Semiotika Komunikasi Visual [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEMIOTIKA KOMUNIKASI VISUAL BAB I Awalan Dalam ilmu komunikasi dikenal dogma ppuler, words doesn’t mean,people man. Artinya sesungguhnya kata kata tidak memiliki makna, manusia yang merekatkanmakna kedalam kata kata tersebut. Maka bisa dibayangkan betapa rumitny melakukan proses komunikasi yang efektif. Abaran efektif diatas dapat diabarkan kedalam sebuah kalimat yang menyebutkan bagaimana cara menciptakan presepsi yang sama antara pengirim dan penerima pesan. Agar pesan verbal maupun visual mampu menarik perhatian calon konsumen, maka karya desain komunikasi visual-dalam hal ini iklann-harus menawarkan ekslusivisme, dan kekususan yang kemudian dapat memberikan akibat berupam tetonisme, peruukan pada suatu benda atau merek untuk menemukan jati diri produk barang atau jasa yang akan dperdagangkan. Serosional apapun pertimbanganya, pastinya dalam benak produsen hanya ada satu kalimat, yakni bagaimana meramupemilihan pesan verbal dan visual sebaga”obat bius” dalam melakukan pemilihan media yang tepat guna memburu sasaranya. Karena iklan merupakan salah satu elemen mekanisme ekonomi yang paling kasat indera, maka keberadanya makin menarik pelbagi penilaiyan ambivalen. Di satu sisi kelompok pengusaha iklan dianggap satu metode pemasaran yang ampuh guna mendukung kesuksesan bisnis. Iklan kini tak hanya menadi produk jjasa maupun produk media bahkan suda menjadi komuditas bisnis dan industri potensial. Disisi lain kelompok konsumen iklan tidak selalu dianggap positif. Iklan diakui atau tidak sering digemari sebagai salah satu bentuk hiburan maupun sumber informasi yang ditawarkan dipasar namun iklan juga dicurigai bahkan dibenci. Periklanan dalam knteks desain komunikasi visual adalah venomena bisnis moderen. Tidak ada perusahan yang tidak ingin mauju dan memenagkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan. Demikian pentingnya iklan dalam bisnis moderen sehingga salah satu parimeter bonafiditas perusahan terletak pada dana yang dialokasikan oleh perusahan untuk iklan. Disamping itu iklan merupakan salah satu jendelah kamar sebuah perusahan, keberadaanya menghubungkan antara produsen dan masyarakat, kususnya konsumen. Periklanan selain merupakan kegiatan pemasaran, juga merupakan kegiatan komunikasi. Dari segi komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung kepada khalayak sasaran yang dituju melalaui media apa iklan tersebut sebaiknya disampaikan. Karena itu untuk mebuat komunikasi menjadi lebih efektif kita harus memahami betul kalayak sasaran, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.



Pemahaman secara kuantitatif akan menamin bahwa umlah pembeli dan frekuensi pembelinya dan peroleh akan sejalan dengan target penjualan yang akan ditetapkan. Sedangkan pemahaman secara kualitatif akan menjamin bahwa pesan iklan yang kita sampaikan akan sejalan dengan tujuan pemasaran yang telah ditetapkan bersama. Iklan sebagai salah satu perwujudtan kebudayaan masa kini tidak hanya bertujuan menawarkan dan mempengaruhi calon konsumen untuk membeli barang atau jasa. Iklan juga turut mendedakan nilai tertentu yang secara terpendam terdapat didalamya. Oleh karena itulah iklan dalam konteks desain komunikasi visua, yang sehari harinya kita temukan dipelbagi media massa cetak dan elektronik dapat dikatakan bersifat simbolik, artinya dalam konteks desain dalam komunikasi visual iklan dapat menjadi simbol sejauh imajinasi yang ditampilkanya membentuk dan merefleksikan nilai hakiki. Periklanan merupakan suatu usaha untuk mempengaruhi kelompok atau masyarakat terhadap suatu produk dengan menonjolkan kelebihanya untuk proyeksi jangka panjang. Artinya bila produsen mengiklankan produk tertentu, misalnya obat flu, maka diperlukan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan konsumen bahwa produk tersebut baik. Bila produk suda dikenal, maka diperlukan suatu masa atau priode untuk menjaga kepercayaanitu agar tetap unggul dibandigkan dengan produkm lain yang sejenis. Oleh karena itu hasil yang dipetik oleh produsen tidak langsung dinikmati seketika tetapi memerlukan suatu tempo waktu tertentu. Karena itulah produsen tidak dapat menuntut banyak dari iklan masyarakat pun tidak bleh menuduh secara membabi buta. Iklan hanya sekedar alat untuk memberi informasi, melalui persuasi atau menstimulasi orang agar bertindak. Terjadinya pembelian oleh konsumen masi ditentukan oleh faktor lain, diantaranya: mutu produk, harga kemampuan daya beli sasaran, persaingan, bahkan situasi politik. Semuah itu aan menentukan terjadinya kontak pemjualan produk. Terlepas dari semuah itu atas nama target waktu maka rancangan iklan selalu menggunakan teknik tertentu untuk mencapai tujuanya, diantaranya, pertama, penjualan suatu ide yang merupakan garansi andalan terkait dengan masa berlakunya suatu barang atau jasa untuk jangka panjang. Keduah, penyebaran ide perihal keuntungan pihak komunikasi bila menerima ide sebagaimana menganjurkan oleh komunikator, beerupa penggunaan barang atau jasa yang disarankan, serta kenkmata yang diperoleh atas penggunaan barang atau jjasa itu sendiri Karena itulah, bertitik tolak dari penjualan suatu ide maka karakter produk yang akan dijual harus benar benar ditemukenali oleh perencan iklan. Selain itu, kelompok sasaran yang sempat di didik seyogyanya jelas latar belakangnya: segi usia, jenis klamin, pendidikan, pekerjaan, budaya pendukung maupun tingkat sosial ekonomi yang melingkupinya. Harus diakui memang sulit mencapai keselarasan dalam mempertimbangkan dampak komersial dengan aspek sosial budaya. Bahkan ada semacam dokma, iklan yang bagus dari sigi pemasaran, justru bermasalah karena menimbulkan dampak sosial budaya positif, justru



mandul dalam segi pemasaran. Maka iklan yang berhasil memaduhkan dampak komersial dan sosial budaya akan melestarikan kebudayaan produk itu sendiri, dalam angka panjang. Komunikasi visual terutama iklan tidak akan terjadi jika pesan iklan yang disampaikan kominikator tidak menarik perhatian komunikan dengan penuntutan iklan yang seperti itulah, seringkali kreator iklan terbawa arus kepada situasi yang sengaja atau tidak membuat iklan yang akirakir ini menjadi polemik dimasyarakat. Padahal tujuan iklan tidak sekedar mencari perhatian, tetapi lebih dari itu untuk memperoleh gpdwill dari komunikan. Oleh sebab itu selayaknya para kreator iklan dalam mambuat kreasi iklan kususnya uklan televisi juga memperhatikan akibat dari ikla yang dibutnya. Karena tak jarang dari iklan yang muncul dari sebuah iklan tidak seperti yang dimaksudkan atau diniatkan. Kreaktor iklan harus berpikir multiaspek dan multidimensi. Karena presepsi yang muncul dari sebuahiklan terkadang tidak persis sebagun dengan carav pandang penulis nakah atau pengarah kreaktif. Karena presepsi atas iklan bersifat sangat subjektif. Apalagi, bilah sudah menyangkut masalah pornografi, etika dan moral maka menjadi sangat relevan bila kreaktor iklan, selain memiliki niat yang baik juga harus behati hati dan berpikir dengan mengedepankan pluralitas.



MENDOGKRAK GAIRAH WACANA DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Agar mempunyai semangat sebagai seorang perancang yang selalu memcetuskan menemukan ide ide brilian dan selalu tampil dengan nuansa kebaruan (novelitas). Maka konsep pendidikan tinggi desian komunikasi visual harus senantiasa mengedepankan aktifitas proses belajar mengajar yang bervondasikan pada unsur kreatifitas dan inovasi. Artinya, sebuah proses mental, terhadap berpikir yang mampu memunculkan ide-ide baru dan bilah diaplikasikan secara praktis akan menghasilkan cara cara yang lbih efisien. Orang-orang yang kreatif dan inovasi menurut Aryatmo Tjokronegoro (1997) bisahnya berpikir secara kovergen dan divergen. Perkawinan dua konsep pemikiran tersebut akan menghasilkan pelbagi fantasi dan imajinasi dahsyat yang keberadaanya sangat berguna untuk melahirkan berbagi macam ide pada karya-karya desain yang bermutuh. Paremeter keberhasilan sebuah proses kraktif dan inovatif di lingkungan pendidikan tinggi desai komunikasi visual bisa dilihat manakalah para peserta didik mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap pemecahan masalah komunikasi (verbal dan visual lancar dan orisinal dalam berpikir kreatif, fleksibel dan konseptual, cepat mendefenisikan dan mengkolaborasi pelbagi macam peersoalan yang sangat dibutuhkan dalam mengadapi berbagai persaingan yang semakin ketat diberbagai bidang. Ketika prooses kratif dan inivatif itu suda mencapai dibenak peserta didik sebagai sebuah ideologi maka bkeberadaanya diharapkan bisa menjadi agen perubahan dan piner pembaruan dan mencetuskan dan menghasilkan pelbagi macam ide yang dituangkan pada karya desain komunikasi visual yang kampium.



Pada dasarnya, desain komunikasi visual merupakan representasi sosial budaya masyarakat dan salah satunya manifestasi kebudayaan yang berwujud produk dari nilai nilai yang berlaku pada kurun waktu tertentu sebagai produk kebudayaan. Ia terkait dengan sistim nilai yang sifatnya dan spirital. Bahwa desain komunikasi visual sangat akrab dengan kehidupan manusia adalah suatu kenyataan yang universal. Kegiatanya selalu mengirigi manusia, selama manusia bergaul dengan alat atau perabotan dan uga kebutuhan sehari hari. Keberadanya jelas tidak bisah dipisahkan dengan sejarah manusia, karena desain komunikasi visual adalah satu upaya manusi meningkatkan kulitas hidupny. Sebagai suatu kegiatanya menyangkut alam pikiran dan perbuatan anusia untuk menjawap kbutuhan-kebutuhan ketika berhadapan dengan ligkunganya, desain komunikasi visual menjadi sangat berhubungan dengan kebudayaan. Yakni kebudayaan-kebudayaan yang dihayati, bikan keberadaan dalam arti sekumpulan sisa, bentuk, warna dan gerak dan masa kampau yang sampai kini dikagumi sebagai benda asing terlepas dari diri manusia sendiri yang mangamatinya. Persahabatan antara persaingan komunikasi visual dengan manusia terletak pada tahp mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi satu dimensi yang lebih tinggi. Desain dalam pengertian moderen adalah desain yang dihasilkan dalam metoode berpikir, berlandaskan ilmu pengetahuan bersifat rasional, dan prakmatis. Ia lahir karna ilmu pengetahuan yang moderen yang telah memungkinkan timbulnya industralisai. DKV tidak bisa dilepaskan dari dua gejala yang saling berkaitan sebagai konsekuensi industrilisasi. Semuah adalah produk massa dan komsumsi massa sebagai hasil industrilisasi. Dalam kerangka mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi satu dimensi menjadi yang lebih tinggi itulah maka kita bisa mencatat peranan desain komunikasi visual yang senantiasa memaparkan proses kratif guna menangkap dinamika keberanian dan spirit entreprenurship. Disamping itu, dapat disaksikan pula bagaimana keberadaanya yang selalu mengungkapakn penggambaran karakter budaya setempat dengan cara menawarkan ruang kebebasan bagi individulisme, toleransi, dan opini yang progresif



SEMOTIKA KOMUNIKASI VISUAL Agar perkembangan wacana ilmu desain komunikasi visual tidak jalan ditempat, perlu ditopang pelbagi disiplin ilmu. Salah satunya adalah simotika, sebabjika dilihat dari wujudnya desain komunikasi visual mengandung tanda-tanda komunikatif. Lewat bentubentuk komunikasi visual seperti itullah pesan tersebut menjadi bermakan. Disamping itu gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada desain komunikasi visual diharapkan mampu mempersuasi khalayak sasara yang dituju. Buku simotika komunikasi visual yang anda pegang ini bertujuan mangkaji tada verbal (judul, susjudul, dan teks) dan tanda visual (ilustrasi logo, tipografi, dan visual) desain



komunikasi visual dengad pendekatan teori simotika komunikasi visual menjadi salah satu penndekatan umtuk memperoleh makna yang terkandung didalam dialam tanda verbal dan tanda visual karya desain komunikasi visual. Dalam hal ini yang akan dikaji terdiri atas karya iklan layanan masyarakat desain infografis pariwisata yogyakarta, dan desain oblong.



BAB II SEMIOTIKA SABAGAI ILMU SEMIOTIKA berasal dari kata yunani:semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan pilang, penelasan semiotika sebagai metode kajian kedalam pelbagi cabang keilmuan ini dimungkinka karena ada kecendrungan untuk memandang palbagi wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam pelbagi wacana sosial, berdasaekan pandangan semiotika bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya juga dapat dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karna luasnya tanda itu sendiri (piliang 1998:262) semiotika menurut berger memiliki duah toko, yakni Ferdinan de Saussure (1857:1913) dan Charles Snder Peirce (1839:1914). Keduah tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secarah terpisah dan tidak mengenal satu sama lai. Saussure di Eropa dan Pairce du Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik sedangkan Pierce Filsafah. Sausure menyebut ilmu yang dikembangkanya adalah semiologi (semiology) Semiologi menurut Saussure seperti dikutip hidayat, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makan atau selama berfungsi sebagai tanda, dibelakangnya baru ada sistem pembedaan dan kovensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda. Disana ada sistem (hidayat 1998:26) Sedangkan Pierce menyebut ilmu yang dibangunya semiotika bagi Pierce sebagai filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat anda. Artinya manusia dapat bernalar lewat tanda, dalam pikiranya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda ( Berger 2000:1122) dalam perkebangan selanjutnya istilah semiotika lebih populer dari pada semilogi. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segalah sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidklah terbatas pada benda. Artihnya peristiwa, tidak adahnya peristiwa struktur yang ditemukan dalam seuatu , suatu kebiasaan, semua itu dapat disebut tanda , sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, keinginan, syarat, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu , letak bintang tertentu semuah itu dianggap sebagai tanda (Zoest 1993:18).



Menurut Saussure seperti dikutip pradopo (1991:54) tanda adalah kasatuan antara dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kerta. Dimana ada tanda disana ada sistem. Artinya sebuah tandah mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifer, bidang penanda atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung dalam aspek pertama. Lebih lanjut dikatakanya bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan ( level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperi bunyi, huruf,kata, gambar, warna, objek, dan sebagainya. Petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara keduaunsur melahirkan makna. Tanda akan selalu mengacu pada sesuatu hal yang lain. Ini disebut referent. Lampuh merah mengacu pada jalan berhenti, wajah cerah mengacu pada kebahagiaan, air mata mengacu pada kesedihan. Apabilah tanda dan yang diacu terjadi pada maa dalam benak orang yang melihat atau mendengar aan timbul pengertian (Eco 1979:59). Menurut Pierce, tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu tanda akan selalu mengacu pada yang lain, oleh Pierce disebut objek. Mengacu berarti mewakili atau mengantikan. Tanda dapat berfungsi bila diinterprestasikan dalam benak penerim tanda melalui interpretantt. Jadi interpretantt ialah pemhaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya tandah baru dapat berfungsi sebagai tanda bilah dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukan Pierce terkenal dengan nama segitiga simiotik. Selanjutnya dikatakan tnda dalam hubungan dengan acuanya dibedakan menjadi tanda yang dikenal dengan ikon, indeks dan simbol . Ikon adalah tnda yang antara tanda yang acuanya ada hubungannya dengan kemiripan dan bisa disebut metafora.contohnya langit yang gelap akan bararti akan turun hujan simbol adalah yang diakui keberadaanya berdasarkan hukum kovensi . Ikon indeks, simbol merupakan perangkat hubungan antara dasar(bentuk) objek (referent), dan konsep (interpretantt atau reference) bentuk biasahnya menimbulkan presepsi dan setelah dihubugkan dengan objek akan menimbulkan interpretantt. Proses ini merupakan proses kognitif dan terjadi dalam memahami pemasangan iklan . Terkait dengan itu Barthes seperti dikutip iriantara da Ibrahim (2005:118-119) mengemukan teorinya tentang makan konotatif. Ia berpendapat bahwa konotasi menggabarkan iteraksi yang berlangsung takala tanda bertemu dengan perasaan atau emosi pengunaanya nilai-nilai kulturalnya. Ini terjadi takala berlangsung ketika interpretantt dipenggaruhi sama bnyaknya oleh penafsir dan objek atau tanda. Bagi Bartes, faktor penting dalam konotasi ialah penanda dalam tatanan pertama. Penanda tatanan pertama merupakan tanda konotasi. Jika teori itu dikaitkan dengan desain komunikasi visual (DKV) maka setiap pesan DKV merupakan pertemuan antara signifier



(lapisan ungkapan) dan signifier (lapian makna).lewat unsur verbal dan visual (nonverbal). Diporel dua tingkatan makna, yakni makan denotatif yang didapat pada tingkat berikutnya Konsep dasar simiotik yang digunakan dalam buku ini mengacu pada Rland Bartes yang berangkat dari pendapat Ferdinand de Saussur. Pendekatan ini menekankan pada tandatanda yang disertai makna(signal) serta berpijak pada pandangan berbasis pada tanda-tanda tanpa maksud . karya desain komunikasi visual mempunyai tanda yang ber-signal dan bersymptom, dan dalam memaknai karya DKV kita harus memaknai ikon, indeks, simbol dan kode yang menurut Barthes adalah cara yang mengakat kembali fragkmen-fragkmen kutipan(Zeost (1993:39-42). Simiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan dan dibayangkan. Cabang ilmu ini semu berkembang dalam bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam seni rupa dan desain dalam komunikasi visual. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaiyan tangan atau yang bersifat memanggil, atau angukan kepala yang diterjemahkan setuju (Noth 1995:44).



TANDA (IKON, INDEKS, SIMBOL) Merujuk teori Pierce (Noth 1995:45), tanda tanda dalam gambar dapat digologkan kedalam ikon, ideks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yanh diwakilinya. Dapat pula dikatakan, ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan misalnya , foto Sri Sultan Hamengkubuwono x sbagai raja kraton Ngayogyakarta Hadinigrat adaah ikon Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Sultan adalah cap jari dari Sultan. Indeks merupakan tanda yang memiliki sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut dengan tanda sebagai berikut. Contohnya: asap dan api, asap menunjukan adahnya api, jejak telapak kaki ditanah tanda merupakan indeks orang yang melewati tempat itu, tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu. Simbol merupakan tanda berdasarkan kovensi, peraturan, atau perjanjian yang dispakati bersama. Simbol baru dapat dipahami ika seseorang telah mengerti dengan apa yang dispkati sebelumnya. Contohnya, Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki perbedaan budaya, seperti orang Eskimo, misalnya, Garuda Pancasila dipandang sebagai burung elang biasa.



KODE Kode menurut pialang (1998:17) adalah cara pengkombinasian tanda yang dispakati secara sosial untuk memungkinkan satu pesan disampaikan dari orang ke orang lainya. Sedangkan kode dalam termologi sosioliguistik ialah versi tutur yang memiliki bentuk khas, serta makna yang khas pula (Poedosoedarmo, 1986:27). Dalam praktik bahasa sebuah pesan yang dikirimkepada penerima pesan diatur melalui seperangkat konvensi atau kode. Umberto Eco menyebut kode sebagai aturan yang menjadikan tanda sebagai tampilan yang kongkrit dalam sistem komunukasi. (Eco, 1979:9). Kode pertama yang berlaku pda teks teks ialah kode bahasa yang digunakan untuk mengutarakan teks yang bersangkutan. Kode bahasa itu dicantumkan dalam kamus dan tata bahasa. Sedangkan teks-teks tersebut menurut kode-kode lain yang disebut kode sekunder karena bahanya ialah sebuah sistem lambang primer, yaitu bahasa. Sedangkan struktur cerita, prinsip-prinsip drama, bentuk-bentuk argumentasi sistem metrik semuah itu merupakan kodekode tersebut dijalankan pradopo(1991:80-81) sebagai berikut.  Kode hermeneutik, yaitu artikulasi pelbagi pertanyaan akirnya menunjukan pada jawaban  Kode Semantik yaitu, koode yang mengandung konotasi pada level penanda  Kode Simbolik yaitu, kode yang berkaitan dengan psikoanalistik  Kode Narasi yaitu, kode yang mengandung cerita  Kode Kebudayaan yaitu, suara-suara yang bersifat kolektif anonim.



MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF Semua makna budaya diciptakan menggunakan simbl-simbol. Simbol, mengacu pendapat spradely (1997:121), adalah objek atau pristiwa apapun yang menunukan kepada sesuatu. Semua simbol menunjukan 3 unsur  Simbol itu sendiri  Satu rujukan atau lebih  Hubungan antara simbol dengan ruukan Semua itu merupakan dasar bagi keseluruan makna simbolik. Spradly (1997:122) menjabarkan makna denotatif meliputi hal hal yang menunjukan oleh kata kata . pialang (1998:14) mengartiakn makna denotatif hubungan eksplisit antarab tanda dengan referansi atau realita dalam pertandaan dalam denotatif. Misalnya ada gambar manusia, binatang, phon, rumah. Warnahnya juga dicatat seperti merah, hijau, dan sebagainya. Pada tahap ini hanya informasi data yang disampaikan.



Spraldy menyebut makna konotatif meliputi semua sigifikan sugestif dari simbol yang lebi dari intih referensialnya menurut pialang (1998:17), makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emsi. Ciri-ciri pascasstrukturalis: 1. Tanda titik stabil 2. Membongkar hiraki makna 3. Menciptakan heterogenis makna Posmoodernisme menggunakan prinsip form follows fun. Maka pembahasan karya desain komunikasi visual dengan kajian simiotika komunikasi dalam tulisan ini akan menggunakan    



Teori pierce untuk melihat tanda iklan. Teori Barthes untuk melihat kode Teori Saussure untuk melihat makna konotatif. Teori Simiotika iklan Wiliamson terkait dengan pemimnjaman tanda dan kode sosial.  Tentuhnya, Simiotik strukturalis dan Simiotik Pascastrukturalis.



BAB III TEORI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL



Keberadaan desain komunikasi visual sangat lekat denan kehidupan kita sehari hari ia tak bisa lepas dari sejarah manusia. Karena ia merupakan salah satu usaha manusia untuk menigkatkan kualitas hidup. Desain komunikasi visual sanggat akrap dengan kehiduapn manusia sebagaimana disebutkan diatas, ia merupakan representasi sosial budaya masyarakat, dan salah satu manifestasi kebudayaan yang merupakan berwujud produk dari nilai nilai yang berlaku pada waktu tertentu ia merupakan kebudayaan yang benar benar dihayati, bukan kebudayaan dalam arti sekumpulan sisa bentuk, warna, dan gerak masa lalu yang kini dikagumi sebgai benda asing yang terlepas dari diri manusia yang mengamtinya. Mengutip Widagdo (199:331), desain komunikasi visual dalam pengertian moderen adalah desan yang dihasilkan dari rasionalitas, dilandasi pengetahuan bersifat rasiona, dan pragmatis jagad desain komunikasi visual senantiasa dinamis, penuh gerak dan perubahan kerena peradabaan dan ilmu pengetahuan moderen memungkinkan melahirkan industraliasasi sebagai produk kbudayaan yang terkait dengan sistem sosial ekonomi desain komuniaksi sosial juga berhadapan dengan konseksual sebagai produk massa dan komsumsi massa.



Terkait dengan fakta diatas T.Sutanto (2005:15-16) menyatakaan bahwa desain komunikasi sosial senantiasa berhubungan denga penampilan rupa yang cerap oorang banyak dengan pikiran maupun perasaan. Rupa yang mengandung pengertian atau makna karakter serta suasana yang mampu dipahami (diraba dan dirsakan) oleh khalayak umum atau terbatas. Dala m pandangan Sanyoto (2006:8), desain komunikasi visual memiliki pengertian secara seluruh yaitu rancangan sarana komunikasi yang bersifat kasat mata. Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan umgkapan daya kreatis, yang diaplikasikan dalam pelbagi media komunikasi visual dengan mengelola eleme desain gfrafis yang terdiri atas gambar (ilustarsi), huruf dan tipogagrafi, warna, komposisi dan lay-out semuah itu dilakukan guna menyamapaikanpesan secara visual, audio dan / atau audio visual kepada target sasaran yang dituju.



TIPOGRAFI: KURIR KOMUNIKASI VISUAL Ketika seseorang berbicara kepada orang lain, sesunguhnya rang tersebut sedang elawalkan beberapa lambang bunyi yang arti maknanya telah dipakati bersama. Bersama lambang bunyi, dalam konteks ini divisualkan dalam bentuk simbol-simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti maksudnya. Dalam peradaban moderan lambang bunyi yang berbentuk huruf memiliki peranan penting dalam sebuah proses komunikasi antarmanusia. Huruf dan tipoografi dalam perkembanganya menjadi ujung tombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesa visual kepada seseorang, sekumpulan orang, bahkan masyarakat luas yang menjadi tujuan akir proses penyampaiyan pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran. Huruf dan tipografi merupakan soko guru tunggal yang tidak bisa dipisahkan antara satu dan yang lainya banyak orang suda melek huruf, suda pasti mengenal lambang huruf tersebut. Mereka suda pasti dapat mengeja, membaca dan menuliskan lambang bunyi itu untuk pelbagi kepentingan dan keperluanya masing-masing. Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih adan menata huruf untuk pelbagi kepentingan menyampaikan informasi berbentuk pasan sosial ataupun komersial. Dewasa ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi digital. Tipografi dalam bentuk desain komunikasi visual mencakup pemilihan bentuk huruf; besar huruf; cara dan teknik penyusanan huruf menjadi kata atau kalimat sesuai dengan karakter pesan(soisal atau komersial) yang ingin disampaikan. Huruf yang telah disusun secara tipografis merupakan elemen dasar dalam membentuk tampilam desain komunikasi visual.



Dalam perkembanganya ada lebi dari seribu macam huruf romawi atau latin yang telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf-huruf tersebut sejatinya merupakan hasil perkawinan silang dari lima jenis huruf berikut ini: 1. Huruf Romein Garis hurufnya memperlihatkan antara tebal-tipis dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiap batang hurufnya 2. Huruf egiptian. Garis hurufnya memiliki ukuran yang sama tebal pada setiap sisinya. Kaki atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku. 3. Huruf san serif. Garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau kait 4. Huruf miscllaeuneus. Jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya dari pada nilai komunikasinya.bentuknya senantiasa mengendapkan aspek dekoratif dan ornamental. 5. Huruf script. Jenis huruf ini merupai tulis tangan dan bersifat spontan Sementara itu Danton Sihobing (2001:96) mengelompokan keluarga huruf berdasarkan latar belakang sejarahny: 1. 2. 3. 4. 5.



Old style jenis huruf ini meliputi: bembo, calson, galliard, denagan garamon Transitional jenis huruf ini meliputi: baskrefille, perpetua, times, new roman. Moderen jenis huruf ini meliputi: bodoni Egiptiyan atau slepseris jenis huruf ini meliputi: bookman, serifa. San serif, jenis huruf ini meliputi: franklin, githic, hutuara, gilsans, optimal.



Huruf huruf tertentu dalam melakukan aktifitas perancangan. Ia harus menjadikan rangkaiyan huruf (kata atau kalimat) tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti maknanya tetapi terlebi dari itu, seseorang desainers komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak dipandangma



BAB IV ANALISIS TANDA DAN MAKNA KARYA DESAIN KOMUNIKASI VISUAL



visual dalam buku ini akan meminjam teori Pierce untuk melihat tanda pada karya desain komunikasi visual. Penulis juga akan meminjam teori semiotika iklan juditha williamson terkait dengan meminjam tanda dan kode sosial untuk memahami karya desain komunikasi visual yang akan menjadi contoh kasus dalam buku ini. Berikut ini penulis akan memaparkan pembahasan beberapa karya desain komunikasi visual yang terdiri akan desain iklan layanan masyarakat (ILM), t-shirt oblong Dgadu dan rambu lalu lintas pariwisata yogyakarta. Semuanya dikaji dengan mengguanakan simiotika komunikasi visual sebagi metode analisis tanda dan makna.



ANALISIS SEMIOTIKA KOMUNIKASI VISUAL IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Iklan layanan masyarakat (ILM), menurut kamus istilah periklanan indonesia (Nuradi, 1996:136) adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh pemerintah. Suatu organisaisi komersial ataupun nonkomersial untuk mencapai tujuan sosial-ekonomis, terutama untuk menigkatakan kesejatraan masyarakat. Iklan bukan hanya semata-mata pesan bisnis yang hanya berbicara usaha mencari keuntungan secara sepihak. Iklan juga mmberi peran yang sangat penting bagi pelbagi kegiatan nonbisnis. Dinegara negara maju iklan telah dirasakan manfaatnya dalam mengerakan solidaritas masyarakat saat mengahadi masalah sosial tertentu. Dalam iklan-iklan tersebut, disajikan pesan pesan sosial yang dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus dihadapi. Yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehiduapan hidup. Iklan menurut ini Kasali (1992:201) disebut iklan layanan masyarakat. Misalnya, ILM gerakan anti narkoba: susbsidi listrik dan hemat listrik; pemilu yang jujur dan adil; kebakaran hutan; imunisasi nasional; flu burung; membudayakan sebagainya, biasahnya, tema-tema tersebut disesuaikan dengan masalah nasional yang sdang aktual di tengah masyarakat. Melalui ILM, orang diajak berkomunikasi guna memikirkan sesuatu, ILM bersifat memunculkan kesadaran baru yang memunculkan kesadaran baru yang memunculkan yang bersumber dari nurani individu maupun kelompok tentang hal-hal yang berorentasi lingkungan hidup, sosial kemasyarakatan, dan kebudayaan. Semuah ini merupakan venomena yang ada diseputar kita yang sebenarnya telah kita ketahui dan kita rasakan, ‘namun tak perna terpikirkan karena mugkin tida begitu menghantui, menyamgkut, bahkan mengusik kepentimgan kita secara langsung. Pada dasarnya ILM sebagai salah satu karya kreatif dalam ranah desain komunikasi visual merupakan salah satu media yang berfungsi menyosialisasikan pesan pesan sosial kepada khalayak sasaran dengan cara penyampaiyan yang berpedoaman pada metode periklanan komersial. Tujuanya agar kelompok tertentu dalam mmasyarakat mau memikirkan sesuatu dan terlihat secara aktif seperti yang dimaksudkan oleh pesan dalam ILM tersebut (Miryan, 1984:22). Istilah ILM merupakan terjemahan dari public service advertising. Menurut Subakti (1993:57) keberadaan ILM di indonesia sudah lama, dimugkinkan usiahnya hampir sama dengan iklan komersial. Akan tetapi, pada awalnya isi pesan ILM hanya terbatas pada hal-hal tertentu yang diketahui masyarakat. Sehingga kegunanya hampir ssama dengan media penerangan.



SEMIOTIKA KOMUNIAKASI VISUAL Tanda verbal: Hedline ANALISIS SEMIOTIKA KOMIUNIKASI VISUAL Berdasarkan tnda verbal dan tanda visual, pesan ILM tersebut dapat ditangkap dengan bantuan kode hermeutik, kode simbolik, kode narasi, kode semantik, dan kode kebudayaan. Kode hernuistik terlihat pada aspek teka-teki(enigma) tampak pada tanda verbal yang berbunyi INI SEMUT tapi anda jangan salah karena sekumpulan semut yang berkumpul bisa menjadi sebesar dan sekuat gajah. Kode visual hernuistik terlihat tanda visual berupa ikon gajah yang mengandung aspek enigme (teka-teki) jawabanya ternyata, ikon gajah tersebut berasal cdari sekumpulan titik ikon ikon semut yang menyerupai gajah.’’ Kode simbolik pada aspek pertentangan dua unsur terlihat pada tanda verbal yang berbunyi INI SEMUT anda benar ini gajah, tapi jangan salah, sekumpulan semut bisa menjadi sebesar dan sekuat gajah. Kode narasi yaitu kode yang mengandung cerita terlihat pada teks yang berbunyi: anda benar’’ ini memang gajah. Tapi jangan salah, sekumpulan semut pun bisa menjadi sekuat dan sebesar gajah. Sama halnya dengan koperasi kecil, ‘semut’ akan menjadi sebesar dan sekuat ‘gajah’ bergabunglah dan buktikan sendiri.’’ Kode semantik pada aspek loyalitas terlihat pada tanda verbal yang berbunyi sama halnya dengan koperasi dengan kerja sama yang harmonis untuk kepentingan bersama, sebuah koperasi sekecil ‘semut’ akan menjadi sebesar ‘gajah’ Kode kebudayaan pada aspek mitos dan penegetahuan terlihat pada tanda verbal terutama kata ‘semut dan gakjah’ mitos semut adalah kerja sama, gotong royong, saling tolong-menolong, ketekunan, dan ketelantean. Sedangkan gajah dimitoskan sabagai kekuatan sesatu yang gagah dan tegar. Mitos semut dan gajah mengandung makan konotatif. Tanda visual brupa ikon gajah yang yang terbentuk dalam sekumpulan semut adalah simbol persatuan dan kesatuan sekumpulan semut yang menghimpun kekuatan. Simbolis kerja sama yang harmonis untuk kepentingan bersama. Dengan semangat semacam itu, sebuah koperasi sekecil ‘semut’ akan menjadi sebesar ‘gajah’ Persoalan makan denotasi muncul ketika kita melihat tanda visual berupa gambar titik-titik semut yang menjadi gajah dalam posisi setengah berdiri atau jumping. Sedangkan makan konotasi yang muncul dari persoalan denotasi tersebut adalah komposisi gajah jumping tersebut memberi kesan dinamis dan memberi konsep sekuat dan sebesar gajah



seperti terlihata pada teks tanda verbal yang berbunyi anda benar ini memang gajah tapi jangan salah sekumpulan semut pun bisah mejadi sekuat dan sebesar gajah. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara tanada verbal dan tanda visual. Tanda verbal mempunyai makan konotasi bahwa sekumpulan semut bisa menjadi simbol kekuatan.simbol kerja sama ketika mereka bersekutu dan menjadi satu. Bahakan keberadaanya bisa mengeser posisi gajah yang dimitoskan sebagai sesuatu yang bersifat kuat, kokoh, dan tegar. Mitos semut dipararelkan dengan koperasi yang keberadaanya selalu Dari analisis ILM diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tanda bermakna sebagai persatuan. ANALISIS SEMIOTIKA KOMUNIKASI VISUAL DESAIN OBLONG DAGADU DJOGJA Apa yang akan anda katakan ketika melihat goresan garis elips dengan lingkaran bulat ditengahnya, kemudianya bagian atas dari objek tersbut dihias enam goresan garis ekpresif yang mengadah keatas, sedangkan bagian bawah ditutup dengan garis lengkung sejajar torehan garis elips. Bagi anda masyarakat jogja warga di dalam pagar negri Ngayogyakarta Hadidinigrat, atau setidaknya perna bertandang ke kota pelajar dengan serta merta akan mengatakan, “dgadu Djogja”. Jawaban seperti itu memang benar-benar betul dan btul-betul benar mengapa? Karena gamabar lingkaran elips yang membentuk ikon mata semacam itu dikenal kalayak luas sebagai logo sekaligus merek dagang perusahan kaos oblong milik PT Dagadu Djokjda. Menurut Risalah dagadu djogja: perjalan empat tahun disebutkan bahwa nama Dgadu Djogja digunakan sebagai merek dagang sekaligus nama produsenya. Dagadu dalam bahasa walikan (slank) anak muda Yogykarta berarti ‘matamu’ ,filosofi idealnya, dalam wacana rancang Dgadu Djogja yang dipresentasikan melalui logo bebentuk dasar mata diharpakan dapat mewakili pandangan kelompok yang selalu berusaha menempatkan kreatifitas sebagai aspek utama dalam setiap kegiatanya(Dgadu Djogja, 1997:1-2).



DGADU DJOKDJA DAN FENOMENA PERDAGANGAN KAOS OBLONG Membicarakan perihal Dgadu Djokdja berarti kita harus memperbicangkan sebuah fenomena. Mengapa? Karena dgadu djokdja adalah fenomena dagang kaos oblong dengan pendekatan budaya yang berhasil mengangkat ikon-ikon visual yang ada di seantero kota Djokdja sebagai lebel bisnisnya.



Dengan semangat bermain-main, iseng-isenng menghasilkan, dan dikerjakan tanpa beban, maka keberadaan produk Dgadu Djokdja melejit lepas, bebas mengawang namun tanpa mengontrol dan membumi. Keunika serta kekuatan produk ini adalah sebagai beikut: 1. Ia selalu memberi bingkai estetika pada hal-hal yang bersifat keseharian, selalu menenakankan ksederhanaan, bahkan reme-temeh (sangat biasa,fenomena keseharain) yang terkandung suda dilupakan oleh orang. Untuk tetap mengedepankan hal tersebut maka dapartemen desain mengambil kendali dengan mengandalkan aspek desain grafis sebagai senjata pemungkas guna mengangkat dan mengungkap tema yang telah dispakati bersama. 2. Karena desain grafis maupun desain poduk merupakan aspek yang sangat diutamakan, maka pengadaan desain secara konsisten dan produk-peroduk Dgadu tidak dipandang sebagai ekspresi individual melainkan justru diupayakan muncul dan berkembang sebagai hasil karya kolektif pula. Kolektivitas ini menyangkut pemunculan gagasan hingga rancangan awal atau preliminary design.sementara rancangan lebi lanjudhingga penyelsaiyan akir merupakan tugas para desainer. 3. Secara teknis visual senantiasa bertujuan menekankan aspek desain grafis yang spesifik dengan mengabungkan unsur lokal, kedaerahan, humor, plesetan yang diramu semangat eksperimen dalam konteks seni dan budaya populer. Strategi semacam itu dilakukan agar tercipta unsur attractiviness sabagai titik jual produk. 4. Dengan kesadaran tinggi memilih citra pabrikan ketimbang craft, baik melalui material yang selama ini digunakan atau lewat unsur-unsur desain grafis lainya. 5. Karakteristik desain yang sekaligus menjadi ciri kas semuah karya Dagadu Djokdja adalah menggunakan pendekatan poster alias bergaya monster. Memilih tipografi dari keluarga sen serif (tidak berkaki), dan biasanya menggunakan jenis futura. Karakter huruf Bold. Banyak mengguanakan warna populer yang disusun dengan teknik blok, kontras namun manis. Ilustrasi menggunakan pendekatan idiom estetik dekorstif. Setiap objek visual elemen desain grafis selalu didampingi dengan garis kontur bahkan sangat tergantung pada outline. Posisi desain kebanyakan disusun secara vertikal dengan komposisi simetris.



DAGADU DJOKDJA DAN FENOMENA PARODI BERGAYA POSTER



Jika diamati secara komperatif, maka desain kaus oblong Dagadu Djokdja dapat dipilah dalam dua kelompok besar. Kategori pertama, desain dengan dominasi huruf dan tipografi sebagai kekuatan teks. Dalam hal ini, susunan teks bisa dibaca sebagai ilustrasi.



Kataegori kedua desain yang mengedpankan unsur tipografi dan ilustrasi sebagai kekuatan daya ungkap kaus oblong anggitan Dagadu Djokdja. Kedua kelompok desain tersebut selalu mengedepankan unsur humor, parodi, plesetan sebagai uniquie selling presitiioproduk kaos oblong Dagadu Djokdja. Sementara itu, parodi menurut the oxford english dictionary seperti dikutip Yasraf A.Piliang (1999:154), didefenisikan sebagai sebuah komposisi dalam prosa atau puisi yang didalamya kecendrungan-kecendrungan pemikiran dan ungkapan karakteristik dalam diri seorang pengarang atau kelompok pengarang diimitasi sedemikian rupa unuk membuat absurd, kususnya dengan melibatkan subjek-subjek lucu dan jangal, imitasi dari sebuah karya yang dibuat modelnya kurang lebih mendekati aslinya, akan tetapi disimpangkan arahnya, sehingga menghasilkan efek-efek kelucuan. Terkait dengan itu, Linda Hutcheon dalam tulisanya berjuluk A Theory of Parody, seperti ditisir Yasraf A.Pialang (1999:155), mengungkapkan parodi sebagai sebuah reflesi formal atau struktur antara dua teks. Dijelaskanya sebuah teks baru diciptakan sabagai hasil dari sebuah sindiran plesetan atau sebuah lelucon dari bentuk, lelucon, atau struktur teks rujukan. Artinya, sebuah teks atau parodi biasahnya lebih menakankan sifat dan aspek penyimpangan atau plesetan dari teks atau karya rujukan yang biasahnya bersifat serius. Dengan demikian, parodi adalah salah satu bentik representasi. Uniknya representasi tersebut selalu ditandai dengan sifat pelencengan, penyimpangan dan plesetan makna, atau jamak disebut dengan representase palsu. sedangkan sifat dan metode yang digunakan untuk menghasilkan pelencengan makna dan lekucon tersebut, menurut konsep Mikhail Bahktin (1981:52), dalam risalnya berjudul the dialogical imaginational sangat kaya dan beragam. Ditegaskan Bakhtin bahwa parodi adalah suatu bentuk dialogisme tekstual. Artinya, dua teks atau lebih bertemu dan berinteraksi antara satu dengan yang lainya dalam bentik dialog. Dalam prespektif Hutchon (1985:6), dialog bisa berwujud kritik serius, poleimik, sindiran, lelucon, atau hanya sekedar permainan dari bentuk yang suda ada. Selain mengunakan pendekatan humor, parodi, dan plesetan, sebagai verbilisasi ungkapan teks, kaus oblong Dagadu Djokdja secara visual dirancang, dukemas, dan dihadirkan dengan tampilan desain poster atau lebih merakyat dengan sebutan gaya monster. Hornby (1974:799), mengartikan poster sebagai pelekat atau tempelan pengumuman yang dipasang ditempat umum. Bisa juga dikatakan sebagai sebuah pemberitaun untuk khalayak ramai yang berbentuk ramai. Sedangkan unsur yang ditekankan dalam pengertian poster di sini adalah pesan atau pemberitahuan. Karena poster mengemban tugas untuk menyampaikan pesan verbal maupun visual, maka keberadaanya harus dikemas sedemikian rupa agar manarik dan mampu membangkitkan rasa tertarik pribadi, sehingga dapat menimbulkan stimulus dan reaksi untuk memberikan keputiusan. Untuk itu, pesan verbal maupun visual yang ditampilkan dalam desain poster harus dinyatakan dalam bahasa yangsederhana dan benar. Hal ini menjadi



penting agar pesan-pesan tersebut muda dimengerti oleh pembaca tanpa ada kesalahan interprestasi makan pesan tersebut. Pendeknya, poster adalah salah satu media komunikasi visual. Keberadaan poster menjadi media yang sangat efektif. Artinya, poster bisa membawa masyarakat untuk berkomunikasi dengan cara timbal balik, selanjutnya mengadakan sesuatu tindakan pemngaruh komuniksi tersebut. Hal itu terjadi karena ditunjang oleh undur-unsur poster yang menjadi faktor terpenting dalam mancapai keberhasilan poster tersebut sebagai media komuniksi visual. Untuk menghasilkan sebuah poster yang baik, peran desainer sangatlah pentin dan menentukan dalam merencanakan penempatan kombinasi warna dan komposisi bidang. Selaian itu, desainer harus memerhatikan masalah titik pusat, garis prespektif, penempatan horison, dan white space atau ruang kosong. Dengan demikian, secara umum poster merupakan salah satu mediah publikasi yang mengandung tujuan:  Memberitahukan sesuatu keinginan yang ingin menjual, membeli, dan ingin mendapatkan sesuatu barang atau jasa.  Mengumumkan suatu hal yang diangap penting agar diketahui oleh masyarakat luas.  Mengigatkan masyarakat akan hal-hal yang penting bagi masyarakat itu sendiri  Memberikan informasi yang positif kepadaseluruh lapisan masyarakat dalam waktu singkat dan tepat pada sasaranya.



Dalam perkembanganya, keberadaan poster bermetamorfosa menjadi sebuah bentuk komuniaksi visual yang dirancang sangat simpel. Sederhana dalam konteks komunikasi visual menurut Marwadi dan Nizar bararti tidak ruwet, jelas atau mugkin disederhanakan dalam garis, bentuk, dan warna sedikit mugkin. Agar unsur tersebut dapat mengambarkan suatu arti kapada penikmat dalam sekilas pandang unsur-unsur tersebut jangan sampai hilang dalam suati lika-liku pengambaran yang tidak mengena dan tidak perlu, sehingga tercipta saling berhubungan yang satu dengan yang lainya (Mawardi dan Nizar, 1972:3). Hal itu terjadi karena aprasiasi masyarakat semakin menigkat dan poster sendiri mengemban fungsi sebagai medium komunikasi yang dolenkapi unsur ilustrasi, teks dan warna mencolok sebagai visualisasi dan daya tarik atas pesan yang akan disosialisasikan. Dengan meminjam idiom parodi, humor, dan plesetan yang dikemas lewat pwndekatan desain poster bergaya idiom estetik dekoratif ini, karya kaus oblong Dagadu Djokdja mampu menempati posisi orbit yang cukup terhormat diantara pesaing sejenis yang bermain pada pasar yang sama.



Melirik rancangan kaos oblong Dagadu Djokdja pada kategori pertama, yakni desain dengan dominasi huruf dan tipografi sebagai kekuatan teks, terlihat diantaranya pada tema Malio –Boro-Boros. Desain kaos oblong yang lay-out dan kemasan visualnya menggunakan pendekatan poster ini ditata dalam posisi vertika. Kata “Malioboro” dan “Maklioboros” dipenggal menjadi dua bagaian. Masing-masing berbunyi, “Malio-Boro” (secara visual mengguanakan warna coklat, memakai huruf kapital, masing-masing huruf diberi bayangan hitam dan outline kuning). Di sela-sela kata “Malio-Boro” dan “Malio- Boros” terselip teks “berangkat naim andong,belanja pernak-perni,jajan lesehan, BORONG OBLONG, pulang kecopetan”, masing-masing teks tersebut diamsukan dalam sebuah lingkaran berbentuk elips warna biru muda dengan bayangan hitam dan garis kuning sebagai outlinenya. Warna teks, putih. Background desain secara keseluruhan berwarna putih dengan clossing”ASELI BIKINAN DAGADU DJOKDJA” yang dihiasi titik-titik kuning membentuk garis vertikal, berujung pada anak panah untuk menunjukan nama produsen kaos oblong tersebut. Pada karya desain dengan tema MalioBoro Malio-Boros terlihat jelas upaya bermain-main dengan keisengan kreatif dan mencoba memberikan aksentuasi dan penambahan huruf S pada kata” Malioboro”yang bermuara pada perbedaan makan sangat yang signifikan. Konotasi kata Malioboro plus huruf S menjadi bermakan negatife dan kenegatifan Malioboro ini disengaja dieksploitasi dan dijual oleh PT. Aseli Dagadu Djokdja demi menangguk rupiah. Dalam pandanga ide pihak Dagadu Djokdja, tema Malio-boro Malio-Boros dimaksudkan bahwa berbelanja dikawasan Malioboro itu marai (menyebabkan) boros. Lewat pendekatan poster,para desainer Dagadu mecoba menyampaikan uneg-uneg kolektifnya untuk menyampaikan suatu keinginan sekaligus memngiagatkan kepada kita betapa borosnyabelanja dikaki lima sepanjang kawasan Malioboro. Pedagang lesehan yang menjual daganganya tanpa memasang harga tarif secara wajar, ditambah pulah dengan prilaku penjaja cendramata yang menawarkan harga yang sangat tinggi. Belum lagi copet yang siap menggerayangi dompet kita.



BAB V AKIRAN



Tanda sebagai sumber unsur dasar dalam semiotika dan komuniaksi adalah segalah sesuatu yang mengandung makna. Keberadaanya mempunyai dua unsur yaitu:  Penanda (bentuk)  Tanda (makna) Tanda yang diamnfaatkan dalam karya desain komuniksi visual sebagian besar menggunakan ikon, indeks, dan simbol dispakati secara sosial untuk memungkinkan sesuatu pesan dari seseorang disampaikan kepada orang lain. Dalam konteks ini:     



Kode kebudayaan Kode hermeunistik Kode semantik Kode narasi Kode simbolik Banyak dimanfaatkan untuk melihat karya desain komunikasi visual yang dijadikan objek kajian dalam buku “SEMIOTIKA KOMUNIKASI VISUAL” Bahwa kode semiotik struktural pada kasus tertentu tidak mampu menganalisis teks karya desain komunikasi visual Ketika karya desain komunikasi visual tersebut keluar dari kode yang berlaku, kaluar disini artinya bertolak belakang, menatang, atau melecehkan. Jadi simiotika lebih labil untuk itu diprlukan kehadiran semiotika pascastruktural. Brdasarkan poin-poin diatas dapat disimpulkan bahwa karya desain komunikasi visual yang dijadikan objek kajian yang ditafsirkan berlandaskan tanda visual, maka bisa diklasifikasikanberdasarkan kombinasi anatar tanda, kode, dan makna. Ketiga unsur itu yakni:  Tanda  Kode  Makna Menjadi pertimbangan dalam melihat dan melengkap pesan yang mencuat dalam karya desain komunikasi visual. Hubungan ketiga unsur tersebut sangat erat. Anatar yang satu dengan yang lainya saling melengkapi. Terkait dengan hubungan ketiga komponen tersebut, ketiga unsur tersebut muncul entropi (tidak terjadi pengulangan) terhadap hubungan karya objek desain



  



Komunikasi visual Konteks Teks



Sehingga hasil penafsiran makna menjadi relatif ideal, karena informasi yang disampaiakn sangat efektif dan persuasif. Masing-masing komponen menempati posisinya sesuai dengan porsinya. Karna pesan yang terdapat pada pelbagi karya desain komunikasi visual yang menjadi objek kajian buku “semiotika komunikasi visual” ini adalah pesan yang disampaikan kepada khalayak sasaran dalam bentuk tanda, maka secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek  Tanda veral tanda verbal didekati dari ragam bahasa,gaya penulisan, tema, dan pegertian yang didapatkan  Tanda visual dilihat dari cara menggambarkanaya, apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis. Penjelajahan semiotika komunikasi visual sebagai metode kajian ke dalam pelbagi cabang keilmuan dalam hal ini karya desain komunikasi visual dimugkinkan karena ada kemugkinan kecendrungan untuk memandang pelbagi wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Bertolak dari pandangan semiotika tersebut, maka semuanya termasuk karya desain komunikasi visual dapat juga dilihat dari tanda tanda. Hal itu menurut Yasraf A Piliang dimungkinkan karna luasnya pengertian tanda itu sendiri. Mengigat karya desain komunikasi visual mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual mengandung ikon terutama berfungsi dalam sistemsistem-sistem nonkebebasan untuk mendukung pesan kebahasaan. Maka pendekatan semiotika komunikasi visual sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas tuntas makna karya desain komunikasi visual layak diterapkan dan disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya.



AA