Scabies Pada Kucing Domestik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS: SCABIES DAN DERMATOFITOSIS PADA KUCING DOMESTIC Haninditya Istiqomah R. S.1, Yanuartono2 1



Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan 2 Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Jalan Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55281 Email: [email protected] ABSTRAK Pada tanggal 12 September 2019, dilakukan pemeriksaan terhadap kucing domestik bernama Epin berjenis kelamin betina, umur 8 bulan, dengan berat badan 1,9 kg. Hasil anamnesa yang didapatkan dari pemilik yaitu sudah 3 bulan kucing mengalami penebalan kulit pada keempat kaki dan terdapat beberapa bagian kulit yang mengalami kerontokan rambut (bagian leher dan kaki), sudah pernah diobati dengan obat salep yang dibeli dari pet shop namun keadaannya belum membaik. Nafsu makan dan minumnya sangat baik, tidak mengalami muntah, dan tidak diare. Kucing Epin belum pernah diberikan obat cacing, serta belum divaksinasi. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya krusta pada keempat kaki serta adanya alopecia pada keempat kaki dan leher. Pemeriksaan laboratoris menggunakan kerokan kulit kaki ditemukan adanya ektoparasit Sarcoptes sp. dan pemeriksaan strip tape test pada leher ditemukan adanya hifa dermatofit. Hasil pemeriksaan darah pada 12 September 2019 menunjukkan adanya monositosis dan eosinofilia. Berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratoris kucing Epin didiagnosa scabies dan dermatofitosis dengan prognosa fausta. Terapi yang diberikan yaitu injeksi ivermectin 0,038 cc secara subkutan, injeksi vetedryl 1% sebanyak 1,9 cc secara intramuskular, serta ketokonazole 2% cream secara topikal diolekan pada bagian leher. Pada tanggal 17 September 2019 kucing Epin diberikan injeksi Vitol ADE 0,5 cc secara intramuskular untuk pertumbuhan rambut dan pemeliharaan kulit. Pemeriksaan fisik dan laboratoris dilakukan kembali pada tanggal 19 September 2019, hasil pemeriksaan kucing Epin belum mengalami adanya pengelupasan krusta pada kaki kanan dan kiri depan, serta alopecia pada leher sudah tidak ada. Pemeriksaan laboratorium menggunakan metode skin scraping yang diambil dari kerokan kulit kaki kanan dan kiri depan kucing Epin, masih terdapat infestasi Sarcoptes sp. Selain itu, dilakukan juga strip tape test pada bagian leher dan setelah diperiksa di laboratorium, tidak ditemukan lagi adanya hifa dermatofit. Selanjutnya, diberikan ivermectin sebanyak 0,042 cc (terdapat kenaikan volume dari sebelumnya karena kucing Epin mengalami kenaikan berat badan) secara subkutan dan vetedryl 1%



0,21 cc secara intramuskular. Pada tanggal 3 Oktober 2019 kucing Epin tidak diberikan pengobatan lagi karena sudah dalam keadaan sehat. Kata kunci: dermatofitosis, ektoparasit, kucing, scabies. ABSTRACT On September 12, 2019, a domestic cat named Epin was examined, 8 months old, weighing 1.9 kg. The results obtained from the owner of anamnesa that is already 3 months the cat has thickening of the skin on all four legs and there are some parts of the skin experiencing hair loss (the neck and legs), have been treated with ointments purchased from pet shops but the situation has not improved. It has very good appetite and drinking, no vomiting, and no diarrhea. Epin cats have never been given worm medicine, and have not been vaccinated. The examination results showed the presence of crusting on all four legs and the presence of alopecia on all four legs and neck. Laboratory examination using foot skin scrapings found the presence of ectoparasites Sarcoptes sp. and examination of the strip tape test on the neck found dermatophyte hyphae. The results of blood tests on 12 September 2019 showed the presence of monocytosis and eosinophilia. Based on the history, physical examination, and laboratory examination Epin was diagnosed with scabies and dermatophytosis with the prognosis of fausta. Therapeutics given are ivermectin 0.038 cc injection subcutaneously, 1 cc injection of vetedryl as much as 1.9 cc intramuscularly, and ketoconazole 2% cream topically are applied to the neck. On September 17, 2019 Epin cats were given intramuscular injection of Vitol ADE 0.5 cc for hair growth and skin maintenance. Physical and laboratory examination was carried out again on September 19, 2019, the results of the Epin cat examination had not experienced any crusting peels on the right and left front legs, and alopecia on the neck was gone. Laboratory examination using the skin scraping method taken from the skin scrapings of the right and left front legs of the Epin cat, there is still Sarcoptes sp. In addition, a strip tape test was also performed on the neck and after being examined in a laboratory, no dermatophyte hyphae were found. Furthermore, ivermectin was given as much as 0.042 cc (there was an increase in volume from before because Epin cats gained weight) subcutaneously and vetedryl 1% 0.21 cc intramuscularly. On 3 October 2019 Epin cats were given no further treatment because it was already in good health. Keywords: dermatophytosis, ectoparasites, cats, scabies.



PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis dengan tingkat kelembaban yang tinggi. Daerah dengan tingkat kelembaban yang tinggi dapat menjadi salah satu faktor banyaknya penyakit kulit yang dapat menyerang hewan kesayangan, seperti ektoparasit. Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei. Penyakit scabies biasanya menyerang mamalia yang ditandai dengan gejala awal, seperti: pruritus, erythema, dan kerontokan rambut (alopecia) yang dapat melanjut menjadi penebalan, terdapat krusta yang bisa disertai eksudat (Wall dan Shearer, 2011). Sarcoptes scabiei termasuk dalam keluarga Sarcoptidae, berbentuk bulat atau oval, tungau betina (panjang 300-600 µm, lebar 250-400 µm) berukuran lebih besar dari pada jantan (panjang 200-300 µm, lebar 100-200 µm). Stadium dewasa memiliki 4 pasang kaki yang pendek (2 pasang kaki depan dan 2 pasang kaki belakang) (Taylor et al., 2007). Transmisi awal tungau ini terjadi lewat kontak langsung dari hewan yang terinfeksi. Transmisi juga dapat terjadi tanpa kontak langsung karena Sarcoptes scabiei dapat bertahan hidup di lingkungan luar tubuh inang (Pence dan Ueckerman, 2002). Sarcoptes sp. dapat menembus kulit dalam waktu 30 menit. Tungau jantan dan betina ini melakukan mating di atas permukaan kulit, kemudian tungau betina yang sudah fertilisasi akan menembus menembus lapisan epidermis dan membuat semacam terowongan pada lapisan luar kulit 2-3 mm per hari, serta bertelur di dalam terowongan. Telur akan menetas dalam beberapa hari dan moulting menjadi



larva berkaki 6 kemudian menjadi nimfa berkaki 8 hingga melanjut ke luar permukaan kulit sebagai tungau dewasa. Siklus hidup tungau Sarcoptes sp. berlangsung sekitar 14-21 hari tergantung pada kondisi lingkungan. Diagosa dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel kerokan kulit (skin scraping) kemudian diperiksa menggunakan mikroskop (Gunandini, 2006; Foster dan Foil, 2003). Dermatofitosis merupakan infeksi fungal pada daerah rambut dan lapisan yang terkeratinisasi dari epidermis yang disebabkan oleh fungal kompleks yang tumbuh menjadi hifa dan membentuk miselium, fungal



keratinofilik, dan



keratinolitik yang mampu memecah keratin di jaringan seperti epidermis, rambut, kuku, bulu, dan tanduk seperti jamur dari genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Fungi penyebab dermatofitosis kecuali Microsporum gypseum menghasilkan enzim proteolitik dan keratolitik yang membuat organisme ini dapat memanfaatkan keratin sebagai sumber nutrisi utama. Dermatofit menghasilkan artrospora yang sangat resisten dan dapat bertahan di lingkungan kering selama 12 bulan atau lebih. Di lingkungan yang basah dan pada temperatur tinggi, artrospora mudah mati. Artrospora menempel sangat kuat pada keratin (Anonim, 2013; Frymus et al., 2013). Dermatofitosis sangat menular namun bukan merupakan penyakit yang mengancam nyawa hospes, dapat ditangani dan disembuhkan, serta bersifat zoonosis.



Penyakit ini bersifat endemik pada banyak negara yang



menyerang hewan kesayangan (kucing, anjing), hewan domestic, dan juga hewan laboratorik (Debnath et al., 2015). Diagnosa dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan



antara



anamnesa,



pemeriksaan



fisik,



pemeriksaan



menggunakan Wood’s lamp, pemeriksaan flouresen rambut secara langsung serta



kultur jamur. Pemeriksaan menggunakan Wood’s lamp menunjukkan haya 50% dari strain Microsporum canis yang berpendar, 50% strain lain dan dermatofit lain tidak berpendar ketika pemeriksaan Wood’s lamp dilakukan (Abdalla, 2018).



LAPORAN KASUS Anamnesa dan Sinyalemen



Seekor kucing domestik, betina, umur 8 bulan bernama Epin diperiksa di Klinik Hewan Kuningan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada pada tanggal 12 September 2019 dengan keluhan sudah 3 bulan kucing mengalami penebalan kulit pada keempat kaki dan terdapat beberapa bagian kulit yang mengalami alopecia (kaki dan leher), sudah pernah diobati dengan obat salep yang dibeli dari pet shop namun keadaannya belum membaik. Nafsu makan dan minumnya sangat baik, tidak mengalami muntah, dan tidak diare. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik pada 12 September 2019 Keadaan umum kucing Epin saat datang adalah waspada dan kondisi tubuh sedang (berat badan 1,9 kg). Status praesens kucing Epin menunjukkan data fisiologis, sebagai berikut: frekuensi napas 32x/menit, frekuensi pulsus 124x/menit, serta suhu tubuh 38,6°C. Pemeriksaan kulit dan rambut yaitu tidak terdapat kerontokan rambut, adanya krusta pada keempat kaki, serta adanya alopecia pada keempat kaki dan leher. Selaput lendir pada konjungtiva berwarna pink pucat dan gingiva pun juga pink pucat. Pemeriksaan sistem pencernaan dimulai dari mulut yang bersih dan bau pakan, palpasi pharynx dan larynx tidak ada respon muntah, palpasi abdomen tidak ada rasa nyeri, gerak peristaltik usus sedang, serta anus bersih. Pemeriksaan peredaran darah menunjukkan hasil CRT



(Capillary Refill Time)