SAP Perawatan Stroke [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT DI RUMAH SAKIT (PKMRS) PERAWATAN STROKE DI RUMAH DI RUANG SERUNI A RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA



Disusun oleh: Kelompok 4 (B18)



1. Ardillah Dwi Safitri



NIM.131623143027



2. Hardiansyah



NIM.131623143028



3. Bangun M.A



NIM.131623143029



4. Budi Cahyono



NIM.131623143030



5. Cicik Eka Irawati



NIM.131623143031



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017



SATUAN ACARA KEGIATAN



Bidang Studi



: Keperawatan Medikal Bedah



Tema



: Perawatan Stroke di Rumah



Sasaran



: Keluarga di Ruang Seruni A



Tempat



: Ruang Tunggu di Ruang Seruni A



Pukul



: 10.00 – 10.50 WIB



Tanggal



: Kamis, 4 Mei 2017



I.



Pendahuluan Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak setelah jantung dan kanker. Diperkirakan ada 500 ribu penduduk Indonesia yang terkena stroke setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang, dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus-menerus berbaring di kasur (Redaksi Agromedia, 2009). Stroke menjadi masalah yang besar dan serius. Sebagai penyebab kecacatan terbanyak kedua pada individu usia di atas 60 tahun, stroke menimbulkan beban psikososial serta biaya yang sangat besar. Bagi pasien pasca stroke diperlukan intervensi rehabilitasi medik agar mereka mampu mandiri untuk mengurus dirinya sendiri dan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari tanpa harus terus menjadi beban bagi keluarganya. Namun tidak semua pasien mendapat kesempatan melanjutkan program rehabilitasi stroke setelah pulang dari perawatan. Sebagian besar disebabkan karena tidak tersedianya fasilitas rehabilitasi medik di sekitar tempat tinggal pasien. Secara umum rehabilitasi stroke fase subakut dan kronis dapat ditangani melalui tatalaksana rehabilitasi medis sederhana yang tidak memerlukan peralatan canggih. Berfokus pada upaya untuk mencegah komplikasi immobilisasi yang dapat membawa dampak kepada perburukan kondisi dan mengembalikan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, diharapkan pasien dapat mencapai hidup yang lebih berkualitas (Wirawan, 2009). Selain tenaga medis,



peran keluarga sangat menentukan dalam proses peningkatan fungsi fisik dan psikologis pasien pasca stroke di rumah.



II.



Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat memahami dan mengerti tentang perawatan penderita stroke di rumah



III. Tujuan Instruksional Khusus Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit tentang perawatan penderita stroke di rumah, diharapkan keluarga pasien mampu: 1. Menyebutkan definisi stroke. 2. Menyebutkan penyebab stroke. 3. Menyebutkan tanda dan gejala stroke. 4. Menyebutkan cara perawatan stroke di rumah.



IV. Sasaran Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada keluarga pasien stroke di Ruang Seruni A RSUD Dr. Soetomo Surabaya.



V. Metode Ceramah/ Tanya Jawab



VI.



Media 1.



X-banner



2.



Leaflet



VII. Materi 1. Definisi stroke 2. Penyebab stroke 3. Tanda dan gejala stroke 4. Cara perawatan stroke di rumah



VIII. Pelaksanaan NO. WAKTU 1. 5 menit



2.



30 menit



3.



10 menit



4.



5 menit



KEGIATAN PENYULUHAN Pembukaan  Penyampaian salam  Perkenalan  Menjelaskan topik penyuluhan  Menjelaskan tujuan  Kontrak waktu Mengajukan pertanyaan tentang penyakit stroke dan cara perawatan stroke di rumah. Penyajian materi : 1. Definisi stroke 2. Penyebab stroke 3. Tanda dan gejala stroke 4. Gangguan pasca stroke 5. Perawatan stroke di rumah Diskusi (tanya jawab)



: Harmayetty, S.Kp., M.Kes Edi Yuwono, S.Kep., Ns



Moderator



: Hardiansyah



Penyaji



: Cicik Eka Irawati



Fasilitator



: Ardilah Dwiagus Safitri Budi Cahyono



Observer



      



Membalas salam Mendengarkan Mendengarkan Mendengarkan Mendengarkan Mendengarkan Menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat  Memperhatikan dan mendengarkan



 Bertanya dan mengemukakan pendapat



Evaluasi  Memberi pertanyaan kepada  Menjawab pertanyaan peserta  Umpan balik  Memperhatikan dan mendengarkan Terminasi  Menyimpulkan hasil  Memperhatikan dan penyuluhan mendengarkan  Mengucapkan terima kasih  Memperhatikan dan mendengarkan  Mengakhiri dengan salam  Menjawab salam



IX. Pengorganisasian Pembimbing



KEGIATAN PESERTA



: Bangun Mukti Ardi



Keterangan : Observer



: Mengobservasi jalanya acara penyuluhan dari awal sampai akhir, mengobservasi performa penyuluh, mencatat pertanyaan dan mengobservasi keantusiasan peserta penyuluhan.



Penyaji



: Menyampaikan materi penyuluhan yang dimulai dari menggali pengetahuan peserta tentang tuberkulisis dan sesi diskusi (tanya jawab).



Moderator



: Membuka dan memimpin



jalanya acara



dimulai dari



pembukaan, penyampaian materi, evaluasi, dan yang terakhir terminasi. Fasilitator



: Memfasilitasi jalanya acara penyuluhan agar dapat berjalan dengan baik.



X. Setting Tempat



: Fasilitator



: Peserta



: Observer



: Penyaji



: Moderator



XI. Evaluasi 1. Evaluasi Struktur a. Kesiapan materi dan SAP. b. Kesiapan media: x-banner dan leaflet. c. Penyelenggaraan



penyuluhan



dilakukan



oleh



mahasiswa



Program



Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.



d. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan. e. Peserta hadir ditempat penyuluhan. f. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Seruni A RSUD Dr. Soetomo Surabaya g. Pengorganisasian



penyelenggaraan



penyuluhan



dilakukan



pada



hari



sebelumnya. 2. Evaluasi Proses a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan. b. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji. c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan. d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar. e. Suasana penyuluhan tertib. f. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan. 3. Evaluasi Hasil a. Peserta memahami materi yang telah disampaikan oleh penyaji. b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan dengan benar yang diajukan penyaji.



MATERI PERAWATAN STROKE DI RUMAH



1.



Definisi stroke Stroke adalah cedera vaskuler akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke adalah suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak. Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai (Feigin, 2006).



2.



Faktor Resiko Terkena stroke Faktor resiko yang tidak dapat diubah: a. Penuaan. b. Kecenderungan genetic yang memiliki riwayat keluarga terkena stroke. c. Ras, orang dengan kulit berwarna rasio terkena stroke lebih tinggi. Faktor resiko yang dapat diubah: a. Hipertensi Tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus menambah beban pembuluh arteri perlahan-lahan. b. Penyakit jantung. c. Diabetes mellitus Diabetes mellitus dapat menimbulkan perubahan pada sistem vaskuler (pembuluh darah dan jantung) serta memicu terjadinya aterosklerosis. d. Merokok. Asap rokok yang mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin dapat merangsang denyut jantung dan tekanan darah. e. Makanan yang tidak sehat Jika seseorang mengkonsumsi kalori lebih banyak daripada yang mereka gunakan dalam aktivitas sehari-hari, kelebihan kalori tersebut akan diubah menjadi lemak yang menumpuk di dalam tubuh (Soeharto, 2004; Feigin, 2006).



3.



Tanda dan gejala stroke a. Gangguan motorik : kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, gangguan gerak volunter, gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi. b. Gangguan sensoris : gangguan perasaan, kesemutan, rasa tebal-tebal. c. Gangguan bicara : sulit berbahasa (disfasia), tidak bisa bicara (afasia motorik), tidak bisa memahami bicara orang (afasia sensorik). d. Gangguan kognitif dan penurunan kesadaran (Purwanti, 2008).



4.



Gangguan akibat stroke Berikut ini beberapa gangguan yang terjadi pada fisik dan mental para penderita stroke menurut Purwanti (2008) dan Wirawan (2009): a. Masalah atau gangguan fisik: 1) Mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. 2) Tidak dapat menggerakkan kaki atau berjalan. 3) Tidak mampu merawat diri sendiri. 4) Kesulitan untuk melakukan pekerjaan. 5) Terjadi perubahan bentuk wajah yang signifikan seperti mulut menjadi miring. b. Masalah dan gangguan secara mental atau psikis: 1)



Penderita mengalami perasaan rendah diri.



2)



Merasa malu saat harus bertemu dengan keluarga, teman, atau harus berada ditengah-tengah keramaian.



5.



3)



Ada perasaan sulit menerima kenyataan yang terjadi.



4)



Kemampuan berpikir dan kecerdasan menurun.



Perawatan stroke di rumah Enam bulan pasca stroke merupakan gold period (masa keemasan/terbaik) dalam melakukan rehabilitasi pasca stroke. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menunda-nunda dalam memulai latihan. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian ketika kita merawat dan melakukan perawatan penderita stroke yang telah pulang ke rumah diantaranya yaitu:



a. Terapi Fisik Latihan fisik secara bertahap bisa dimulai ketika penderita pasca stroke masih terbaring di tempat tidur namun kondisinya sudah dinyatakan stabil oleh dokter. Diawali dengan gerakan berbaring miring dengan dibantu orang lain (keluarga, perawat, ahli fisioterapi) dalam posisi lurus kemudian menekuk. Jikasudah memungkinkan, latih penderita untuk duduk secara mandiri, tentunya dengan dibantu terlebih dahulu kemudian lama kelamaan bisa dilepas. Di selasela waktu istirahat, bisa dilakukan latihan pada jari-jari tangan seperti berlatih menekuk jari, menjepit, dan memegang. Semakin sering dilatih maka hasilnya akan makin optimal. Diusahakan untuk memaksimalkan peran aktif dari penderita, sedangkan keluarga/perawat/ahli fisioterapis hanya berperan membantu dan memberikan dukungan saja (Adibah, 2016). Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan latihan fisik, antara lain : 1) Membantu meningkatkan penggunaan ekstremitas (anggota gerak) tubuh. 2) Memperkuat otot yang lemah pasca stroke. 3) Mendapatkan kembali fungsi tubuh yang lumpuh. 4) Mampu mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. 5) Meningkatkan daya tahan tubuh. 6) Mencegah depresi. Latihan fisik yang akan diterapkan oleh seorang penderita stroke haruslah mengikuti beberapa aturan dasar supaya hasilnya optimal. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan latihan fisik sebagai berikut (Wirawan, 2009): 1) Menitik beratkan pada latihan kekuatan, koordinasi, keseimbangan, dan kestabilan. 2) Memulai latihan dengan pemanasan terlebih dahulu supaya otot dan sendi tidak kaku. 3) Tidak memaksakan kemampuan diri.



4) Memakai alat bantu dan secara perlahan berlatih untuk melepas alat bantu tersebut. b. Terapi Okupasi Terapi okupasi bertujuan meningkatkan kemampuan rawat diri penderita dan mengupayakan penderita mampu melakukan aktivitas harian secara mandiri. Tahap ini bisa dimulai jika penderita sudah mampu melakukan beberapa gerakan-gerakan aktif seperti berjalan perlahan (meski masih memakai alat bantu), memegang, dan lain-lain. Hendaknya peran keluarga penderita di rumah senantiasa menyiapkan berbagai keperluan penderita pada tempat-tempat yang terjangkau oleh penderita. Seperti tempat air minum, peralatan makan, pakaian, kacamata dan lain sebagainya. Untuk keperluan mandi, maka hendaknya keluarga mengkondisikan kamar mandi yang ‘ramah’ terhadap penderita pasca stroke, seperti memasang alat yang berfungsi sebagai pegangan, tidak membiarkan lantai dalam keadaan licin, dan menempatkan peralatan mandi pada tempat yang mudah dijangkau. Dengan dukungan dan kasih sayang keluarga, maka penderita stroke akan mampu menjalankan aktivitas hariannya dengan baik meski dengan segala keterbatasan (Adibah, 2016). c. TerapiWicara Terapi wicara biasanya melibatkan ahli atau terapis wicara. Namun demikian, dukungan keluarga tetap memegang peranan penting. Misalnya dengan tetap melakukan komunikasi (berbicara) meski penderita belum mampu meresponnya. Ajarkan kepada seluruh penghuni rumah untuk menghargai penderita dan menginformasikan apapun yang dikerjakan, misalnya meminta izin



ketika



akan



mengganti



seprei,



memakaikan



baju,



dan



sebagainya.Hendaknya kita mendekat ketika berbicara pada mereka, dan bukan dengan berteriak atau bersuara keras. Jangan sesekali membentak mereka, karena hal tersebut akan sangat melukai hatinya (Adibah, 2016).



d. Terapi Psikologis Terapi psikologis bisa melibatkan stres karena memikirkan kondisi kesehatannya. Dibutuhkan suasana yang hangat dan kekeluargaan supaya mereka bahagia dan merasa diperhatikan. Menurut Adibah (2016), cara meningkatkan psikologis penderita pasca stroke yang dapat dilakukan keluarga diantaranya: 1) Memberikan dukungan dan juga perhatian untuk pemulihan kesehatan pasien, seperti halnya dalam hal mengantar pasien untuk kontrol dan juga mengingatkan pada saat waktu minum obat. Selain itu pasien-pasien dengan stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi, pendampingan dan dukungan penuh dari keluarga serta semangat dari keluarga akan sangat menolong pemulihan. 2) Mendampingi pasien dalam melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari dan memberikan bantuan jika memang diperlukan. 3) Mendampingi dalam pengontrolan tekanan darah secara rutin, paling tidak dalam seminggu sekali. Karena faktor resiko stroke adalah peningkatan tekanan darah tinggi (Hipertensi). Kontrol tekanan darah dan kolesterol adalah kunci untuk pencegahan dari kejadian-kejadian stroke atau stroke berulang dimasa depan. e. Terapi Hobi Terapi hobi menjadi salah satu penunjang dalam keberhasilan pemulihan penderita pasca stroke. Dukung dan temani mereka untuk melakukan hobinya, seperti misalnya berkebun, menyulam, atau membuat kue. Dengan demikian, penderita akan terhindar dari stres dan bisa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang bermanfaat. Selama hobi tersebut tidak membahayakan, maka berikan dukungan dan tentunya bantuan karena ada kalanya kemampuan fisik penderita pasca stroke berkurang atau mengalami penurunan (Adibah, 2016). f. Terapi Spiritual Kebutuhan spiritual seseorang yang mengalami stroke sangat penting untuk kita perhatikan. Ingatkan mereka untuk mengerjakan ibadah meski tidak dalam posisi normal (jika tidak mampu berdiri). Jika kita hendak mengingatkan



atau menyampaikan nasehat, maka hendaknya dengan cara yang sopan dan halus. Jangan sampai penderita berputus asa dengan kondisi kesehatannya. Pompakan semangat dan ingatkan agar selalu bersabar supaya mendapatkan pahala dari Tuhan. Sampaikan bahwa kondisi sakitnya bisa menghapuskan dosa-dosanya selama ia menerima takdir dengan sabar (Adibah, 2016). g. Terapi Lingkungan Beberapa hal yang berkaitan dengan lingkungan rumah juga perlu mendapat perhatian kita. Menurut Wirawan (2009), lingkungan yang baik bagi para penderita stroke ketika mendapatkan pengobatan dan perawatan di rumah adalah sebagai berikut: 1) Kamar tidur dekat dengan kamar mandi atau WC agar mudah untuk dijangkau adan adanya pegangan di kamar mandi yang digunakan. 2) Menyediakan alat bantu komunikasi jika diperlukan, misalnya adalah dengan menyediakan kertas serta pena di dekat pasien. 3) Menyediakan alat bantu berjalan atau berpindah tempat bagi pasien stroke seperti halnya kursi roda ataupun tongkat (walker). 4) Menyediakan dan mendekatkan barang-barang yang sering digunakan seperti buku-buku, telepon, kacamata. 5) Menyediakan alas kaki yang nyaman dan aman anti selip yang memudahkan untuk leluasa dalam berjalan. h. Diet Penyakit Stroke Diet stroke adalah diet yang diberikan khusus untuk pasien stroke (Kusumadiani, 2010). Tujuan diet stroke menurut Almatsier (2006) adalah 1) Memberikan makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien



dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit. 2) Memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia (sulit menelan), pneumonia,



kelainan ginjal dan dekubitus (kerusakan jaringan). 3) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.



Syarat pemberian diet stroke menurut Almatsier (2006), antara lain: 1) Energi cukup, yaitu 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut diberikan 1100-1500 kkal/hari 2) Protein cukup, yaitu 0,8-1 g/kgBB. Apabila klien berada pada keadaan gizi kurang, protein diberikan 1,2-1,5/kgBB. Apabila penyakit disertai komplikasi Gagal Ginjal Kronik (GGK), protin diberikan rendah yaitu 0,6g/kgBB. 3) Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Utamakan sumber lemak tidak jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu