14 0 174 KB
Satuan Acara Bermain (SAB) Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Anak Dosen Pengampu: Ns. Destia Widyarani, S.Kep
oleh: Putri Intan Kumalasari NIM.17037141029
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS BONDOWOSO 2019
Topik:
Terapi Bermain
Sub Topik:
Tebak Gambar
Sasaran:
Anak-anak posyandu
Hari, Tanggal:
Senin, 20 Agustus 2019
Tempat:
Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso
Pelaksana:
Mahasiswa Tingkat 2B Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso
Waktu:
Pukul 09.00 - 09.45 WIB
A. Tujuan 1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain tebak gambar pada anak di posyandu, diharapkan
dapat
melanjutkan
proses
tumbuh
kembang
anak,
mempertahankan dan meningkatkan kreativitas serta imajinasi anak 2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi bermain tebak gambar, diharapkan anak di posyandu mampu:: o
Menyalurkan energi anak
o
Mengembangkan aktivitas dan krativitas melalui pengalaman bermain
o
Membantu anak beradaptasi dengan efektif terhadap stres karena penyakit dan dirawat
o
Membantu anak terdistraksi terhadap penyakit yang sedang dialami
B. Perencanaan 1. Jenis program bermain:
o
Menebak gambar
2. Karakteristik permainan: o
Mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak
3. Karakteristik peserta o
Usia 3-5 tahun
o
Keadaan umum baik dan kooperatif
o
Posisi duduk
4. Sasaran o
Sasaran terapi kreativitas ini adalah anak-anak usia pra-sekolah (35 tahun).
C. Metode 1. Tanya jawab
D. Media 1. Gambar-gambar hewan dan buah buahan
E. Plan of Action (POA) No
Waktu
1.
2 menit
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
Pembukaan: 1. Membuka kegiatan dengan
1. Menjawab salam
mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri
2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi
3. Memperhatikan
bermain 4. Kontrak waktu 2.
30 menit
4. Menyetujui
Pelaksanaan: 1. Membagi peserta dalam sati
1. Memperhatikan
kelompok 2. Memulai permainan tebak gambar (tanya jawab)
2. Aktif menebak gambar pada media papan tulis
3.
10 menit
Evaluasi: 1. Menanyakan kepada peserta
1. Menjawab pertanyaan
perasaan setelah bermain tebak gambar 2. Mengevaluasi reaksi peserta sebelum dan sesudah bermain
2. Memperhatikan dan mendengarkan
tebak gambar 4.
3 menit
Terminasi: 1. Menyimpulkan hasil terapi bermain
1. Memperhatikan dan mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih
2. Memperhatikan dan mendengarkan
3. Mengakhiri dengan salam
3. Menjawab salam
F. Pengorganisasian 1. Leader 2. Co leader 3. Observer 4. Fasilitator
G. Job Description 1. Leader o
Menyampaikan
materi
terapi
bermain
yang
dimulai
dari
menggambar bentuk benda, hewan, atau tumbuhan diikuti dengan pertanyaan kepada peserta untuk menebak gambar yang ada di papan tulis (tanya jawab) 2. Co leader o
Membantu leader dalam menyampaikan materi terapi bermain
o
Mengatur waktu kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan
3. Fasilitator o
Membantu kelancaran acara terapi bermain agar dapat berjalan dengan baik
4. Observer o
Mengobservasi performa penyuluh dan keantusiasan peserta penyuluhan
o
Mengevaluasi serangkaian acara kegiatan mulai dari awal hingga akhir
o
H. Setting Tempat
Peserta duduk di ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo
I. Kriteria Evaluasi 1. Kriteria Struktur o
Kesiapan materi
o
Kesiapan SAK
o
Kesiapan media: papan tulis, spidol, dan penghapus
o
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
o
Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
o
Peserta hadir di tempat penyuluhan
o
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
o
Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain dilakukan minimal 2 hari sebelumnya
2. Kriteria Proses o
Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
o
Peserta antusias dan aktif terhadap terapi bermain yang disampaikan oleh penyaji
o
Peserta terlibat aktif dalam kegiatan terapi bermain
o
Suasana terapi bermain tertib
o
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat kegiatan
3. Kriteria Hasil o
Peserta yang datang sejumlah 7 orang atau lebih
o
Pasien anak di Ruang Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya mengikuti permainan dari awal sampai selesai
Materi Terapi Bermain Tebak Gambar
A. Pengertian
Tumbuh kembang anak usia pra-sekolah akhir (3-5 tahun) merupakan pertumbuhan dimana anak berada pada fase inisiatif kontra masa bersalah (initiative vs guilty). Sedangkan menurut Sigmund Freud anak berada pada fase phalik, yaitu dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir
B. Fungsi Bermain
Menurut Wong (1996), fungsi bermain bagi anak meliputi:
1. Perkembangan sensori motorik o
Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi. Komponen yang paling baik untuk semua umur terutama bayi. Anak mengeksplorasi alam sekitarnya:
Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio, dan visual
Toddler dan pra-sekolah melalui gerakan tubuh yang lebih terkoordinasi
Sekolah dan remaja memodifikasi gerakan tubuh lebih terkoordinasi dan rumit, contohnya berlari dan bersepeda
2. Perkembangan intelektual / kognitif o
Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenal objek dan bagaimana menggunakannya
o
Anak belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan kemampuan bahasa,
dapat
mengatasi
masalah
dan
menolong
anak
membandingkan antara fantasi dan realita 3. Sosialisasi o
Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialiasi anak, sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan sosial.
o
Dengan sosialisasi, akan berkembang nilai-nilai normal dan etik. Anak belajar yang benar dan salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya
o
Bayi
Perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain dimana kontak sosial pertama anak adalah figur ibu
o
Sampai usia 1 tahun
o
Bayi memeriksa bayi lain, memeriksa objek di lingkungan
Usia Toddler
Permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan pasien, penjual dan pembeli. Kemudian meluas teman sementara dan teman sepermainannya
o
Usia Pra-Sekolah
Sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi ciri yang ada pada setiap bermainnya
o
Usia Sekolah
`Teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan menerima, belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai memahami tanggung jawab dari tindakannya
4. Kreativitas o
Melalui bermain, anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam bermain. Kalau anak merasa puas dari kreatifitas baru, maka anak akan mencoba pada situasi yang lain
5. Nilai terapeutik o
Untuk melepaskan stres dan ketegangan
6. Kesadaran diri o
Anak akan sadar tentang kemampuan dan kelemahannya serta tingkah lakunya
7. Nilai moral o
Belajar salah / benar dari kultur, rumah, sekolah, dan interaksi. Contoh bila ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur, kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang lain
C. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai di atas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya 2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya 3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuannya memecahkan masalah 4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah sakit
D. Ciri Bermain 1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksud muncul atas keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri 2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif 3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktifitas ke aktifitas yang lain 4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir
5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain anak pada anak-anak kecil
E. Klasifikasi Bermain 1. Menurut Isi Permainan o
Social Affectif Play
Permainan yang membuat anak belajar berhubungan dengan orang lain.
Contoh: orang tua berbicara, memluk, bersenandung. anak memberi respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktifitas, dll
o
Sense Pleasure Play
Bermain untuk bersenang-senang
Contoh: obyek, cahaya, bau, rasa, benda alam, dan gerakan tubuh
o
Skill Play
Bermain yang sifatnya membina keterampilan
Contoh: berulang kali melakukan dan melatih kemampuan yang baru didapat, seperti naik sepeda
o
Dramatic Role Play
Dimulai pada akhir masa bayi 11-13 bulan
Contoh: berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan, minum, dan tidur
Pada usia Toddler, kegiatan berupa hal-hal yang lebih dikenalnya
Pada usia Pra-Sekolah, kegiatan sehari-hari tetapi lebih rumit
o
Game
Contoh: Puzzle, komputer games, dan video
2. Menurut Karakteristik Sosial o
On Looker Play
Mengamati, anak melihat apa yang dilakukan anak lain tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain
o
Contoh: menonton televisi
Solitary
Mandiri, anak bermain sendiri
Menyukai kehadiran orang lain tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara, hanya terpusat pada aktifitas / permainannya sendiri
o
Parallel Play
Bernain sendiri di tengah anak lainnya, tidak ada asosiasi kelompok (ciri bermain anak Toddler)
o
Association Play
Bermain dan beraktifitas serupa bersama, tetapi tidak ada pembagian kerja, pemimpin / tujuan bersama
Anak berinteraksi dengan saling meminjam alat permainan (ciri bermain anak Pra-Sekolah)
o
Cooperative Play
Bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan / sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut
Ada tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai
3. Menurut Usia Anak Pra-Sekolah o
Usia 4 tahun
Motorik kasar: berjalan berjinjit, melompat dengan satu kaki, menangkap bola dan melemparkannya dari atas kepala
Motorik halus: Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal
maupun
horizontal,
memasang kancing baju
belajar
membuka
dan
o
Usia 5 tahun
Motorik kasar: berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki secara bergantian
Motorik halus: menulis dengan angka-angka, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu
Status emosional: bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain
Pertumbuhan fisik: berat badan meningkat 2,5 kg / tahun, tinggi badan meningkat 6,75 - 7,5 cm / tahun
F. Perkembangan Psikososial Anak
Teori mengenai perkembangan psikososial dikemukakan oleh Erick Ericson (1963)
Tahapan
perkembangan
pada
anak pra-sekolah
menurut
Ericson
adalah Inisiatif versus Rasa Bersalah (umur 3-6 tahun)
Tahap ini anak mulai belajar untuk mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak, anak sudah mulai diikutsertakan sebagai individu atau membantu orang tua dan lingkungan
Contoh: anak ikut serta merapikan tempat tidur, bagi anak wanita bisa membantu ibu di dapur. Dalam hal ini anak sudah mulai memperluas lingkup pergaulannya, ia menjadi aktif di luar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara kandung cenderung untuk selalu menang sendiri
Peran seorang ayah sudah mulai berjalan, harus ada hubungan yang harmonis antara ayah, ibu, dan anak yang tujuan akhirnya adalah untuk memantapkan identitas diri anak
Orang tua dapat melatih diri anak untuk mengintegrasikan peran-peran sosial dan tanggung jawab sosial
Terkadang anak tidak dapat mencapai tujuan atau kegiatan yang lebih disebabkan karena keterbatasan kemampuannya
G. Tahap Psikoseksual Anak
Fase Phalic (3-6 tahun) o
Anak akan senang memegang genetalia, kecenderungan anak akan dekat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin, misalnya anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya, sedangkan anak perempuan akan lebih dekat dengan ayahnya
o
Anak mempunyai rasa persaingan yang ketat dengan orang tua yang sesama jenis kelamin, misalnya anak laki-laki merasa tersaingi oleh ayahnya untuk memperebutkan kasih sayang dari ibunya. Demikian pula dengan anak perempuan, dia akan merasa tersaingi oleh ibunya untuk mendapatkan kasih sayang dari ayahnya
o
Sifat egosentris yang tinggi pada anak dan interaksi sosial sudah mulai tumbuh
H. Faktor yang Mempengaruhi Bermain 1. Tahap Perkembangan Anak o
Aktifitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, demikian juga sebaliknya
o
Orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Status Kesehatan Anak o
Untuk melakukan aktifitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sakit
o
Kebutuhan bermain anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa, yang penting pada saat kondisi anak sedang
menurun atau sakit bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit 3. Jenis Kelamin o
Dalam melaksanakan aktifitas bermain, tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan
o
Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreatifitas dan kemampuan sosial anak
o
Ada pendapat lain bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri, sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki
o
Ada tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, dan hal ini dipelajari melalui media permainan
4. Lingkungan yang Mendukung o
Terselenggaranya aktifitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya, dan lingkungan fisik rumah
o
Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreatifitas anak, bahkan sering kali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari / atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif, keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana anak di didik melalui permainan
o
Lingkungan fisik sekitar lebih banyak mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktifitas fisik dan motorik
o
Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan,
mondar-mandir, berlari melompat, dan bermain dengan teman sekelompoknya 5. Alat dan Jenis Permainan o
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak, pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak
o
Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak
o
Alat permainan tidak harus yang dibeli di toko atau mainan jadi
o
Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi akan mengajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak
o
Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam norma dan aturan serta interaksi sosial dengan orang lain
I. Karakteristik Bermain yang Sesuai 1. Tradisi o
Setiap generasi meniru permainan generasi sebelumnya
o
Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan
o
Tergantung dari perubahan musim
2. Mengikuti Pola Perkembangan o
Usia bertambah, penggunaan material lebih bermakna, misalnya balok
3. Waktu dan Usia o
Ragam kegiatan bermain berkurang dengan bertambahnya usia
o
Waktu berkurang sesuai usia
o
Aktfitas fisik berkurang
o
Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat
o
Perhatian menyempit tetapi lebih lama
o
Jumlah dan usia teman (lebih sedikit dan spesifik)
J. Prinsip Permainan pada Anak di Rumah Sakit 1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruangan rawat 2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana 3. Permainan harus mempertimbangkan kemanan anak 4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama 5. Melibatkan orang tua
K. Keuntungan Bermain pada Anak di Rumah Sakit 1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat 2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktifitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak 3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri 4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif
Daftar Pustaka
Berhman, et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Volume 3. Jakarta: EGC. Hurlock. 1991. Perkembangan Anak, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi ke-2. Jakarta: EGC. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi ke-4. Jakarta: EGC. Yulianti, Rani. 2008. Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Laskar Askara.
Daftar Hadir Peserta Penyuluhan
Hari, Tanggal: Senin, 20 Agustus 2019 Waktu: 45 menit
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama
`Alamat