Bronkhitis Pada Kucing Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BRONKHITIS PADA KUCING Imam Muliawan1, Arief Purwo Mihardi2 1



Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
 2 Staf Pengajar Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor



ABSTRAK: Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus (percabangan dari trakhea ke paru-paru). Penyebab bronkhitis pada kucing dapat terjadi karena virus, bakteri dan jamur. Penyebab bronkhitis juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit radang kronis (trauma, parasit (Cuterebra), benda asing, neoplasia, atau infeksi mikotik. Tujuan penulisan ini untuk memberikan informasi kasus bronkhitis pada kucing. Pemeriksaan penunjang untuk meneguhkan diagnosis yaitu dilakukan pengambilan sampel swab discharge dari rongga hidung dengan diamati melalui pewarnaan Gram untuk identifikasi bakteri. Hasil pemeriksaan pewarnaan Gram menunjukkan terdapat bakteri yang tumbuh yakni bakteri Gram positif berbentuk coccus yang berwarna ungu. Berdasarkan hal tersebut, dapat diduga penyebab terjadinya bronkhitis pada kucing yakni dapat berupa bakteri. Terapi pada kucing terinfeksi bronkhitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri yakni dapat diberikan antibiotik. Kata kunci: bronkhitis, pewarnaan Gram PENDAHULUAN Pada hewan, terdapat pembagian tipe pernafasan atau respirasi yaitu tipe costal, tipe abdominal atau gabungan dari keduanya yaitu tipe costoabdominal. Pembagian tipe pernapasan ini di dasarkan pada cara-cara bergerak dinding thoraks atau abdomen sewaktu proses respirasi. Bila pada proses respirasi dominan dinding thoraks yang bergerak maka disebut tipe costal. Bila keduanya dominan terlihat bergerak maka dapat disebut tipe costoabdominal. Pada hewan karnivora seperti kucing, umumnya tipe pernafasan ialah costal (Wijaya 2011). Kelainan pada sistem respirasi dapat menyebabkan berbagai macam hal, antara lain, batuk, bersin, sesak nafas, kekurangan oksigen, kelumpuhan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Infeksi saluran pernafasan merupakan suatu kejadian infeksi yang melibatkan organ atau saluran pernapasan berupa hidung, sinus, faring, trachea, bronchus, bronkhiolus hingga ke paru-paru. Infeksi saluran pernafasan dapat terjadi pada



semua hewan termasuk hewan kecil seperti anjing dan kucing. Salah satu infeksi saluran pernafasan yang umumnya terjadi pada kucing ialah bronkhitis. Penyebab terjadinya bronkhitis pada kucing dapat berupa virus, bakteri dan jamur. Bronkhitis merupakan suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Bronkhitis dibedakan menjadi 2 tipe berdasarkan sifat infeksinya, yaitu bronkhitis akut dan bronkhitis kronis. Bronkhitis kronis umumnya disebabkan oleh adanya infeksi sekunder bakteri. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan adanya discharge mukopurelent yang cukup banyak dari sinus-sinus hidung. Penyebab bronkhitis kronis juga dapat disebabkan oleh adanya penyakit radang kronis), trauma, parasit (Cuterebra), benda asing, neoplasia, atau infeksi mikotik (Khan 2011).



TINJAUAN PUSTAKA Menurut Dorland (2002), bronkitis adalah peradangan satu atau lebih bronkhus, dapat bersifat akut dan kronik. Gejala-gejala yang biasanya termasuk demam, batuk dan ekspektorasi. Bronkitis akut adalah serangan bronkhitis dengan perjalanan penyakit yang singkat atau kurang berat, gejala-gejala termasuk demam,batuk dan pilek. Serangan berulang mungkin menunjukkan bronkhitis kronis. Bronkitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan dari kucing ke kucing melalui kontak langsung dengan cairan terinfeksi dari mata, hidung, mulut, melalui makanan terinfeksi, mangkuk air, dan tangan manusia, bahkan dapat menular melalui udara. Virus ini stabil di lingkungan selama 24 jam sampai 10 hari, tergantung pada kondisi lingkungan disekitarnya. Replikasi virus akan terjadi didalam epitel dari saluran pernafasan. Replikasi virus dalam jaringan epitel ini meungkinkan terjadinya nekrosa jaringan secara lokal. Pengeluaran virus terjadi antara lain melalui sekret hidung, konjunktivita dan urin (Eldredge et al.2008). Gejala klinis biasanya muncul setelah 2-17 hari setelah paparan vius dalam tubuh kucing. Seringkali infeksi virus ini akan diiukuti oleh adanya infeksi sekunder dari bakteri (Eldredge et al.2008). Infeksi sekunder dapat disebabkan oleh adanya penurunan imunitas dari hewan akibat adanya infeksi virus. Penurunan imunitas ini dapat menyebabkan bakteri dapat berkembang lebih baik dan menyebabkan infeksi yang terjadi semakin parah. Kejadian bronkitis yang disebabkan komplikasi saluran pernafasan biasanya lebih banyak terjadi pada anak kucing atau pada kucing yang



sudah berumur tua, selain itu kasus ini juga banyak menyerang kucing jantan serta kucing liar yang memiliki interaksi yang lebih sering dengan kucing lainya (Dinnage et al. 2009). HASIL DAN PEMBAHASAN Kucing berjenis kelamin jantan, berumur 1 tahun dengan ras domestic dibawa oleh pemiliknya dengan keluhan kucing terlihat sering bersin dan batuk. Pemeriksaan fisik (physical examination) pada kucing bernama Ricky didapatkan hasil frekuensi jantung 144 x/menit dan frekuensi nafas 40 x/menit. Pemeriksaan fisik (physical examination) pada kucing bernama Ricky didapatkan kucing menunjukkan gejala klinis yang beragam. Mulai dari bersin, batuk, serta keluarnya discharge dari rongga hidung (gambar 1). Pada pemeriksaan fisik (physical examination) juga didapatkan pernafasan inspirasi lebih panjang dari ekspirasi saat auskultasi di trakhea dan abdomen dan menggunakan tipe pernafasan costoabdominal. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan penunjang untuk meneguhkan diagnosis yaitu pengambilan sampel ulas discharge dari sinus rongga hidung dengan diamati pewarnaan Gram untuk identifikasi bakteri. Hasil pemeriksaan pewarnaan Gram didapatkan hasil bakteri gram positif berbentuk coccus dengan warna ungu. Berdasarkan hal tersebut, dapat diduga penyebab terjadinya bronkhitis pada kucing yakni dapat berupa bakteri.



Gambar.1 Discharge pada rongga hidung



bakteri. Selain itu dapat juga dilakukan terapi symtomatis untuk meringankan gejala penyakit yang ada. Pemberian makanan suplement juga diperlukan untuk meningkatkan imunitas tubuh.



Gambar 2. Hasil Pewarnaan Gram Tanda klinis Hewan yang mengalami kejadian bronkhitis dapat menunjukkan gejala klinis yang beragam. Mulai dari bersin, batuk, demam, mengalami kelainan bernafas (nafas cepat atau melambat), keluarnya discharge dari rongga hidung. Gejala klinis lainya yang dapat muncul ialah hipersalivasi, kemudian terlihat produksi air mata berlebihan. Kejadian ini juga dapat menyebabkan terjadinya rhinitis, laryngitis, faryngitis dan tracheitis. Selaput lendir hidung akan terlihat kemerahan dan diikuti pembengkakan tonsil (Eldredge et al.2008). Diagnosa Diagnosa kasus infeksi pernafasan dapat dilakukan berdasarkan anamnesa, gejala, pembiakan kultur untuk meneguhkan diagnosa tentang agen yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, diagnosa penyakit adalah bronkhitis. Differensial Diagnosis Differensial diagnosa pada kasus bronkhitis ialah tracheitis, laryngitis. Kadang perbedaan antara jenis penyakit ini tidak begitu jelas dan cukup sulit dibedakan karena gejala yang menyertai kedua penyakit ini tidak berbeda (Khan 2011).



Terapi Terapi yang diberikan pada kucing Ricky adalah terapi yang dapat dilakukan pada pengobatan bronkhitis ialah dengan pemberian antibiotik untuk mencegah atau menhilangkan adanya infeksi sekunder



Pencegahan Pencegahan kasus infeksi saluran pernafasan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi lengkap pada hewan. Vaksinasi dapat dilakukan secara intranasal atau intramuskuler pada umur 912 minggu. Vaksin FVR dapat dikombinasikan dengan pemberian vaksin untuk melawan infeksi Calicivirus (Khan 2011). Walaupun demikian, vaksinasi tidak akan memberikan perlindungan yang utuh. Namun, tingkat patogenitas virus infeksi akan lebih rendah pada hewan yang divaksinasi dari pada hewan yang tidak divaksinasi. SIMPULAN Kucing bernama Ricky menderita bronkhitis dengan pemeriksaan penunjang berupa pewarnaan Gram. DAFTAR PUSTAKA Dinnage JD, Scarlett JM, Richards JR. 2009. Descriptive epidemiology of feline upper respiratory tract disease in an animal shelter. J Feline Med Surg 11(10):816-25. Eldredge DM, Carlson DG, Carlson LD, Giffin JM. 2008. Cat Owner’s Home Veterinary Handbook Third Edition. New Jersey : Wiley Publishing Foster S, Martin P. 2011. Lower Respiratory Tract Infection In Cat Reaching beyond empirical therapy. Journal of Feline Medicine and Surgery 13: 313–332 Kahn CM. 2011. The Merck Veterinary Manual, Ninth Edition. USA: Merck & Co., Inc. Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook 5th Edition.USA: Blackwell Publishing



Wijaya A. 2011. Saluran Pernafasan. Editor: Setyo Widodo. Diagnostik



Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press