Sejarah Desa KTKLN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sejarah



Desa



Pada Jaman Kerajaan Majapahit , yang dipimpin oleh Raja Brawijaya VIII ada Kademangan “KUTU” yang dipimpin oleh seorang Demang Suryo Alam atau Ki Ageng Kutu yang beragama Hindu yaitu sekitar tahun 1500 M. Nama “KUTU” diambil nama tumbuhan yang banyak tumbuh di wilayah tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa diwilayah Kecamatan Jetis ada 2 desa yang hampir sama namanya yakni Desa Kutukulon dan Kutuwetan. Menurut penuturan para sesepuh bahwa kedua desa tersebut dahulunya memang satu wilayah yaitu Kademangan KUTU, sehingga hampir dapat dipastikan bahwa sejarah kedua desa tersebut memiliki kesamaan. Adapun sejak kapan munculnya pemisahan wilayah Kademangan Kutu menjadi Kutukulon dan Kutuwetan, sampai saat ini belum ada sumber yang dapat dikonfirmasi. Desa Kutukulon yang masuk dalam wilayah Kecamatan Jetis dengan luas wilayah 121,53 Ha. Dengan batas-batas



sebagai



~



Sebelah



~



Sebelah



~



Sebelah



:



Timur



Selatan



~ Sebelah Barat



ejarah Desa



Utara



:



berikut Berbatasan



:



Berbatasan



Berbatasan dengan



: Berbatasan dengan Desa Jetis



Desa



dengan



: desa



dengan Kutuwetan



dan



Karanggebang



Desa



Kutuwetan



Desa



Karanggebang.



Berdasarkan sejarah berdirinya Ponorogo serta menurut sejarah dari sesepuh desa Kutuwetan , bahwa sebelum tahun 1400 M Ki Ageng Kutu atau Ki Gede Suryo Ngalam telah menjadi Demang di Kademangan Suryo Ngalam dan beliau membawahi 10 Lurah . Karena kebijaksanaanya , Kharisma serta Kesaktianya Demang Suryo Ngalam atau Ki Ageng Kutu terkenal sampai di Kerajaan Mojopahit . Kekuasaan Demang Suryo Ngalam berakhir ketika Raden Katong dari Kerajaan Wengker ( Yang sekarang menjadi Ponorogo ) melakukan penyerangan di Kademangan Suryo Ngalam karena diutus oleh Raja Majapahit . Karena kesaktiannya Demang Suryo Ngalam atau Ki Ageng Kutu sulit untuk dikalahkan , maka dari itu dengan berbagai cara Raden Katong berupaya agar dapat menaklukan Ki Ageng Kutu yaitu dengan cara merayu Niken Sulastri ( Putri dari Ki Ageng Kutu ) agar mau memberi tahu kelemahan dari Ki Ageng Kutu . Yang akhirnya Ki Ageng Kutu dapat dikalahkan namun pada akhirnya Ki Ageng Kutu mukso / menghilang . Demikian sejarah singkat asal usul Desa KUTU ( Desa Kutuwetan dan Desa Kutukulon )



Berdasarkan sejarah berdirinya Ponorogo serta menurut sejarah dari sesepuh desa Kutuwetan , bahwa sebelum tahun 1400 M Ki Ageng Kutu atau Ki Gede Suryo Ngalam telah menjadi Demang di Kademangan Suryo Ngalam dan beliau membawahi 10 Lurah . Karena kebijaksanaanya , Kharisma serta Kesaktianya Demang Suryo Ngalam atau Ki Ageng Kutu terkenal sampai di Kerajaan Mojopahit . Kekuasaan Demang Suryo Ngalam berakhir ketika Raden Katong dari Kerajaan Wengker ( Yang sekarang menjadi Ponorogo ) melakukan penyerangan di Kademangan Suryo Ngalam karena diutus oleh Raja Majapahit . Karena kesaktiannya Demang Suryo Ngalam atau Ki Ageng Kutu sulit untuk dikalahkan , maka dari itu dengan berbagai cara Raden Katong berupaya agar dapat menaklukan Ki Ageng Kutu yaitu dengan cara merayu Niken Sulastri ( Putri dari Ki Ageng Kutu ) agar mau memberi tahu kelemahan dari Ki Ageng Kutu . Yang akhirnya Ki Ageng Kutu dapat dikalahkan namun pada akhirnya Ki Ageng Kutu mukso / menghilang . Demikian sejarah singkat asal usul Desa KUTU ( Desa Kutuwetan dan Desa Kutukulon ) KI LO CAH BUKTI LAK DESONE AWAKE DEWE KI CIKAL BAKALE PONOROGO



Dicatat oleh must acoeng di 7:30 PG Tiada ulasan: E-melkan IniBlogThis!Kongsi ke TwitterKongsi ke FacebookKongsi ke Pinterest Karang Taruna Karya Puspita



Peta Desa Koetoe-Koelon 1914 (*) Kapan berdirinya desa kutukulon, banyak yang tidak tahu. Lurah pertama siapa dan bagaimana struktur organisasi desa? Juga tidak ada yang tahu. Setidaknya, melalui peta desa Koetoe-Koelon 1914 saya mencoba menganalisa secuil sejarah desa kututukon. Arsip peta ini sekarang ada di Kantor Desa Kutukulon, tertanggal 1 januari 1914 dan disahkan di Madiun. Tidak begitu detail saya mengamati, namun beberapa informasi dapat saya bagi disini. Dalam peta tersebut, dimuat wilayah desa kutukuon. Ada wilayah Marem, Langgar, Nggremboel, Kanal, Loembong, Padan dan beberapa Blok wilayah lain. Makam Sambi yang saat ini berada di wilayah Wetan Lurung juga sudah ada dalam peta tersebut. Dan Makam lawas lainnya adalah di pinggir sungai jalur ke sungai keyang (Kali Kejang). U ntuk jalan desa, terdapat perkembangan. Jalan Ngemplak tempoe doeloe tidak tampak seperti saat ini. Pada peta tersebut istilah lurah atau kepala desa tidak ditemui, tapi diistilahkan Bekel. Bekel desa kutukulon pada saat itu adalah Bpk. Atmodimejo. Tjarik dijabat oleh Bpk. H. Mardjoeki, dibantu oleh 2 kamituwo, Djogobojo (jokoboyo) dan kebajan (kebayan). Istilah ini mungkin begitu asing untuk generasi muda saat ini. saya terkesan dengan sekretaris desa tahun itu yang ternyata sudah naik haji ke tanah suci. Konon, H Mardjoeki adalah orang yang sangat kaya, yang sempat lantai rumahnya terbuat dari uang logam yang disusun miring. Selain itu, yang membuat saya terkesan adalah wilayah Langgar yang tertulis dalam peta tersebut. Yang saya artikan bahwa di desa kutukulon pada saat itu dan sejak dahulu sudah begitu kental dengan nilai-nilai agama Islam. Istilah dan kalimat dalam bahasa belanda juga kental peta tersebut, misal bestuit, den, dll. Yang sangat menarik adalah model tulisan latin tegak bersambung yang begitu indah. Tulisan kutukulon juga tidak digandeng seperti saat ini, tapi ditulis Koetoe-Koelon. Sekelumit cerita di atas mungkin belum begitu lengkap dan sempurna. Silahkan yang mempunyai bukti sejarah ilmiah tentang Koetoe-Koelon, untuk menyempurnakan dan berbagi bersama generasi muda desa kutukulon di Karang Taruna Karya Puspita. Kata Bung karno: Jas Merah, jangan pernah melupakan sejarah. Sejarah Koetoe-Koelon juga harus menjadi perhatian masyarakat desa kutukulon. Banyak cerita sejarah yang sebenarnya dapat digali dari Peta ini. bukti-bukti sejarah adalah alat komunikasi ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan yang sangat bagus untuk mengetahui tentang siapa jatidiri kutukulon. (*) Faruq Ahmad Futaqi Ketua Karang Taruna Karya Puspita Dicatat oleh must acoeng di 7:27 PG Tiada ulasan: