Penanganan Urolitiasis Pada Kucing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Judul



Pemrasaran / NIM Pembahas Hari / Tanggal Waktu Ruangan Dosen Pembimbing



: Penanganan Urolithiasis pada Kucing di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor : Hesty Puspa Rina / J3P115001 : Dr. Drh. Gunanti, MS : Sabtu / 19 Mei 2018 : 09.00 WIB - Selesai : CB K08 : Drh. Surya Kusuma Wijaya, MSi Menyetujui,



Drh. Surya Kusuma Wijaya, MSi



1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kucing merupakan hewan kesayangan yang sering dijadikan masyarakat sebagai binatang peliharaan. Kucing seringkali diperlakukan pemilik secara berlebihan seperti memberikan makanan yang sama dengan makanan yang dikonsumsinya ataupun selain cat food. Komposisi makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Nutrisi yang tidak seimbang dapat menimbulkan penyakit, salah satunya adalah urolithiasis (Tioni et al. 2015). Urolithiasis dapat didefinisikan sebagai pembentukan sedimen pada sistem urinari yang terdiri dari satu atau lebih kristal urin yang tidak dapat larut dengan baik (Tioni et al. 2015). Faktor yang mempengaruhi pembentukan urolith pada kucing diantaranya kurangnya aktivitas fisik, kurang minum atau kualitas air minum yang buruk, dan selalu diberi pakan kering (Pemayun dan Putri 2016). Kasus urolith dapat dideteksi dengan Ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan menggunakan uji dipstik pada sampel urine kucing. Penegakan suatu diagnosa dengan melakukan pemeriksaan yang tepat harus dilakukan sehingga dapat dilakukannya penanganan yang sesuai.



1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk menerangkan bagaimana penanganan yang dilakukan terhadap kasus urolithiasis pada kucing di RSHP FKH IPB.



2 METODE KAJIAN 2.1 Tempat dan Waktu Pengambilan tema laporan tugas akhir dilaksanakan pada periode ke 1 yaitu pada tanggal 18 Januari sampai 18 Februari 2018 di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (RSHP FKH IPB) alamat Jl. Agatis, Kampus IPB Dramaga. Pelaksanaan PKL 2 dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari tanggal 18 Januari sampai dengan 18 April 2018. 2.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari mengikutinya persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan USG dan uji dipstik serta penanganan yang dilakukan di RSHP FKH IPB. Data sekunder yang diperoleh dari studi literatur yaitu sistem uropoetika pada kucing, USG pada kasus FLUTD pada kucing, urinalisis menggunakan uji dipstik, dan penanganan urolithiasis.



3 PENANGANAN



UROLITHIASIS 3.1 Sinyalemen dan Anamnesa Sinyalemen pasien yang datang ke RSHP FKH IPB pada tanggal 19 Januari 2018 bernama Grey. Grey merupakan kucing ras lokal berjenis



kelamin jantan, berwarna silver tabby. Grey berumur 1,5 tahun dengan berat badan 3,92 kg. Informasi yang didapat dari pemilik awalnya Grey mengalami kesulitan urinasi sampai terlihat adanya darah pada urine, penurunan nafsu makan dan minum serta muntah. Tanda klinis tersebut dilihat dari tanggal 15 Januari 2018 dan pada tanggal 19 Januari 2018 Grey dibawa ke RSHP FKH IPB pukul 09.36 WIB dalam keadaan lemas dan terlihat urine menetes-netes. 3.2 Status Present Status present terdiri dari keadaan umum dan adaptasi hewan terhadap lingkungan. Keadaan umum dapat dilihat dari pemeliharaan, habitus, gizi, pertumbuhan badan, sikap berdiri, cara berjalan, suhu tubuh, frekuensi nafas, dan frekuensi jantung. Pemeliharaan pada Grey terlihat baik karena Grey dalam keadaan bersih, bagian mata tidak ada kotoran, bagian dalam telinga bersih, dan kuku yang tidak panjang. Habitus merupakan bentuk atau perawakan dari suatu hewan, habitus dari Grey yaitu terlihat tubuh yang ramping dan panjang.Gizi dan pertumbuhan badan kucing dapat dilihat dari Body Condition Score (BCS). Gizi dan pertumbuhan pada Grey terlihat baik karena Grey termasuk dalam BCS bernilai 5.Sikap berdiri dari Grey yaitu berdiri menggunakan empat kaki namun dalam keadaan Grey yang sedang lemas Grey hanya berdiri sebentar ±20 detik. Untuk cara berjalan Grey tidak dapat dilihat karena Grey hanya bisa berdiri sebentar dan langsung berbaring kembali.



Suhu tubuh Grey yang didapat yaitu 37,5oC. Nilai kisaran normal suhu tubuh kucing menurut Iftianti (2001) adalah 38-39,5oC. Hasil frekuensi napas Grey yang didapat yaitu 32×/menit dan frekuensi napas normal pada kucing 20-30×/menit (Iftianti 2001). Frekuensi jantung Grey 128×/menit dan frekuensi normal jantung kucing menurut Iftianti (2001) adalah 110130×/menit. Selain keadaan umum, dalam pemeriksaan untuk mengetahui status present juga harus diketahui bagaimana adaptasi hewan terhadap lingkungan. Adaptasi Grey terhadap lingkungan terlihat kurang dikarenakan dari awal Grey datang sudah dalam keadaan lemas. 3.3 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dimulai dari bagian kepala yaitu mata, hidung, mulut, dan telinga. Hasil yang didapat dari bagian mata antara lain palpebrae terdapat reflek, konjunctiva berwarna merah muda mengarah kepucat dan licin, membran nictitans tidak terlihat, sklera berwarna putih, cornea terlihat transparan, iris berwarna coklat kekuningan, dan terdapat reflek pupil. Pemeriksaan bagian hidung terlihat hidung dalam keadaan basah dan tidak terdapat kotoran. Bagian mulut Grey terlihat mukosa berwarna merah muda mengarah kepucat, licin, dan tidak terdapat luka. Pemeriksaan pada bagian telinga Grey terlihat permukaan bersih, posisi tegak, krepitasi tidak ada, dan reflek panggilan ada. Inspeksi dan palpasi dilakukan pada bagian abdomen bagian ventral karena VU terletak di hipogastrikus ventral (Widodo et al. 2011). Hasil palpasi didapat bahwa VU dapat teraba dengan jelas, kencang, dan



membulat. Menurut Widodo et al. (2011), VU terasa kencang, berdinding, dan membulat menandakan bahwa VU dalam keadaan penuh berisi urine. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang didapat dokter hewan langsung melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu USG dan uji dipstik. 3.4 Pemeriksaan Lanjutan 3.4.1



Ultrasonografi (USG) Persiapan pemeriksaan yang digunakan meliputi persiapan hewan, bahan dan peralatan. Persiapan hewan yang dilakukan yaitu pencukuran rambut bagian abdomen kucing. Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan yaitu gel USG, serta alat yang digunakan ialah alat USG Portabel, Linear transduser, gunting, clipper, tissue, alas hewan, dan USB. Pengambilan gambaran USG Grey dilakukan dengan posisi ventral recumbency dan transducer diposisikan longitudinal terhadap sumbu tubuh dengan frekuensi berkisar antara 4-9,9 MHz. Hasil pemeriksaan yang terlihat yaitu adanya bentukan sedimen berupa bentukan bersifat hiperekhoik dan gambaran bersifat anekhoik yang di dalam VU. Hasil sonogram sedimen yang didapatkan di dalam VU didiagnosa sebagai kristal yang belum mengarah ke pembentukan urolith. Hal ini dibuktikan saat dilakukan penekanan dengan tranduser kristalkristal tersebut melayang di dalam VU yang kemudian segera mengendap. Area anekhoik disekitar sedimen merupakan urine yang normal, serta VU mengalami perubahan yang terlihat dari gambaran bersifat anekhoik pada dinding VU dan tidak beraturan.



3.4.2 Uji Dipstik Pemeriksaan dengan uji dipstik pada kucing yang bernana Grey dilakukan pada tanggal 19 Januari 2018 dan hasil pemeriksaan terdapat pada tabel 1. Persiapan pemeriksaan yaitu pengambilan sampel urine dilakukan sebelum tindakan terapi. Sampel urine diambil langsung dengan kateter kemudian dikoleksi kedalam wadah penyimpanan urine dan langsung dilakukan pemeriksaan di laboratorium RSHP FKH IPB. Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Uji Dipstik Grey No Parameter Hasil Kisaran Pemeriksaan Normal 1 2



pH Urin 6,5 5.0-7.0 Spesific 1.0011,050 Gravity 1.080 3 Leukosit 4 Protein + 5 Darah + 6 Glukosa 7 Keton 8 Bilirubin 9 Nitrit Sumber : Parrah et al. 2013, Patel 2006, Majid dan Buba (2010) Hasil menunjukkan bahwa urine Grey positif terdapat darah dan positif terhadap adanya protein. Menurut Patel (2006), terdapat beberapa penyebab adanya kandungan darah dalam urin diantaranya yaitu kondisi patologis dan non patologis. Proteinuria bisa disebabkan karena makanan berprotein tinggi, olahraga dan stress. Urine normal tidak mengandung protein dan penyebab proteinuria lainnya yaitu adanya penyakit. Pengukuran pH urine terutama dikaitkan dengan terbentuknya urolith. Kisaran nilai pH urin kucing



yaitu 5.0-7.0 (Parrah et al. 2013). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa nilai pH urine Grey termasuk dalam kisaran pH netral yaitu 6.5. Apabila hasil USG dikaitkan dengan pemeriksaan uji dipstik yang menunjukkan adanya kristal di VU. Kristal yang dapat terbentuk pada pH netral ke basa adalah struvite dan kristal yang dapat terbentuk pada setiap pH terutama ke pH asam adalah kalsium oksalat (Fauziah 2015). pH urin yang terlalu asam atau terlalu basa keduanya sama beresiko menimbulkan urolith. Hasil pemeriksaan urine Grey yang terdapat pada tabel 1 masih dalam kisaran nilai Spesific Gravity (SG) normal. 3.5 Penanganan 3.5.1



Pemasangan Infus Persiapan sebelum pemasangan infus yaitu persiapan alat dan bahan yang terdiri dari infusion set, IV cateter ukuran 24G, gunting, clipper, micropore, leukoplast, kapas alkohol, cairan infus NaCl 0,9%. Persiapan hewan yang dilakukan yaitu pencukuran untuk memudahkan melihat posisi vena. Kucing ditempatkan dimeja dengan posisi lateral recumbency dan pemasangan infus dilakukan pada vena chepalica antebracii anterior dorsalis. Pembendungan menggunakan ibu jari pada bagian proksimal vena . pembersihan pada bagian sekitar pemasangan infus dilakukan dengan menggunakan kapas alkohol. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan IV kateter ukuran 24G yang ditusukkan ke dalam vena dengan bevel jarum menghadap ke atas dan membentuk sudut 15o pada permukaan kulit. Keberhasilan



pemasangan IV kateter dapat dilihat dari adanya darah yang keluar. Penarikan jarum tajam dalam kateter (stylet) ±1 cm ke arah luar. Kateter yang berwarna putih dimasukkan sejauh ±1 cm untuk menstabilkan posisi keteter. Stylet dilakukan penarikan kembali sampai ½ panjang stylet dan pembendungan dilepaskan yang kemudian kateter yang berwarna putih dimasukkan seluruhnya ke dalam vena. Infusion set dipasangkan pada IV kateter yang telah terhubung dengan cairan infus. Cairan NaCl 0,9% diberikan pada Grey sebanyak 360 ml/24 jam selama 72 jam dan sesuai dengan anjuran dokter hewan di RSHP IPB. 3.5.2



Pemasangan Kateter Peralatan dan bahan yang digunakan untuk pemasangan kateter yaitu cat catheter (sterile)+Stylet ukuran 3FG (1.00 mm) × 145 mm, benang silk, gunting, needle holder, spuit 10 ml dan 1 ml, kapas alkohol, KY jelly, NaCl 0,9%, ketamine 10%, V-Tropin 0,3%, dan Castran. Pemasangan keteter dilakukan dengan menempatkan kucing pada posisi dorsal recumbency. Sebelum dilakukan pemasangan kateter Grey diberikan obat obat premedikasi yaitu V-Tropin® 0,3% yang memiliki kandungan atropine sulphate 3 mg/ml dengan dosis pemberian 0,06 ml/kg BB secara subcutan. Obat anastesi diberikan setelah ±15 menit. Obat anastesi yang diberikan yaitu kombinasi Ketamine 10% dan Castran. Ketamine 10% memilik kandungan ketamine HCL 100 mg/ml dan Castran memiliki kandungan aceptromazine meleate 15 mg/ml. Pemberian obat dilakukan secara intramuscular, acepromazine meleate



dengan dosis 0.37 mg/kg dan ketamine 10% dengan dosis 20 mg/kg. Rambut di sekitar preputium dipotong untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Preputium ditarik ke arah kaudal dan dilakukan pemijatan secara perlahan pada penis. Kateter sebelum dimasukkan diberikan pelumas yaitu KY jelly. KY jelly digunakan sebagai pelicin. Tanpa kekuatan yang berlebihan kateter dimasukkan melalui penis sampai VU dan stylet kateter dikeluarkan. Setelah kateter terpasang dilakukan pembilasan menggunakan cairan NaCl 0,9% dilakukan sampai urine yang dikeluarkan terlihat jernih dan disisakan sebanyak 10-20 ml. Penjahitan kateter dilakukan pada bagian preputium yang bertujuan untuk membantu kucing urinasi selama perawatan. Kateter yang terpasang digunakan selama 3 hari. Pengawasan yang dilakukan selama 3 hari dapat dilihat pada hari ke 1 atau setelah pemasangan kateter kucing masih urinasi sedikit-sedkit dan terlihat kucing seperti merejan. Hari ke 2 urine sudah tidak berdarah dan terlihat saat Grey urinasi sudah tidak merejan lagi. Hari ke 3 kateter sudah bisa dilepas berdasarkan keputusan dokter hewan di RSHP IPB dan dilihat dari kelancaran urinasi. 3.5.3



Pengobatan Pengobatan yang dilakukan pada Grey yang mengalami urolithiasis antara lain pemberian Amoxicillin, Batugin® elixir, dan Cystaid® plus. Amoxicillin merupakan antibiotik yang mampu bekerja untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri dan digunakan pada berbagai jenis infeksi termasuk infeksi saluran



urinasi. Dosis pemberian amoxicillin pada kucing 20 mg/kg berat badan secara peroral (Sari dan Yulianto 2017). Amoxicillin diberikan selama 3 hari di RSHP IPB dan dilanjutkan oleh pemilik dirumah dengan dosis pemberian 3 ml/2× sehari. Obat yang diberikan selain antibiotik antara lain Batugin®elixir dan Cystaid®plus. Batugin®elixir memiliki kandungan ekstrak daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) setara dengan bubuk daun kering 3 gram dan ekstrak daun kejibeling (Strobilanthus crispus) setara dengan bubuk daun kering 0,3 gram. Batugin®elixir berfungsi untuk membantu meluruhkan batu urine (Setiawan 2011). Batugin®elixir diberikan secara peroral dengan dosis 3 ml/1× sehari dengan jam pemberian yang sama selama 3 hari. Cystaid®plus merupakan obat yang juga berfungsi untuk untuk kucing yang menderita kasus cystitis atau FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease). Dosis pemakaian Cystaid®plus yaitu 1 kapsul / 2× sehari (Vetplus 2018). Cystaid®plus yang diberikan pada Grey sebanyak 1 kapsul/2× sehari selama 3 hari. 3.5.4 Pemberian Pakan dan Minum Pakan yang diberikan selama perawatan Grey yaitu dry food urinary S/O. Pakan urinary S/O diformulasikan untuk memberikan dukungan nutrisi yang optimal untuk sistem urinasi. Grey diberikan pakan selama perawatan di RSHP IPB yaitu 2×/sehari dan pemberian air minum secara ad libitum.



4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Penanganan yang dilakukan pada kucing yang mengalami urolithiasis meliputi pemasangan infus, pemasangan kateter, pemberian obat, dan pemberian pakan dan minum. Obat yang diberikan yaitu amoxicillin, batugin®elixir, dan ® cystaid plus. Pakan yang diberikan yaitu dry food urinary S/O serta pemberian minum secara ad libitum. Kucing yang telah dilakukan penanganan selama 3 hari terlihat membaik yaitu kucing sudah dapat urinasi dengan lancar tanpa bantuan kateter. 4.2 Saran Saran yang diberikan pada pihak RSHP FKH IPB adalah sebaiknya untuk jumlah pemberian pakan saat penanganan dilakukan penimbangan sesuai dengan kebutuhan kucing dan tidak menggunakan pembiusan total.



DAFTAR PUSTAKA Ifianti, M. 2001. Durasi dan Beberapa Aspek Fisiologi Pemakaian Anaestetikum Xylazinedan Ketmine Untuk Ovariohisterektomi Pada Kucing Lokal [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Di dalam Perbandingan Pengaruh Anastesi Ketamine-Xylazine dan Ketamin-Zoletil Terhadap Frekuensi Nafas dan Denyut



Jantung Kucing Lokal (Feline domestica) Pada Kondisi Sudden Loss OF Blood [Skripsi]. [diunduh 23 April 2017]. Tersedia pada : file:///D:/semester%204/pasca% 20operasi/pertemuan%208/Skri psi%20Titin%20Tambing.pdf Majid FA, Buba F. 2010. The Predictive And Discriminant Values Of Urine Nitrites In Urinary Tract Infection. Biomedical Research 21 (3) : 297-299 Pemayun IGAGP, Putri PVC. 2016. Studi Kasus Urolithiasis Pada Anjing Pug [Karya Ilmiah]. Bali (ID) : Universitas Udayana Parrah JD, Moulvi BA, Gazi MA, Makhdoomi DM, Athar A, Din MU , Dar S, Mir AQ. 2013. Importance of urinalysis in veterinary practice – A review [Internet]. Veterinary World, EISSN: 2231-0916. [diunduh 2018 Jan 25]; Tersedia pada : www.veterinaryworld.org/Vol.6 /Sept-2013/11.pdf Patel HP. 2006. The Abnormal Urinalysis. Pediatric Clinic of North America (53) 325-337. The Ohio State University College of Medicine and Public Health. Columbus. USA. Sari DAK, Yulianto AD. 2017. Pengaruh Pemberian Antibiotoka Amoksisilin Dan Tetrasisiklin Terhadap Gambaran Urine Pada Kucing Lokal. Agroveteriner Vol 5 (2). Surabaya (ID) : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Setiawan RD. 2011. Penerapan Strategi Marketing Mix Dalam Melakukan Penjualan Pada PT. Kimia Farma Trading And Distribution Cabang Surakarrta



[Tugas Akhir]. Surakarta (ID) : Universitas Sebelas Maret Tioni MT, Dvorska J, Saganuwan SA. 2015. Review On Urolithiasis In Digs And Cats. Bulgarian Journal of Veterinary Medicine 1:18, ISSN 1311-1477. Vetplus. 2018. Cystaid Plus [Internet]. [Diakses 2018 Mar 22]. Terdapat pada : http://www.vetplusglobal.com/p roducts/cystaid-plus/ cystaid Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, Lelana RPA. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil Edisi 1. Bogor (ID) : IPB Press