukti dapat mengurangi frekuensi diare, lama rawat inap dan dapat meningkatkan berat badan anak.