Sap Penkes Mengenal Gangguan Jiwa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAL GANGGUAN JIWA DI POLI RAWAT JALAN RS JIWA KALAWA ATEI



OLEH : JANNA NAHDYA NURROZI, S.Kep., Ners 19950121 201903 2 012



PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN I PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2019



SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAL GANGGUAN JIWA DI POLI RAWAT JALAN RS JIWA KALAWA ATEI Topik



: Mengenal Gangguan Jiwa



Judul



: “Peningkatan Pengetahuan Keluarga dan Pasien Mengenai Gangguan Jiwa”



Hari/Tanggal



: Rabu, 19 Juni 2019



Waktu



: 10.45-11.00 WIB



Tempat Pelaksanaan



: Poli Rawat Jalan RS Jiwa Kalawa Atei



Sasaran



: Pengunjung Poli Rawat Jalan RS Jiwa Kalawa Atei



Sub Topik



: 1. 2. 3. 4.



Definisi gangguan jiwa Penderita gangguan jiwa Penyebab gangguan jiwa Tingkatan gangguan jiwa dan jenis-jenis penyakit



gangguan jiwa 5. Penanganan orang dengan gangguan jiwa 6. Sikap masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association,1994). Ketika penderita gangguan jiwa melakukan rawat jalan atau inap di rumah sakit jiwa, keluarga harus tetap memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan petunjuk tim medis rumah sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan. Jenis-jenis dukungan keluarga seperti dukungan pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional (Friedman,1998).



Tetapi kenyataannya, belum banyak keluarga memiliki kepedulian tentang ini. Banyak keluarga yang menyerahkan sepenuhnya penyembuhan penderita kepada petugas kesehatan. Banyak pasien gangguan jiwa justru ditelantarkan keluarganya. Keluarga telah melupakan mereka. Banyak yang tidak mengurusnya lagi saat dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Padahal, jika keluarga mereka rajin mengunjungi dan memberikan dukungan bagi pasien gangguan jiwa, ini merupakan salah satu terapi yang jitu untuk kesembuhan mereka. Namun, jika keluarga mereka tidak peduli, tingkat kesembuhan pasien makin lama karena pasien merasa tidak diperhatikan lagi oleh keluarganya (Yosep,dkk, 2008). Bersadarkan hal tersebut, penyuluh akan memberikan penyuluhan mengenai kesehatan jiwa kepada keluarga pasien dengan gangguan jiwa dengan harapan adanya peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan jiwa itu sendiri sehingga berdampak bagi kesembuhan pasien kedepannya. B. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mendapatkan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan sasaran penyuluhan dapat memahami tentang perannya dalam mencegah penderita dengan gangguan jiwa di rumah. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mendapatkan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan sasaran penyuluhan mampu : 1) Memahami definisi gangguan jiwa 2) Mengetahui penderita gangguan jiwa 3) Memahami penyebab gangguan jiwa 4) Memahami tingkatan gangguan jiwa dan jenis-jenis penyakit gangguan jiwa 5) Memahami penanganan orang dengan gangguan jiwa 6) Memahami sikap masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa C. Tempat Poli Rawat Jalan RS Jiwa Kalwa Atei D. Waktu Kegiatan akan berlangsung selama 15 menit pukul 10.45 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB E. Sasaran Pengunjung Poli Rawat Jalan RS Jiwa Kalawa Atei F. Garis Besar Materi 1) Definisi gangguan jiwa 2) Penderita gangguan jiwa



3) Penyebab gangguan jiwa 4) Tingkatan gangguan jiwa dan jenis-jenis penyakit gangguan jiwa 5) Penanganan orang dengan gangguan jiwa 6) Sikap masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa G. Pelaksanaan Kegiatan No. Waktu 1. 2 menit



Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Pendahuluan - Moderator memberikan salam kepada - Sasaran membalas sasaran. salam dari moderator. - Moderator menjelaskan topik - Sasaran menyimak. penyuluhan. - Moderator menjelaskan tujuan - Sasaran menyimak. -



2.



penyuluhan. Moderator



menjelaskan



waktu



pelaksanaan. 10 menit Penyampaian Materi - Penyaji menggali sedikit informasi (3 menit pada sasaran mengenai Gangguan Jiwa materi, 7



- Sasaran menyimak.



- Sasaran mengeksplorasi



menit tanya jawab)



apa



yang mereka ketahui -



Penyaji



1) 2) 3) 4)



menampilkan video, mengenai : Definisi gangguan jiwa Penderita gangguan jiwa Penyebab gangguan jiwa Tingkatan gangguan jiwa dan jenis-



menjelaskan



materi



tentang



dan



jiwa. - Sasaran memperhatikan penjelasan



masyarakat



terhadap



dan



mencermati materi.



jenis penyakit gangguan jiwa 5) Penanganan orang dengan gangguan jiwa 6) Sikap



kesehatan



orang



dengan gangguan jiwa Tanya Jawab -



Moderator membuka



sesi



tanya jawab. -



Penyelenggara penyuluhan menjawab



-



Sasaran mengajukan pertanyaan.



pertanyaan



-



sasaran.



Sasaran memperhatikan jawaban



yang



diberikan. 3.



3 menit



Penutup - Moderator melakukan evaluasi dengan memberikan beberapa pertanyaan - Moderator



Sasaran



menjawab



pertanyaan evaluasi



menyimpulkan



hasil



penyuluhan.



- Sasaran



menyimak



kesimpulan



yang



disampaikan



oleh



moderator. - Sasaran menerima



- Pembagian leaflet pada sasaran.



leaflet yang diberikan oleh fasilitator. - Mengakhiri dengan salam



- Menjawab salam dan sasaran bersiap untuk meninggalkan tempat penyuluhan.



H. Metode 1. Menonton Video 2. Diskusi I. Media 1. Leaflet 2. Video J. Setting Tempat



2



12



2



2



2



2



Keterangan gambar: 1. Penyuluh 2. Peserta K. Evaluasi 1. Kegiatan : Jadwal, alat bantu atau media, pengorganisasian, proses penyuluhan



2.



Hasil penyuluhan : memberi pertanyaan pada pasien yang mengikuti penyuluhan di Poli Rawat Jalan RSJ Kalawa Atei : a. Apa saja peyebab gangguan jiwa? b. Apa saja jenis-jenis gangguan jiwa! c. Apa saja penanganan pada orang dengan gangguan jiwa!



A. LAMPIRAN-LAMPIRAN - Materi - Leaflet - Video Lampiran Materi MENGENAL GANGGUAN JIWA A. PENGERTIAN GANGGUAN JIWA Gangguan jiwa adalah perubahan sikap seseorang yang menimbulkan penderitaan dan dapat menyakiti diri sendiri serta merugikan orang lain (Sipayung, A, 2010). B. PENDERITA GANGGUAN JIWA Gangguan jiwa merupakan salah satu penyakit yang sedang dan menjadi trend global. Secara global, 1 dari 4 orang menderita gangguan jiwa baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk 251 juta, prevalensi gangguan jiwa berat termasuk skizofrenia meningkat dari 0,5% (2007) menjadi 1,7% (2013). C. PENYEBAB GANGGUAN JIWA Menurut Maramis (2010) dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab gangguan jiwa dapat dibedakan atas : a. Faktor Biologis, yaitu akibat gangguan pada neuroanatomi, neurofisiologi, dan nerokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik, serta factor pranatal dan perinatal. Contoh : usia. b. Faktor Psikologik, yaitu keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan ayah, persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik, maka dapat menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan. Contoh : tidak mempunyai pekerjaan, pribadi yang tertutup, merasa sudah sembuh sehingga putus obat, pengalaman tidak menyenangkan, konflik, .



c. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh mengenai keagamaan. D. TINGKATAN GANGGUAN JIWA DAN JENIS-JENIS PENYAKITNYA a. Gangguan Jiwa Ringan Adalah gangguan dimana seseorang dalam keadaan sadar, dengan melalui ketidakberesan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya tekanan yang terus menerus seperti konflik yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek kepribadian, phobia, histeris. Jenis-jenis Penyakit : a) Kecemasan. Penyebab : gagalnya saraf otak mengontrol emosi, trauma masa kecil. Gejala : mudah marah, tersinggung, tidak fokus/tenang, susah tidur, takut, panik, keringat dingin. b) Ketidakberdayaan. Penyebab : depresi, hubungan yang tidak baik, lingkungan yang tidak mendukung. Gejala : menghindari orang lain, ga mau tau, muka murung c) Gangguan Citra Tubuh. Penyebab : perubahan bentuk tubuh (cacat tubuh). Gejala : malu terhadap bagian tubuh yang cacat, khawatir dengan penolakn orang lain, menyembunyikan bagian tubuh yg cacat, murung, menghindari orang lain. d) HDR situasional. Penyebab : perubahan tubuh (gendut, jerawat, cacat dll), riwayat penolakan, perubahan peran sosial (ketidak mampuan dalam keluarga dan sosial). Gejala : menilai diri negatif, menolak berinteraksi, kontak mata kurang, jalan menunduk, lesu, tidak mampu membuat keputusan. e) Keputusasaan. Penyebab : stres yang lama, hilang kepercayaan pada spiritual dan nilai penting, penyakit kronis. Gejala : sedih sekali, expresi datar, kurang berinisiatif. b. Gangguan Jiwa Berat Adalah bentuk gangguan jiwa yang merupakan ketidakmampuan untuk berkomunikasi atau mengenali realitas yang menimbulkan kesukaran dalam kemampuan seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam kehidupan seharihari. Salah satu gejala psikosis yang dialami penderita gangguan jiwa berupa gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Jenis-jenis Penyakit : a) HDR. Penyebab : sering disalahkan, kurang dihargai keluarga dan orang lain, di asingkan. Gejala : menilai diri negatif, merasa malu, merasa tidak memiliki kelebihan. Jalan menunduk, lesu, bicara dengan pelan.



b) Resiko Perilaku Kekerasan. Penyebab : NAPZA, Halusinasi. Gejala : marahmatah, mengamuk, melotot, pandangan mata tajam, tangan mengepal, berteriak, agresif. c) Halusinasi (penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, pengecap). Penyebab : sering mengurung diri, NAPZA, kurang kegiatan social, dan berpikir jelek tentang diri sendiri. Gejala : mendengar bisikan, melihat bayangan, merasakan rabaan, mencium sesuatu, mengecap rasa yang aneh. Bicara sendiri, melihat ke satu arah, dan mengarahkan telinga kearah tertentu. d) Isolasi social. Penyebab : malu, minder, takut ditolak, tidak dihargai, sering alami kegagalan, tidak diterima di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Gejala : menolak berinteraksi, kontak mata kurang, tidak mampu penuhi harapan, megurung diri. e) Deficit perawatan diri. Penyebab : kelemahan, gangguan pada tulang dan sendi, kurang motivasi. Gejala : tidak ingin mandi, buang air sembarangan, tidak mampu berpakaian, tidak mau berhias, tidak menjaga kebersihan. f) Resiko bunuh diri. Penyebab : stress berlebihan, hilang dukungan social, perpisahan, penyakit kritis, terlalu banyak kejadian negatif. Gejala : mengungkapkan ingin mati, mengatakan rencana ingin mati, melakukan percobaan bunuh diri (memotong nadi, menggantung diri, meminum racun, membenturkan kepala), menyiapkan rencana bunuh diri, dan gelisah. g) Waham. Penyebab : luka pada bagian kepala, pribadi mudah kecewa, cemas tinggi, mudah putus asa, menutup diri, pandangan diri negatif, kebutuhan yang tidak terpenuhi. Gejala : mudah lupa, sulit konsentrasi, mengatakan dirinya artis, nabi, presiden, wali, dsb yang tidak sesuai dengan kenyataan, mengatakan hal yang diyakini berulang-ulang, curiga, waspada berlebihan, khawatir, sedih atau gembira berlebihan, wajah tegang, perilaku sesuai waham yang diyakini, banyak bicara, hiperaktif, permusuhan, atau menarik diri. E. PENANGANAN ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA 1. Terapi Biologi Terapi obat-obatan, psikobedah, dan terapi elektrokonvulsif (terapi dengan kejutan listrik yang dilakukan oleh psikitri untuk membuat pasien menjadi tidak sadar, dan membuat pasien menjadi kejang-kejang biasanya terapi elektrokonvulsif sebagai pilihan penanganan terakhir terhadap pasien gangguan jiwa). 2. Psikoterapi a. Terapi psikodinamik merupakan terapi yang membantu seseorang dalam mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari perilaku abnormal. b. Terapi humanistik-eksistensial Terapi ini memusatkan pada pengalaman-pengalaman sadar, dimana lebih memusatkan perhatian yang dialami oleh pasien, yang membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya dengan baik. Tujuan terapi ini



menekankan hubungan komunikasi agar lebih terbuka dan jujur ketika komunikasi terhambat. 1) Terapi kognitif Terapi ini mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku dan emosiemosi yang bermasalah disebabkan oleh proses pikiran dan kepercayaan yang salah, perubahan tingkah laku yang salah adalah pemahaman terhadap hal-hal yang tidak realistik dimana seseorang menafsirkan dirinya sendiri sebagai tingkah laku yang maladaftif. Terapi kognitif membantu pasien untuk memperbaiki keyakinan yang maladaftif. 2) Terapi tingkah laku Terapi ini berfokus pada perubahan perilaku yang mencoba mengembangkan hubungan teraupetik yang hangat kepada pasien. Metode dalam terapi ini adalah suatu progam teraupetik dimana pasien pertama diperlihatkan dengan menggunakan imajinasi atau gambar, dan selanjutnya akan masuk tahap yang lebih menakutkan, setelah pasien di intruksikan untuk membayangkan dan makin menimbulkan kecemasan maka terapis memfokuskan kembali untuk rileks. Proses ini di ulang sampai pasien tidak merasa cemas. 3) Terapi kelompok Terapi kelompok merupakan terapi yang memberi kesempatan kepada pasien agar dapat bersosialisasi dengan orang lain. Bentuk terapi-terapi kelompok dapat berupa psikodrama. Psikodrama adalah bentuk yang di kembangkan oleh J.L Moreno,1892, metode ini sangat penting karena bertujuan untuk pasien memainkan peran di alam khayal, dengan demikian dia merasa bebas mengungkapkan sikap yang terpendam dan motivasi yang kuat sehingga pasien dapat merasa sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman (insight) yang memberi kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan nyata. 4) Terapi keluarga Dalam terapi keluarga, yang menjadi unit perawatan keluarga bertujuan untuk membantu pasien mengatasi konflik dan masalah, membantu anggota keluarganya berfungsi dengan baik sebagai suatu unit, tetapi juga membantu setiap dalam penanganan secara lebih efektif. Komunikasi-komunikasi keluarga sangat penting bagi kesembuhan pasien gangguan jiwa. Peran keluarga sangat penting bagi kesembuhan pasien gangguan jiwa karena dapat memberikan dukungan kepada pasien gangguan jiwa, membantu mengurangi angka kejadian relaps (kambuh) untuk itu pasien dapat berperan di masyarakat. Yang membantu kembalinya fungsi secara maksimal pada pasien gangguan jiwa. F. SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA Sikap masyarakat yang seharusnya dilakukan adalah saling menghargai, berempati, dan saling menolong. Masyarakat harus memandang bahwa penyakit jiwa sama



dengan penyakit fisik lainnya. Dengan dukungan yang baik, temani penderita, dan ajak penderita beraktivitas, maka proses penyembuhan akan terjadi lebih cepat, sehingga para penderita dapat kembali meningkatkan kualitas hidupnya dan menjadi lebih produktif.



DAFTAR PUSTAKA



Davison, et al . 2006. Psikologi Abnormal Edisi 9. Jakarta : PT. Raja Rafindo Persada Maramis, Rusdi. 2010. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta : FK Unika Atmajaya Prof. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. Pendekatan “Model Recovery sebagai Alternatif dalam Penyembuhan dan Pemulihan Gangguan Jiwa Kronis”. Orasi Ilmiah Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Sipayung, A. 2010. Hati-Hati Mengatakan Anda Tidak Sakit Jiwa. Jakarta : Pt. Elex Media